Sistem sosial merupakan suatu sinergi antara berbagai subsistem sosial yang saling mengalami ketergantungan dan keterkaitan. (Teori Sibenertika Parson)
B. UNSUR-UNSUR SISTEM SOSIAL Menurut Alvin L. Bertrand, ada 10 unsur sistem sosial: 1. Keyakinan (pengetahuan) 2. Perasaan (sentiment) 3. Tujuan 4. Norma 5. Status dan peranan 6. Tingkatan atau pangkat (rank) 7. Kekuasaan atau pengaruh (power) 8. Sanksi 9. Sarana atau fasilitas 10. Tekanan ketegangaan (stress strain)
C. FUNGSI SISTEM SOSIAL Menurut ANkie M.M. Hoogvelt, ada 4 fungsi sistem sosial: 1. Fungsi Adaptation (Adaptasi) Sistem sosial harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang dihadapi. 2. Fungsi Goal Attainment (Pencapaian Tujuan Yang Diharapkan) Tujuan individu harus menyesuaikan dengan tujuan sosial yang lebih besar agar tidak bertentangan dengan tujuan-tujuan lingkungan sosial. 3. Fungsi Integration (Integrasi/Kebersamaan) Menunjukkan adanya solidaritas sosial dari bagian-bagian yang membentuknya serta berperannya masing-masing unsure tersebut sesuai dengan posisinya. Integrasi hanya bias terwujud jika semua unsure yang membentuk sistem tersebut saling menyesuaikan. 4. Fungsi Latent Pattern Maintance (Pemeliharaan Pola Latent).
D. PENGERTIAN SISTEM BUDAYA Sistem budaya merupakan wujud yang abstark dari kebudayaan. Sistem budaya atau cultural system merupakan ide-ide dan gagasan manusia yang hidup bersama dalam suatu masyarakat. Gagasan tersebut tidak dalam keadaan lepas satu dari yang lainnya, tetapi selalu berkaitan dan menjadi suatu sistem. Dengan demikian sistem budaya adalah bagian dari kebudayaan, yang diartikan pula adat-istiadat mencangkup sistem nilai budaya, sistem norma, norma-norma menurut pranata-pranata yang ada di dalam masyarakat yang bersangkutan, termasuk norma agama.
E. FUNGSI SISTEM BUDAYA Fungsi sistem budaya adalah menata dan menetapkan tindakan-tindakan serta tingkah laku manusia. Proses belajar dari sistem budaya ini dilakukan melalui pembudayaan atau institutionalization (pelembagaan). Dalam proses pelembagaan ini, seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-adat, sistem norma dan peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Proses ini dimulai sejak kecil, dimulai dari lingkungan keluarganya, kemudian dengan lingkungan di luar rumah, mula-mula dengan meniru berbagai macam tindakan. Setelah perasaan dan nilai budaya yang memberikan motivasi akan tindakan meniru itu diinternalisasi dalam kepribadiannya, maka tindakannya itu menjadi suatu pola yang mantap, dan norma yang mengatur tindakannya dibudayakan. Tetapi ada juga individu yang dalam proses pembudayaan tersebut yang mengalami deviants, artinya individu yang tidak dapat menyesuaikan dirinya dengan sistem budaya di lingkungan sosial sekitarnya.
F. UNSUR-UNSUR SISTEM BUDAYA Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: 1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: o alat-alat teknologi o sistem ekonomi o keluarga o kekuasaan politik 2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya o organisasi ekonomi o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) o organisasi kekuatan (politik)
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut: 1. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu: o alat-alat teknologi o sistem ekonomi o keluarga o kekuasaan politik 2. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi: o sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya o organisasi ekonomi o alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama) o organisasi kekuatan (politik)
Pengertian Sistem Sosial Suatu sistem sosial dirumuskan sebagai suatu sistem dari unsur-unsur sosial atau seperti dikemukakan oleh Hugo F. Reading the system of social element Perumusan arti sistem sosial ini sangat sederhana, dan memerlukan penjelasan yang memadai terutama sistem dan unsur-unsur sosial.
Apakah sistem itu. Tatang M Amirin menyatakan bahwa istilah sistem berasal dari bahasa Yunani systema yang mempunyai arti sebagai berikut : 1.Suatu hubungan yang tersusun dari sekian banyak bagian, 2.Hubungan yang berlangsung di antara satuan-satuan atau komponen-komponen secara teratur.
