Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prinsip keja irgasi tetes adalah pemberian air ke tanah untuk pemenuhan kebutuhan
air bagi tanaman, dengan cara meneteskan air melalui emiter, yang mengarah langsung
pada zona perakaran. Irigasi tetes merupakan pengembangan dari irigasi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya saja irigasi permukaan, irigasi pancar dll. Irigasi ini sangatlah efektif
untuk efisiensi penggunaan air, karena sasaran irigasi tetes ini langsung ke akar sehingga
kecil kemungkinan air mengalami penguapan.
Di Indonesia ini memungkinkan dikembangkan tanaman sayur-sayuran yang banyak
bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan bagi manusia. Sehingga ditinjau dari
aspek klimatologis Indonesia sangat tepat untuk dikembangkan untuk bisnis sayuran. Di
antara tanaman sayur-sayuran yang mudah dibudidayakan adalah caisim. Karena caisim ini
sangat mudah dikembangkan dan banyak kalangan yang menyukai dan memanfaatkannya.
Selain itu juga sangat potensial untuk komersial dan prospek sangat baik.
Dalam kegiatan budidaya pertanian, berbagai macam faktor memiliki peran serta
dalam keberhasilan usaha budidaya tersebut. Salah satu faktor yang tidak dapat dilupakan
dan ditinggalkan yaitu permasalahan tentang kebutuhan air yang diperlukan oleh tanaman.
Air merupakan unsur kedua yang memiliki peranan penting dalam keberhasilan usaha
budidaya pertanian di lahan setelah tanah. Peran tersebut sangat fundamental dan harus
selalu terpenuhi. Jika kebutuhan air yang seharusnya telah diberikan pada tanaman belum
juga terpenuhi, maka hal tersebut akan menjadi salah satu faktor pembatas dalam
keberhasilan usaha budidaya tersebut.
Beberapa literatur (Roscher, 1990) mengatakan hanya sekitar 10% dari air yang
diberikan yang diserap oleh akar tanaman, selebihnya (90%) terbuang melalui perkolasi,
evaporasi dan lain-lain. Selain itu bila penempatan mesin pompa air terlalu berdekatan,
pada beberapa hari kemudian air menjadi sulit untuk dihisap, sehingga penggunaan mesin
pompa menjadi mubazir.
Untuk mengatasi hal tersebut di atas maka dipilih alternatif untuk menggunakan
sistem irigasi hemat air yaitu sistem irigasi tetes dengan pengadaan bahan baku jaringan
seluruhnya berasal dari daerah tersebut. Sistem irigasi tetes dapat mencapai efisiensi 95%
dalam penyerapan air oleh tanaman. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-pipa
PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes ulir
plastik sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal dari
sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
Perhitungan jumlah keperluan air bagi kelangsungan hidup tanaman atau sering
diistilahkan dengan modulus irigasi, adalah merupakan suatu tahapan perhitungan yang
mengawali perancangan suatu sistem irigasi baik yang bersifat terbuka dengan
mengandalkan hukum gravitasi maupun yang bersifat tertutup dengan perpipaan yang
dilengkapi dengan teknik pemompaan untuk dapat memberikan tekanan yang cukup bagi
pangaliran airnya.
Modulus irigasi suatu tanaman, didalam perhitungannya belum memasukkan factor efisiensi
karena kehilangan air akibat sistem irigasi yang digunakan seperti evaporasi, perkolasi dll.
Modulus irigasi dari suatu tanaman akan berbeda dengan tanaman lainnya, juga
tidak kalah pentingnya adalah keadaan curah hujan dan evapotranspirasi di lokasi kegiatan
budidaya berlangsung. Analisis modulus irigasi dilakukan setelah pola tanam dan kalender
tanam dari tanaman yang akan dibudidayakan ditentukan. Pola tanam dan kalender tanam
yang baik akan mengoptimalkan modulus irigasi dari setiap jenis tanaman, dengan demikian
akan mengoptimalkan pula efisiensi penggunaan air irigasi.
Suatu luasan lahan yang ditanami berbagai jenis tanaman akan memerlukan
penanganan managemen air irigasi yang cukup kompleks dan harus terpadu untuk dapat
terpenuhinya kebutuhan air bagi pertumbuhan berbagai jenis tanaman yang dibudidayakan.
Oleh karena itu selain dari analisis perhitungan modulus irigasi perlu pula dilakukan analisis
perhitungan interval irigasi yang tergantung dari jenis tanah lahan yang dibudidayakan
terutama laju deplesi kandungan air tanahnya.
Perancangan sistem irigasi tetes meliputi perancangan layout jaringan perpipaan
beserta pompa air dsb., perancangan kalender tanam dan pola tanam, perhitungan
kebutuhan air irigasi pada tingkat tanaman (modulus irigasi), perhitungan maximum interval
irigasi, perhitungan maximum lama penyiraman, perhitungan kebutuhan debit dan daya
pompa untuk operasional sistem tersebut. Perhitungan Reference Crop Evapotranspiration
(ETo) menggunakan metoda Blaney-Criddle. Untuk mengetahui jarak optimal penempatan
pompa air untuk tujuan irigasi sistem tetes pada sumur pompa yang satu dengan yang
lainnya pada luasan lahan yang sama, digunakan pendekatan persamaan aliran air ke dalam
sumur dengan kondisi aliran air yang tetap pada aquifer phreatic dan semi-tertekan.

