Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Absorpsi adalah proses pemisahan bahan dari suatu campuran gas dengan
cara pengikatan bahan tersebut pada permukaan absorben cair yang diikuti dengan
pelarutan. Kelarutan gas yang akan diserap dapat disebabkan hanya oleh gaya -
gaya fisik (pada absorpsi fisik) atau selain gaya tersebut juga oleh ikatan kimia
(pada absorpsi kimia). Komponen gas yang dapat mengadakan ikatan kimia akan
dilarutkan lebih dahulu dan juga dengan kecepatan yang lebih tinggi. Karena itu
absorpsi kimia mengungguli absorpsi fisik. Absorbsi gas merupakan operasi
dimana campuran gas dikontakkan dengan liquid dengan tujuan untuk
melewatkan suatu komposisi gas atau lebih dan menghasilkan larutan gas dalam
liquid. Pada operasi absorbsi gas terjadi perpindahan massa dari fase gas ke fase
liquid. Kecepatan larut gas dalam absorben liquid tergantung pada kesetimbangan
yang ada, karena itu diperlukan kerakteristik sistem gas liquid.
Transfer massa merupakan migrasi suatu komponen dari campuran yang
terjadi karena adanya perubahan dalam keseimbangan sistemnya yang disebabkan
karena adanya perbedaan konsentrasi. Adanya perbedaan konsentrasi zat kimia
antara bahan dan lingkungan disebut sebagai Driving force atau gaya penggerak
dari proses transfer massa. Perpindahan tersebut dapat terjadi dalam satu fase
maupun antara satu fase dengan fase lainnya (Singh and Heldman, 2001).
Perpindahan massa merupakan proses penting dalam proses industri, misalnya
dalam penghilangan polutan dari suatu aliran keluaran pabrik dengan absorbsi,
pemisahan gas dari air limbah, difusi neutron dalam reaktor nuklir.
Dalam perpindahan massa dikenal dua cara perpindahan, yaitu konveksi
atau difusi. Massa berpindah secara konveksi karena terbawa aliran dan aliran
disebabkan oleh gaya dari luar sistem. Perpindahan massa yang terjadi dari suatu
unsur yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri
aliran liquid, seperti pada kasus heat transfer, mekanisme perpindahan massa
terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis
molekul atau lebih, di mana konsentrasi masing - masing berbeda, maka masing -
masing molekul ini cenderung menuju ke komposisi yang sama (seragam). Proses
ini terjadi secara alami. Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada
konveksi dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul. Dalam
difusi molekul - molekul bergerak satu terhadap yang lain karena adanya gaya
pergerakan di dalam sistem, yaitu perbedaan konsentrasi.
Pada umumnya kebanyakan perpindahan massa larutan antara gas dan liquid
melalui sebuah aliran dipelajari dengan menggunakan kolom wetted wall. Pada
kolom wetted wall ini, gas mengalir ke dasar tube dan berpindah ke atas. Liquid
dimasukkan melalui puncak kolom dan aliran liquid ini terdistribusi secara merata
di sekeliling perimeter dalam tube, membentuk lapisan fil liquid yang jatuh dan
secara merata membasahi permukaan dalam tube dan mengalir turun sepanjang
tube tersebut. Proses absorpsi yang terjadi di dalam wetted wall absorption
column dapat menggambarkan adanya perpindahan massa di dalam kolom
tersebut. Perpindahan massa ini terjadi akibat adanya proses absorpsi yang terjadi
di dalam kolom tersebut. Dengan adanya perpindahan massa maka akan diperoleh
suatu bilangan yang merupakan koefisien perpindahan massa. Di mana koefisien
perpindahan massa itu merupakan besaran empiris yang diciptakan untuk
memudahkan persoalan - persoalan perpindahan massa antar fase.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah menentukan Reynold Number (R
e
) dan Sherwood Number (S
h
)
serta koefisien perpindahan massa dalam liquid dari data percobaan?
2. Bagaimanakah pengaruh laju aliran udara pada Wetted Wall Absorbtion
Column terhadap Koefisien Perpindahan Massa (K
L
), R
e
dan S
h
?
3. Bagaimanakah pengaruh laju alir udara dan laju alir air terhadap banyaknya O
2

yang terserap?
1.3. Tujuan
1. Mengetahui prinsip dan cara kerja Wetted Wall Absorption Column.
2. Mengetahui cara menghitung koefisien perpindahan massa dalam liquid (k
L
).