Jadi, systema itu mengandung arti sebagai sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan satu keseluruhan (a whole). Dikemukakan pula oleh Amirin bahwa dalam perkembangannya ternyata pengertian sistem serupa ini hanya merupakan salah satu ipemertian saja, ternyata istilah ini dipergunakan untuk menunjuk N Jordan dalam bukunya Some Thinking About System. Amirin mengemukakan bahwa tidak kurang dari 15 macam pengertian sistem digunakan. Dari 15 penggunaan istilah sistem, Tatang M Amirin mengambil enam contoh yang menurutnya agak dikenal di indonesia. Keenam pengeritan sistem itu adalah sebagai berikut : a.Sistem yang digunakan untuk menunjuk suatu kumpulan atau himpunan benda-benda yang disatukan atau dipadukan oleh suatu bentuk yang saling berhubungan atau saling ketergantungan yang teratur; suatu himpunan bagian-bagian yang tergabung secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu; suatu keseluruhan yang terorganisasikan, atau sesuatu yang organik; atau juga berfungsi, berfungsi, bekerja atau bergerak secara serentak bersama-sama, bahkan sering bergeraknya mengikuti suatu kontrol tertentu. Sistem tata surya, ekosistem, merupakan contohnya. b.Sistem yang digunakan untuk menyebut alat-alat atau organ tubuh secara khusus memberikan andil atau sumbangan terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit tetapi amat vital. Misalnya saja sistem syaraf. c.Sistem yang menunjukan sehimpunan gagasan (ide) yang tersususn, terorganisasikan, suatu himpunan gagasan, prinsip, dokrin, hukum dan sebagainya yang membentuk suatu kesatuan yang logik dan dikenal sebagai isi buah pikiran filsafat tertentu, agama, atau bentuk pemerintahan tertentu. Sistem teologi Agustinus, sistem pemerintahan demokratik, sistem masyarakat Islam, merupakan contoh-contohnya. d.Sistem yang dipergunakan untuk menunjuk suatu hipotesis atau suatu teori (yang dilawankan dengan praktek). Kita kenal misalnya pendidikan sistematik. e.Sistem yang dipergunakan dalam arti metode atau tata cara. Misalnya saja sistem mengetik sepuluh jari, sistem modul dalam pengajaran, pembinaan pengusaha golongan ekonomi lemah dan sistem anak angkat, dan belajar dengan sistem jarak jauh. f.Sistem yang dipergunakan untuk menunjuk pengertian skema atau metode pengaturan organisasi atau susunan sesuatu, atau mode tata cara. Dapat juga dalam arti suatu bentuk atau pola pengaturan, pelaksanaan atau pemrosesan, dan juga dalam pengertian metode pengelompokan, pengkondifikasian, dan sebagainya. Misalnya saja sistem pengelompokan bahan pustaka menurut Dewey (Dewey Decimal Clasification). Apabila ditelaah dengan seksama, dari ragam pengertian sistem yang telah diindentifikasikan diatas, terdapat suatu ciri khusus yang melekat pada tiap arti sistem. Ciri khusus tersebut adalah bahwa didalam sistem unsur-unsur yang berkaitan atau berhubungan sebagai suatu kesatuan. Di dalam sisyem berarti ada unsur yang berdiri sendiri-sendiri, tetapi merupakan bagian dan bagian itu berhubungan sebagai suatu kesatuan. Ciri inilah yang kelihatan menjadi patokan dalam membuat batasan atau definisi maupun arti sistem, seperti ditunjukan oleh beberapa definisi arti sebagai berikut: g.Elias M Awad, menyatakan bahwa a system can be defined as an organized group of components (subsistems) linked together according to plan to achieve a specific objective h.Johnson, Kast dan Rosenzweig (alih bahasa Madudji, 1980) menyebutkan bahwa suatu sistem adalah suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau teorganisasi; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh. i.Campbell, menyatakan bahwa :we might define a system as any group of interrelated components or parts which function together to achieve a goal j.Shrode dan Voich, mengemukakan bahwa a system is a set of interrelated parts, working independently and jointly, ini pursuit of common objectives of the whole, within a complex environment.