Contoh irigasi tetes
Berbagai macam cara yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air yang
diperlukan oleh tanaman tersebut terdiri dari berbagai macam cara, dan prinsip yang
berbeda beda. Permasalan tentang air menjadi sangat penting saat musim kemarau.
Kegiatan pemenuhan kebutuhan air bagi tanaman atau menyiram tanaman di musim
kemarau bagi sebagian petani tradisional menjadi rutinitas yang cukup merepotkan. Mulai
dari mengambil air dari sumbernya, mengangkutnya ke kebun, hingga menyiramkannya satu
per satu pada setiap tanaman. hal tersebut yang selalu dianggap sebagai aktivitas yang
melelahkan.
Namun bagi petani yang paham teknologi kegiatan menyiram tanaman menjadi hal
yang mudah dan praktis, tinggal putar kran maka semua tanaman pun akan tersiram secara
merata.
Salah satu cara mempermudah rutinitas penyiraman tersebut adalah dengan penerapan
sistem irigasi tetes (drip irrigation). Irigasi tetes adalah metode irigasi yang menghemat air
dan pupuk dengan membiarkan air menetes pelan-pelan ke akar tanaman, baik melalui
permukaan tanah atau langsung ke akar, melalui jaringan katup, pipa dan emitor. Irigasi
tetes telah digunakan pada zaman kuno dengan mengisi pot tanah liat yang terkubur
dengan air, yang pelan-pelan merambat ke rumput. Jaringan irigasinya menggunakan pipa-
pipa PVC/Paralon yang kemudian air dikeluarkan dari pipa dengan menggunakan penetes
ulir plastik sebagai regulator penetes, yang diteteskan di dekat tanaman. Sumber air berasal
dari sumur bor pantek yang dihisap dengan pompa air listrik.
Irigasi tetes pertamakali digunakan di kawasan gurun dimana air sangat langka dan
berharga. Pada pertanian skala besar, irigasi tetes cocok untuk sistem pertanian berjajar,
untuk buah-buahan, juga sistem irigasi di dalam greenhouse. Irigasi tetes juga menjadi
sarana penting di negara-negara maju di seluruh dunia dalam mensiasati pasokan air yang
terbatas. Drip irrigation dirancang khusus untuk pertanian bunga-bungaan, sayuran,
tanaman keras, greenhouse, bedengan, patio dan tumbuhan di dak. Selain oleh petani
tradisional, sistem mikro irigasi ini cocok untuk kebun perkotaan, sekolah, rumahan,
operator greenhouse. Pada dasarnya siapapun yang bercocok tanam yang butuh pengairan
yang tepat dan efisien, bisa menggunakan sistem ini.
Sistem irigasi tetes cepat dan mudah dirakit. Komponennya utama adalah pipa
paralon dengan dua ukuran yang berbeda. Yang berdiameter lebih besar digunakan sebagai
pipa utama, sementara yang lebih kecil digunakan sebagai pipa tetes. Pipa utama berfungsi
sebagai pembagi air ke setiap pipa tetes. Pipa tetes diberi lubang-lubang untuk meneteskan
air ke setiap tanaman dengan jarak sesuai jarak antar tanaman. Untuk mengalirkan air dari
sumbernya diperlukan pompa air, juga dilengkapi kran dan saringan air ke pipa utama, tidak
lupa pipa konektor untuk sambungan. Untuk instalasi sistem perpipaan memang
membutuhkan biaya. Tapi banyak alternatif yang layak dicoba selain menggunakan pipa-
pipa dan pompa. Contoh irigasi tetes yang paling sederhana adalah dengan menggunakan
bambu yang dilubangi antar ruasnya atau memanfaatkan botol plastik bekas kemasan air
mineral yang diletakkan terbalik.
Dibandingkan dengan sprinkler atau penyiram taman sistem semprot perlu jumlah air yang
banyak. Diperlukan sebanyak 400 galon air per jam, sementara tanah tidak diberi waktu
untuk menyerap air. Hasilnya air lolos di permukaan mengakibatkan erosi. Sementara
dengan irigasi tetes air bisa dihemat hingga 50%. Drip irrigation tidak membuang-buang air,
tidak menyebabkan erosi dan sedikit air yang menguap. Air memiliki waktu untuk menyerap
ke dalam dan secara kapiler ke seluruh area perakaran. Hasilnya irigasi tetes memiliki
efisiensi hingga 95% dibanding sistem sprinkler yang hanya 50% 65%. Dengan
penambahan pengatur waktu (timer) yang diprogram, sistem irigasi mikro ini secara
otomatis akan menyiram tanaman dengan jumlah air yang tepat setiap hari sementara anda
bisa berleha-leha di rumah atau bisa tenang bepergian.
Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara
mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus
digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena
sytemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. dengan menggunakan
sytem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu
menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air
dan membuat tanaman rusak.
Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan baterai yang
dioperasikan timer dan menghemat waktu Anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang
lebih penting. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap
saat, siang dan untuk selama diperlukan.
Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume rendah penyemprot
yang ideal untuk menjaga tanaman benih basah. Penggunaannya sangat mudah. dengan
dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer
sehingga menghemat waktu anda yang berharga untuk tugas-tugas lain yang lebih penting.
Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat, siang dan
untuk selama diperlukan.
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah :
1. menyediakan air selama musim kemarau;
2. membantu penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama seminggu;
3. menyalurkan air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting
4. mengusahakan tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan
cukup untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami
yang ada di dalam pot.

