Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Peranan pers dalam masyarakat demokrasi, Pers adalah salah satu sarana bagi warga
negara untuk mengeluarkan pikiran dan pendapat serta memiliki peranan penting dalam
negara demokrasi. Pers yang bebas dan bertanggung jawab memegang peranan penting
dalam masyarakat demokratis dan merupakan salah satu unsur bagi negara dan
pemerintahan yang demokratis. Menurut Miriam Budiardjo, bahwa salah satu ciri negara
demokrasi adalah memiliki pers yang bebas dan bertanggung jawab.
Sedangkan, Inti dari demokrasi adalah adanya kesempatan bagi aspirasi dan suara rakyat
(individu) dalam mempengaruhi sebuah keputusan.Dalam Demokrasi juga diperlukan
partisipasi rakyat, yang muncul dari kesadaran politik untuk ikut terlibat dan andil dalam
sistem pemerintahan.Pada berbagai aspek kehidupan di negara ini, sejatinya masyarakat
memiliki hak untuk ikut serta dalam menentukan langkah kebijakan suatu Negara. pers
merupakan pilar demokrasi keempat setelah eksekutif, legislatif dan yudikatif. pers sebagai.
kontrol atas ketiga pilar itu dan melandasi kinerjanya dengan check and balance. untuk
dapat melakukan peranannya perlu dijunjung kebebasan pers dalam menyampaikan
informasi publik secara jujur dan berimbang. disamping itu pula untuk menegakkan pilar
keempat ini, pers juga harus bebas dari kapitalisme dan politik. pers yang tidak sekedar
mendukung kepentingan pemilik modal dan melanggengkan kekuasaan politik tanpa
mempertimbangkan kepentingan masyarakat yang lebih besar. kemungkinan kebebasan
lembaga pers yang terkapitasi oleh kepentingan kapitalisme dan politik tersebut, mendorong
semangat lahirnya citizen journalism. istilah citizen journalism untuk menjelaskan kegiatan
pemrosesan dan penyajian berita oleh warga masyarakat bukan jurnalis profesional.
aktivitas jurnalisme yang dilakukan oleh warga sebagai wujud aspirasi dan penyampaian
pendapat rakyat inilah yang menjadi latar belakang bahwa citizen journalism sebagai bagian
dari pers merupakan sarana untuk mencapai suatu demokrasi.
Wajah demokrasi sendiri terlihat pada dua sisi. Pertama, demokrasi sebagai realitas
kehidupan sehari-hari, kedua, demokrasi sebagaimana ia dicitrakan oleh media informasi. Di
satu sisi ada citra, di sisi lain ada realitas. Antara keduanya sangat mungkin terjadi
pembauran, atau malah keterputusan hubungan. Ironisnya yang terjadi sekarang justru
terputusnya hubungan antara citra dan realitas demokrasi itu sendiri. Istilah yang tepat
digunakan adalah simulakrum demokrasi, yaitu kondisi yang seolah-olah demokrasi padahal
sebagai citra ia telah mengalami deviasi, distorsi, dan bahkan terputus dari realitas yang
sesungguhnya. Distorsi ini biasanya terjadi melalui citraan-citraan sistematis oleh media
massa. Demokrasi bukan lagi realitas yang sebenarnya, ia adalah kuasa dari pemilik
informasi dan penguasa opini publik.
Proses demokratisasi disebuah negara tidak hanya mengandalkan parlemen, tapi juga ada
media massa, yang mana merupakan sarana komunikasi baik pemerintah dengan rakyat,
maupun rakyat dengan rakyat. Keberadaan media massa ini, baik dalam kategori cetak
maupun elektronik memiliki cakupan yang bermacam-macam, baik dalam hal isu maupun
daya jangkau sirkulasi ataupun siaran.
Akses informasi melalui media massa ini sejalan dengan asas demokrasi, dimana adanya
tranformasi secara menyeluruh dan terbuka yang mutlak bagi negara yang menganut
paham demokrasi, sehingga ada persebaran informasi yang merata. Namun, pada
pelaksanaannya, banyak faktor yang menghambat proses komunikasi ini, terutama
disebabkan oleh keterbatasan media massa dalam menjangkau lokasi-lokasi pedalaman.
Keberadaan radio komunitas adalah salah satu jawaban dari pencarian solusi akan
permasalahan penyebaran akses dan sarana komunikasi yang menjadi perkerjaan media
massa umum. Pada perkembangannya radio komunitas telah banyak membuktikan peran
pentingnya di tengah persoalan pelik akan akses informasi dan komunikasi juga dalam
peran sebagai kontrol sosial dan menjalankan empat fungsi pers lainnya.