Definisi yang diberikan oleh Shrode dan Voich ini dirumuskan setelah mereka menelaah unsur-unsur dari definisi-definisi sistem. Menurut mereka unsur-unsur itu adalah: a.hipunan bagian-bagian b.bagian-bagian itu saling berkaitan c.masing-masing bagian bekerja secara mandiri dan bersama-sama, satu sama lain saling mendukung d.semuanya ditujukan pada pencapaian tujuan bersama atau tujuan sistem e.terjadi di dalam lingkungan yang rumit atau kompleks
Dengan memperhatikan hal-hal diatas, dapat kita menyatakan bahwa suatu sistem merupakan suatu keseluruhan dari unsur-unsur atau bagian-bagian yang berkaitan atau berhubungan satu sama lain dalam satu kesatuan. Di dalam pengertian sederhana ini tercakup adanya hubungan timbal balik antara unsur-unsur atau bagian-bagian sistem. Apabila pengertian sistem diterapkan pada sistem sosial, maka suatu sistem sosial dapat diartikan sebagai suatu keseluruhan dari unsur-unsur sosial yang berkaitan dan berhubungan satu sama lain., dan saling pengaruh-mempengaruhi, dalam kesatuan. MASYARAKAT DESA SEBAGAI "SI STEM SOSI AL" Menurut Bouman, desa adalah salah satu bentuk dari kehidupan bersama sebanyak beberapa ribu orang, hampir semuanya saling mengenal; kebanyakan yang termasuk di dalamnya hidup dari pertanian, perikanan dan sebagainya, usaha-usaha yang dapat dipengaruhi oleh hukum dan kehendak alam. Di desa, terdapat ikatan-ikatan keluarga yang rapat, taat pada tradisi dan kaidah-kaidah "sosial".
Masyarakat desa merupakan "sistem sosial" yang komprehensif, artinya di dalam masyarakat desa terdapat semua bentuk pengorganisasian atau lembaga-lembaga yang diperlukan untuk kelangsungan hidup atau untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia.
Di era globalisasi seperti sekarang ini, hanya ada beberapa masyarakat desa yang masih mempertahankan upaya pemenuhan kebutuhan hidup dari dalam masyarakat desa sendiri.
Dalam masyarakat desa, jumlah kelompok atau kesatuan-kesatuan "sosial" tidak hanya satu. Oleh karena itu seorang warga masyarakat dapat menjadi anggota berbagai kelompok atau kesatuan "sosial" yang ada. Misalnya atas dasar kekerabatan, tempat tinggal, agama, politik dan lain-lain. (Sumber: Jabal Tarik Ibrahim).
Sistem Sosial Pedesaan
1.Sistem Sosial Desa istilah desa dapat disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan Pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, disebut bahwa Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya, sebuah desa dapat dirubah statusnya menjadi kelurahan. Kewenangan desa adalah: Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa Menyelenggarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, yakni urusan pemerintahan yang secara langsung dapat meningkatkan pelayanan masyarakat. Tugas pembantuan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota Urusan pemerintahan lainnya yang diserahkan kepada desa. Dalam sebuah desa terdapat suatu peraturan atau undang-undang yang mengikat warganya.Yang dimaksud dengan Peraturan Desa adalah peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Kepala Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa. Peraturan ini berlaku di wilayah desa tertentu. Peraturan Desa merupakan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan kondisi sosial budaya masyarakat desa setempat.Dalam tatanan kehidupan masyarakat pedesaan terdapat sustu keterikatan atau rasa solidaritas yang sangat kuat. Dalam sebuah desa terdapat istilah-istilah seperti dusun,kampung dan lain sebagainya.Kata kampung diambil dari bahasa Portugis; campo, tempat perkemahan. Nama-nama daerah di Kamboja sering disebut kompong yang merupakan sebuah distrik seringkali juga dipakai sebagai nama provinsinya. Istilah kampung dalam bahasa Aceh disebut gampong dan dalam bahasa Minang disebut kampuang. Istilah kampung biasanya disingkat dengan Kp (di Indonesia) atau Kg (di Malaysia). Istilah kampung atau desa itu sendiri memiliki arti yang berbeda-beda antara satu daerah dengan daerah yang lain.Berikut ini adalah beberapa pengertian singkat apa yang dimaksud dengan kampung atau dusun : 1. Suatu daerah, di mana terdapat beberapa rumah atau