3. Mengetahui cara menghitung kadar DO dalam air.
4. Mengetahui aplikasi dari Wetted Wall Absorption Column.
1.4. Manfaat
1. Dapat memahami cara kerja alat Wetted Wall Absorption Column.
2. Dapat menentukan nilai R
e
, S
h
, serta Koefisisen perpindahan massa suatu
senyawa dengan meggunakan alat Wetted Wall Absorption Column.
3. Dapat melihat hubungan antara nilai R
e
dan S
h
melalui grafik.
4. Dapat memahami apa itu absorpsi yang terjadi pada Wetted Wall Absorption
Column.






















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Absorpsi
Absorpsi adalah proses penyerapan pada seluruh bahan atau zat yang
berlangsung dalam suatu kolom atau absorber. Zat yang diserap disebut fase
terserap sedangkan yang menyerap disebut absorben kecuali zat padat. Absorben
dapat pula berupa zat cair karena itu absorbsi dapat terjadi antara zat cair dengan
zat cair atau gas dengan zat cair. Beberapa faktor terjadinya absorpsi, yaitu :
a. kemampuan pelarut yang digunakan sebagai absorben
b. laju alir dari pelarut
c. jenis atau tipe kolom yang digunakan
d. kondisi operasi yang sesuai
Di dalam suatu kolom absorber, gas yang akan diserap dialirkan pada bagian
bottom kolom, sedangkan liquid atau pelarut dialirkan pada bagian top kolom. Hal
ini disebabkan karena gas lebih ringan dan mudah menyebar daripada liquid,
sehingga kontak antara liquid dan gas akan berlangsung dengan baik dan juga
mempengaruhi banyaknya gas yang diserap oleh pelarut atau liquid.
Absorpsi gas merupakan suatu proses di mana campuran gas dikontakkan
dengan liquid yang bertujuan untuk memisahkan satu atau lebih komponen dari
gas. Prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang akan
diolah sifat -sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan konsentrasi
dan pada laju perpindahan massa persatuan volume. Pada operasi absorpsi gas
terjadi perpindahan massa dari fase gas ke liquid. Absorpsi dikelompokan
menjadi:
a. Proses absorpsi yang berlangsung secara fisika terdiri dari absorpsi dan
dekripsi. Absorpsi fisika disebabkan oleh gaya Van der Wall yang ada di
permukaan absorbent. Panas absorpsinya rendah dan lapisan yang terbentuk
pada permukaan absorbent lebih dari satu lapis.
b. Proses absorpsi yang berlangsung secara kimia, proses ini biasanya disertai
oleh reaksi kimia. Absorpsi kimia terjadi karena reaksi antara zat yang diserap
dengan absorbent. Panas absorpsinya tingi dan lapisan yang terbentuk pada
permukaan absorbent hanya satu lapisan.
2.2. Kriteria Pemilihan Solven
Dalam absorpsi ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, seperti solven
yang akan digunakan. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan solven, antara lain:
a. Gas solubility (kelarutan gas) di mana kelarutan gas haruslah tinggi karena
selain dapat meningkatkan laju absorpsi juga dapat menurunkan kuantitas
solven yang dibutuhkan.
b. Volatility, solven haruslah mempunyai tekanan uap yang rendah sehingga jika
telah keluar dari proses absorpsinya solven tersebut masih merupakan
saturated solvent. Semakin kecil volatility, maka make up solven akan semakin
kecil.
c. Corrosiveness (tidak korosif), konstruksi material yang digunakan untuk
peralatan tidak terlalu mahal.
d. Cost (harga), harga dari solven tersebut murah dan selalu tersedia di pasaran.
e. Viskosity, penggunaan solven dengan viskositas rendah lebih menguntungkan
karena dapat mempercepat laju absorpsi, memperbaiki flooding pada kolom
absorpsi, pressure dropnya rendah, transfer panas berlangsung dengan baik.
f. Miscellaneous, solven haruslah tidak beracun, tidak mudah terbakar,
mengandung bahan kimia yang stabil, dan mempunyai freezing point yang
rendah. Tipe kolom absorber digolongkan ke dalam beberapa bagian yang
masing-masing memiliki klasifikasi dan pemakaian yang berbeda pada
operasinya. Di mana pemakaian harus disesuaikan dengan kondisi yang
diinginkan.
