Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Ny. A, 35 tahun, pendidikan terakhir SD, agama Islam, suku Jawa, tinggal di
Lampung Timur, pedagang jamu, diantar ke Poli RSJ pada tanggal 25
Agustus 2014 oleh keluarga yaitu suami dan anak kandung pasien

B. ANAMNESIS PSIKIATRI(Allo-Autoanamnesa)
Diperoleh dari autoanamnesis dan alloanamnesis dari suami pasien

I. RIWAYAT PENYAKIT
a. Keluhan Utama
Pasien dikeluhkan suami pasien merusak barang-barang di rumah, hingga
membakar perabotan rumah

b. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Lampung karena merusak barang-
barag dirumah hingga membakar perabotan. Selain itu pasien juga marah-
marah jika keinginannya tidak dipenuhi. Hal ini bertambah parah sejak 1 hari
SMRS. Pasien sudah menderita gangguan jiwa selama 17 tahun sejak usia 19
setelah pasien melahirkan anak kedua. Pada tahun 1997, 2 bulan setelah
melahirkan anak kedua pasien seperti berteriak-teriak seperti ada yang
menghantui, dan juga berbicara sendiri. Melihat keadaan pasien yang seperti
itu, keluarga membawa pasien ke alternatif, setelah berobat dialternatif
2

keadaan pasien membaik dan pasien kembali bisa melakukan aktivitasnya
sehari-hari. Bahkan pasien sempat bekerja diluar negeri selama 3 tahun.

Pada tahun 2010, setelah pasien melahirkan anak yang ketiga, keluhan pasien
kambuh kembali seperti yang terjadi pada tahun 1997, pasien seperti orang
ketakutan dan berbicara sendiri. keluhan pasien semakin parah dan keluarga
tidak mampu menangani pasien, sehingga keluarga membawa pasien ke
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung. Pasien dirawat selama 10 hari dan
pasien dipulangkan dalam keadaan baik. Setelah keluar dari RS pasien rutin
kontro ke RSJ. Namun 6 bulan yang lalu, pasien tidak lagi kontrol ke RSJ,
pasien merasa dirinya telah sembuh.

Pada tahun 2014, keluhan yang dialami pasien sebelumnya kembali muncul
dan semakin parah, pasien hingga merusak barang-barang dirumah hingga
membakar perabotan. Suami pasien mengatakan bahwa awalnya pasien
ditawari oleh saudaranya untuk menempati rumah saudaranya tersebut,
pasien sangat senang dan ingin segera memindahkan barang-barangnya.
Namun suami pasien tidak mau karena lebih memilih untuk tinggal di rumah
sendiri. Sejak saat itu pasien mengamuk, merusak barang-barang hingga ada
yang dibakar olehnya. Pasien juga berbicara tidak nyambung, berbicara
sendiri dan juga marah-marah ke suaminya. Keluarga sudah ada yang
mencoba menghentikannya dengan cara memegangi pasien, namun tenaga
pasien sangat kuat, sehingga keluarga menyerah dan membawa pasien ke
RSJ.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
a. Riwayat Gangguan Jiwa
Kira-kira sejak 17 tahun yang lalu, pasien pernah mengalami gejala
berupa berteriak seperti ada yang menghantui dan berbicara sendiri,
marah-marah jika keinginannya tidak dipenuhi, berbicara kacau.
3

Kemudian ia dibawa berobat ke alternatif dan keadaan pasien mulai
membaik. Tahun 2010, penyakit pasien kembali kambuh kemudian
pasien dirawat di RSJ.
b. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif
Riwayat menggunakan zat adiktif disangkal oleh keluarga
c. Riwayat Penyakit Medis Umum
Riwayat sakit berat sebelumnya disangkal, trauma kepala disangkal,
riwayat kejang disangkal.


D. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Periode Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir normal dibantu oleh dukun.
2. Periode Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pertumbuhan pasien tidak pernah mengalami gangguan. Pasien mendapatkan
ASI yang cukup.
3. Periode Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pada masa ini, ia tidak berbeda dari anak-anak biasanya. Pasien memiliki
teman yang banyak
4. Riwayat Anak dan Remaja
Menurut keluarga, pasien merupakan anak yang periang..
5. Periode Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien hanya bersekolah sampai kelas 1 Tsanawiyah, kemudian ia putus
sekolah dengan alasan ekonomi.
b. Riwayat Pekerjaan
Sehari-hari pasien bekerja sebagai pedagang jamu.
c. Riwayat Hukum
Pasien tidak memiliki riwayat pelanggaran hukum dan belum pernah
ditangkap dan ditahan oleh polisi.

4

d. Riwayat Perkawinan
Pasien menikah dengan pasangan pilihannya sendiri tahun 1995 dan
dikaruniai 3 orang anak
e. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam
6. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari 6 bersaudara. Sejak lahir hingga remaja,
ia dirawat dan diasuh oleh kedua orang tuanya.Ia hidup dalam keluarga yang
memiliki status ekonomi yang kurang. Ibu pasien bekerja sebagai petani.
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tua dan adik-
adiknya. Namun menurut suami pasien, pasien terkadang merasa bahwa dia
tidak disayang oleh orang tuanya karena merasa dibedakan dengan adik
perempuannya.

GENOGRAM :














Keterangan:

: Laki-laki

: Wanita

: Pasien

5

7. Riwayat Sosial Ekonomi Keluarga
Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya. Kebutuhan keluarga
dipenuhi oleh suami dan pasien
8. Riwayat Sosial
Pasien memiliki hubungan yang baik dengan tetangganya
9. Situasi kehidupan sekarang
Pasien tinggal bersama suami dan 2 orang anaknya
10. Persepsi pasien tentang dirinya
Pasien tidak merasa dirinya sakit

E. STATUS MENTAL
I. Deskripsi Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Penampilan
Seorang wanita terlihat sesuai dengan usianya memakai seragam RSJ Prov.
Lampung, baju kaos biru polos dan celana biru, penampilan rapi, perawakan
sedang dengan berat badan cukup, kulit sawo matang, rambut panjang,
disisir rapi, kuku pendek dan bersih.
c. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Saat wawancara pasien tenang. Kontak mata dengan pemeriksa cukup
d. Pembicaraan : spontan, lancar, artikulasi jelas, volume cukup, amplitudo
baik, kualitas baik, kuantitas banyak (logore)
e. Sikap terhadap pemeriksa : kooperatif

II. Keadaan Afektif
a. Mood : eutimia
b. Afek : luas
c. Keserasian : appropriate



6

III. Gangguan Persepsi :
a. Halusinasi : tidak ada
b. Ilusi : tidak ada
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada

IV. Proses Berpikir :
a. Arus pikiran :
1. Produktivitas : cukup
2. Kontinuitas : flight of idea

b. Isi pikiran
Waham kebesaran, pasien meyakini bahwa pasien merasa sangat dekat
dengan tuhan, rasul, dan malaikat.

V. Fungsi Intelektual (Kognitif)
a. Taraf pendidikan, pengetahuan umum dan kecerdasan : sesuai dengan taraf
pendidikan pasien.
b. Daya konsentrasi : cukup
c. Orientasi (waktu, tempat, dan orang) : baik
d. Daya ingat : Jangka panjang dan jangka menengah baik, jangka pendek
kurang, dan jangka segera baik
e. Pikiran abstrak : kurang

VI. Daya Nilai
a. Norma sosial : baik
b. Uji daya nilai : baik
c. Penilaian realitas : baik

VII. Tilikan
Tilikanderajat 1. Penyangkalan penuh terhadap gangguan dialaminya.
7

VIII. Taraf dapat dipercaya : Dapat dipercaya


F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
a. Tanda-tanda vital:
TD = 110/70 mmHg
N = 72 x/menit
P = 20 x/menit
S = 36,0 C
b. Pemeriksaan Fisik
Mata : Tidak ditemukan kelainan
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Telinga : Tidak ditemukan kelainan
Paru : Tidak ditemukan kelainan
Jantung : Tidak ditemukan kelainan
Abdomen : Tidak ditemukan kelainan

G. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Pasien Ny. A, 35 tahun, pendidikan terakhir SD, agalam Islam, suku Jawa,
beralamat di Kab. Lampung Timur, menikah, telah dilakukan auto-alloanamnesa
pada tanggal 29 Agustus 2014 pukul 14.00 WIB.

Pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, cara berpakaian rapi dan perawatan
diri baik. Pasien dibawa ke RSJ karena merusak barang-barang di rumah hingga
membakarmya, pasien juga berbicara tidak nyambung dan kadang berbicara
sendiri. Keluhan ini sudah terjadi sekitar sekitar 17 tahun. Saat wawancara pasien
dalam keadaan tenang. : spontan, lancar, artikulasi jelas, volume cukup, amplitudo
baik, kualitas baik, kuantitas banyak (logore) dan terdapat flight of idea. Sikap
pasien kooperatif. Pasien menjalani pendidikan hingga kelas 1 Tsanawiyah namun
terputus dikarenakan masalah ekonomi. Saat sekolah pasien tidak pernah ada
8

masalah baik dalam akademik maupun sosial. Menurut pengakuan keluarga pasien
memiliki banyak teman dan disayangi oleh gurunya. Gangguan persepsi tidak
ditemukan. Daya konsentrasi baik, memori segera baik, jangka pendek kurang,
menengah kurang dan panjang baik. Orientasi tempat, waktu dan orang baik.

H. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan persepsi dan isi pikir yang bermakna
serta menimbulkan suatu distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
pekerjaan dan kehidupan sosial pasien,sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien
ini mengalami gangguan jiwa.

a. Aksis I
Berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis, pemeriksaan fisik dan
rekam medik, tidak ditemukan riwayat trauma kepala, demam tinggi atau
kejang sebelumnya ataupun kelainan organik. Tidak ada riwayat penggunaan
zat psikoaktif, Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan diagnosis
gangguan mental organik (F.0) dan penggunaan zat psikoaktif (F.1).

Penegakan diagnosis aksis 1 berdasarkan anamnesis dengan pasien dan
keluarga. Pada terdapat pasien waham kebesaran. Hal ini sudah berlangsung
sejak tahun 1997 dan hilang timbul. Gejala mulai muncul kembali 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Dari data ini menjadi dasar diagnosis bahwa
pasien menderita skizofrenia (F.20). Dari anamnesis yang dilakukan
didapatkan adanya waham kebesaran sehingga menjadi dasar diganostik bahwa
pasien menderita skizofrenia paranoid (F20.0). Setelah dirawat lebih dari
satu minggu di RSJ Prov. Lampung gejala-gejala tersebut mulai hilang. Dari
data ini diagnosis aksis I Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna
(F20.04). Dari anamnesis dengan keluarga pasien didapatkan informasi bahwa
pasien mulai mengalami gangguan seperti sekarang ketika berumur 18 tahun,
pasien sering berbicara sendiri dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis
banding dengan Skizofrenia hebefrenik (F20.1)
9

Pada aksis II tidak ada diagnosis dikarenakan pada pasien hanya didapatkan
tumbuh kembang saat masa kanak-kanak baik, pasien mampu mengikuti
pendidikan di kelas SMK kelas 1 dengan baik, walaupun harus berhenti karena
faktor ekonomi. Hal ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental(F.70).
Jenis kepribadian pasien belum dapat didiagnosis..

Pada aksis III belum ditemukan adanya penyakit fisik . Oleh karena itu belum
ada diagnosis pada aksis III.

Pada aksis IV, pasien tidak memiliki masalah social. Namun pasien tidak tahu
penyakitnya.