Dengan meningkatnya kebutuhan air di bidang pertanian dan bidang lain, sedangkan
potensi air terus menurun, menuntut suatu usaha untuk pemanfaatan air di bidang
pertanian secara hemat dan efisien. Untuk itu diperlukan sistem irigasi yang dapat menekan
atau meniadakan kehilangan air melalui evaporasi, perkolasi, dan aliran permukaan, tanpa
menurunkan produktivitas lahan (Murty, 2002).
Sistem irigasi adalah suatu sistem pengairan tanaman atau suatu sistem yang
diciptakan untuk menyuplai atau memberikan air bagi kebutuhan tanaman yang dapat
dilakukan dengan lima cara diantaranya; (1) dengan penggenangan (flooding); (2) dengan
menggunakan alur, besar atau kecil; (3) dengan menggunakan air di bawah permukaan
tanah melalui sub irigasi, sehingga
Menyebabkan permukaan air tanah naik; (4) dengan penyiraman (sprinkling); atau
dengan sistem cucuran (trickle) (Hansen dkk, 1986). Sistem irigasi merupakan suatu sistem
pengairan tepat guna yang memiliki dua fungsi, yaitu fungsi umum dan fungsi spesifik.
Secara garis besar, fungsi umum dari suatu sistem irigasi adalah untuk memenuhi
kebutuhan air tanaman, sedangkan fungsi spesifik dari sistem irigasi diantaranya;
mengambil air dari sumber (diverting), membawa/mengalirkan air dari sumber ke lahan
pertanian (conveying), mendistribusikan air kepada tanaman (distributing) dan mengatur
dan mengukur aliran air (regulating and measuring).