1.2 Perumusan Masalah
Dalam makalah ini penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Pengertian pers
2. Fungsi dan peranan pers
3. Sejarah pers di indonesia
4. Pers yang bebas dan bertanggungjawab
5. Penyalahgunaan kebebasan pers dan dampak-dampaknya
1.3 Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Melengkapi salah satu tugas kelompok bidang study pkn (Peranan pers dalam
masyarakat demokrasi)
2. Untuk mengetahui peranan pers dalam masyarakat demokrasi.
3. Untuk mengetahui fungsi pers dalam masyarakat demokrasi.
4. Upaya untuk mengenalkan pemahaman tentang peranan pers dalam masyarakat
demokrasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pers
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pers adalah alat cetak untuk mencetak buku/surat
kabar, alat untuk mnjepit, surat kabar/majalah berisi berita dan orang yang bekerja di bidang
persurat kabaran.
Pengertian menurut UU No 11 tahun 1966 tentang ketentuan-ketentuan pokok pers.
Menyatakan bahwa pers adalah lembaga kemasyarakatan alat revolusi yang mempunyai
karya sebagai salah satu media komunikasi massa yang bersifat umum.
Menurut J.C.T Simorangkir
Pers memiliki 2 arti :
Hanya terbatas pada surat kabar, majalah dan tabloid.- Arti sempit
Bukan hanya dalam arti sempit, namun mencakup juga radio, televisi, film dll.- Arti luas
2.2 Fungsi dan Peranan Pers
Beda fungsi dan peranan :
Fungsi lebih mengacu pada kegunaan suatu hal dalam hal ini adalah kegunaan atau
manfaat dari pers itu sendiri.
Peranan lebih merujuk kepada bagian atau lakon yang dimainkan pers dalam masyarakat,
dimana pers memainkan peran tertentu dalam seluruh proses pembentukan budaya
manusia
Fungsi :
1. Sebagai media komunikasi
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dalam bentuk berita
3. Sebagai media pendidikan
4. Pemberitaan mengandung nilai dan norma tertentu dalam masyarakat yang baik
5. Sebagai media hiburan
6. Lebih bersifat sebagai sarana hiburan
7. Sebagai lembaga ekonomi
8. Mendatangkan keuntungan financial
Peranan :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
2. Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hokum, dan HAM,
serta menghormati kebhinekaan
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar
4. Melakukan pengawasa, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran
2.3 Sejarah Pers di Indonesia
A. Jaman Belanda
Pers mulai dikenal pada masa gubjen Belanda Jan Pieter zoon Coen masa VOC (abad 17)
Tujuan pendirian pers masa itu :
1. Untuk menegakkan penjajahan
2. Menentang pergerakan rakyat
3. Melancarkan perdagangan
4. Pada masa Jepang
Sesuai dengan sifat penjajahan maka pers oleh Jepang dijadikan sebagai alat propaganda
dengan maksud memperoleh dukungan rakyat Indonesia dalam perangnya melawan tentara
sekutu.
B. Pada masa pendudukan tentara Sekutu
Sekutu masuk ke Indonesia pada tahun 1945. Pada saat itu bangsa Indonesia telah dapat
mengoperasikan peralatan pers sendiri. Adapun tujuan dari pers waktu itu dilihat dari sisi
kita adalah mengobarkan semangat perlawanan untuk melawan penjajah
C. Pers di awal Kemerdekaan
Ini adalah pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Pers dibentuk dan dikembangkan
dengan tujuan utama untuk menyebarluaskan berita proklamasi ke seluruh wilayah RI.
D. Pers di masa Liberal
Struktur pers terbagi dalam 3 katagori
1. Pers Nasional
2. Surat kabar Belanda
3. Surat kabar berbahasa Cina
Secara financial pers nasional jauh lebih lemah dibanding Koran Belanda maupun Cina.
Pembredelan pers (pelarangan terbit krn kegiatan melawan pemerintah) banyak dipakai
sebagai upaya menghambat perkembngan pers oleh pemerintah di era Soekarno. Tahun
1957-1958 banyak terjadi pengambilalihan perusahaan Belanda oleh Indonesia, yang juga
menandai menghilangnya Koran Belanda.