Pada aksis V, penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF)Scale yaitu 40 -
31 karena masih terdapat adanya gejala berat dan disabilitas berat . GAF
tertinggi selama satu tahun terahir adalah 40-31 (beberapa disabilitas dalam
hubungan dengan realita dan komunikasi , disabilitas berat dalam beebrapa
fungsi).

I. EVALUASI MULTIAKSIAL
1. Aksis I : skizofrenia paranoid remisi parsial (F20.04) dd skizofrenia
hebefrenik (F 20.1)
2. Aksis II : belum dapat dinilai
3. Aksis III : belum dapat dinilai
4. Aksis IV : tidak ada diagnosis
5. Aksis V : GAF 40-31(current)
GAF 40-31 (HLPY)


10

II. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologik
Tidak ada ditemukan
2. Psikologik
Pada pasien ditemukan gangguan isi pikir yang berupa waham kebesaran
3. Sosiologik
Pada pasien ditemukan hendaya dalam bidang social sehingga dibutuhkan
sosioterapi.

III. RENCANA TERAPI
a. Psikofarmaka :
Risperidon 2 x 1 mg selama 5 hari

b. Non-medikamentosa
Psikoterapi
a. Pengenalan terhadap penyakitnya, manfaat pengobatan, cara
pengobatan dan efek samping pengobatan
b. Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur dan rajin kontrol.
c. Membantu pasien untuk menerima kenyataan dan menghadapinya.
d. Mendorong pasien agar dapat kembali melakukan aktivitas sehari-
hari secara bertahap.
e. Menggali kemampuan yang ada pada diri pasien agar bisa
dikembangkan.

Psikoedukasi
Kepada keluarga :
a. Memberikan pengertian dan penjelasan kepada keluarga pasien
tentang gangguan yang dialami pasien.
b. Menyarankan kepada keluarga pasien agar lebih berpartisipasi dalam
pengobatan pasien secara teratur seperti memberikan
11

suasana/lingkungan yang kondusif bagi penyembuhan dan
pemeliharaan pasien, mengingatkan pasien agar teratur minum obat,
serta mengantar pasien saat pasien kontrol

IV. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

Pembahasan
Pada pasien ini ditemukan adanya isi pikir yang bermakna serta menimbulkan
suatu distress ( penderitaan ) dan disability (hendaya) dalam pekerjaan dan
kehidupan sosial pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini
mengalami gangguan jiwa.

Pada diagnosis aksis 1, berdasarkan data-data yang didapat melalui anamnesis,
tidak ditemukan riwayat trauma kepala, kejang sebelumnya ataupun adanya
kelainan organik. Pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol ataupun zat
psikoaktif lainnya. Hal ini dapat menjadi dasar untuk menyingkirkan
diagnosis gangguan mental organik (F.20) dan penggunaan zat psikoaktif
(F.1)

Penegakan diagnosis aksis 1 berdasarkan anamnesis dengan pasien dan
keluarga. Pada pasien didapatkan waham kebesaran. Waham kebesaran
didapatkan dari ucapan pasien yang merasa dirinya sangat dekat dengan Allah,
rasul dan malaikat. Proses pikir fligt of idea. Gejala muncul sejak 2 hari
SMRS. Dari data ini menjadi dasar diagnosis bahwa pasien menderita
skizofrenia (F.20). Setelah dirawat lebih dari satu minggu di RSJ Prov.
Lampung gejala-gejala tersebut mulai hilang. Dari data ini diagnosis aksis I
12

Skizofrenia Paranoid Remisi Tak Sempurna (F20.04). Dari anamnesis
dengan keluarga pasien didapatkan informasi bahwa pasien mulai mengalami
gangguan seperti sekarang ketika berumur 18 tahun, pasien sering berbicara
sendiri dari data ini menjadi dasar untuk mendiagnosis banding dengan
Skizofrenia hebefrenik (F20.1)