keluarga yang bertempat tinggal di sana 2. Daerah tempat tinggal warga menengah ke bawah di daerah kota 3. Nama alternatif untuk desa/kelurahan yang merupakan satuan pembagian administratif daerah yang terkecil di bawah kecamatan/mukim/distrik/banua (benua). Kampung sebagai sinonim dari istilah desa ini dipakai di Papua dan Kalimantan Timur (Luar Jawa-Nusa Tenggara). Sebuah kampung dipimpin oleh seorang Kepala Kampung (Kamponghofd) sinonim dari Kades. Nama alternatif untuk dusun/banjar/padukuhan/rukun kampung (RK)/anak kampung, yang semua itu merupakan bagian dari sebuah desa/kelurahan. Kampung sebagai sinonim dari dusun ini dipakai di Jawa, Nusa Tenggara Barat dan tempat-tempat tertentu. Rukun Warga (RW) adalah pembagian wilayah di Indonesia di bawah Dusun atau Lingkungan. Rukun Warga bukanlah termasuk pembagian administrasi pemerintahan, dan pembentukannya adalah melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Desa atau Kelurahan.Rukun Warga dipimpin oleh Ketua RW yang dipilih oleh warganya. Dewasa ini banyak Pemilihan Ketua RW di Indonesia yang dimodel mirip dengan Pemilihan Presiden atau Pemilihan Kepala Daerah, dimana terdapat kampanye dan pemungutan suara. Sebuah RW terdiri atas sejumlah Rukun Tetan
2.Perangkat dan Struktur Sosial Pemerintahan Desa. Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Pembentukan desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian desa yang bersandingan, atau pemekaran dari satu desa menjadi dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang telah ada.Desa dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa Pemerintah Desa bersama BPD dengan memperhatikan saran dan pendapat masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi Kelurahan, Lurah dan Perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil. Desa memiliki pemerintahan sendiri. Pemerintahan Desa terdiri atas Pemerintah Desa (yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Kepala Desa Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah 6 tahun, dan dapat diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD. Istilah Lurah seringkali rancu dengan jabatan Kepala Desa. Memang, di Jawa pada umumnya, secara historis pemimpin dari sebuah Desa dikenal dengan istilah Lurah. Namun dalam konteks Pemerintahan Indonesia, sebuah Kelurahan dipimpin oleh Lurah, sedang Desa dipimpin oleh Kepala Desa. Tentu saja keduanya berbeda, karena Lurah adalah Pegawai Negeri Sipil yang bertanggung jawab kepada Camat; sedang Kepala Desa bisa dijabat siapa saja yang memenuhi syarat (bisa berbeda-beda antar Desa) yang dipilih langsung oleh rakyat melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades). Wewenang kepala desa antara lain: Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Mengajukan rancangan peraturan desa Menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan bersama BPD Menyusun dan mengajukan rancangan peraturan desa mengenai Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) untuk dibahas dan ditetapkan bersama BPD Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat. Syarat-syarat menjadi calon Kepala Desa sesuai Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 2005 sbb: 1. Bertakwa kepada Tuhan YME 2. Setia kepada Pacasila sebagai dasar negara, UUD 1945 dan kepada NKRI, serta Pemerintah 3. Berpendidikan paling rendah SLTP atau sederajat 4. Berusia paling rendah 25 tahun 5. Bersedia dicalonkan menjadi Kepala Desa 6. Penduduk desa setempat 7. Tidak pernah dihukum karena melakukan tindak pidana kejahatan dengan hukuman paling singkat 5 tahun 8. Tidak dicabut hak pilihnya 9. Belum pernah menjabat Kepala Desa paling lama 10 tahun atau 2 kali masa jabatan Memenuhi syarat yang diatur Perda Kab/Kota. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) oleh penduduk desa setempat. Usia minimal Kepala Desa adalah 25 tahun, dan Kepala Desa haruslah berpendidikan paling rendah SLTP, penduduk desa setempat. Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Desa dilakukan oleh Panitian Pemilihan, dimana dibentuk oleh BPD, dan anggotanya terdiri dari unsur perangkat desa, pengurus lembaga kemasyarakatan, dan tokoh masyarakat. Cara pemilihan Kepala Desa dapat bervariasi antara desa satu dengan lainnya. Pemilihan Kepala Desa dan masa jabatan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat. Kepala Desa dilarang menjadi pengurus partai politik (namun boleh menjadi anggota partai politik), merangkap jabatan sebagai Ketua atau Anggota BPD, dan lembaga kemasyarakatan, merangkap jabatan sebagai Anggota DPRD, terlibat dalam kampanye Pemilihan Umum, Pemilihan Presiden, dan Pemilihan Kepala Daerah. Badan Permusyawaratan Desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.Wewenang BPD antara lain: Membahas rancangan peraturan desa bersama Kepala Desa Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan Peraturan Kepala Desa Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa Menggali,menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat; dan Penyelenggaraan urusan pemerintahan desa yang menjadi kewenangan desa didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa), bantuan pemerintah dan bantuan pemerintah daerah. Penyelenggaraan urusan pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai dari APBD. Penyelenggaraan urusan pemerintah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa Sumber pendapatan desa terdiri atas: Pendapatan Asli Desa, antara lain terdiri dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa (seperti tanah kas desa, pasar desa, bangunan desa), hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotong royong Bagi hasil Pajak Daerah Kabupaten/Kota Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan. Hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. APB Desa terdiri atas bagian Pendapatan Desa, Belanja Desa dan Pembiayaan. Rancangan APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala Desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan Peraturan Desa. Disuatu pedesaan terjadi berbagai proses sosial yang berangsur-angsur secara tersistem walaupun masih terjadi beberapa kesenjangan pemerataan soaial.Diantara berbagai proses sosial yang terjadi terjadi pula interaksi dengan wilayah-wilayah lain atau bahkan mungkin dengan wilayah perkotaan yang secara hirarki lebih maju dalam bidang perekonomian.Oleh karena itu terjadinya interaksi dsa kota sangatlah besar sperti terjadinya arus urbanisasi.Urbanisasi dapat dilihat dalam dua pengertian: 1. Proses mengkotanya desa-desa (pinggiran atau daerah periphery). Artinya, daerah sekitar kota berubah secara gradual atau pun cepat menjadi daerah yang berkarakteristik kota. Hal ini antara lain dapat disebabkan oleh semakin lancar atau terbukanya aksesibilitas, teknologi komunikasi, dan berkembangnya ekonomi non- pertanian yang besertaan pula dengan meningkatnya heterogenitas penduduknya. 2. Migrasi atau berpindahnya penduduk dari daerah pedesaan ke kota-kota. Perkembangan kota-kota di Dunia Ketiga, terutama, ditandai oleh gejala urbanisasi dalam pengertian yang kedua ini. Dalam hal ini, bahkan gejala urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar Dunia Ketiga menunjukkan gejala hyper-urbanization atau over- urbanization. Over-urbanisasi ini adalah gejala tingginya arus urbanisasi dari pedesaan ke kota-kota besar di Dunia Ketiga, dimana daya tampung dan daya dukung kota besar tersebut tidak mampu untuk mengakomodasi atau menyerapnya dalam kehidupan yang layak.Urbanisasi merupakan salah satu proses yang tercepat di antara berbagai perubahan sosial di seluruh dunia. Pada awalnya urbanisasi dan pertumbuhan kota dipandang sebagai suatu indikator modernisasi dan kemajuan. Daniel Lerner, misalnya, menyatakan bahwa urbanisasi merupakan prakondisi untuk modernisasi dan pembangunan. Urbanisasi diasumsikannya akan menstimulasi kebutuhan dan menyediakan syarat-syarat yang dibutuhkan untuk tinggal landasPandangan pertama ini pada dasarnya melihat urbanisasi sebagai hal yang wajar. Kota dilihat sebagai katalisator dalam modernisasi dan dihuni oleh penduduk yang responsif terhadap perubahan atau pembaruan. Karena itu, menurut mereka, tidak ada salahnya penduduk desa mengalir ke kota untuk ditempa menjadi manusia baru.
