Ekonomi syariah merupakan ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari masalah-masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai Islam. i Dalam Islam, kegiatan perekonomian bukanlah suatu domain yang terpisah begitu saja dari kegiatan-kegiatan ritual keagamaan. Prinsip prinsip peribadatan, jika kita tinjau lebih lanjut, merupakan sumber inspirasi dari segala aspek kehidupan umat Islam dalam kehidupan sehari-hari. Sholat, misalnya, yang diakhiri dengan ucapan salam ke kanan dan ke kiri mengandung makna bahwa dalam kehjidupan kita haruslah senantiasa bersifat selamat menyelamatkan terhadap orang di sekeliling kita. Ibadah haji yang memebutuhkan modal fisik dan finansial yang tidak sedikit itu bisa berarti sia-sia jika perilaku mereka seusai menunaikan haji ternyata membuat celaka orang lain. Betapa banyak ayat-ayat dalam Al-Quran yang menggandengkan antara iman dan amal shaleh (perbuatan kebaikan) sehingga banyak ulama yang memahami bahwa keimanan sesorang haruslah dibarengi dengan perbuatan baik terhadap sesama manusia. Jadi bisa dikatakan bahwa ritual keagamaan Islam pasti mempunyai makna ganda yaitu kepatuhan terhadap Allah dan perbuatan baik terhdap sesama manusia maupun makhluk Allah yang lain. Ayat-Ayat Ekonomi Islam diturunkan bukan hanya untuk kebaikan ummat Islam saja, melainkan juga bagi semua ummat manusia [QS Al-Anbiya(21) 107]. Demikian juga ekonomi syariah (Islam) akan memberi kebaikan kepada semua ummat manusia. Di dalam Al-Quran banyak ayat yang berkaitan dengan kegiatan perekonomian. Mayoritas ulama Islam berpandangan bahwa ayat-ayat ini merupakan dasar penting bagaimana seharusnya kegiatan perekonomian itu dilaksanakan, tidak hanya oleh umat Islam tetapi juga seluruh umat manusia. Ayat-ayat tersebut menjadi landasan dalam melaksanakan kegiatan perekonomian yang hasilnya akan bisa menguntungkan semua pihak. Pokok-pokok pikiran dari ayat-ayat Al-Quran tersebut adalah: 1. Keyakinan bahwa segala aktifitas manusia (termasuk ekonomi) adalah hanya untuk Allah semata. [QS Al-Anam (6): 162] 2. Perintah agar manusia bekerja mencari nafkah [QS Al-Israa (17), 12] 3. Harta harus dikelola oleh mereka yang benar-benar ahli dalam bidang itu. [QS An-Nisaa (4): 6] 4. Mereka yang diserahi harta haruslah benar-benar amanat terhadap harta itu. [QS Al-Anfal (8): 27] 5. Prinsip bekerjasama adalah upaya tolong menolong dengan tidak membedakan-bedakan orang karena perbedaan dan kebencian atau yang lain. [QS Al-Maidah (5): 2] 6. Jangan melakukan kegiatan bathil (curang) dan harus saling ikhlas mengikhlaskan dalam perekonomian [QS Al-Baqarah (2): 188) 7. Tidak menggunakan sistem riba. [QS Al-Baqarah (2): 278] dan [QS Ali Imran (3): 130] 8. Tidak memberi beban yang telalu berat kepada karyawan tapi itu semua adalah demi kebaikan sesama. [QS Al-Qashas (28): 27] 9. Diperbolehkan kontrak kerja berdasarkan kebaikan (Firman Allah dalam QS Al-Qashas (28): 27). 10. Mengelola harta harus dengan catatan administrasi yang baik. [QS Al-Baqarah (2): 282] 11. Kontrak kerja dan sistem akuntansi harus dilakukan sebaik-baiknya.[QS An-Nuur (24): 33] 12. Hutang pada dasarnya adalah untuk saling membantu dan harus ditunaikan secara baik bagi yang menghutangi ataupun yang berhutang. [QS Al-Baqarah (2): 280] Ditujukan kepada si penghutang, nabi pernah bersabda yang artinya: Penundanundaan orang yang sudah mampu (berhutang tetapi tidak mau melunasinya), adalah dzalim (berdosa). (HR. alBukhari, Muslim, dan lainlain) 13. Mencari rezeki harus dengan kesabaran (etos kerja tinggi). [QS Ar-Radu (13): 22] 14. Dalam harta yang dimiliki seseorang maka ada hak orang lain yang harus diberikan. (QS Az- Zariyat(51): 19) 15. Harta (modal) tidak boleh menumpuk pada segelintir