Anda di halaman 1dari 22

i

ABSTRAK

Sebagai pengganti governor dalam upaya menjaga mutu/kualitas daya listrik
sistem PLTMh, dua dekade terakhir ini mulai dikembangkan beberapa alat
Pengatur Beban Elektronis (Electronic Load Controllers). Pada sistem PLTMh,
Electronic Load Controller (ELC) merupakan alat untuk mengatur keseimbangan
beban utama dan ballast load yang diharapkan sistem PLTMh tersebut bisa selalu
terjaga pada kondisi beban relatif konstan. Dengan mengoperasikan sistem
PLTMh pada beban relatif konstan, maka akan membuat generator berputar pada
putaran yang relatif konstan pula, sehingga dengan demikian tegangan dan
frekuensi sistem pun akan ikut konstan tidak terpengaruh oleh perubahan
pemakaian beban utama yang kondisinya tidak menentu. Mikrokontroler
AT89S51 yang merupakan keluarga MCS-51 mempunyai aplikasi yang sangat
luas. Dengan memanfaatkan mikrokontroler AT89S51 sebagai pengendali utama
(main controller) ELC, maka rangkaian ELC menjadi cukup sederhana. AT89S51
yang diaplikasikan sebagai pencacah siklus listrik sistem, mikrokontroler cukup
membutuhkan tambahan rangkaian Zero Crossing Detector sebagai pengubah
isyarat sinusiodal menjadi persegi dan Thyristor atau Kontaktor sebagai
komponen switching ballast load. ELC mampu mengendalikan ballast load sesuai
dengan kapasitas sistem PLTMh dengan menggunakan komponen switching yang
sesuai. Sebagai sebuah penenelitian, maka dalam pembuatan pengatur beban
elektronis ini, ELC adalah ELC 1 fase dan hanya berkapasitas 5 kW

i
KATA PENGANTAR
Assalaamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Bismillaahirrahmanirrahiim.
Alhamdulillaahirabbilaalamin. Segala puji syukur kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan penulisan Tugas Besar yang berjudul Electronic
Load Control Yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana
pada Jurusan Teknik Elekto Politeknik Negeri Ujung Pandang.
Dalam penulisan Tugas Besar ini Penulis telah banyak mendapat bantuan
dan masukan yang berguna, serta dorongan moril dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan tugas akhir ini masih terdapat
banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan, untuk itu segala kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas Besar ini.
Wabillaahitaufikwalhidayyaah.
Wassalaamualaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Makassar, Juni 2013

Penulis
Muhammad Sujud


i
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Listrik merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia ,
hampir seluruh manusia di dunia mempergunakan energi ini untuk
melaksanakan aktivitasnya setiap detik. Hadirnya energi listrik banyak
membantu berbagai bidang dalam menangani suatu pekerjaan. Salah satu
contoh pemanfaatan energi listrik yaitu pada bidang industri. Seperti
penggunaannya untuk mengerakkan Turbin Generator serta untuk penerangan.

Di era globalisasi ini , dunia kerja semakin kompetitif sehingga
menuntut tenaga kerja untuk lebih membekali diri dengan kemampuan yang
lebih kompeten dan mampu bersikap jauh lebih profesional dalam bekerja.
Saat ini juga tenaga kerja yang memiliki kemampuan yang lebih variatif lebih
memiliki peluang yang lebih besar dalam mendapatkan pekerjaan. Untuk
menciptakan tenaga kerja yang ideal dan mampu berkompetisi di dunia kerja ,
diperlukan peran pemerintah, institusi pendidikan, dan industri untuk
mewujudkan hal ini.

Pembelajaran ini memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk
mempraktekkan langsung skillnya dalam dunia kelistrikan khususnya bagi

i
mahasiswa teknik listrik.Praktik ini bermanfaat mengasah mental mahasiswa
sebelum terjun di dunia kerja yang menuntut para tenaga kerja mempunyai
keterampilan yang bisa diandalkan dan professional.
Adapun Tugas Besar yang dikerjakan pada semester 4 ini yaitu Kontroller
Beban Tiruan PLTMH. Dalam Tugas Besar ini secara umum mahasiswa
diajarkan bagaimana cara membuat rangkaian pengontrol beban pada PLTMH
, dengan menggunakan Komponen-Komponen Elektronika.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan
yang timbul yaitu,Bagaimana merancang dan membuat alat control beban
tiruan pada PLTMH dengan menggunakan Lampu AC sebagai Ballast Loads.