E. Pers masa Orde Lama
Pers tunduk sepenuhnya pada peraturan pemerintah, pers dimanfaatkan sebagai alat
revolusi dan penggerak massa. Hal yang menonjol adala :
1. Peraturan No3. Thn 1960 tentang larangan terbit surat kbr berbahasa Cina
2. Peraturan no 19 thn 1961 tentang keharusan adanya Surat Izin terbit bagi surat kabar
3. Peraturan No.2 tahun 1961 tentang pembinaan pers oleh pemerintah, yang tidak loyal
akan dibreidel
4. UU no 4/ 1963 tentang wewenang Jaksa Agung mengenai pers
F. Pers masa Orde Baru
Awalnya bagus, mengikis dan memberitakan kebobrokan rezim orde lama namun tidak
bertahan lama karena segera dikendalikan oleh penguasa dengan dikeluarkannya UU No.11
tahun 1966 tentang pokok-pokok pers. Dibentuk dewan pers yang merupakan perpanjangan
tangan Orde Baru untuk mengontrol perkembangan pers. Pers ideal adalah pers Pancasila
yang penerapannya dilaksanakan dengan penuh tanggungjawab demi tercapainya stabilitas
nasional serta terwujudnya keamanan dan ketertiban umum. UU No.21 thn 1982 yg
dikeluarkan mempertegas pemberlakuakn KUHP terhadap pers. Di era ini ada 3 faktor
penghambat kebebasan pers yaitu :
1. Adanya perizinan terhadap pers (SIUP)
2. Adanya wadah tunggal organisasi pers dan wartawan yaitu PWI
3. Praktek intimidasi dan sensor pers.
Pencabutan SIUPP atau yang disebut dengan pembreidelen pers manjdi momok yang
sangat menakutkan dunia pers.
G. Perkembangan pers di era Reformasi
SIUPP dicabut oleh Habibie karena dianggap memnghambat kebebasan pers di era
demokrasi ini, dan diganti dengan UU No.40 thn 1999. Pers menjadi lebih bebas dan
longgar, banyak pers yang mengumbar sensasional dan lebih vulgar sehingga terkesan pers
menjadi tidak terkontrol. Era reformasi telah membuka kesempatan bagi pers Indonesia
untuk mengeksplorasi kebebasan. Akibat ketiadaan otoritas yang memiliki kewenangan
untuk menegur atau menindak pers, public kemudian menjalankan aksi menghukum pers
sesuai tolak ukur mereka sendiri.
2.4 Pers Yang Bebas Dan Bertanggungjawab
Kebebasan pers memiliki hubungan yang erat dengan fungsi pers dalam masyarakat
demokratis. Pers adalah salah satu kekuatan demokrasi terutama kekuatan untuk
mengontrol dan mengendalikan jalannya pemerintahan. Dalam masyarakat demokratis pers
berfungsi menyediakan informasi dan alternative serta evaluasi yang dibutuhkan oleh
masyarakat dalam partisipasinya dalam proses penyelenggaraan Negara. Kedaulatan rakyat
tidak bias berjalan atau berfungsi dengan baik jika pers tidak memberikan informasi dan
alternative pemecahan masalah yang dibutuhkan.
Meskipun demikian, pers tidak bias mempergunakan kebebasannya untuk bertindak
seenaknya saja. Bagaimanapun juga, kebebassan manussia tidak bersifat mutlak.
Kebebasan bersifat terbatas karena berhadapan dengan kebebasan yang dimiliki orang lain.
Juga dalam kebebasan perspers tidak bias seenaknya memberitakan informasi tertentu,
wajib menghormati hak pribadi orang lain.
Ada 3 kewajiban pers yang harus diperhatikan :
1. Menjunjung tinggi kebenaran
2. Wajib menghormati privacy orang atau subyek tertentu
3. Wajib menjunjung tinggi prinsip bahwa apa yang diwartakan atau diberitakan dapat
dipertanggungjawabkan
Menurut UU No. 40 thn 1999 tanggungjawab pers meliputi :
1. Pers memainkan peran penting dalam masyarakat modern sebagai media informasi
2. Pers wajib memberitakan peristiwa dan opini dengan menghormati norma-norma agama
dan rasa kesusilaan masyarakat
3. Pers wajib menghormati asas praduga tak bersalah
4. Pers dilarang memuat iklan yang merendahkan martabat suatu agama dan/ atau
melanggar kerukunan hidup antar umat beragama
5. Pers dilarang memuat iklan minuman keras, narkotika, psikotropika dan zat aditif lainnya
2.5 Penyalahgunaan Kebebasan Pers Dan Dampak-Dampaknya
Menurut UU No.40 thn 1999 pers Indonesia memiliki kebebasan yang luas sesuai tuntutan
pada era reformasi. Beberapa dampak yang mungkin sebagai ekses dari kebebasan pers
misalnya :
1. Berita bohong
2. Berita yang melanggar norma susila dan norma agama
3. Berita kriminalits dan kekerasan fisik
4. Berita, tulisan, atau gambar yang membahayakan keselamatan dan keamanan Negara
dan persatuan bangsa
Untuk memecahkan masalah ini maka Komisi penyiaran Indonesia (KPI) menetapkan
beberapa ketentuan yang harus diperhatikan dalam memberitakan peristiwa kejahatan
(kriminalits) terutamna bag media elektronik yaitu :
1. Menyiarkan atau menayangkan gambar pelaku kejahatan melanggar etika dan hokum
2. Penayangan gambar-gambar mengerikan merugikan konsumen
3. Penayangan gambar korban kejahatan harus dengan izin korban
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebebasan pers yang sedang kita nikmati sekarang memunculkan hal-hal yang sebelumnya
tidak diperkirakan. Suara-suara dari pihak pemerintah misalnya, telah menanggapinya
dengan bahasanya yana khas; kebebasana pers di ndoesia telah kebablasan! Sementara
dari pihak asyarakat, muncul pula reaksi yang lebih konkert bersifat fisik.
