Pengertian PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat yang berorientasi sehat, bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial. Selain itu juga program perilaku hidup bersih dan sehat bertujuan memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok, keluarga, dengan membuka jalur komunikasi, informasi, dan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku sehingga masyarakat sadar, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support), dan pemberdayaan masyarakat (empowerment). Dengan demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri terutama pada tatanannya masing-masing (Depkes RI, 2002). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat (Dinkes Jabar, 2010).
Tujuan PHBS Menurut Depkes RI (1997), Tujuan dari PHBS adalah untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, serta meningkatkan peran serta aktif masyarakat termasuk dunia usaha dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
Strategi PHBS 1. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment) Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau(aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). 2. Bina Suasana (Social Support) Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimanapun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. 3. Pendekatan Pimpinan (Advocacy) Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa brupa tokoh masyarakat atau pejabat terkait yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah.
Tatanan PHBS Ada lima tatanan PHBS yakni: tatanan rumah tangga, tatanan pendidikan, tempat umum, tempat kerja, dan institusi kesehatan.
II. PHBS di Tatanan Pendidikan (Sekolah) Pengertian PHBS di Sekolah PHBS di sekolah adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Tujuan PHBS di Sekolah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di sekolah mempunyai tujuan yakni: Tujuan Umum: Memperdayakan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah agar tau, mau, dan mampu menolong diri sendiri di bidang kesehatan dengan menerapkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Tujuan Khusus: a. Meningkatkan pengetahuan tentang PHBS bagi setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah. b. Meningkatkan peran serta aktif setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS di sekolah. c. Memandirikan setiap siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah ber PHBS.
Manfaat PHBS di Sekolah Manfaat bagi siswa: a. Meningkatkan kesehatannya dan tidak mudah sakit b. Meningkatkan semangat belajar c. Meningkatkan produktivitas belajar d. Menurunkan angka absensi karena sakit Manfaat bagi warga sekolah: a. Meningkatnya semangat belajar siswa berdampak positif terhadap pencapaian target dan tujuan b. Menurunnya biaya kesehatan yang harus dikeluarkan oleh orangtua c. Meningkatnya citra sekolah yang positif Manfaat bagi sekolah: a. Adanya bimbingan teknis pelaksanaan pembinaan PHBS di sekolah b. Adanya dukungan buku pedoman dan media promosi PHBS di sekolah Manfaat bagi masyarakat a. Mempunyai lingkungan sekolah yang sehat b. Dapat mencontoh perilaku hidup bersih dan sehat yang diterapkan oleh sekolah Manfaat bagi pemerintah provinsi/kabupaten/kota a. Sekolah yang sehat menunjukkan kinerja dan citra pemerintah provinsi/kabupaten/kota yang baik b. Dapat dijadikan pusat pembelajaran bagi daerah lain dalam pembinaan PHBS di sekolah
Sasaran PHBS di Sekolah a. Siswa Peserta Didik b. Warga Sekolah (Kepala Sekolah, Guru, Karyawan Sekolah, Komite Sekolah, dan Orangtua Siswa) c. Masyarakat Lingkungan Sekolah (penjaga kantin, satpam, dll)
Indikator PHBS di Sekolah a. Tersediannya sarana cuci tangan dan sabun b. Tersediannya sarana konsumsi makanan dan minuman sehat. c. Tersediannya jamban sehat. d. Tersediannya tempat sampah. e. Terdapatnya larangan tidak merokok. f. Terdapat larangan tidak mengkonsumsi NAPZA. g. Terdapat larangan tidak meludah disembarang tempat. h. Terdapat kegiatan memberantas jentik nyamuk secara rutin.
Indikator Prioritas a. Tersediannya sarana cuci tangan dan sabun b. Tersediannya sarana konsumsi makanan dan minuman sehat. c. Tersediannya tempat sampah.