2.3. Tipe - Tipe Absorber
Absorber digolongkan menjadi beberapa bagian berdasarkan klasifikasi dan
pemakaian pada operasinya. Pemakaiannya harus disesuaikan dengan kondisi
yang diinginkan. Absorber diklasifikasi ke dalam 5 tipe utama yang metodenya
digunakan untuk menghasilkan kontak interfase.
1. Wetted Wall Column
Dalam laboratorium, Wetted Wall Column telah digunakan oleh sejumlah
pekerja dan mereka telah membuktikan pentingnya menentukan berbagai faktor,
dan mengadakan basis dari hubungan yang telah dikembangkan untuk packed
tower. Liquid dengan lapisan film yang tipis mengalir turun pada bagian dalam
pipa vertikal dengan aliran gas cocurrent atau countercurrent yang disebut dengan
wetted wall tower. Wetted Wall Column (WWC) merupakan suatu alat dimana di
dalamnya terdapat perpindahan massa dari fasa cair ke fasa gas. Praktikum ini
dilakukan untuk menentukan besarnya Kgl dalam berbagai operasi serta hubungan
antara bilangan tak berdimensi Nilai Re dan Nilai Sh.
Pada dasarnya susunan Wetted Wall Column (WWC) terdiri dari bagian
utama, yaitu :
a. Kolom perpindahan massa
b. Sistem air dan pengaturan fase gas
c. Sistem air dan pengaturan fase cair
Kolom perpindahan massa berwujud silinder, Air masuk kolom dari bagian atas
dengan dilewatkan suatu weir untuk mendapatkan aliran pada dinding yang
diharapkan serata mungkin. Suhu air diukur dengan suatu thermokopel, yang
dihubungkan dengan sutu MV-meter untuk membacanya.
Di bagian bawah dilakukan pengukuran suhu air keluar dengan cara yang
sama. Pengukuran suhu dapat juga dilakukan dengan thermometer air raksa
biasa.Udara mengalir keatas memasuki kolom gelas setelah melewati calming.
Pada sistem aliran air dan pengaturan fase gas, Udara yang digunakan diperoleh
dari suatu kompresor. Tekanan di tangki tekan, kompresor diatur agar ada tekanan
dengan harga tertentu pada selang terhadap arus motor. Sebelum memasuki
system saluran, udara dilewatkan pada membrane valve untuk menurunkan
tekanannya.Tekanan diluar dapat dibaca pada manometer. Untuk pengaturan
kecepatan aliran digunakan needle valve. Laju aliran diukur dengan arifece yang
dilengkapi manometer. Kalibrasi alat - alat tersebut dilakukan dengan dry test
meter atau wet test meter.
Konsentrasi uap air di udara tersebut diukur dengan menentukan humidity
nya. Pengukuran dilakukan dengan sepasang wet dan dry bulb thermometer. Pada
saat keluar dari kolom (diatas) dilakukan pengukuran kecepatan aliran dengan
arifece yang dilengkapi dengan rotameter. Kalibrasi alat-alat tersebut dilakukan
dengan menggunakan dry test meter atau wet test meter. Konsentrasi uap air di
udara tersebut diukur dengan sepasang wet dan dry bulb thermometer. Pada saat
keluar dari kolom (diatas) dilakukan juga pengukuran humidity dengan wet dan
dry bulb thermometer.
Lalu pada sistem aliran dan pengaturan fasa cair, Air yang akan digunakan
lebih dulu ditampung dalam sebuah constant head tank, selama operasi harus
terdapat overflow. Pengaturan keepatan alir dilakukan dengan menggunakan
arifece meter. Bila di bagian bawah kolom dapat diciptakan keadaan dimana
akumulasi air tidak berubah, maka laju alir dapat diukur dengan menentukan
volume air keluar yang terampung dengan jangka waktu tertentu. Suhu air keluar
dan masuk diukur dengan termokopel yang harus dikalibrasi terlebih dahulu.
2. Bubble Tower
Pada bubble tower, gas terdispersi menjadi fase liquid di dalam fine bubble.
Small gas bubble merupakan bagian untuk menentukan luas area. Kontak
perpindahan massa terjadi di dalam bubble formation dan buble rise up melalui
liquid. Arah aliran countercurrent di mana gas terdispersi di bottom tower.
