Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa dan gangguan jiwa sering kali sulit didefinisikan. Orang
dianggap sehat jika mereka mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku
mereka pantas dan adaftif. Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika gagal
memainkan peran dan memikul tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas.
Kebudayaan setiap masyarakat sangat memengaruhi nilai dan keyakinan masyarakat
tersebut sehingga hal ini memengaruhi definisi sehat dan sakit. Perilaku yang dapat
diterima dan pantas dalam suatu masyarakat dapat dianggap mal adaftif atau tidak
pantas pada masyarakat lain.
Di masa lalu gangguan jiwa dipandang sebagai kerasukan setan, hukuman
karena pelanggaran sosial atau agama, kurang minat atau semangat, dan pelanggaran
norma social. Penderita gangguan jiwa dianiaya, dihukum, dijauhi, diejek, dan
dikucilkan dari masyarakat normal. Sampai abad ke-19, penderita gangguan jiwa
dinyatakan tidak dapat disembuhkan dan dibelenggu dalam penjara tanpa diberi
makanan, tempat berteduh, atau pakaian yang cukup.
Berdasarkan alasan tersebut di atas, kami membuat standar praktik
keperawatan kesehatan jiwa yang terdiri dari 6 standar, yaitu pengkajian, diagnosis,
identifikasi hasil, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

B. Tujuan penulisan
Tujuan penulisan makalah ini, yaitu:
1. Menjelaskan standar praktik keperawatan jiwa
2. Menjelaskan hal-hal yang mencakup dalam setiap standar praktik
keperawatan jiwa

2

BAB II
PEMBAHASAN


1. STANDAR I: PENGKAJIAN
Perawat kesehatan jiwa mengumpulkan data kesehatan pasien
Rasional
Pengkajian dengan wawancara membutuhkan keterampilan komunikasi yang
efektif secara budaya dan linguistik, wawancara, observasi perilaku, pencatatan, dan
pengkajian pasien yang komprehensif dan system yang relevan memampukan
perawat kesehatan jiwa untuk dapat bersuara dalam penilaian keadaan klinis dan
merencanakan intervensi untuk pasien.
Kondisi Keperawatan
Kesadaran diri
Observasi akurat
Komunikasi terapeutik
Dimensi asuhan yang responsive
Perilaku Keperawatan
Membuat kontrak keperawatan
Mengumpulkan informasi dari pasien dan keluarga
Validasi data kepada pasien
Mengorganisasi data
Elemen Kunci
Identifikasi alasan pasien mencari pertolongan
Kaji factor risiko berhubungan dengan keamanan pasien yang meliputi potensi
terjadinya:
Bunuh diri atau membahayakan diri
Perilaku kekerasan
Gejala putus zat
Reaksi alergi atau reaksi efek samping obat
3

Kejang
Jatuh atau kecelaksaan
Kabur dari rumah sakit
Instabilitas fisiologis
Pengkajian yang menyeluruh kondisi biopsikososial terhadap kebutuhan pasien
berhubungan dengan penanganan yang diberikan meliputi:
Penilaian kondisi sehat sakit pasien dan keluarganya
Perawatan jiwa sebelumnya pada diri pasien maupun keluarganya
Pengobatan saat ini
Respon koping fisiologis
Status respons koping mental
Sumber-sumber koping, meliputi motivasi terhadap perawatan dan hubungan
yang mendukung
Mekanisme koping yang adaptif maupun yang maladaptive
Masalah-masalah psikososial dan lingkungan
Penilaian fungsi global
Pengetahuan, kekuatan, dan defisit

2. STANDAR II: DIAGNOSIS
Perawat kesehatan jiwa menganalisa data hasil pengkajian untuk menentukan
diagnosis.
Rasional
Dasar pemberian asuhan keperawatan jiwa adalah mengakui dan identifikasi pola
respons penyakit jiwa dan masalah mental baik actual maupun potensial
Kondisi Keperawatan
Pembuatan keputusan yang logis
Pengetahuan tentang parameter normal
Berpikir induktif atau deduktif
Peka terhadap budaya

4

Perilaku Keperawatan
Identifikasi pola-pola dalam data
Membandingkan data dengan kondisi normal
Menganalisa dan sintesa data
Identifikasi masalah dan kekuatan
Validasi masalah dengan pasien
Memformulasikan diagnosis keperawatan
Membuat prioritas masalah
Elemen Kunci
Diagnosis harus mencerminkan respon koping adaptif dan maladaptive didasarkan
pada kerangka kerja keperawatan semisal NANDA
Diagnosis harus berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan atau keadaan penyakit
seperti yang tertulis dalam DSM atau ICD (Indonesia: PPDGJ)
Diagnosis seharusnya berfokus pada fenomena dari perawat kesehatan jiwa

