Anda di halaman 1dari 12

Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP.

132 307 409)


Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penggunaan kapal katamaran sebagai salah satu alat transportasi laut dan
sungai telah berkembang pesat dewasa ini dan nampaknya akan terus berkembang
di masa yang akan datang. Beberapa alasan yang membuat meningkatnya
permintaan kapal katamaran sebagai kapal penumpang atau kapal cepat (high
speed passanger craft) maupun alat transportasi bila dibandingkan dengan
monohull diantaranya adalah tersedianya luasan geladak (deck area) yang lebih
besar, stabilitas kapal yang lebih baik dan performance kapal yang lebih baik
sehingga kenyamanan dan keamanan penumpang meningkat. Menurut laporan
Drewry Shipping Consultans, London (1997), 43% armada angkutan penumpang
dan kendaraan menggunakan kapal katamaran.
Seiring dengan besarnya minat pasar terhadap kapal katamaran sebagai
kapal cepat maka para peneliti terus-menerus melakukan kajian tentang efisiensi
bentuk hidrodinamis lambung, pemakaian material yang ekonomis dan ringan,
pemilihan mesin dan propeler, dan yang paling penting adalah hambatan kapal
katamaran (catamaran resistance). Keakurasian perhitungan hambatan pada
tahapan awal proses desain kapal perlu dilakukan dengan tujuan untuk
menghitung besarnya daya mesin dan pemakaian bahan bakar. Penelitian tentang
hambatan kapal katamaran adalah lebih komplek dan rumit dibandingkan dengan
kapal monohull. Insel dan Molland (1991) menyatakan bahwa hambatan total
pada katamaran kecepatan tinggi (high speed catamaran) dipengaruhi oleh 2
komponen penting, yaitu:
a. Viscous interference (interferensi viscous) yang disebabkan oleh
asymmetric-flow di sekitar demihulls dan memberikan efek pada formasi
boundary-layer.
b. Wave interference (interferensi gelombang) yang disebabkan adanya
interaksi dari gelombang yang dihasilkan oleh masing-masing demihull.
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 2

Analisa besarnya hambatan total pada katamaran masih sangat terbatas
literaturnya. Pendekatan lebih banyak didasarkan pada analisa teoritis yakni
mengembangkan persamaan matematika yang rumit, analisa numerik
menggunakan software CFD (Computational Fluid Dynamic) dan melalui
eksperimental di terowongan angin (wind tunnel) dan kolam uji tarik (towing
tank). Analisa teoritis biasanya memerlukan waktu yang sangat lama karena rumit
dan kompleknya persamaan matematika yang harus diselesaikan. Sedangkan
analisa numerik dengan menggunakan CFD membutuhkan waktu yang singkat
dan ketelitian yang diperoleh akan lebih akurat. Karena menggunakan teknologi
komputer yang terus berkembang. Sedangkan eksperimen model merupakan cara
yang baik untuk mengetahui langsung perilaku model selama percobaan
dilakukan. Tetapi eksperimen memerlukan biaya yang besar.
Para peneliti terdahulu lebih banyak menggunakan pendekatan numerik
CFD dan eksperimen model dalam menentukan hambatan katamaran. Untuk
hambatan gelombang, pendekatan yang dipakai adalah dengan teori potensial flow
untuk memprediksi interferensi gelombang dan menentukan jarak optimum antara
demihull (Doctors dan Scrace, 2003). Moraes, dkk. (2004) melakukan penelitian
dengan variasi jarak antara antara demihull dan perubahan parameter hull dalam
rangka menentukan pengaruh interferensi gelombang terhadap hambatan
gelombang. Moraes juga menggunakan teori potensial flow dan
membandingkannya dengan slender body theory. Campana, dkk. (2006)
menggunakan teori potensial flow untuk melihat pengaruh interferensi gelombang
terhadap wave profile drag karena perubahan jarak antara lambung katamaran.
Sedangkan untuk hambatan viscous, beberapa eksperimen model
katamaran di towing tank dengan variasi jarak antara demihull telah dilakukan
oleh Insel (1990) dan Molland, dkk. (1996). Sementara Utama (1999), Utama dan
Molland (2001), dan Armstrong (2003) melakukan percobaan model katamaran di
wind tunnel dengan variasi jarak antara demihull. Kajian tersebut berkesimpulan
sama bahwa dengan adanya perubahan jarak antara dua badan katamaran
memberikan pengaruh yang penting terhadap hambatan viscous. Kemudian
mereka juga mengindikasikan bahwa hasil kajian tersebut masih perlu diteliti
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 3