Gerakan bubble mengurangi hambatan fase liquid. Penggunaan bubble tower
dengan sistem di mana pengontrol laju dari perpindahan masa pada fase liquid
yang absorpsinya adalah relatif fase gas. Mekanisme dasar perpindahan massa
terjadi di dalam bubble tower dan demikian juga dengan aliran counter di dalam
tank bubble batch di mana gas itu terdispersi di dalam bottom tank.
3. Spray Tower
Spray tower terdiri dari chamber - chamber besar di mana fase gas mengalir
dan masuk serta kontak dengan liquid terjadi di dalam spray nozzles. Aliran fase
di dalam spray tower dimulai dari liquid masuk ke dalam spray dan jatuh karena
gaya gravitasi, serta kontak secara countercurrent dengan aliran gas yang masuk.
Untuk ketinggian yang rendah, efisiensi ruang spray kira - kira mendekati packed
powder, tetapi untuk ketinggian yang melebihi 4 ft efisiensi spray turun dengan
cepat. Adanya kemungkinan terjadinya interfase aktif yang sangat besar pada saat
terjadinya sedikit penurunan, ternyata pada prakteknya ditemukan
ketidakmungkinan untuk mencegah terjadinya hubungan ini.
Spray nozzles didesain untuk aliran liquid yang mempunyai bilangan
pressure drop yang besar maupun kecil, untuk aliran liquid yang mempunyai flow
rate kecil, maka cross area kontaknya harus besar. Laju aliran yang mempunyai
drop fals menentukan waktu kontak dan sirkulasinya disertai dengan influensasi
perpindahan massa antara dua fase dan harus kontak secara kontinu. Hambatan
pada transfer yaitu pada fase gas dikurangi dengan gerakan swirling dari falling
likuid droplets. Spray tower digunakan untuk perpindahan massa larutan gas yang
tinggi dengan dikontrol laju perpindahan masa secara normal pada fase gas.
4. Plate Column
Plate column merupakan tipe absorber yang digunakan lebih luas
dibandingkan dengan packed column terutama untuk destilasi. Keuntungan dari
penggunaan plate column, antara lain:
a. Menyiapkan kontak lebih positif antara dua fase liquid.
b. Dapat meng-handle cairan lebih besar tanpa terjadi floading.
c. Lebih mudah dibersihkan.
5. Packed Tower
Packed tower merupakan tipe absorber yang digunakan untuk memperbesar
luas permukaan kontak antara gas dan liquid. Keuntungan dari penggunaan
packed tower, antara lain:
2.1. Pressure drop aliran gas rendah.
2.2. Lebih ekonomis di dalam operasi cairan korosif karena ditahan untuk
packing keramik.
2.3. Biaya kolom dapat lebih murah dari plate column pada ukuran diameter
yang sama.
2.4. Cairan hold up kecil.
2.4. Perpindahan Massa dalam Wetted Wall Column
Data yang paling baik untuk operasi perpindahan massa antara luas
permukaan pipa dan aliran fluida sebaiknya digunakan wetted wall column, alasan
penggunaan column ini adalah dalam pengamatan perpindahan massa yaitu
kontak luas permukaan antara dua fase yang hasilnya dapat akurat. Persamaan
dasar pada wetted wall column ada 2, yaitu:
2.4.1 Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas
Koefisien perpindahan massa untuk aliran gas diberikan pada persamaan :
44 , 0 83 , 0
. . 23 , 0
.
. . .
c e
AB
M B C
S R
D
I D K

............................. (1)
Dimana :

B
= densitas liquid B
Re = Reynold Number
D
AB
= massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid
Sc = bilangan number Schmidt.
2.4.2 Koefisien Perpindahan Massa untuk Lapisan Film(Persamaan Vivian dan
Peaceman)
Koefisien perpindahan massa untuk lapisan film ditunjukkan oleh
persamaan Vivian dan Peaceman:

4 , 0 6
2
3
5 , 0
.
2
. . 433 , 0
. 1
e c
AB
I
R
gz
S
D
Z K

....................... (2)
Dimana :
z = panjang kotak
g = gravitasi
Re = Reynold Number
D
AB
= massa difusivitas komponen A yang menjadi liquid
= viskositas liquid B
Sc = Schmidt Number.
