Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MANDIRI

SP Nursing Research 1
ISU ETIK PENELITIAN DENGAN SUBJEK PENDERITA
GANGGUAN JIWA
Oleh
Triana N!"i#asari
11$%&%'%1111%'&
Reguler gan(il
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
)AKULTAS KEDOKTERAN
UNI*ERSITAS BRAWIJA+A
MALANG
'%1,
BAB I
PENDA-ULUAN
La#ar .ela/ang
Masalah gangguan kejiwaan kini tidak biasa dipandang sebelah mata lagi.
Kemiskinan dan impitan ekonomi yang melanda Indonesia belakangan ini menimbulkan
banyak penderita gangguan jiwa ringan hingga berat. Riset kesehatan dasar (Riskesdas)
2007 menunjukkan !"# penduduk dewasa (usia di atas $ tahun) di Indonesia
mengalami masalah gangguan mental emosional! dan 0!%"# mengalami gangguan
mental yang serius (&epartemen Kesehatan RI! 200'). Kondisi ini semakin diperkuat
melalui aneka ben(ana alam yang terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia.
)anyak pertanyaan dasar tentang kesehatan jiwa yang masih menjadi misteri.
*alah satu penyebabnya adalah karakteristik gangguan jiwa yang kompleks yang
merupakan kombinasi dari +aktor sosial! psikologi indi,idu! maupun +aktor biologi yang
menimbulkan kompleksitas masalah pada tiap tahap perkembangan penyakit! dari
pre,ensi hingga inter,ensi dan rehabilitasi. -erkait dengan etiologi! misalnya! banyak
+aktor seperti genetik! in+eksi pranatal! penyalahgunaan obat terlarang! lingkungan
keluarga! lingkungan sosial! dan kepribadian dapat mempengaruhi mun(ulnya gangguan
jiwa. &emikian juga dengan upaya pengobatan. sangat ber,ariasi! masih banyak yang
belum terjawab dan kurang e+ekti+ (Irmansyah! 200). /leh karenanya! penelitian dalam
bidang kesehatan jiwa sangat diperlukan untuk meningkatkan terus pengetahuan kita
tentang kesehatan jiwa dan pada akhirnya dapat menyediakan layanan kesehatan bagi
penderita yang lebih baik.
&emi meningkatkan kualitas penanganan gangguan jiwa! penelitian dengan
menggunakan subjek penderita gangguan jiwa merupakan salah satu penelitian yang
perlu. 0anya saja! penting diperhatikan bahwa penderita gangguan jiwa merupakan
salah satu kelompok rentan yang perlu dilindungi dari perlakuan yang merugikan
selama proses penelitian. *ehingga! etika penelitian menjadi persoalan penting karena
yang menjadi subjek adalah manusia. 0ak1hak dasar sebagai manusia harus tetap
dilindungi dan tidak boleh dikorbankan begitu saja karena kepentingan penelitian
kesehatannya.
BAB II
PEMBA-ASAN
2enelitian kesehatan yang menggunakan manusia sebagai subyek! maka aspek
etika yang menyangkut penghargaan atas martabat manusia! tidak dapat
dikesampingkan. *elain penghargaan atas hak dan martabat sebagai manusia! peneliti
harus memahami bahwa in+ormasi tentang substansi penelitian! adalah milik manusia
subyek tersebut! baik in+ormasi lisan maupun respon biologik. 2aling kurang! kepada
subyek harus dimintakan persetujuan untuk memberikan in+ormasinya se(ara bebas!
otonom dan sukarela! setelah terlebih dahulu memahami seluk beluk penelitian tersebut
terutama man+aat dan risiko yang akan mun(ul akibat keikutsertaannya dalam
penelitian. &engan demikian akan terjadi sema(am transaksi antara pemberi dan
penerima in+ormasi (dalam hal ini antara peneliti dengan subyek3partisipan) ()ertens!
200).
*ebelum tahun 4001an! banyak ilmuwan per(aya bahwa penyebab gangguan
jiwa adalah kemasukan roh jahat! sehingga upaya penyembuhannya adalah
mengeluarkan pengaruh roh jahat dengan berbagai (ara! dari melukai! men(ambuk
hingga melubangi kepala penderita. &alam periode 567I di 8erman penderita gangguan
jiwa menjadi korban utama untuk program 0itler men(iptakan ras 6ria yang unggul.