orang saja. [QS Al-Humazah (104) 1 4] 16. Diperbolehkan menggunakan barang sebagai jaminan (gadai). [QS Al-Baqarah (2): 283] Itulah sebagian dari ayat-ayat Al-Quran yang menjadi inspirasi bagi ekonomi syariah. Pondasi ekonomi syariah tidak lepas dari falsafah yang dianut. Sebagai bagian dari ibadah islam secara keseluruhan, ekonomi syariah pastilah berlandaskan pada falsafah Ilahiah yang nantinya akan mempengaruhi norma, pilar dan kegiatannya. Ekonomi syariah mendasarkan diri pada falsafah bahwa manusia bukanlah pemilik dunia ini, tetapi hanya meminjam dari Allah semata. Namanya pinjaman maka hanya bersifat sementara dan harus dikelola sebagaimana kemauan Sang Peminjam. Prinsip saling tolong-menolong (taawanu alal birri wa taqwa) dalam kehidupan duniawai dan ketakwaan akan sangat mewarnai praktek pelaku ekonomi syariah. Adiwarman menyimpulkan bahwa ekonomi syariah dibangun atas dasar/pilar-pilar utama. Pertama, meninggalkan unsur-unsur yang dihukumi haram oleh agama, seperti riba (bunga). Kedua, prinsip keseimbangan sektor riil dengan sektor keuangan. Ketiga, prinsip keadilan dalam jual beli, tidak merugikan atau menguntungkan satu dari yang lain ii
Antitesis Terhadap Realitas Perekonomian Berhadapan dengan relaitas kehidupan perekonomian dewasa ini, kita bisa melihat keadaan yang bertolak belakang dengan keadaan ideal sebagaimana diharapkan oleh Allah. Kedaan itu bisa dilihat, antara lain: 1. Manusia banyak yang mengabdikan aktifitasnya hanya untuk duniawi semata. Kegiatan ekonomi yang mereka lakukan hanyalah untuk mengejar keuntungan individual tanpa mempedulikan kedaan orang lain. Orang-orang berharta melimpah menggunakan kekuatannya untuk mengeksploitasi yang lemah. Harta yang dimiliki tidak untuk melakukan kegiatan dalam rangka mendekatkan diri kepada Tuhan, tapi hanya untuk memuaskan nafsu sesaat yang jauh dari ridla Allah SWT. 2. Masih banyak orang yang menggantungkan ekonominya terhadap orang lain. Dalam arti bahwa angka ketergantungan masih sangat tinggi. Di sisi lain ada sebagian orang yang menganggap bahwa bekerja bukanlah ibadah, sehingga mereka sibuk dengan urusan peribadatan, sedangkan urusan kebutuhan sehari-hari tergantung pada orang lain. 3. Banyak orang yang tidak memiliki keahlian memadai mendapat kepercayaan untuk mengelola suatu urusan, termasuk harta. Itu bisa terjadi karena kekerabatan, kedekatan politik, balas jasa atau yang lain. Sementara mereka yang mampu tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk menangani permasalahan yang sudah menjadi ahlinya. Kaus-kasus nepotisme jabatan adalah salah satu contohnya. 4. Kasus-kasus korupsi, manipulasi, murk up anggaran dan lain-lain adalah contoh betapa pengelola harta tidak menjalankan amanat seperti yang diharapkan. Ironisnya itu bahkan menimpa tokoh-tokoh masyarakat yang mengetahui ajaran-ajaran agama. 5. Kedekatan pertemanan terbukti telah menjadikan orang mengabaikan potensi orang lain dalam mengemban suatu kepercayaan. Kerjasama justru dilakukan karena ingin berkolaborasi melakukan kejahatan terorganisir nyaris sempurna sehingga luput dari pengawasan orang lain. Contoh-contoh permainan politik dan skandal korupsi di negeri ini bisa menjadi contoh yang nyata. 6. Kecurangan dan tipu menipu masih marak terjadi di negeri ini. Investasi bodong, peni[uan online dan kecuarangan-kecuarang dalam sekala besar sampai kecil di pasar-pasar tradisional masih banyak terjadi. 