Dengan demikian yang diperlukan adalah: Perencanaan kota yang baik Perbaikan infrastruktur perkotaan Penyediaan lapangan kerja yang baru Kesempatan untuk mengembangkan diri Namun, sebaliknya sebagian ahli kurang optimis terhadap urbanisasi ini. Dalam perspektif mereka, kota tidak lagi dipandang sebagai pusat perubahan ke arah kemajuan, melainkan sebagai daerah krisis atau pusat masalah sosialPandangan kedua ini (lebih dominan), memandang urbanisasi dengan khawatir. Menurut para ahli yang menganut pandangan ini, pertambahan fasilitas dan lapangan kerja baru tidak sepadan dengan pertambahan penduduk. Banyak kota di negara Dunia Ketiga memiliki keterbatasan dalam investasi demografik.Karena itu, para pendatang baru dapat menimbulkan persoalan-persoalan baru. Pola pemukiman dan cara mereka mencari nafkah dianggap dapat menurunkan derajat kota (ruralisasidaerah perkotaan)pemukiman kumuh, sektor informal, dsb.Faktor yang menyebabkan urbanisasi biasanya dibagi atas, faktor pendorong (push factors) dan faktor penarik (pull factors).Faktor pendorong adalah keadaan dan dinamika (perkembangan) yang terjadi di daerah pedesaan yang menyebabkan penduduk desa untuk pindah atau pergi ke kota. Penyebab utamanya biasa dihubungkan dengan adanya tekanan kependudukan (over- population) di mana jumlah penduduk tidak sebanding dengan lahan pertanian atau kesempatan kerja lain yang tersedia di desa. Kecuali dihubungkan dengan adanya pertambahan penduduk secara alami (karena kelahiran) yang cukup tinggi, keadaan tersebut juga disebabkan oleh masuknya teknologi pertanian baru ke pedesaan yang membuat permintaan terhadap tenaga kerja menurun. Selain itu, lahan pertanian juga menjadi kian berkurang karena terjadinya konversi lahan untuk keperluan lain di luar bidang pertanian Sedangan faktor penarik (pull factors) adalah keadaan dan dinamika yang ada di kota yang menjadikan orang desa untuk tertarik untuk datang ke kota. Kesempatan sosial- ekonomi yang lebih tinggi, dan fasilitas yang lebih lengkap adalah faktor utama yang menarik.Secara spesifik, dikaitkan dengan fenomena merantau orang Minangkabau, sosiolog Mochtar Naim mengaitkan pindahnya banyak orang Minang ke kota-kota besar atau daerah lain karena pengaruh sistem sosial. Seperti diketahui, sistem sosial Minangkabau memaksa anak laki-laki untuk merantau untuk mengejar keberhasilan di bidang ekonomi dan/atau pendidikan. Pengaruh khusus lainnya, pada akhir 1950-an 1960-an adalah akibat adanya kegoncangan politik (peristiwa PRRI) di Sumatera Barat. 3.Kesimpulan. Suatu sistem masyarakat pedesan umumnya berstruktur sederhana,berbeda dengan perkotaan yang sistem sosialnya begitu kompleks meliputi berbagai sisi kehidupan masyarakat kota seperti bidang perekonomian,sosial budaya sendiri,atau bidang pemerintahan,pertahanan dan keamanan.Pada dasarnya sistem sosial dan interaksi sosial di pedesaan hanya didasarkan pada hasrat pemenuhan kebutuhan ekonomi saja.Namun pada era modern sekarang masyarakat pedesaan sudah mengalami perubahan sosial yang begitu pesat dengan berkembangnya alat komunikasi masa modern.Berbagai perubahan tersebut membawa dampak yang begitu besar bagi pedesaan.Perubahan pola berpikir dan pola kehidupan yang semula ortodoks menjadi lebih rasional dalam menatap perkembangan jaman .Hal ini kontras membawa dampak yang baik bagi perkembangan desa itu sendiri yang ditandai munculnya kaum-kaum terpelajar dari desa.Para generasi muda inilah yang akan membangun desa mereka ke arah yamg lebih baik,lebih maju dan lebih kompeten. Jadi pada prinsipnya tindakan sosial,sistem sosial dan interaksi sosial yang terjadi dalam suatu masyarakat pedesaan adalah sebuah proses sosial dimana masyarakat tersebut berupaya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya khususnya kebutuhan ekonomis yang menjadi dasar mnusia untuk hidup bahagia dan sejahtera.