*aat mulai memasuki era modern! pada tahun 4"01an banyak penderita gangguan jiwa
yang dijadikan 9kelin(i per(obaan: dengan menjadi subjek penelitian yang bertujuan
memahami mekanisme terjadinya gangguan jiwa. 2aul 0o(h! psikiater ternama yang
pernah menjadi Kepala &irektur 2enelitian di New York State Psychiatric Institute!
misalnya! melakukan penelitian dengan menyuntikkan ;*& dan mes(aline pada
penderita ski<o+renia untuk menghasilkan halusinasi dan delusi (waham) serta
pemberian =>- dan tindakan lobotomi untuk mengetahui apakah inter,ensi tersebut
dapat men(egah induksi psikosis oleh obat1obatan (?illiams! 200$). 2ada saat yang
sama juga sering dilakukan penelitian yang disebut @Challenge studiesA. 2eneliti
mempro,okasi gejala ski<o+renia dengan melakukan isolasi pada pasien! pen(egahan
tidur sepanjang hari! serta pemberian obat1obatan yang bisa menimbulkan dengan jelas
keka(auan kondisi mental. *emua penelitian ini ditujukan untuk mengerti mekanisme
yang mendasari terjadinya gangguan jiwa (Bisher! 2004).
Kon+lik antara kebutuhan akan penelitian yang (epat dan e+isien (yang bertujuan
men(ari jawaban pengobatan terbaik pagi penderita) dengan perlindungan terhadap
manusia yang menjadi subjek telah mendapat perhatian serius sejak beberapa dekade
terakhir. Kon+lik ini telah menghasilkan prinsip1prinsip etis penelitian yang ter(atat
dimulai dengan the Nuremberg Code (4%') hingga the UNESCO Universal
Declaration on ioethics and !uman "ight (2004). =tika penelitian dikembangkan
terutama untuk menjembatani kebutuhan melakukan penelitian dengan perlindungan
terhadap manusia yang menjadi subjeknya. Keduanya adalah hal penting yang harus
dilakukan dengan sinergis. Karenanya! dilema etis dalam penelitian dengan subjek
manusia bukanlah kon+lik antara kebaikan dan keburukan! melainkan kompetisi antar
kebaikan! seperti kebaikan dari penelitian yang aman! dengan kebaikan dari
pengetahuan yang dihasilkan oleh penelitian (&u)ois! 2004).
0al utama yang membuat perlindungan etik pada penderita gangguan jiwa
menjadi penting yaitu kapasitas dalam mengambil keputusan. Kapasitas dalam membuat
keputusan adalah hal mutlak dalam proses mendapatkan persetujuan setelah penjelasan
(in#ormed consent) yang ,alid. 2ersetujuan setelah penjelasan (2*2) merupakan prinsip
etik penelitian utama yang telah ada sejak the Nuremberg Code (4%') (?illiams!
200$). &alam 2edoman =tika 2enelitian Kesehatan di Indonesia! masalah kapasitas
penderita gangguan jiwa dan 2*2 juga mendapat perhatian khusus! dan ada pada
pedoman $ (Komisi 5asional =tik 2enelitian Kesehatan! 2007). Kapasitas dalam
mengambil keputusan adalah istilah klinis yang bersi+at spesi+ik untuk menggambarkan
kemampuan penderita se(ara klinis dalam membuat keputusan spesi+ik. Kapasitas
dalam mengambil keputusan pada penderita gangguan jiwa mengalami penurunan
karena gejala gangguan jiwa itu sendiri! dan dari penurunan +ungsi kogniti+. Cejala
gangguan jiwa dapat mempengaruhi proses pikir seperti penderita depresi yang ingin
ikut serta dalam penelitian karena berharap akan meninggal dalam proses 9per(obaan:!
penderita (emas yang (enderung menolak dan khawatir yang berlebihan! dan penderita
psikosis yang tindakan dan pikirannya terpengaruh oleh gejala waham dan
halusinasinya. *ementara penurunan +ungsi kogniti+ dapat terjadi karena gejala yang
kronis dan berkelanjutan! serta akibat isolasi sosial yang berlangsung lama (?illiams!
200$). *ehingga! penting diperhatikan bahwa penderita gangguan jiwa merupakan salah
satu kelompok rentan yang perlu dilindungi dari perlakuan yang merugikan selama
proses penelitian
2enderita gangguan jiwa tidak diperkenankan untuk dipakai sebagai subjek
penelitian yang dapat dilaksanakan pada orang yang sehat jiwa. 2artisipasi mereka
adalah mutlak perlu untuk mengadakan penelitian mengenai kondisi yang hanya
dijumpai pada penderita gangguan jiwa (Bisher! 2004). 2enelitian yang dilakukan
seharusnya memberi man+aat untuk mereka! tidak hanya untuk keuntungan peneliti.