lebih mendalam perihal interferensi dan interaksi antara demihull dengan
beberapa parameter perubahan hull dan variasi kecepatan.
Kajian tentang interferensi antara komponen hambatan viscous dan
hambatan gelombang terhadap parameter perubahan hull, variasi kecepatan dan
variasi jarak antar demihull, yang mempengaruhi hambatan total katamaran
belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh karena itu, penulis mencoba
melakukan penelitian tentang hal tersebut. Penelitian ini menggunakan integrasi
Michell dalam menentukan hambatan gelombang, memakai metode slender body
theory (Michell, 1898). Sedangkan untuk analisa hambatan viscous menggunakan
harga form factor dari ITTC 1957 Model-Ship Correlation Line. Semua
perhitungan numeric menggunakan program CFD. Hasil yang diperoleh akan
dibandingkan dengan hasil pengujian model katamaran yang dilakukan di towing
tank dan wind tunnel. Untuk kesesuaian antara hasil perhitungan numeric CFD
dan pengujian model, maka dimensi model yang dipakai untuk analisa numerik
akan disamakan dengan model katamaran untuk pengujian di wind tunnel maupun
towing tank.

1.2 Perumusan Masalah
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh interferensi antara komponen
hambatan viscous dan hambatan gelombang terhadap hambatan total kapal
katamaran maka terdapat beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana pengaruh perubahan bentuk hull (symmetrical, asymmetrical dan
staggered) terhadap hambatan viscous dan hambatan gelombang katamaran?
2. Bagaimana pengaruh perubahan jarak antara demihull (S) terhadap hambatan
viscous dan hambatan gelombang katamaran?
3. Bagaimana pengaruh variasi kecepatan terhadap hambatan viscous dan
hambatan gelombang katamaran?




Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 4


1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dan manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui besarnya hambatan viscous dan hambatan gelombang yang
terjadi pada 3 buah model katamaran, dengan bentuk lambung symmetrical,
asymmetrical dan staggered.
2. Mengetahui berapa rasio jarak antara demihull dengan panjang kapal (S/L)
yang optimum untuk menghasilkan hambatan viscous dan hambatan
gelombang yang paling kecil.
3. Mengetahui berapa kecepatan optimum untuk menghasilkan hambatan
viscous dan hambatan gelombang yang paling kecil.

1.4 Batasan Masalah
Batasan-batasan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variasi Froude Number (Fn) yang digunakan adalah antara 0,2 sampai
dengan 1,0.
2. Variasi rasio jarak antara demihull dengan panjang kapal (S/L) adalah 0,2 ;
0,3 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6.
3. Variasi rasio jarak longitudinal staggered dengan panjang kapal (r/L)
adalah 0,2; 0,3; 0,4; 0,5.
4. Penelitian tidak mengulas masalah kekuatan kapal, seakeeping dan motion
yang terjadi dengan adanya perubahan jarak antara demihull, variasi
kecepatan maupun perubahan bentuk lambung katamaran.








Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 5



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Komponen Hambatan Monohull
Hambatan total kapal dikenalkan pertama kali oleh William Froude
(1955) dengan melakukan observasi terhadap bentuk gelombang (wave pattern)
menggunakan model kapal dengan bentuk lambung sama untuk berbagai ukuran
yang berbeda. Froude kemudian mengasumsikan bahwa koefisien hambatan total
(C
T
) terdiri dari beberapa komponen, yaitu:
R Fo T
C C C + = (1)
dimana C
Fo
adalah koefisien hambatan gesek (skin friction coefficient), dan C
R

adalah koefisien hambatan sisa (residuary coefficient). Untuk kecepatan tertentu
(Fn model = Fn kapal) maka C
R
model dan C
R
kapal diasumsikan sama. Froude
Number (Fn) adalah rasio antara kecepatan model (V) dengan akar kuadrat dari
panjang model (L) dan percepatan gravitasi (g) dan nilainya adalah
nondimensional. Harga Fn untuk model adalah sama dengan Fn untuk kapal.
) ( L g
V
Fn = (2)
Metode Froude juga memungkinkan untuk menghitung koefisien
hambatan total kapal (C
Ts
) dengan mengekstrapolasi hasil koefisien hambatan
total dari eksperimen model (C
Tm
) ke kapal.
) (
Fs Fm Tm Ts
C C C C = (3)
dimana notasi m dan s digunakan untuk mengidentifikasi model dan kapal (ship).
Pada tahun 1957, International Towing Tank Conference (ITTC) melalui
konferensi internasional di Madrid, menyetujui formulasi untuk skin friction
sebagai:
2
10
) 2 (log
075 , 0