1.2 Tujuan
Agar mahasiswa mengetahui manfaat dan cara menggunakan irigasi tetes bagi
tanaman yang dapat bermanfaat untuk menjaga kelembaban tanah dan mampu
mempertahankan pada tingkat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Irigasi Tetes
Irigasi tetes adalah suatu sistem untuk memasok air (dan pupuk) tersaring ke dalam
tanah melalui suatu pemancar (emitter). Irigasi tetes menggunakan debit kecil dan konstan
serta tekanan rendah. Air akan menyebar di tanah baik ke samping maupun ke bawah
karena adanya gaya kapiler dan gravitasi. Bentuk sebarannya tergntung jenis tanah,
kelembaban, permeabilitas tanah, dan jenis tanaman (Keller dan Bliesner, 1990).
Pemberian air pada irigasi tetes dilakukan dengan menggunakan alat aplikasi yang
dapat memberikan air dengan debit yang rendah dan frekuensi yang tinggi (hampir terus
menerus) disekitar perakaran tanaman. Tekanan air yang masuk ke alat aplikasi sekitar 1,0
bar dan dikeluarkan dengan tekanan mendekati nol untuk mendapatkan tetesan yang terus
menerus dan debit yang rendah.
Sehingga irigasi tetes diklasifikasikan sebagai irigasi bertekanan rendah. Sistem irigasi
tetes didesain untuk dioperasikan secara harian (minimal 12 jam per hari) dan tingkat
kelembaban tanaman dapat diatur.
Irigasi tetes mempunyai beberapa keuntungan, diantaranya:
a. Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan
metode lain.
b. Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal bagi
pertumbuhan tanaman
c. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemberian.
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur dengan air irigasi, sehingga
pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, frekuensi pemberian lebih
tinggi dan distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran
d. Menekan resiko penumpukan garam.
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah
perakaran.
e. Menekan pertumbuhan gulma.
f. Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan
g. Menghemat tenaga kerja.
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga
kerja yang diperlukan lebih sedikit (James, 1982).

2.1.1 Komponen Irigasi Tetes
A. Jaringan pipa pada irigasi tetes.
Pipa yang digunakan pada irigasi tetes terdiri dari pipa lateral, pipa sekunder dan
pipa utama komponen penting dari irigasi tetes. Tata letak dari irigasi tetes dapat sangat
bervariasi tergantung kepada berbagai faktor seperti luas tanah, bentuk dan keadaan
topografi. Irigasi tetes tersusun atas dua bagian penting yaitu pipa dan emiter. Air dialirkan
dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat dari plastik yang berdiameter
12 mm (1/2 inci) 25 mm (1 inci) (Hansen dkk, 1986).
Pipa utama (main line, head unit) terdiri dari pompa, tangki injeksi, filter utama,
pengukur tekanan, pengukuran debit dan katup pengontrol. Pipa utama umumnya terbuat
dari pipa polyvinylchloride (PVC), galvanized steelatau besi cord yang berdiameter antara 7,5
25 cm. Pipa utama dapat dipasang di bawah permukaan tanah (Prastowo, 2003). Pipa
pembagi (sub-main, manifold m), katup solenoid, regulator tekanan, pengukur tekanan dan
katup pembuang. Pipa sub-utama terbuat dari pipa PVC atau pipa HDPE () dilengkapi
dengan filter kedua yang lebih halus (80-100highdensity polyethylene) dan diameter antara
50 75 mm. Penyambungan pipa pembagi dengan pipa utama (Prastowo, 2003).
Pipa lateral umumnya terbuat dari pipa PVC fleksibel atau pipa politelinedengan
diameter 12 mm 32 mm. Emiter dimasukkan ke dalam pipa lateral pada
jarak yang ditentukan yang dipilih sesuai dengan tanaman dan kondisi tanah. Pipa lubang
ganda, pipa porous dan pipa dengan perforasi yang kecil digunakan pada beberapa instalasi
untuk menggunakan keduanya sebagai pipa pembawa dan sebuah emitter system (Hansen
dkk, 1986). Menurut Keller dan Bliesner (1990) dalam sistem irigasi tetes tersusun atas pipa
dan emiter. Air dialirkan dari pipa dengan banyak percabangan yang biasanya terbuat dari
plastik yang diameter 12 mm (1/2 inci) 25 mm (1 inci).