4r/ di mana r adalah massa flowrate liquid per unit wetted parameter. Koefisien
film liquid terletak antara 1020% lebih rendah daripada persamaan teoritis untuk
absorpsi di dalam aliran laminar film.
2.5. Aliran dalam Pipa
Korelasi untuk perpindahan massa pada dinding dalam harus mempunyai
bentuk yang sama dengan korelasi untuk perpindahan kalor karena persamaan
dasar untuk difusi dan konduksi serupa. Persamaan ini merupakan persamaan
yang paling sederhana dan cocok dengan data publikasi dalam jangkauan
Reynolds Number dan Schmidt Number yang cukup luas. Bentuk alternatif dari
bentuk korelasi didapat dengan membagi persamaan di atas dengan NR
e
x NS
c

sehingga menghasilkan faktor jM sebagaimana ditunjukkan oleh Chilton dan
Colbum sama dengan jH serta f/2. Suku (/w) 0,14 biasanya 1,0 untuk
perpindahan massa oleh karena itu ditinggalkan. Analogi untuk persamaan ini
berlaku umum untuk perpindahan kalor dan perpindahan massa dengan pelarutan
yang sama.
Adanya perluasan analogi di atas dapat menutupi rugi gesek yang dilakukan
untuk pipa saja karena semua rugi disini berasal dari gesek kulit saja. Analogi ini
tidak berlaku untuk rugi gesek di mana tidak terdapat seret bentuk dari pemisahan
aliran, sebagaimana terdapat pada aliran seputar benda. Korelasi yang telah
disajikan untuk berbagai kisaran Schmidt Number. Data untuk penguapan
beberapa macam zat cair di dalam menara di dinding basah dikorelasi dengan
eksponen yang agak lebih tinggi baik untuk Reynold Number maupun untuk
Schmidt Number. Schmidt Number berkisar antara 0,60 dan 0,25 dan dalam
jangkau yang sempit. Perbedaan antara eksponen itu mungkin mempunyai makna
fundamental karena perpindahan ke permukaan zat cair yang mungkin
mempunyai gelombang yang harus berbeda dari permukaan perpindahan padat
yang licin. Korelasi untuk perpindahan massa dan Schmidt Number yang tinggi
(antara 430100.000) didapat dengan mengukur laju kelarutan di dalam tabung
asam benzoat di dalam air dan zat cair viscous. Perbedaan antara eksponen
Schmidt Number dan nilai 1/3 yang biasa mungkin tidak banyak, tetapi eksponen
Reynold Number jelas lebih besar dari 0,80.
2.6. Teori - Teori Pada Absorber
2.6.1 Teori Film
Teori film bersifat elementer di mana semua aliran di dalam aliran fluida
turbulen terkonsentrasi dalam suatu stagnant film. Berikutnya terhadap dinding
atau batas stasioner fluida, menurut model ini semua driving force atau garad
konsentrasi untuk mengurangi stagnant film serta konsentrasi di dalam bulk fluida
adalah konstan, hal ini dikarenakan adanya turbulen yang tingi. Turbulen yang
tingi mengurangi stagnant fluida. Tebal dari film hayalan yang digunakan untuk
masa pada kecepatan aliran yang sebanding adalah tidak sama kecuali pada
kondisi batas. Dari Reynold Number diketahui koefisien dari transfer massa
banyak digunakan, tetapi lebih sedikit dibandingkan dengan koefisien transfer
atau juga apabila dibandingkan dengan koefisien permukan. Dalam teori film
ketebalan film efektif ditentukan oleh bagaimana kondisi laminer dan turbulen.
Gradien konsentrasi merupakan karakteristik steady state.
Persyaratan kontak antara liquid dan gas merupakan persyaratan yang paling
sulit dicapai, terutama pada tower yang besar. Secara ideal, terdistribusi dari top
packing, mengalir dalam bentuk film tipis dari seluruh permukaan packing turun
ke bawah tower. Sebenarnya film tersebut, cenderung menebal pada beberapa
tempat dan menipis di tempat lain, sehingga liquid itu mengumpul menjadi arus -
arus kecil dan mengalir melalui lintas - lintas tertentu dalam packing. Begitu juga
pada laju aliran rendah, sebagian besar permukaan mungkin kering atau sedikitnya
diliputi oleh film stagnant liquid. Efek ini disebut sebagai chanelling dan
merupakan penyebab utama dari kerja yang kurang memuaskan pada menara
berukuran besar.