1.3 Pembatasan Masalah
Agar lebih terfokus dan mencapai tujuan yang diinginkan, pembahasan
ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut, yaitu :
Alat Pengontrol Beban Tiruan ini hanya diperuntukkan untuk PLTMH
Kapasitas ELC ini adalah 1 fase, 5 kw
Biaya tidak dibahas dalam perancangan ini.
Pembuatan Electronic Load Control ini bertujuan untuk menjaga
mutu/kualitas daya listrik sistem PLTMH


i
1.4 TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan penulisan adalah :
Merancang dan membuat alat kendali beban tiruan serta mengatur atau
merubah beban dengan Ballast Load.















i
BAB II
DASAR TEORI

Disaat hangat-hangatnya isu berkenaan dengan krisis energi listrik nasional,
global warming dan climate changes sekarang ini, keberadaan Pembangkit Listrik
Tenaga Mikrohidro (PLTMh) sepertinya menjadi salah satu solusi alternatif dari
beberapa solusi yang ada. Terutama untuk daerah-daerah yang masih disuplai
dengan listrik tenaga diesel dan lebih khusus untuk desa/daerah-daerah terpencil
yang belum mendapat pelayanan aliran listrik karena sulit dicapai oleh jaringan
listrik yang pembangkitnya berada jauh dari pedesaan (remote area). Didukung
dengan potensi kelistrikan tenaga air di Nusantara yang mencapai 72.000 MW, 10
persennya atau 7.500 MW, dapat dimanfaatkan untuk sistem PLTMh [6]. Sistem
PLTMh yang sudah terkenal ramah lingkungan, kemampuan menghasilkan listrik
yang kontinyu (siang-malam) dan juga ketersediaan teknologi yang terjamin serta
kokoh mampu berumur 20 sampai 30 tahun, sangat menarik sebagai sumber
energi listrik mandiri terbarukan [1]
Sayangnya dari beberapa kelebihan yang dimiliki sistem PLTMh tersebut, sampai
sekarang ini teknologi PLTMh di masyarakat masih kurang familier, sehingga
pertumbuhannya pun menjadi lambat. Dari potensi kelistrikan tenaga air di
Indonesia yang mencapai 75.000 MW tersebut, pada pertengahan tahun 2008 ini,
baru terdapat sekitar 60 unit sistem PLTMh yang tersebar di 60 wilayah Indonesia
[6]. Terlebih lagi pembangunan sistem PLTMh yang sudah dilakukan, masih

i
sering mengabaikan mutu/kualitas daya listrik (power quality) yang
dihasilkannya. Mutu/kualitas daya listrik yang biasanya dikaitkan dengan
perubahan tegangan, frekuensi dan pergeseran fase jika PLTMh merupakan sistem
tiga fase sangat penting untuk diperhatikan. Kualitas daya listrik yang jelek secara
signifikan akan berdampak pada
umur/usia peralatan, baik peralatan beban sistem maupun peralatan (komponen)
sistem PLTMh itu sendiri [1].

Teknik yang digunakan untuk menjaga kualitas daya listrik setiap sistem
pembangkit berbeda-beda, dan demikian pula dengan sistem PLTMh. Pada sistem
PLTMh tidak menggunakan governor (pengatur kecepatan putaran
turbin/penggerak mula) yang digunakan untuk menyesuaikan atau
menyeimbangkan energi pada penggerak mula dengan kebutuhan pemakaian
beban konsumen. Teknik yang digunakan pada sistem PLTMh adalah dengan
menerapkan sistem selalu beroperasi mendekati beban penuh (putaran konstan).
Metode ini dilakukan dengan cara memasang beban tiruan resistif (ballast loads
atau dummy loads) pada sistem. Balast loads diatur secara otomatis sebagai
kompensasi perubahan beban utama sistem, sehingga total beban sistem tetap
mendekati beban penuh (putaran konstan). Untuk mengatur ballast loads bisa
bekerja otomatis, pada sistem PLTMh yang menggunakan generator induksi
digunakan induction generator controller (IGC), sedangkan pada sistem PLTMh
yang menggunakan generator sinkron digunakan electronic load controller [7].