B. Emiter
Emiter merupakan alat pengeluaran air yang disebut pemancar. Emiter
mengeluarkan air dengan cara meneteskan air langsung ke tanah ke dekat tanaman. Emiter
mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari emiter air keluar menyebar secara
menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal
oleh gravitasi. Daerah yang dibasahi emiter tergantung pada jenis tanah, kelembaban tanah,
permeabilitas tanah. Emiter harus menghasilkan aliran yang relatif kecil menghasilkan debit
yang mendekati konstan. Penampang aliran perlu relatif lebar untuk mengurangi
tersumbatnya emiter (Hansen dkk, 1986).
Menurut Keller dan Bliesner (1990) emiter merupakan alat pembuangan air, emiter
dipasang di dekat tanaman dan tanah. Semakin dekat ke tanah semakin efisien air yang
diterima tanah dan tanaman karena semakin besar daerah yang terbasahi semakin tinggi
kelembaban tanah. Semakin dekat jarak emiter maka semakin banyak daerah yang
terbasahi.
Berdasarkan pemasangan di pipa lateral, penetes dapat menjadi (a) on-line emitter,
dipasang pada lubang yang dibuat di pipa lateral secara langsung ataudisambung dengan
pipa kecil; (b) in-line emitter, dipasang pada pipa lateraldengan cara memotong pipa lateral.
Penetes juga dapat dibedakan berdasarkanjarak spasi atau debitnya, yaitu (a) point source
emitter, dipasang dengan spasiyang renggang dan mempunyai debit yang relatif besar;
(b) line source emitter,dipasang dengan spasi yang lebih rapat dan mempunyai debit yang
kecil. Pipa
porous dan pipa berlubang juga dimasukkan pada kategori ini (Prastowo, 2003).
C. Tabung marihot
Tabung Marihot merupakan tabung untuk mengalirkan air dengan headsesuai
dengan rancangan (20 cm 250 cm). Prinsip kerja tabung marihot adalahpengaliran air
dengan tekanan atmosfir atau dengan kata lain low pressure,sehingga air yang keluar pada
setiap emiter akan seragam (Tusi, 2006).
Menurut Tusi (2006) tabung marihot digunakan sebagai wadah atau tangki air irigasi
(dan larutan nutrisi) yang dapat mengalirkan aliran debit tetap, dan debit akan berubah
pada elevasi yang berbeda (pada headyang berbeda). Bagian dari tangki dilengkapi dengan
selang-selang kecil untuk saluran pemasukan udara dan saluran pengairan.
Cara kerja tabung marihot yaitu udara luar yang mempunyai tekanan 1 atm masuk
ke dalam tabung marihot melalui lubang masuk udara, karena berat udara yang lebih ringan
dari larutan nutrisi (air irigasi) maka udara luar yang masuk akan naik ke bagian atas tabung
marihot. Udara yang berada di bagian atas tabung akan menekan air irigasi (larutan nutrisi)
yang ada dalam tabung marihot dengan tekanan tetap sebesar 1 atm sehingga larutan
nutrisi akan mengalir keluar melalui lubang pengaliran dengan kecepatan yang tetap.
Adanya tekanan udara dan beda headyang tetap ini akan menyebabkan kecepatan aliran
nutrisi tetap.