Agribisnis Sebagai Sistem Agribisnis sebagai suatu sistem merupakan seperangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Dengan demikian agribisnis terdiri dari dari berbagai sub sistem yang tergabung dalam rangkaian interaksi dan interpedensi secara reguler, serta terorganisir sebagai suatu totalitas. Paling tidak terdapat lima subsistem yang harus berkaitan pada system agribisnis yaitu : a. Subsistem Penyediaan Sarana Produksi Sub sistem penyediaan sarana produksi menyangkut kegiatan pengadaan dan penyaluran. Kegiatan ini mencakup Perencanaan, pengelolaan dari sarana produksi, teknologi dan sumberdaya agar penyediaan sarana produksi atau input usahatani memenuhi kriteria tepat waktu, tepat jumlah, tepat jenis, tepat mutu dan tepat produk. b. Subsistem Usahatani atau proses produksi Sub sistem ini mencakup kegiatan pembinaan dan pengembangan usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer pertanian. Termasuk kedalam kegiatan ini adalah perencanaan pemilihan lokasi, komoditas, teknologi, dan pola usahatani dalam rangka meningkatkan produksi primer. Disini ditekankan pada usahatani yang intensif dan sustainable (lestari), artinya meningkatkan produktivitas lahan semaksimal mungkin dengan cara intensifikasi tanpa meninggalkan kaidah-kaidah pelestarian sumber daya alam yaitu tanah dan air. Disamping itu juga ditekankan usahatani yang berbentuk komersial bukan usahatani yang subsistem, artinya produksi primer yang akan dihasilkan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam artian ekonomi terbuka. c. Subsistem Agroindustri/pengolahan hasil Lingkup kegiatan ini tidak hanya aktivitas pengolahan sederhana di tingkat petani, tetapi menyangkut keseluruhan kegiatan mulai dari penanganan pasca panen produk pertanian sampai pada tingkat pengolahan lanjutan dengan maksud untuk menambah value added (nilai tambah) dari produksi primer tersebut. Dengan demikian proses pengupasan, pembersihan, pengekstraksian, penggilingan, pembekuan, pengeringan, dan peningkatan mutu. d. Subsistem Pemasaran Sub sistem pemasaran mencakup pemasaran hasil-hasil usahatani dan agroindustri baik untuk pasar domestik maupun ekspor. Kegiatan utama subsistem ini adalah pemantauan dan pengembangan informasi pasar dan market intelligence pada pasar domestik dan pasar luar negeri. e. Subsistem Penunjang Subsistem ini merupakan penunjang kegiatan pra panen dan pasca panen yang meliputi : Sarana Tataniaga Perbankan/perkreditan Penyuluhan Agribisnis Kelompok tani Infrastruktur agribisnis Koperasi Agribisnis BUMN Swasta Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Transportasi Kebijakan Pemerintah Agribisnis Sebagai Suatu Sistem [Sistem agribisnis] Agribisnis Sebagai Suatu Sistem
Agribisnis merupakan suatu sistem yang terdiri dari tiga subsistem utama. 1. Fungsi Masing-Masing Subsisten Agribisnis Sistem agribisnis meliputi kegiatan disubsistem masukan (input), subsistem produksi (faram) dan subsitem pengeluaran (output). Fungsi masing-masing Subsistem tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: A. Subsitem masukan berfungsi dalam menyediakan bahan atau perbekalan bagi produsen seperti bibit unggul, makanan ternak, pupuk, bahan bakar, bahan kimia, misal: penyediaan bibit tomat unggul Taiwan yang sangat diminati oleh konsumen karena mempunyai kelebihan, yaitu buah berbentuk bulat, kadar airnya rendah sehingga kadar airnya rendah sehingga tidak mudah rusak dan tahan lama. B. Subsitem Produksi Sunsitem Produksi berfungsi untuk membididayakan tanaman dan hewana serta ikan supaya mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik, misal: menyediakan modal untuk mebeli bibit unggul, pupuk obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen. C. Subsitem Keluaran Subsiten Keluaran berfungsi dalam pemrosesan atau oengolahan dan penyebaran atau memasarkan suatu produk dan hasil-hasil pertanian, misal: pengolahan hasil ternak dalam bentuk susu dan daging. Subsitem keluaran bertanggungjawab dalam pengubahan bentuk bahan baku dari sektor produksi menjadi produk yang akan diterima konsumen. Hal ini mencakup pemasaran hasil produksi pertanian seperti: susu kaleng, keju, roti, selai dll. 2. Ketrkaitan Antar Subsitem Agribisnis Antara Subsitem satu dengan subsitem lain saling berkaitan dalam sitem agribisnis, baik berkaitan langsung maupun tidak langsung. Keterkaitan antar subsitem ini bisa terjadi kedapan (forward Lingkaged) maupun keterkaitan kebelakang (Backward Lingkaged). Keterkaitan dapat digambarakan dalam bagan sebagai berikut:
Keterangan: 1. Keterkaiatan antara Subsitem masukan dan Subsitem produksi Subsitem masukan berfungsi menyediakan input bagi Subsitem produksi. Apabila Subsitem produksi mengalami keterlambatan atau kekurangan ataupun kelebihan dalam menyediakan input akan mempunyai dampak bagi subsitem keluaran. Contoh: apabila kekurangan input akan menurunkan produksi dan apabila kelenihan produksi akan mengalami over produksi sehingga produsen atau petani akan mengalami kerugian. Bagi sektor masukan apabila daya serap output ke inputnya menurun maka daya beli menurun. Jadi apabila terjadi keterlambatan atau kelebihan atau kekurangab dampaknya dapat langsung ataupun tidak langsung ataupun tidak langsung pada konsumen. 2. Keterkaitan antara subsitem produksi dan subsitem keluaran Kekurangan atau tidak kontinyunya Subsitem produksi dalam menyediakan bahan baku untuk industri (sektor keluaran) disebabkan antara lain dengan adanya: a. Adanya mesin kering b. Adanya serngan hama penyakit c. Transportasi yang tertutup sehingga kesulitan untuk mengangkut hasil produksi untuk industri d. Kendala faktor ekonomi, misal: harga bahan baku yang terlalu tinggi, sehingga petani tidak mampu membeli e. Berubahnya kebijaksanaan pemerintah (misalkan pada cengkeh dan jeruk) Hal tersebut menyebabkan pabrik pengolahanhasil pertanian mengalami kerugian karena proses produksinya terganggu yang akhirnya dapat merugikan konsumen. Sebaiknya bila subsitem keluaran tidak mampu menampung produk /output dari Subsitem produksi, maka produsen atau petani akan banyak kerugian. Hal ini kerena hasil pertanian memiliki sifat- sifat yang spesifik, yaitu: a. Tidak tahan lama, mudah rusak, mudah busuk b. Nilai produk lebih rendah dari nilai volumenya (bulky) c. Kualitas, kuantitas dan harga ditentukan oleh alam, misal: menanam semangka dimusim hujan, maka kualitas dan kuantitasnya akan berkurang dibandingkan dengan semangka yang ditanam sebelum musim hujan. 3. Keterkaitan atara Subsitem keluaran dan Subsitem keluaran Dampak atau pengaruhnya tidak begitu lansung, misal: dari hasil pertanian berupa gandum diolah menjadi roti, sehingga dapat mempengaruhi secara tidak langsung subsitem keluaran, misalnya pemasaran. Jika produksi gandum menurun akan mempengaruhi produksi roti dan pemasaran menurun. Demikian sebaliknya jika produksi gandum meningkat secara tidak langsung pemasaran roti dari hasil olahan gandum akan meningkat. Namun, hal ini juga saling mempengaruhi bahkan dapt merugikan, oleh karena itu pengembangan agribisnis harus dikembangakan secara menyeluruh, artinya ketiga subsitem tersebut dapat diperhatikan keseimbangan dan harus dukuasai. 3. Manfaat, Kendala, dan Ciri-ciri Masing-masing Subsitem Agribisnis a. Subsitem Produksi Faktor produksi sangat menetukan besar kecilnya produksi yang diproleh. Faktor produksi yang terpenting antara lain: faktor produksi lahan, faktor produksi modal untuk membeli bibit, pupuk, obat-obatan, faktor produksi tenaga kerja dan aspek manajemen. Namun banyak sekali ditemui kendala dalam proses peningkatan produksi pertanian yang menurut Gomez beberapa kendala yang sering mempengaruhi produksi ertanian diklesifikasikan menjadi: 1. Kendala yang mempengaruhi Yiel Gap I yang terdiri dari vaiabel diluar kemampuan manusia, sehingga ia sulit melakukan trasfer teknologi yang disebabkan kerana perbedaan agroklimat dan teknologi yang sulit diatasi. 2. Kendala yang mempengaruhi Yiel Gap II yang terdiri atas varibel teknis biologis, misal: bibit, pupuk, obat-obatan, lahan dan variabel sosial ekonomi seperti haraga, resiko ketidak pastian, kredit, adat dll. b. Subsiten Pengolahan Hasil Pertanian pengolahan hasil pertanian merupakan komponen kedua dalam kegiatan agribisnis setelah komponen produksi pertanian, namun banyak petani yang tidak melaksankan pengolahan hasil yang disebabkan oleh bebrbagai hal, antara lain: tidak memiliki fasilitas pengolahan, seperti: lantai jemur, tempat penyimpanan mesin pengolahan dll.