i


















i
BAB III
RANCANGAN KONTROLLER

PerancanganELC
Prinsip kerja pengatur beban elektronis (electronic load controller, ELC) ini adalah ELC
akan memonitor frekuensi sistem secara terus menerus. Frekuensi hasil monitor akan
dibandingkan dengan frekuensi offset (nilai frekuensi yang sudah ditentukan sebelumnya
sesuai dengan nilai toleransi yang diijinkan). Hasil dari perbandingan digunakan untuk
mengatur besar-kecilnya ballast loads secara otomatis yakni dengan cara menambah atau
mengurangi ballast loads sebagai kompensasi beban utama yang pemakaiannya tidak
menentu, sehingga diharapkan total beban generator PLTMh akan terjaga pada beban
aman dan putaran generator menjadi relatif mendekati putaran konstan.
2.1. Perangkat Lunak ELC

Sebagaimana diperlihatkan pada Gbr.1, ELC terdiri atas beberapa blok.

i

A.ZeroCrossingDetector
Secara sederhana Zero Crossing Detector (ZCD) didefinisikan sebagai rangkaian
elektronik untuk mengubah sinyal sinusiodal menjadi persegi.

Rangkaian Zero Crossing Detector Gbr.2 diperlukan, karena mikrokontroler sebagai
pengendali utama ELC hanya bisa membaca sinyal tinggi dan rendah (persegi). Oleh
karena itu sumber sinyal masukan dari saluran jala-jala yang berupa sinyal sinus harus
diubah menjadi sinyal persegi.
B. Pengendali Utama
Pengendali utama yang merupakan otak ELC memanfaatkan sebuah IC mikrokontroler
AT89S51. Mikrokontroler diprogram untuk mengatur beban ballast loads secara otomatis
berdasarkan perubahan frekuensi saluran yang dirasakannya. Adapun diagram alur yang
dirancang pada pengendali utama adalah sebagai berikut :

i


C.Switching
Triac merupakan keluarga thyristor, yakni suatu devais yang berisi dua buah SCR yang
dirangkai anti parallel. Triac mampu mengontol listrik AC gelombang penuh tanpa
membutuhkan banyak komponen tambahan. Dibandingkan kontaktor, mengaplikasikan
Triac sebagai komponen switching ballast loads, maka rangkaian rangkaian switching
menjadi sederhana, no noise dan lebih ekonomis.

i



Cukup memakai empat buah Triac, maka ELC bisa dioperasikan untuk mengendalikan
ballast loads sebesar kapasitas nominal generator PLTMh yakni dengan load 1 = 10 %,
load 2 = 20 %, load 3 = 30 % dan load 4 = 50 % dari kapasitas nominal generator. Total
kemampuan rangkain switching Gbr.4 adalah 5 kW.
Triac T10 % adalah Triac dengan seri Q4004 dimana memiliki tegangan dan arus
nominal 400V/4A sehingga untuk dioperasikan pada ballast loads 10 % (500 W) akan
aman. Pada T20 % dan T30 % dipilih Triac dengan seri BT137 dimana memiliki
tegangan dan arus nominal 600V/8A sehingga untuk menanggung ballast loads 20 % dan
30 % (1 kW dan 1.5 kW), Triac masih mampu. T50 % digunakan Triac dengan seri
BT139 dimana memiliki tegangan dan arus nominal 600V/16A sehingga untuk
menanggung ballast loads (2.5 kW) juga aman. Keempat Triac tersebut diatur
konduksinya oleh port keluaran mikrokontroler (P1.0, P1.1, P1.2, P1.3) yang masing-
masing melalui IC Optoisolator MOC3020. IC MOC2030 dipilih karena selain
keluarannya sebagai driver Triac, IC MOC3020 juga sebagai pengisolasi mikrokontroler

i
dari tegangan jala-jala. Sehingga walaupun mikrokontroler digunakan untuk mengontrol
tegangan AC 220 V, mikrokontroler tetap aman.
D. Indikator Frekuensi
Sebagai tanda pengaman untuk mengetahui PLTMh terbebani lebih (overload) atau beban
lepas (loss of load), maka pada ELC dilengkapi dengan lampu indikator under/over
frekuensi.