D. Tekanan
Menurut Erizal (2003) keseragaman pemberian air ditentukan berdasarkan variasi
debit yang dihasilkan emiter. Karena debit merupakan fungsi dari tekanan operasi, maka
variasi tekanan operasi merupakan faktor keseragaman aliran. Oleh karena tekanan
berpengaruh pada debit emiter maka semakin besar tinggi air tangki penampungan akan
semakin tinggi pula tekanan. Sehingga debit akan semakin besar.
E. Debit
Debit adalah banyaknya volume air yang mengalir per satuan waktu. Pada irigasi
tetes debit yang diberikan hanya beberapa liter per jam. Umumnya debit rata-rata dari
emiter tersedia dari suplier peralatan. Debit untuk irigasi tetes bergantung dari jenis tanah
dan tanaman. Debit irigasi tetes yang umum digunakan 4 ltr/jam, namun ada beberapa
pengelolaan pertanian menggunakan debit 2, 6, 8 ltr/jam. Penggunaan debit berdasarkan
jarak tanam dan waktu operasi (Keller dan Bliesner, 1990). Debit air keluaran emiter rata-
rata adalah volume dari keseluruhan air yang tertampung dari semua emiter per satuan
waktu dan jumlah emiter yang ada.
F. Keseragaman Irigasi
Menurut Sapei (2003), keseragaman aplikasi air merupakan salah satu faktor
penentu efisiensi irigasi yang dihitung dengan persamaan koefisiensi
G. Tingkat Pembasahan
Parameter yang digunakan untuk menyatakan tingkat pembasahan tanah adalah
persentase terbasahkan (Pw, wetted percentage), yaitu merupakan nisbah antara luas areal
yang terbasahkan (pada kedalaman 15-30 cm dari permukaan tanah). Persentase
terbasahkan dipengaruhi oleh debit dan volume pemberian air dari setiap alat aplikasi, spasi
alat aplikasi dan jenis tanah.

H. Efisiensi Penyebaran Irigasi Tetes
Dalam pemberian air irigasi adalah distribusi air irigasi normal yag merata pada
daerah perakaran. Pada hampir seluruh keadaan, makin merata air yang didistribusikan
makin baik reaksi tanaman. Penyebaran air yang tidak sama mengandung banyak
karakteristik yang tidak diinginkan. Daerah yang kering terlihat perbedaan yang diberi air
irigasi secara tidak merata kecuali kelebihan air yang tidak digunakan, yang sebaliknya
berakibat pada pemborosan air.
Apabila ada kecenderungan untuk akumulasi garam, daerah tersebut yang menerima
air lebih sedikit dari kedalaman air yang diinginkan akan menunjukkan akumulasi garam
yang paling besar.
2.2 Sawi pakcoy (Brassica rapa)
Sawi adalah sekelompok tumbuhan dari marga Brassica yang dimanfaatkan daun
atau bunganya sebagai bahan pangan (sayuran), baik segar maupun diolah. Sawi mencakup
beberapa spesies Brassica yang kadang-kadang mirip satu sama lain.
Di Indonesia penyebutan sawi biasanya mengacu pada sawi hijau(Brassica
rapa) kelompok parachinensis, yang disebut juga sawi bakso, caisim, atau caisin). Selain itu,
terdapat pula sawi putih (Brassica rapakelompok pekinensis, disebut juga petsai) yang biasa
dibuat sup atau diolah menjadi asinan. Jenis lain yang kadang-kadang disebut sebagai sawi
hijau adalah sesawi sayur (untuk membedakannya dengan caisim).Kailan (Brassica
oleracea kelompok alboglabra) adalah sejenis sayuran daun lain yang agak berbeda, karena
daunnya lebih tebal dan lebih cocok menjadi bahan campuran mi goreng. Sawi
sendok (pakcoy atau bok choy) merupakan jenis sayuran daun kerabat sawi yang mulai
dikenal pula dalam dunia boga Indonesia.