Barangakali, kebebasana pers di Indonesia telah mengahsilkan berbagai ekses. Dan hal itu
makin menggejala tampaknya arena iklim ebebasan tersebut tidak dengan sigap diiringi
dengan kelengakapan hukumnya. Bahwa kebebasan pers akan memunculkan kebabasan,
itu sebenarnya merupakan sebuah konsekuensi yan wajar. Yang kemudan harus
diantisipasi adalah bagaimana agar kebablasan tersbeut tidak kemudian diterima sebagai
kewajaran.
3.2 Saran
Para pekerja pers dalam bekerja wajib memenuhi aspek-aspek profesionalitas. Standar
profesionalitas dalam jurnalistik.
1. Tidak memutar balikan fakta, tidak memfitnah.
2. Berimbang, adil dan jujur.
3. Mengetahui perbedaan kehidupan pribadi dan kepentingan umum.
4. Mengetahui kredibilitas narasumber.
5. Sopan dan terhormat dalam mencari berita.
6. Tidak melakukan tindak yang bersifat plagiat.
7. Meneliti semua bahan berita terlebih dahulu.
8. Memiliki tanggung jawab moral yang besar (mencabut berita yang salah)
9. Bagi pembaca makala ini kami mohon maaf jika ada kesalahan dari segi apapun, kami
mohon keritik dan saran, untuk memotifasi kami untuk kedepannya lebih baik.



Peranan pers secara umum adalah memberi informasi , mendidik masyarakat , memberikan
kontrol , menghubungkan atau menjebatani antara pemerintah dan masyarakat , serta
memberi hiburan kepada masyarakat pembaca atau pemirsanya. Pers yang ada di negara
Indonesia yang berdasarkan Pancasila berperan sebagai penyampai informasi yang efektif
dan sarana komunikasi yang bertanggung jawab. Dalam pers Pancasila , berita yang ideal
adalah berita yang bersumber pada fakta yang benar dan disusun secara wajar dan tidak
didramatisasi. PERANAN PERS
Peranan Pers Pers memiliki peranan penting dalam mewujudkan Hak Asasi Manusia
(HAM), sebagaimana dijamin dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik
Indonesia Nomor XVII/ MPR/1998 yang antara lain yang menyatakan bahwa setiap orang
berhak berkomonikasi dan memperolah informasi sejalan dengan Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa tentang hak asasi manusia. Selanjutnya pasal 19 berbunyi, setiap orang
berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam ini termasuk
kebebasan memiliki pendapar tanpa gangguan, dan untuk mencari, menerima, menyampaikan
informasi dan buah pikiran melalui media apa saja dengan tidak memandang batas-batas
wilayah Pers juga melaksanakan kontrol sosial (social control) untuk mencegah terjadinya
penyalahgunaan kekuasaan baik korupsi, kolusi, nepotisme, maupun penyelewengan dan
penyimpangan lainnya.

2.2 Fungsi dan Peranan Pers
Beda fungsi dan peranan :
Fungsi lebih mengacu pada kegunaan suatu hal dalam hal ini adalah kegunaan atau
manfaat dari pers itu sendiri.
Peranan lebih merujuk kepada bagian atau lakon yang dimainkan pers dalam masyarakat,
dimana pers memainkan peran tertentu dalam seluruh proses pembentukan budaya
manusia
Fungsi :
1. Sebagai media komunikasi
2. Memberikan informasi kepada masyarakat dalam bentuk berita
3. Sebagai media pendidikan
4. Pemberitaan mengandung nilai dan norma tertentu dalam masyarakat yang baik
5. Sebagai media hiburan
6. Lebih bersifat sebagai sarana hiburan
7. Sebagai lembaga ekonomi
8. Mendatangkan keuntungan financial
Peranan :
1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
2. Menegakkan nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hokum, dan HAM,
serta menghormati kebhinekaan
3. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar
4. Melakukan pengawasa, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan
kepentingan umum
5. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran

Anda mungkin juga menyukai