Lampu indikator frekuensi under/over Gbr.5 memakai lampu LED 12 mm. LED-LED
tersebut diaktifkan melalui Q2 dan Q3 transistor PNP 9012 yang difungsikan sebagai
saklar. LED akan menyala dengan memberikan bias tegangan kurang lebih sebesar 2 V
dan arus sekitar 7 mA pada kaki anoda-katoda, serta kaki basis Q2 dan Q3 diberi bias
rendah (low). R1 dan R3 berfungsi untuk membatasi arus LED.
E. Catudaya
Agar semua rangkaian pada alat yang dirancang bisa bekerja dengan baik maka
diperlukan suplai catudaya yang baik sesuai dengan kebutuhan atau karakteristik masing-
masing komponen. Untuk pengontrol utama IC AT89S51 membutuhkan supali catu daya

i
DC +5 Volt, sedangkan IC OpAmp LM111 dan LM741 pada rangkaian ZCD
membutuhkan suplai catudaya DC ganda 15 Volt, dan oleh karena itu diperlukan
rangkaian catudaya tunggal dan ganda.













i
BAB IV
GAMBAR RANGKAIAN

A.Rangkaian Zero Crossing Detektor

B. Pengendali Utama


i
C.Switching



D. Indikator Frekuensi


.


i
E. Catudaya














i
BAB V
SPESIFIKASI ALAT DAN KOMPONEN
A. Alat yang digunakan :
- Papan PCB
- Solder 60 W
- Bor Listrik
- Setrika
- Larutan HCL dan H2SO4
- Lap Pembersih
- Air Bersih

B. Komponen :
Rangkaian Zero Crossing Detektor :
- IC LM 741
- IC LM 111
- R1 = 100 ohm
- R2 = 100 ohm
- R3 = 10 kohm
- R4 = 10 kohm
- R5 = 220 ohm
- R6 = 10 kohm
- R7 = 4 K7

i
- Variable Resistor ( Trimpot )
- Transistor PNP
Rangkaian Switching :
- ATMEGA 89S51
- Triac Q4004
- Triac BT 1337
- BT 137
- BT 139
- IC MOC 3020 ( 4 Buah )
- R = 330 Ohm, 330 Ohm, 330 Ohm, 330 Ohm.
- Beban : Lampu AC









i
BAB VI
REFERENSI SUMBER
Referensi
[1] Fritz, J. Jack., Small and Mini Hydropower System, McGraw-Hill, New
York, 1984.
[2] Malvino, Paul Albert., Prinsip-prinsip Elektronis, Erlangga, Jakarta, 1996.
[3] Nalwan, Andi P., Panduan Praktis Teknik Antarmuka dan Pemrograman
Mikrokontroler AT89C51, Elex Media Komputindo, Jakarta, 2003.
[4] Putra, Eko Agfianto., Belajar Mikrokontroler AT89C51/52/55 (Teori dan
Aplikasi). Edisi kedua, Gava Media, Yogyakarta, 2004.
[5] http://epsdin.wordpress.com/2008/04/15/membangun-kemandirian-
masyarakat-dan-bangsa-melalui-PLTMh/ (diakses, 27/08/2008)
[6] http://energialternatif.ekon.go.id (diakses, 27/08/2008)
[7]
http://www.oregon.gov/ENERGY/RENEW/Hydro/docs/MicroHydroGuide.pdf
(diakses, 23/01/2008)
[8] www.smartdraw.com/tutorials/flowcharts/tutorial_02.htm (diakses,
22/08/2008)


i



















i

Anda mungkin juga menyukai