2.2.1 Klasifikasi
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Capparales
Famili : Brassicaceae (suku sawi-sawian)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica rapa var. parachinensis L.

2.2.2 Kebutuhan Air Tanaman
A. Kebutuhan air tanaman teoritis
Kebutuhan air tanaman adalah jumlah air yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan evapotranspirasi tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan baik (Doorenbos
and Pruitt, 1984).
B. Kebutuhan air tanaman riil
Kebutuhan air tanaman riil adalah besarnya pemakaian air untuk metabolisme
tanaman yang ditentukan dengan mengukur volume pemakaian air oleh tanaman.
Permatasari (2001) menyimpulkan bahwa kebutuhan air tanaman riil lebih kecil dari
kebutuhan air tanaman teoritis.
Jika air bebas diberikan kesempatan merambah ke dalam suatu kolom tanah yang
kering dan posisi mendatar dan yang mempunyai keragaman struktur berat isi, tingkat
kekeringan, maka akan menunjukkan hubungan yang erat antar jarak perambatan,
kecepatan, dan waktu yang diperlukan untuk mencapai jarak tersebut (Kertonegoro dkk,
1998).
C. Tingkat Produktivitas Tanaman
Tingkat produktivitas tanaman dihitung berdasarkan berat tanaman keseluruhan
(akar, batang, daun) secara langsung di lapangan, yaitu dengan menimbang tanaman
setelah di panen. Pengukuran berat masing-masing tanaman pada setiap polibag bertujuan
untuk mengetahui berat tiap tanaman apakah memiliki berat yang merata atau tidak.

BAB 3
METODE PRAKTIKUM
3.1 Tempat dan waktu
Adapun pelaksanaan praktikum pengelolaan air ini dilaksanakan di samping
laboratorium mekanisasi pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Riau.
Hari/tanggal : dilaksanakan dari bulan Mei Juni 2012.
3.2 Alat dan Bahan
v Alat
Kayu
Polibag
Ember
Selang infus
Selang irigasi
Gergaji besi
Penggaris
Alat tulis

v Bahan
Air
Pupuk
Tanah
Benih caisim yang sudah disemai
Pupuk kandang

3.3 Cara Kerja
1. Sediakan alat dan bahan yang akan digunakan pada saat praktikum.
2. Isilah polibag yang berukuran 3 kg dengan campuran tanah dan pupuk kandang.
3. Buatlah jaringan irigasi sesuai dengan struktur yang telah diberikan.
4. Sambungkanlah selang infus yang telah disediakan dengan pipa jaringan irigasi.
5. Letakkan polibag tepat dibawah selang infus dan ikatkan dengan kayu sehingga selang infus
tidak bergeser kesana kemari.
6. Aturlah tetesan air sesuai dengan kelompok.
7. Tanam lah benih caisim yang telah disemai dengan jarak 10 cm dan 5 cm sebanyak 4 buah.
8. Campurlah air penyiraman dengan pupuk.
9. Kemudian amatilah parameter dari tinggi tanaman, jumlah daun dan persentase kehidupan
dari masing-masing tanaman setiap minggu .

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pemberian air sebanyak 19 tetes permenit
Tabel Pengamatan Tanaman Caisim
Minggu ke 1
Parameter
Tanaman
Tinggi
Tanaman
Jumlah
Daun
Persentase
kehidupan
Tanaman 1 8 4
Tanaman 2 11 6 75 %
Tanaman 3 7,5 2

Minggu ke 2
Parameter
Tanaman
Tinggi
Tanaman
Jumlah
Daun
Persentase
Kehidupan
Tanaman 1 10 4,5
75 %
Tanaman 2 19 4,5

Minggu ke 3
Parameter
Tanaman
Tinggi
Tanaman
Jumlah
Daun
Persentase
Kehidupan
Tanaman 1 12 6,6
75 %
Tanaman 2 22 6,6