=
Rn
C
F
(4)
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 6

Rumusan tersebut (4) dikenal dengan ITTC 1957 Model-Ship Correlation Line,
hanya digunakan untuk tujuan praktis dan model saja. Reynolds Number (Rn)
adalah nilai nondimensional yang dikemukakan oleh Osborne Reynolds (1883)
dan merupakan fungsi untuk mencari rumusan skin friction resistance.
v
L V
Rn = (5)
dimana v adalah viskositas kinematik dari fluida, air tawar = 1,14 x 10
-6
m
2
/s dan
air laut =1,19 x 10
-6
m
2
/s.
Hughes (1954, 1966) telah mengenalkan metode untuk mengekstrapolasi
hambatan model menjadi hambatan kapal. Hughes mengasumsikan bahwa
koefisien hambatan total model (C
Tm
) terdiri dari dua komponen yaitu koefisien
hambatan viscous (C
Vm
) dan koefisien hambatan wavemaking (C
Wm
). Untuk
menghitung total hambatan viscous diperkenalkan suatu koefisien hambatan
bentuk (the form resistance coefficient) yang kemudian lebih dikenal dengan form
factor (1+k). (1+k) ini digunakan untuk memperoleh hubungan dengan C
F

correlation line menurut ITTC (1957) dalam rangka menghitung koefisien
hambatan viscous total.
Wm Vm Tm
C C C + =
Wm Fm Tm
C C k C + + = ) 1 ( (5)
kemudian hambatan total kapal diperoleh dengan mengekstrapolasi:
) )( 1 (
Fs Fm Tm Ts
C C k C C + = (6)
Pada tahun 1978, Komite Hambatan ITTC yang ke-15 mengajukan
metode baru yang disebut 1978 ITTC Performance Prediction Method for Single
Screw Ship. Dalam metode ini, total hambatan kapal dibagi menjadi empat
komponen, yaitu:
AA F R F T
C C C C k C + A + + + = ) 1 ( (7)
dimana (1+k) adalah form factor, C
F
adalah koefisien hambatan gesek dari ITTC
1957 correlation line, C
R
adalah koefisien hambatan sisa dari eksperimen model,
AC
F
adalah kekasaran permukaan dan berharga nol untuk model yang licin, C
AA

adalah koefisien hambatan udara dan bernilai nol untuk model tanpa bangunan
atas. Metode ini direkomendasikan untuk mendapatkan harga k melalui
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 7

pengukuran pada kecepatan rendah dimana C
R
mendekati nilai nol dan (1+k) =
C
T
/C
F
.
2.2 Komponen Hambatan Katamaran
Untuk kapal katamaran, perhitungan hambatannya dapat mengadopsi
metode perhitungan hambatan monohull dengan memasukkan faktor interferensi
antara kedua lambung. Efek interferensi antara demihull pada konfigurasi
katamaran diperoleh dengan memodifikasi komponen hambatan, yaitu modifikasi
ITTC 1957, ITTC 1978 dan metode pengukuran langsung untuk mengetahui
faktor-faktor interferensi tersebut. Metode ini memberikan pendekatan guna
memahami lebih seksama komponen hambatan dan efek interferensi yang terjadi.
Perhitungan koefisien total hambatan kapal katamaran dengan
memodifikasi metode ITTC 1957:
CAT R CAT F CAT T
C C C ) ( ) ( ) ( + =

R F CAT T
C C C O + =o ) (
(8)

dimana o adalah factor interferensi hambatan gesek (frictional) dan adalah
factor interferensi hambatan sisa (residuary). Pertambahan kecepatan yang terjadi
di antara badan kapal katamaran dapat diperhitungkan dengan memperkenalkan
factor interferensi o dimana dihitung dari integrasi hambatan gesek local atas
permukaan bidang basah. Hal ini sangat tergantung pada jarak antara demihull (S).
Factor interferensi hambatan residuary dapat diintegrasikan dari hasil
eksperimen. Besaran factor ini disebabkan oleh adanya variasi jarak antara
demihull dan kecepatan seperti yang dikemukakan oleh Turner dan Taplin (1968)
dan Muller (1989).
Kemudian modifikasi metode ITTC 1978 sebagai berikut:
CAT W CAT F CAT CAT T
C C k C ) ( ) 1 ( ) ( + + =