2.6.2 Teori Penetrasi
Suatu gelembung gas yang berada pada likuid yang bergerak ke luar dari
likuid, dituliskan dalam persamaan menjadi:

2
.
t
C
D
C
A
AB
A

(3)
Rumus di atas digunakan berdasarkan teori penetrasi. Di mana merupakan
waktu yang diperlukan oleh gelembung gas untuk naik dengan jarak tempuh sama
dengan jarak gelembung, C
A
merupakan konsentrasi awal, t merupakan fungsi
waktu, dan D merupakan jarak gelembung.
Teori penetrasi digunakan oleh Higbie untuk menganalisa fase cair. Dalam
absorpsi gas di mana cairan diasumsikan sebagai aliran laminer atau stasioner.
Higbie mempertimbangkan bahwa transfer di dalam cairan dengan transport
molekul unsteady state. Konsep yang dikemukakan oleh Higbie ini menghasilkan
suatu persamaan untuk fluks masa pada titik yang berada pada permukan cairan
yang diekspos untuk absorpsi gas. Berbeda dengan Danckwerte yang
menggunakan konsep unsteady state untuk absorpsi di dalam suatu cairan
turbulen dengan mengangap random surface renewal. Kemudian Marcello,
melakukan perbaikan terhadap model film penetrasi dengan kombinasi dari dua
model di atas pada Sc yang rendah model film steady state kelihatan pada Sc yang
tinggi. Sedangkan pada model unsteady state surface renewal lebih
mengambarkan situasi yang menguntungkan.
2.7. Penggunaan Absorpsi
Absorpsi gas oleh zat padat digunakan pada gas masker. Alat ini berisi
arang halus yang berfungsi menyerap gas - gas yang tidak diinginkan misalnya
gas yang beracun. Arang halus yang juga dipergunakan untuk membuat vakum
dengan temperatur yang rendah dapat dibuat vakum sampai 10
-4
mm. Grafit yang
juga dipergunakan sebagai pelumas karena molekulnya yang pipih sehingga
mudah bergeser terhadap satu sama lain.
Grafit memang sangat menguntungkan akan tetapi ternyata pada temperatur
yang tinggi sifat pelumas grafit sangat berkurang dan kembali lagi apabila
temperatur direndahkan. Dengan analisis kimia sering diperoleh kesulitan, hal ini
disebabkan oleh karena daya serap dari beberapa endapan terhadap ion - ion
dalam larutan.
2.8. Sistem Absorpsi
2.8.1 Sistem Dua Komponen
Bila sejumlah gas tunggal dikontakkan dengan liquid yang tidak mudah
menguap yang akan larut sampai tercapai keadaan setimbang. Konsentrasi gas
yang larut disebut kelarutan gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang ada.
Pada temperatur tetap, kelarutan gas akan bertambah bila tekanan dinaikkan pada
absorben yang sama. Gas yang berbeda mempunyai kelarutan yang berbeda. Pada
umumnya kelarutan gas akan menurun apabila temperatur dinaikkan.
2.8.2 Sistem Multikomponen
Bila campuran gas dikontakkan dengan liquid pada kondisi tertentu,
kelarutan setimbang, gas tidak akan saling mempengaruhi kelarutan gas, yang
dinyatakan dalam tekanan parsil dalam campuran gas. Bila dalam campuran gas
ada gas yang sukar larut maka kelarutan gas ini tidak mempengaruhi kelarutan gas
yang mudah larut. Pada beberapa komponen dalam campuran gas mudah larut
dalam liquid, kelarutan masing - masing gas tidak saling mempengaruhi bila gas
tidak dipengaruhi oleh sifat liquid. Hal ini hanya terjadi pada larutan ideal.
Karakteristik larutan ideal yaitu:
a. Gaya rata - rata tolak menolak dan tarik menarik dalam larutan tidak berubah,
dalam campuran bahan, volume larutan berubah secara linear.
b. Pada pencampuran bahan tidak ada panas yang diserap maupun yang
dilepaskan.
c. Tekanan uap total larutan berubah secara linear dengan komposisi.