4.2 Pembahasan
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa pemberian air irigasi dengan
menggunakan irigasi tetes sebanyak 19 tetes per menit pertumbuhannya bagus, karena
dengan sistem irigasi tetes maka :
Meningkatkan nilai guna air
Secara umum, air yang digunakan pada irigasi tetes lebih sedikit dibandingkan dengan
metode lain.
Meningkatkan pertumbuhan tanaman dan hasil
Dengan irigasi tetes, kelembaban tanah dapat dipertahankan pada tingkat yang optimal
bagi pertumbuhan tanaman.
Meningkatkan efisiensi dan pemberian
Pemberian pupuk dan bahan kimia pada metode ini dicampur denagn air irigasi, sehingga
pupuk atau bahan kimia yang digunakan menjadi lebih sedikit, fekuensi pemberian dan
distribusinya hanya di sekitar daerah perakaran.
Menekan resiko penumpukan garam
Pemberian air secara terus-menerus akan melarutkan dan menjauhkan garam dari daerah
perakaran.
Menekan pertumbuhan gulma
Pemberian air pada irigasi tetes hanya terbatas di daerah sekitar tanaman, sehingga
pertumbuhan gulma dapat ditekan.
Menghemat tenaga kerja
Sistem irigasi tetes dapat dengan mudah dioperasikan secara otomatis, sehingga tenaga
kerja hanya diperlukan lebih sedikit.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Prinsip dasar irigasi tetes adalah memompa air dan mengalirkannya ke tanaman
dengan perantaraan pipa-pipa yang dibocorkan tiap 15 cm (tergantung jarak antartanaman).
Penyiraman dengan sistem ini biasanya dilakukan dua kali sehari pagi dan petang selama 10
menit. Sistem tekanan air rendah ini menyampaikan air secara lambat dan akurat pada akar-
akar tanaman, tetes demi tetes.
Manfaat dengan melakukan irigasi tetes ini, adalah : (1) menyediakan air selama
musim kemarau; (2) membantu penyimpanan air dan menghemat persediaan air selama
seminggu; (3) menyalurkan air ke tempat yang kami inginkan; dan yang terpenting (4)
mengusahakan tanah tempat media tumbuh tanaman selalu basah terairi tetesan air dan
cukup untuk mengairi tanaman buah atau tanaman lain di halaman belakang rumah kami
yang ada di dalam pot.
Untuk metodologi merancangan sistem irigasi tetes meliputi perancangan layout jaringan
perpipaan beserta pompa air dsb, perancangan kalender tanam dan pola tanam,
perhitungan kebutuhan air irigasi pada tingkat tanaman (modulus irigasi).
Untuk mengetahui jarak optimal penempatan pompa air untuk tujuan irigasi sistem
tetes pada ember yang berisi air yang satu dengan yang lainnya pada luasan lahan yang
sama, digunakan pendekatan persamaan aliran air ke dalam ember dengan kondisi aliran air
yang tetap pada aquifer phreatic dan semi-tertekan.
5.2 Saran
Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman,
kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.
Dibutuhkan naungan yang sesuai sehingga jika terjadi hujan maka air tidak meluapi
polibag sehingga pemberian air sesuai dengan jumlah tetes yang telah diberikan atau
ditentukan karena telah tercampur oleh air hujan.

DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/sawi. Diakses 13 juni 2012. Pukul 14.30 WIB.
AAK.1992.Petunjuk Praktis Bertanam Sayuran.Yogyakarta:Kanisius
Anonymous.2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Budidaya Tanaman Sawi. diakses tanggal 13
juni 2012.
Anonymous.2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Sawi_putih. diakses tanggal 1 Februari 2009.
Kloppenburg.1993.Petunjuk Lengkap mengenai Tanam-tanaman di Indonesia dan
Khasiatnya sebagai Obat-obatan Tradisional. Yogyakarta:Yayasan Dana Sejahtera.




Contoh irigasi Tetes

Anda mungkin juga menyukai