W F CAT T
C C k C t o | + + = ) 1 ( ) (
(9)
dimana | merupakan factor interferensi hambatan bentuk (form factor) dan t
adalah factor interferensi hambatan gelombang (wave). | digunakan dalam
perhitungan pengaruh perubahan tekanan di sekitar demihull. Efek interferensi
akibat adanya jarak antara demihull terhadap hambatan gesek dapat diekspresikan
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 8

dengan modifikasi factor | dan o menjadi |, seperti yang disarankan oleh Insel
dan Molland (1992). Sehingga (1 + | k) o = (1 + | k) , dan rumusan (9) menjadi:
W F CAT T
C C k C t | + + = ) 1 ( ) (
(10)
Hambatan total kapal katamaran adalah:
CAT T CAT T
C V A R ) (
2
1
) (
2
=
(11)






















Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 9

no
yes
BAB III
METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian yang digunakan dapat dilihat pada flowchart
seperti gambar 3.1 berikut:

























Gambar 3.1 Flowchart penelitian.
Mulai
Studi Literatur dan
Pengumpulan Data
Pembuatan Model
Katamaran
Perhitungan Hambatan Viscous
dan Hambatan Gelombang
Validasi
Analisa CFD
Analisis Hasil
Kesimpulan
Selesai
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 10

Penjelasan tentang flowchart penelitian adalah sebagai berikut:
1. Studi Literatur dan Pengumpulan Data
Mempelajari berbagai literature yang berkaitan dengan penelitian yang akan
dilakukan, terutama adalah jurnal dan hasil penelitian terdahulu. Sedangkan
data yang dipakai adalah data linesplan dari model katamaran yang dipakai
untuk eksperimen model di towing tank dan wind tunnel, dan data hasil
eksperimen tersebut.

2. Pemodelan Katamaran
Ada 3 model katamaran yang akan dipakai dalam perhitungan hambatan,
yaitu symmetrical hull, asymmetrical hull dan staggered hull. Gambar model
katamaran dapat dilihat dalam gambar 3.2. Ukuran utama 1 hull model
katamaran adalah sebagai berikut:
Symmetrical hull: LWL = 12,4 m; B = 1,1 m; H = 1,6 m; T = 0,7 m; Disp =
5,25 ton.
Assymetrical hull: LWL = 12,6 m ; B = 0,6 m; H = 1,6 m; T = 1,1 m; Disp =
5,05 ton.
Staggered hull: LWL = 12,4 m; B = 1,1 m; H = 1,6 m; T = 0,7 m; Disp = 5,25
ton.
Rasio jarak antar demihull dengan panjang kapal (S/L) yaitu 0,2 ; 0,3 ; 0,4 ;
0,5 ; 0,6.
R
Rasio jarak longitudinal staggered dengan panjang kapal (r/L) adalah 0,2;
0,3; 0,4; 0,5.
Variasi Froude number (Fn) adalah 0,2 sampai dengan 1.






Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 11

Symetrical Hull







Asymetrical Hull







Staggered Hull

Gambar 3.2 Bentuk model katamaran untuk penelitian.

3. Analisa CFD
Untuk menghitung besarnya hambatan viscous dan hambatan gelombang
pada katamaran maka penulis membuat program perhitungan numerik
dengan menggunakan CDF. Metode perhitungan hambatan viscous akan
dikorelasikan dengan ITTC 1957, sedangkan metode perhitungan hambatan
gelombang menggunakan integrasi Michell.


4. Perhitungan Hambatan Viscous dan Hambatan Gelombang
Proposal Penelitian Dosen Muda Wahyu Wiyati (NIP. 132 307 409)
Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya Page 12

Melakukan perhitungan hambatan viscous dan hambatan gelombang untuk
mendapatkan hambatan total katamaran dengan melakukan berbagai variasi
S/L ; r/L dan Fn.


5. Validasi
Validasi dilakukan pada perhitungan hambatan dengan variasi S/L ; r/L dan
Fn sampai diperoleh hambatan total yang paling kecil.

6. Analisis Hasil
Hasil yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil pengujian hambatan
pada towing tank dan wind tunnel.

7. Kesimpulan
Memberikan kesimpulan dan laporan terhadap hasil analisa yang dilakukan
terhadap interferensi komponen hambatan total katamaran yaitu hamabatan
viscous dan hambatan gelombang.

Anda mungkin juga menyukai