Hal ini sesuai dengan pedoman diagnosis dalam PPDGJ III yang dapat
dijelaskan bahwa untuk menegakkan diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya
satu gejala berikut ini yang amat jalas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila
gejala gejala itu kurang tajam atau jelas).
1. Salah satu dari:
- thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun
isinya sama, namun kualitasnya berbeda; atau
- thought insertion or withdrawal : isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
- thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
2. Salah satu dari:
- delusion of control : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar; atau
- delusion of passivity : waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; atau
(tentang dirinya : secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh/anggota
gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus;
13

- delusional perception : pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
3. Halusinasi auditorik:
a. Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus
terhadap perilaku pasien, atau
b. Mendiskusikan perihal pasien di antara mereka sendiri
(diantara berbagai suara yang berbicara), atau
c. Jenis suara halusinasi lain yang berasala dari salah satu bagian
tubuh
4. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau
berkomunikasi dengan makhluk asing dari dunia lain).
Atau paling sedikit dua gejala ini yang harus selalu ada secara jelas:
5. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai
baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk
tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide
berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap
hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus-menerus;
6. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan
(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan, atau neologisme;
7. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi
tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme,
mutisme, dan stupor;
8. Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya
14

kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak
disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika

Adanya gejala-gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodormal); Harus
ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour), bermanifestasi
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatau, sikap larut
dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan penarikan diri secara sosial.

Untuk diagnose aksis I yang menurut PPDGJ III ada pedoman diagnostik untuk
menentukan apakah seseorang tersebut terkena skizofrenia paranoid ( F20.0 ).
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
a. Halusinasi dan atau waham harus menonjol
1. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi peluit
(whistling), mendengung (humming) atau bunyi tawa (laughing)
2. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual atau lain-
lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol
3. Waham dapat berupa hamppir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity
(delusion of passivity) dan keyakinan dikejar-kejar yang beraneka ragam
adalah yang paling khas
b. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

Adapun kriteria diagnosis skizofrenia menurut DSM IV adalah
Berlangsung minimal dalam enam bulan
15

Penurunan fungsi yang cukup bermakna di bidang pekerjaan, hubungan
interpersonal, dan fungsi dalam mendukung diri sendiri
Pernah mengalami psikotik aktif dalam bentuk yang khas selama
berlangsungnya sebagian dari periode tersebut
Tidak ditemui dengan gejala-gejala yang sesuai dengan skizoafektif,
gangguan mood mayor, autisme, atau gangguan organik

Pedoman diagnostik untuk menentukan apakah seseorang tersebut terkena
skizofrenia hebefrenik ( F20.1 ).
Diagnosis hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia
remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15-25 tahun)
Keprbadian premorbid menunjukkan ciri khas : pemalu dan senang
menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.
Untuk diagnosis yang meyakinkn umumya diperlukan pengamatan kontinu
selama 2 atau 3 lan lamanya, untuk memastikan bahwa gambaran yang
khas berikut memang benar bertahan :
Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat
diramalkan, sera mannerisme, ada kecendrungan untuk
selalu menyendiri(solitary), dan perilaku menunjukkan
hampa tujuan dan hampa perasaan
Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar
(innapropiate), sering disertai oleh cikikikan (giggling) atau
perasaan puas diri (self satisfied), senyum sendiri (self
absorbed smiling), aau oleh sikap tinggi hati, terawa
menyeringai, mannerisme, mengibuli secara bersenda
gurau, keluhan hipokondrial dan ungkapan kata yang
diulang-ulang, proses pikir mengalami disorganisasi dan
pembicaraan tak menentu serta inkoheren.
16

Gangguan afektif dan dorongan kehendak serta gangguan proses pikr
umumya menonjol
Dari hasil anamnesis didapatkan pasien memiliki gangguan isi pikir yaitu waham
kebesaran. Maka, dapat disimpulkan bahwa pasien menderita skizofrenia. Dalam hal
ini waham kebesaran yang paling menonjol sehingga mendukung ke arah skizofrenia
tipe paranoid. Saat ini gejala sudah mulai berkurang dibandingkan gejala awal
sehingga didiagnosis sebagai skizofrenia paranoid remisi parsial. Dari anamnesis
dengan keluarga bahwa pasien mulai menderita penyakit ini sejak usia 18 tahun,
sehingga didiagnosis banding dengan skizofrenia hebefrenik.