2ersetujuan juga harus diperoleh dari pihak keluarga! dimana mereka juga ikut andil
dalam proses penelitian dalam hal mengambil keputusan serta pertanggungjawaban
se(ara hukum pada in#ormed consent. Meskipun pada saat akan melakukan penelitian
telah diberlakukan prosedur yang ketat! seperti memperoleh in+ormasi persetujuan dari
peserta dan lisensi untuk pelaksanaan penelitian dari Komisi =tik 2enelitian Kesehatan!
suatu penelitian juga harus membuat pemonitoran baik pada data dan keselamatan
subjek selama proses penelitian! terutama pada kelompok khusus seperti penderita
gangguan jiwa. 0al ini kaitannya dengan dampak yang terjadi pada subjek serta man+aat
dan kerugiannya yang dibuat se(ara berkala! untuk memantau dan memastikan seluruh
standar prosedur etika penelitian telah dilaksanakan. 2eneliti dapat membuat sendiri
pemonitoran tersebut ataupun memberi dana kepada Komisi =tik 2enelitian Kesehatan.
0al ini dapat memberikan perlindungan etik dengan subjek penderita gangguan jiwa
(Irmansyah! 200).
BAB III
PENUTUP
Kesi01ulan
Masalah gangguan jiwa kini dianggap sebagai masalah yang kompleks.
Riskesdas (2007) menunjukkan !"# penduduk dewasa (usia di atas $ tahun) di
Indonesia mengalami masalah gangguan mental emosional! dan 0!%"# mengalami
gangguan mental yang serius (&epartemen Kesehatan RI! 200'). )anyak pertanyaan
dasar tentang kesehatan jiwa yang masih menjadi misteri. /leh karenanya! penelitian
dalam bidang kesehatan jiwa sangat diperlukan untuk meningkatkan terus pengetahuan
kita tentang kesehatan jiwa dan pada akhirnya dapat menyediakan layanan kesehatan
bagi penderita yang lebih baik.
2enelitian kesehatan yang menggunakan manusia sebagai subyek! maka aspek
etika yang menyangkut penghargaan atas martabat manusia! tidak dapat
dikesampingkan. *aat mulai memasuki era modern! pada tahun 4"01an banyak
penderita gangguan jiwa yang dijadikan 9kelin(i per(obaan: dengan menjadi subjek
penelitian yang bertujuan memahami mekanisme terjadinya gangguan jiwa. Kon+lik ini
telah menghasilkan prinsip1prinsip etis penelitian yang ter(atat dimulai dengan the
Nuremberg Code (4%') hingga the UNESCO Universal Declaration on ioethics and
!uman "ight (2004). =tika penelitian dikembangkan terutama untuk menjembatani
kebutuhan melakukan penelitian dengan perlindungan terhadap manusia yang menjadi
subjeknya. 0al utama yang membuat perlindungan etik pada penderita gangguan jiwa
menjadi penting yaitu kapasitas dalam mengambil keputusan. Kapasitas dalam
mengambil keputusan pada penderita gangguan jiwa mengalami penurunan karena
gejala gangguan jiwa itu sendiri! dan dari penurunan +ungsi kogniti+. 2ersetujuan juga
harus diperoleh dari pihak keluarga! dimana mereka juga ikut andil dalam proses
penelitian serta pertanggungjawaban se(ara hukum pada in#ormed consent. &alam
penelitian kelompok ini penting membuat pemonitoran baik pada data dan keselamatan
subjek selama proses penelitian. &imana! hal tersebut memberikan perlindungan etik
dengan subjek penderita gangguan jiwa.
DA)TAR PUSTAKA
)ertens! K. 200. Pers$ekti# Etika% Esai&Esai 'entang (asalah )ktual. Dogyakarta.
Kanisius.
&u)ois! 8. M.! Eolpe! R. ;.! F Rangel! =. K. 200'. 0idden =mpiri(al Resear(h =thi(s.
6 Re,iew o+ -hree 0ealth 8ournals Brom 200$ -hrough 200". *ournal o#
Em$irical "esearch on !uman "esearch Ethics! 71'. doi.
0.$2$3jer.200'.G.G.7
Bisher! M. 6. 2004. =thi(s1based -raining Bor 5on(lini(al *ta++ In Mental 0ealth
*ettings. Pro#essional Psychology% "esearch and Practice! %0($)! %$41%"".
Irmansyah. 200. Isu Etik Dalam Penelitian di idang +esehatan. 8arkarta. 6sosiasi
Ilmu Borensik Indonesia (6IBI) bekerjasama dengan Hni,ersitas D6R*I.
?illiams! >. >. 200$. =thi(al >onsiderations in Mental 0ealth Resear(h ?ith Ra(ial
and =thni( Minority >ommunities, Community (ental !ealth *ournal! %($)!
$041$20.

Anda mungkin juga menyukai