3. STANDAR III: IDENTIFIKASI HASIL
Perawat kesehatan jiwa mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual
terhadap pasien.
Rasional
Dalam konteks memberikan asuhan keperawatan, tujuan akhirnya adalah
mempengaruhi outcome kesehatan dan meningkatkan status kesehatannya.
Kondisi Keperawatan
Keterampilan berpikir kritis
Bekerja sama dengan pasien dan keluarga
Perilaku Keperawatan
Merumuskan hipotesis
Menspesifikasi hasil yang diharapkan
Memvalidasi tujuan dengan pasien
Elemen Kunci
Hasil (outcome) seharusnya diidentifikasi bersama-sama dengan pasien
5

Hasil seharusnya diidentifikasi sejelas dan seobyektif mungkin
Hasil yang dituliskan dengan jelas membantu para perawat untuk menentukan
efektifitas dan efisiensi intervensi mereka.
Sebelum merumuskan hasil yang diharapkan perawat harus menyadari bahwa pasien
mencari bantuan seringkali mempunyai tujuan mereka sendiri
Kualitas Kriteria Hasil
Spesifik dari pada (general) umum
Measurable (dapat diukur/obyektif) dari pada subyektif
Attainable (dapat dicapai) dari pada unrealistic
Current (sekarang) dari pada outdate
Addequate jumlahnya dari pada terlalu banyak atau terlalu sedikit
Muttual dari pada satu sisi

4. STANDAR IV: PERENCANAAN
Perawat kesehatan jiwa mengembangkan rencana asuhan dalam bentuk tindakan
tertulis untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Rasional
Rencana asuhan digunakan untuk memandu intervensi terapeutik secara sistematis,
dengan proses dokumen, dan mencapai hasil yang diharapkan oleh pasien.
Kondisi Keperawatan
Aplikasi teori
Identifikasi aktivitas keperawatan
Validasi rencana dengan pasien
Elemen Kunci
Rencana asuhan keperawatan harus bersifat individual (khas) untuk pasien
Intervensi yang direncanakan seharusnya didasarkan pada pengetahuan terbaru dalam
area praktek keperawatan kesehatan jiwa
Perencanaan dilakukan dalam kolaborasi dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan.
Dokumentasi rencana asuhan adalah aktivitas keperawatan yang penting.

6

5. STANDAR V: IMPLEMENTASI
Perawat kesehatan jiwa menerapkan intervensi yang teridentifikasi dalam rencana
asuhan.
Rasional
Dalam mengimplementasikan rencana asuhan, perawat kesehatan jiwa menggunakan
rentang intervensi yang lebar yang dirancang untuk mencegah sakit mental dan fisik,
mempertahankan dan mengembalikan kesehatan fisik dan mental. Perawat kesehatan
jiwa menyeleksi intervensi sesuai dengan level praktek mereka. Pada level dasar,
perawat mungkin memilih konseling, terapi lingkungan, meningkatkan kemampuan
perawatan diri, skrining intake dan evaluasi, intervensi psikobiologikal, pendidikan
kesehatan, manajemen kasus, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,
intervensi krisis, asuhan berbasis komunitas, perawatan kesehatan jiwa di rumah,
telehealth, dan pendekatan-pendekatan yang lain untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Sebagai tambahan pilihan intervensi untuk perawat kesehatan jiwa tingkat dasar, pada
tingkat lanjut perawat jiwa (APRN PMH) dapat memberikan konsultasi,
melaksanakan psikoterapi, dan memberikan obat farmakologi di mana diizinkan oleh
undang-undang.
Kondisi Keperawatan
Pengalaman klinis sebelumnya
Pengetahuan tentang penelitian
Dimensi responsive dan tindakan dari asuhan
Perilaku Keperawatan
Mempertimbangkan sumber yang tersedia
Mengimplementasikan aktivitas keperawatan
Menghasilkan alternatif-alternatif
Berkoordinasi dengan anggota tim lainnya
Elemen Kunci
Intervensi keerawatan seharusnya merefleksikan pendekatan holistic biopsikososial
dalam merawat pasien
7