7. Sistem perkonomian kita masih terperangkap dalam sistem kapitalis yang mendasarkan pada riba. Akibat yang terjadi tidak hanya menimpa orang-perseorangan tetapi juga antar negara. Negara-negara berkembang seperti Indonesia kini terseok-seok harus menyelesaikan hutang- hutang luar negeri yang tambah tahun tambag tinggi akibat sistem riba yang diterapkan negara-negara peminjam. Ironisnya negara-negara Islam yang tercatat sebagai negara-negara kaya di dunia ini seolah tidak berdaya terhadap sistem kapitalis ini padahal mereka mempunyai prinsip dan dasar ekonomi yang telah diajarkan oleh Allah dan Rasulnya berabad-abad yang lalu sebelum mereka terjebak dalam sistem yang mencekik ini. 8. Gejolak buruh yang tidak pernah berhenti sampai saat ini adalah bukti bahwa mereka masih merasa berada pada pihak yang dirugikan dalam kerjasama ekonomi sekarang ini. Para pengusah sendiri merasa kebingungan menghadapi tuntutan para buruh. Di satu sisi mereka ingin memenuhi tuntutan itu, tapi di sisi lain praktek korup birokrasi kita menyebabnkan biaya tinggi sehingga sebagian modal terpaksa mengalir ke kantong-kantong pejabat korup. 9. Kerja kontrak tidak bisa dihindari begitu saja dalam praktek perekonomian. Tapi kontrak yang terjadi sekarang ini adalah kontrak yang dirasa masih jauh dari rasa keadilan. Salah satu agenda demo buruh akhir-akhir ini adalah perbaikan kerja kontrak atau bahkan penghapusan sistem kerja kontrak. 10. Pengelolaan administrasi kegiatan ekonomi telah dilakukan dengan baik. Namun di sisi lain, masih banyak praktek kerjasama ekonomi di bawah tangan tanpa adanya catatan administrasi yang baik. Akhirnya berakibat buruk bagi pelaku-pelakunya. 11. Protes buruh tebtang kerja kontrak menunjukkan bahwa praktek kerja kontrak di negeri ini belum berjalan dengan baik. Penggajian karyawan juga masih terjadi ketimpangan sangat jauh antar satu pekerjaan dan yang lain. 12. Hutang piutang menjadi sesuatu yang lazim dalam kehidipan ekonomi sekarang ini. Namun jeratan sistem riba sering merugikan salah satu pihak, baik peminjam maupun pemodal. 13. Masih banyak tenaga terdidik di negeri ini yang bercita-cita untuk menjadi pegawai dan bukan menjadi wirausahawan. Sementara itu pegawai negeri kita masih banyak yang bekerja tidak profesional dan merugikan. 14. Milikku ya milikku, tak peduli dengan orang lain, masih banyak dianut oleh orang-orang di negeri ini. Kesadaran akan zakat, infaq, dan sadaqah masih perlu ditingkatkan. Orang masih suka menghambur-hamburkan uang untuk memenuhi kenikmatan sesaat. Tiga F (istilah Alvin Tofler) yaitu Fun, Food, Fashion adalah tiga hal yang masih menonjol untuk segera dipenuhi. Maka yang terjadi adalah mall-mall, tempat hiburan, sepak bola, dan sejenisnya selalui lebih ramai daripada tempat-tempat ibadah atau kegiatan-kegiatan kegamaan lainnya. 15. Konglomerasi yang bersumber pada monopoli pemilik modal masih terjadi di negeri ini, Uasaha-usaha kecil nyaris habis dicaplok pengusaha modal besar. Ekonomi kerakyatan yang digembor-gemborkan ternyata hanya slogan pemasi bibir, sementara praktek-paraktek penumpukahn modal pada segelintir orang masih terjadi. 16. Jaminan atau gadai adalah sesuatau yang lazim bagi masyarakat kita sekarang ini. Namun yang sering terjadi adalah nilai gadai suatu barang ternyta jauh di bawah modal yang diperoleh. Ternyata sebenarnya adalah adanya permainan kerjasama orang dalam dengan pengusaha. Sementara itu rakyat biasa dengan jaminan kecil seringkali dipersulit untuk memperoleh pinjaman usaha. Kesimpulan Dari paparan di atas maka semakin jelaslah bahwa ekonomi syariah atau disebut juga ekonomi Islam sudah selayaknya menjadi prioritas dalam pelaksanaan ekonomi dalam skala makro maupun mikro. -o0o-
BIODATA PENULIS Nama : Doddy Novarianto NIP : 19660923 199303 1 007 Pekerjaan ; Guru / PNS Sekolah : SMA Negeri 1 Ngantang Kab. Malang JATIM Alamat sekolah : Jl. Raya Mulyorejo No. 253 Ngantang Kab. Malang Telp : 085755185960
i Id.wikipwdia/wiki/Ekonomi_syariah ii Adiwarman Azar dalam M. Ridho Hidayat www.eramuslim.com