Penerapan Strategi PHBS A (Advokasi) 1. Mencari informasi mengenai siapa saja orang yang sangat berpengaruh terhadap perubahan prilaku semua warga sekolah (misalnya kepada kepala sekolah dan petinggi (wakil kepala sekolah, kesiswaan, sarana-prasarana, dll) sebagai pembuat kebijakan, guru yang dituakan atau dihormati, orang tua siswa serta siswa-siswa yang dapat mempengaruhi teman-temannya) 2. Setelah didapatkan data, kita dapat melakukan pertemuan untuk memberitahukan tentang pentingnya cuci tangan dengan sabun, konsumsi makanan sehat dan adanya tempat pembuangan sampah. 3. Meminta pendapat pada audien tentang pentingnya hal yang telah dibahas. 4. Meminta dukungan dan menghimbau untuk ikut serta dalam pelaksanaan dalam pencapaian tujuan 5. Mengajukan rencana penyuluhan 6. Jika disetujui, susun rencana penyuluhan. 7. Tentukan sarana yang mendukung. B (Bina Suasana) 1. Perkenalkan diri dan petugas yang akan memberikan penyuluhan. 2. Perkenalkan tujuan diadakannya penyuluhan. 3. Bangun kerjasama dengan pihak sekolah dalam pelaksanaan penyuluhan. 4. Gunakan komunikasi yang efektif (menumbuhkan sikap saling keterbukaan/mau menerima pendapat dari pihak sekolah) 5. Jaga sopan santun dalam melakukan kegiatan. G (Gerakan) a. Tersediannya sarana cuci tangan dan sabun 1. Kumpulkan seluruh warga sekolah disebuah ruangan atau tempat khusus yang dapat menampung seluruh peserta dan lingkungannya kondusif. 2. Dalam penyuluhan dahului dengan salam dan tujuan serta pentingnnya cuci tangan. 3. Berikan penyuluhan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh seluruh peserta. 4. Gunakan contoh-contoh nyata yang dapat diamati disekitar sekolah tersebut. 5. Praktekkan teknik cuci tangan yang benar. 6. Ajak seluruh peserta untuk memperagakan cara cuci tangan yang benar. 7. Beri motivasi untuk mencuci tangan. 8. Sampaikan pentingnya sarana cuci tangan. 9. Jika sudah ada sarana, beri motivasi untuk menjaga atau memeperbaiki sarana tersebut. 10. Pada lingkungan sekolah, dapat dilakukan pemasangan pamflet, atau poster yang berisi informasi mengenai tujuh langkah cuci tangan yang baik dan benar. b. Tersediannya sarana konsumsi makanan dan minuman sehat. 1. Kumpulkan seluruh warga sekolah disebuah ruangan atau tempat khusus yang dapat menampung seluruh peserta dan lingkungannya kondusif. 2. Dalam penyuluhan dahului dengan salam dan tujuan serta pentingnnya cuci tangan. 3. Berikan penyuluhan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh seluruh peserta. 4. Gunakan contoh-contoh nyata yang dapat diamati disekitar sekolah tersebut, misalnya contoh kasus yang sering terjadi akibat mengkonsumsi makanan tidak sehat. 5. Samakan persepsi menngenai pentingnya makanan yang bersih dan sehat, serta bahaya jika mengkonsumsi makanan tidak sehat. 6. Tetapkan sebuah aturan (hasil kesepakatan bersama) mengenai persyaratan makanan yang boleh dijual, beserta hukuman jika melanggar. 7. Lakukan pengawasan terhadap penerapan aturan. 8. Pada lingkungan sekolah, dapat dilakukan pemasangan pamflet, atau poster yang berisi informasi mengenai contoh makanan-makanan sehat dan bahaya jika mengkonsumsi makanan kotor ataupun tidak sehat. c. Tersedianya tempat sampah
1. Kumpulkan seluruh warga sekolah disebuah ruangan atau tempat khusus yang dapat menampung seluruh peserta dan lingkungannya kondusif. 2. Dalam penyuluhan dahului dengan salam dan tujuan serta pentingnnya cuci tangan. 3. Berikan penyuluhan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami oleh seluruh peserta. 4. Gunakan contoh-contoh nyata yang dapat diamati disekitar sekolah tersebut, misalnya bagaimana kebersihan lingkungan sekolah saat ini, serta dampak terhadap kesehatan siswa ataupun dampak terhadap keefektifan proses KBM. 5. Berikanlah penyuluhan mengenai jenis dan cara pemilahan sampah. 6. Setelah penyuluhan selesai evaluasi hasil penyuluhan dengan menanyakan respon audience misalnya dengan memberikan pertanyaan yang terkait. 7. Jalin kerjasama dengan pihak sekolah untuk menyediakan sarana yang dibutuhkan (seperti tempat sampah) 8. Menghimbau siswa dan semua warga sekolah untuk menerapkannya (pemilahan sampah). 9. Pada lingkungan sekolah, dapat dilakukan pemasangan pamflet, atau poster yang berisi informasi mengenai cara membuang sampah secara benar serta manfaat pembuangan sampah pada tempatnya.