Intervensi keperawatan diimplementasikan dengan cara yang aman, efisien, dan
penuh kasih saying (caring)
Tingkat fungsi perawat dan intervensi yang diimplementasikan tergantung pada
undang-undang praktek perawat, kualifikasi perawat (meliputi pendidikan,
pengalaman dan sertifikasi), tempat pembnerian asuhan, dan inisiatif perawat.
STANDAR VA: KONSELING
Perawat kesehatan jiwa menggunakan intervensi konseling untuk membantu
pasien meningkatkan atau memulihkan kembali kemampuan koping sebelumnya,
mengembangkan kesehatan jiwa, dan mencegah penyakit jiwa dan kecacatan.
STANDAR VB: TERAPI LINGKUNGAN
Perawat kesehatan jiwa memberikan, membentuk, dan mempertahankan
lingkungan yang terapeutik bekerja sama dengan pasien dan pemberi pelayanan
kesehatan yang lain.
STANDAR VC: AKTIVITAS PERAWATAN DIRI
Perawat kesehatan jiwa menyusun intervensi sekitar aktivitas keseharian pasien
untuk mengembangkan kemampuan perawatan diri dan kesehatan fisik dan mental.
STANDAR VD: INTERVENSI PSIKOBIOLOGIKAL
Perawat kesehatan jiwa menggunakan pengetahuan tentang intervensi
psikobiologikal dan mengaplikasikan keterampilan klinis untuk mengembalikan
status kesehatan pasien dan mencegah terjadinya kecacatan di masa depan.
STANDAR VE: PENDIDIKAN KESEHATAN
Perawat kesehatan jiwa melalui pendidikan kesehatan membantu pasien mencapai
pola hidup yang memuaskan, produktif dan sehat.
STANDAR VF: MANAJEMEN KASUS
Perawat kesehatan jiwa memberikan manajemen kasus untuk mengkoordinir
pelayanan kesehatan yang komprehensif dan menjamin perawatan berkesinambungan
STANDAR VG : PROMOSI KESEHATAN DAN
MEMPERTAHANKAN KESEHATAN
Perawat kesehatan jiwa menggunakan strategi dan intervensi untuk meningkatkan
dan mempertahankan kesehatan dan mencegah penyakit jiwa
8

STANDAR VH: PSIKOTERAPI
Perawat Spesialis Keperawatan Jiwa (SKJ) menggunakan psikoterapi individu,
kelompok, dan keluarga, dan penanganan terapeutik lainnya untuk membantu pasien
mencegah penyakit jiwa dan disabilitas dan dalam meningkatkan status kesehatan
mental dan kemampuan berfungsi.
STANDAR VI: MERESEPKAN OBAT FARMAKOLOGI
Perawat SKJ menggunakan otoritasnya untuk membuat resep, prosedur dan
penanganan sesuai dengan peraturan perundangan (di Indonesia belum bias).
STANDAR VJ: KONSULTASI
Perawat SKJ memberikan konsultasi untuk meningkatkan kemampuan perawat lain
dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan berdampak perubahan pada system.

6. STANDAR VI: EVALUASI
Perawat kesehatan jiwa mengevaluasi proses pasien dalam mencapai hasil yang
diharapkan.
Rasional
Asuhan keperawatan adalah proses yang dinamis meliputi perubahan pada status
kesehatan pasien sepanjang waktu, memberikan tambahan data, diagnosa berbeda,
dan modifikasi dalam rencana asuhan. Karenanya evaluasi adalah proses
berkesinambungan dalam menilai efek keperawatan dan regiment asuhan terhadap
status kesehatan pasien dan hasil yang diharapkan.
Kondisi Keperawatan
Supervisi
Analisa diri
Peer review
Partisipasi pasien dan keluarga
Perilaku Keperawatan
Membandingkan respons pasien dan criteria hasil yang diharapkan
Review proses keperawatan
Memodifikasi proses keperawatan sesuai kebutuhan
9

Berpartisipasi dalam aktivitas peningkatan mutu
Elemen Kunci
Evaluasi adalah proses terus menerus (ongoing process)
Partisipasi pasien dan keluarga adalah penting
Pencapaian tujuan seharusnya didokumentasikan dan revisi rencana asuhan
seharusnya diimplementasikan dengan sesuai






















BAB III
PENUTUP
10



1. SIMPULAN
1. Secara umum, standar praktek keperawatan jiwa terdiri atas standar I
sampai dengan standar VI.
2. Pada standar praktek I, yaitu pengkajian, perawat kesehatan jiwa
mengumpulkan data kesehatan pasien.
3. Pada standar praktek II, yaitu diagnosis, perawat kesehatan jiwa
menganalisa data hasil pengkajian untuk menentukan diagnosis.
4. Pada standar praktek III, yaitu identifikasi hasil, perawat kesehatan
jiwa mengidentifikasi hasil yang diharapkan secara individual
terhadap pasien.
5. Pada standar praktek IV, yaitu perencanaan, perawat kesehatan jiwa
mengembangkan rencana asuhan dalam bentuk tindakan tertulis untuk
mencapai hasil yang diharapkan.
6. Pada standar praktek V, yaitu implementasi, perawat kesehatan jiwa
menerapkan intervensi yang teridentifikasi dalam rencana asuhan.
7. Pada standar praktek VI, yaitu evaluasi, Perawat kesehatan jiwa
mengevaluasi proses pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan.

2. SARAN
Standar praktek keperawatan jiwa sangat penting diketahui oleh perawat jiwa
secara khusus dan tenaga kesehatan lain secara umum. Oleh karena itu, sosialisasi
yang aplikatif mengenai standar tersebut hendaknya dilakukan sehingga menjadi
bekal bagi calon-calon perawat professional.



DAFTAR PUSTAKA

11


1. Townsend, C. Mary. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan Psikiatri
Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998.
2. Doenges, E. Marilynn; Townsend, C. Mary; Moorhouse, Mary Frances. Rencana
Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC. 2007.
3. Videbeck Sheila L. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC. 2008.

Anda mungkin juga menyukai