Dalam absorpsi gas dan beberapa operasi lain alat yang sering digunakan adalah
menara isian. Alat ini terdiri dari sebuah kolom berbentuk sekunder atau menara
yang dilengkapi dengan pemasukan gas dan ruang distribusi pada bagian bawah,
pemasukan zat cair dan distributornya pada bagian atas, sedangkan pengeluaran
gas dan zat cair masing-masing pada bagian atas dan bagian bawah serta tower
packing. Penyangga harus mempunyai fraksi ruang terbuka yang cukup besar
untuk mencegah terjadinya pembanjiran pada piring penyangga itu.
Zat cair yang masuk disebut weak liquor berupa pelarut murni atau larutan
encer zat terlarut di dalam pelarut, didistribusikan di atas isian dengan distributor
sehingga pada operasi yang ideal membebaskan permukaan isian secara seragam.
Gas yang mengandung zat terlarut disebut fat gas, masuk ke ruang pendistribusian
yang terdapat di bawah isian dan mengalir ke atas melalui celah - celah antara
isian berlawanan arah dengan aliran zat cair. Isian itu memberikan permukaan
yang luas untuk kontak zat cair dan gas serta membantu terjadinya kontak antara
kedua fase. Persyaratan pokok yang diperlukan untuk isian menara ialah:
a. Tidak terjadi reaksi kimia dengan fluida di dalam menara.
b. Harus kuat tetapi tidak terlalu berat.
c. Mengandung cukup banyak laluan untuk kedua arus tanpa terlalu banyak zat
cair yang terperangkap atau menyebabkan penurunan tekanan terlalu tinggi.
d. Harus memungkinkan terjadinya kontak yang memuaskan antara zat cair
dengan gas.
e. Harus tidak terlalu mahal.
Prinsip - prinsip absorpsi tergantung pada banyaknya gas atau zat cair yang
akan diolah sifat - sifatnya, rasio antara kedua arus itu, tingkat perubahan
konsentrasi dan pada laju perpindahan massa persatuan volume isian. Laju
optimum zat cair untuk absorpsi didapatkan dengan menyeimbangkan biaya
operasi untuk kedua unit dan biaya tetap untuk peralatan.
Bila gas hanya diumpankan ke dalam menara absorpsi maka suhu di dalam
menara itu berubah secara menyolok dari dasar menara ke puncaknya. Kalor
absorpsi zat terlarut menyebabkan naiknya suhu larutan, penguapan pelarut
cenderung menyebabkan suhu turun. Efeknya secara menyeluruh ialah
peningkatan suhu larutan, tetapi di dekat dasar kolom suhu itu bisa sampai
melewati maksimum. Bentuk profil suhu bergantung pada laju penyerapan zat
terlarut, penguapan dan kondensasi pelarut, serta perpindahan kalor antara kedua
fase.







BAB III
METODOLOGI

3.1. Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan, yaitu :
Wetted wall absorption column terdiri dari:
a. Tabung 1 berupa kolom Deoksigenator.
b. Pompa 1.
c. Pompa 2.
d. Kompressor.
e. Tabung 2 berupa kolom absorpsi.
f. Sensor probe inlet dan outlet.
2. Bahan yang digunakan, yaitu :
a. Air
b. Udara
3.2. Prosedur Percobaan
1. Tekan tombol power lalu tekan tombol supply
2. Tekan tombol pump 1 untuk mengalirkan air dari bak penampung ke kolom
deoksigenator
3. Atur flowmeter untuk air sesuai dengan laju alir yang ditetapkan
4. Bila kolom deoksigenator penuh dengan air, hidupkan pump 2 yang berfungsi
untuk menyedot air dan dialirkan ke flowmeter dan sensor probe dimana alat
ini digunakan untuk menghitung laju alir air dan O
2
yang terserap dari inlet.
5. Kemudian air akan mengalir ke puncak wetted wall absorption column dan
selanjutnya akan turun dari puncak ke dasar kolom secara laminer yang berupa
lapisan tipis (film)
6. Bersamaan dengan itu, O
2
mengalir dari dasar kolom setelah terlebih dahulu
dipompakan udara oleh kompresor melalui cakram yang mendistribusi udara
ke kolom sehingga O
2
naik ke atas dan sebaliknya film turun ke bawah secara
countercurrent. Udara yang dialirkan oleh kompressor sebelumnya masuk
dalam flowmeter udara untuk menghitung laju alir udara.
7. Kemudian air yang sudah bebas O
2
masuk ke sensor probe untuk menghitung
O
2
outlet. Dimana kedua alat ini dihubungkan dengan DO meter.

Anda mungkin juga menyukai