Diagnosis aksis II
Berdasarkan keterangan dari keluarga pasien dan dari penjelasan pasien. Tidak
didapatkan gangguan tumbuh kembang saat masa kanak kanak maupun remaja. Hal
ini menyingkirkan diagnosis retardasi mental ( F70). Pada pasien ciri kepribadian
belum dapat dinilai.
Diagnosis Aksis III
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak ditemukan riwayat pemeriksaan fisik.
Oleh karena itu aksis III belum ada diagnosis
Diagnosis Aksis IV
Pada pasien tidak didapatkan masalah dalam hal gangguan lingkungan sosial.
Diagnosis Aksis V
Penilaian Global Assessment of Fungtional (GAF) Scale yaitu 40 - 31. GAF dalam 1
tahun terakhir adalah 40 31 ( beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita
dan komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi ).

17

Rencana terapi yang diberikan adalah risperidon 2 x 1 mg per hari selama 5 hari
kemudian dinaikkan dosis dalam waktu 1 hingga 3 minggu sampai dosis maintenance
lalu dipertahankan sampai 8-10 minggu lalu diturunkan tiap 2 minggu perlahan lahan.
Alasan penggunaan risperidon pada pasien ini adalah untuk mengobati gejala psikotik
pasien. Risperidon dapat digunakan untuk mengobati gejala yang ada pada pasien
yaitu waham. Menurut Neuropsychiatric Inventory (NPI) ,frekuensi dan keparahan
halusinasi , waham, agresi, dan iritabilitas dapat menurun dengan pemakaian
risperidon. Risperidon juga dapat mengatasi maslah gangguan afek. Penggunaan
risperidon juga tidak membuat perubahan fungsi kognitif pada pasien. Sehingga
penulis memilih risperidon sebagai obat yang tepat untuk pasien ini. Risperidon juga
memiliki efek samping yang kecil untuk terjadinya sindrom ekstrapiramidal dan
mudah didapatkan. Selain psikofarmaka, psikoterapi juga sangat diperlukan. Menurut
penelitian pengobatan hanya dengan obat obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien.
Prognosis pada pasien adalah dubia ad malam karena gejala timbul pada usia muda
dan terjadi sudah berulang ulang.













18


Riwayat perjalanan penyakit pasien

Pasien merusak barang-barang
dirumah, hingga membakar
perabotan, marah-marah tanpa
sebab, berbicara tidak nyambung,
berbicara sendiri
Pasien menikah,

Setelah melahirkan caesar, penyakit
pasien kambuh lagi, pasien berteriak
ketakutan, berbicara sendiri. Pasien
dirawat di RSJ

Gejala pada pasien menghilang, pasien
bekerja diluar negeri selama 3 tahun
1979
0-1 thn
1982
1-3 thn
1991
3-12 thn
1997
18 thn
2000
21 th
2003
24 th
2010
31 th
35 th
Agus 2014
1995
16 thn
Pasien melahirkan anak ke 2, 2 bulan
kemudian timbul gejala pasien
ketakutan seperti ada yang menghantui,
pasien berbicara sendiri
19




DAFTAR PUSTAKA

Maslim, Rusdi. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropika Edisi
Ketiga.

Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta

Maslim, Rusdi. 2001. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ-III. Ilmu
Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya : Jakarta

Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams &
Wilkins. 2007

Soewandi, 2002, Simtomatologi Dalam Psikiatri, Yogyakarta: FKUGM

Anda mungkin juga menyukai