Anda di halaman 1dari 30

BAB I

1.1 Definisi Rajin


Rajin adalah konstinuitas melakukan sesuatu dengan rasa senang. Contohnya,
pak Ahmad yang rajin bekerja, dia selalu bekerja tepat waktu dan pulang tepat waktu
(datang awal,pulang akhir) dia selalu mendapat gaji yang cukup untuk menghidupi
keluarganya dan selalu beramal kepada orang- orang yang membutuhkannya,
sehingga ia selalu sukses dalam hidupnya. Jadi kesimpulannya orang yang rajin itu
dekat dengan kesuksesan.
Rajin terbagi menjadi 2 macam yaitu:
Rajin positif, contohnya kita giat bekerja , belajar, olah raga, dan hal
hal yang bermanfaat lainnya.
Rajin negatif, contohnya kita giat melakukan hal yang tidak produktif
seperti bekerja dengan giat yang tidak ada hasilnya. hobi menggunjing
orang, berkelahi dan hal hal yang tidak bermanfaat lainnya.
1.2 Definisi Malas
Malas adalah keengganan untuk melakukan sesuatu. Contohnya, pak Rizal
adalah orang yang malas bekerja dia selalu bekerja terlambat di kantor dan pulang
kerja sebelum waktunya pulang kerja (datang akhir , pulang awal). Dia selalu pelit
dalam segala hal sehingga dia menjadi orang yang kikir dan pekerjaanya menjadi
hancur berantakan dan kehidupannya menjadi susah. Jadi kesimpulannya orang yang
malas itu dekat dan malas dekat dengan gagal.
Malas juga terbagi menjadi 2 macam yaitu:
Malas positif, contohnya enggan untuk melakukan hal yang tidak
bermanfaat seperti melamun, tidur terus , dll
Malas negatif, contohnya enggan untuk melakukan hal yang
bermanfaat seperti tidak giat bekerja, hobi dengan tidur, enggan capek,
dll
1.3 Manfaat rajin
Rajin belajar bukan hanya untuk anak-anak saja, orang tua kita yang sudah
bekerja di kantor juga masih dituntut harus rajin belajar, walaupun yang bahan
pelajarannya sudah tidak seperti masa sekolah dulu. Beberapa manfaat belajar antara
lain:
1. Meningkatkan kemampuan otak sehingga tidak menjadi orang yang
mudah lupa
2. Rajin belajar sama dengan kita berolahraga otak
3. Menambah wawasan bila kita berkomunikasi dan berkenalan dengan
orang baru terutama
4. Orang yang rajin belajar biasanya termasuk orang yang sabar dan
penuh prinsip dalam menjalani kehidupan
5. Tidak ada yang rugi dari orang yang rajin belajar walaupun ia adalah
seorang petani sekalipun.
1.4 Kerugian Malas
Lebih sering rehat dan berpangku tangan, menunda pekerjaan, bekerja tanpa
ruh dan kesungguhan adalah gejala penyakit kaslaan, malas. Dia hanya bersemangat
dalam satu hal, yakni sesuatu yang sesuai dengan selera nafsunya. Tapi sayang, nafsu
itu cenderung kepada keburukan (ammaratun bis suu), atau paling tidak, menyenangi
hal-hal yang sia-sia dan tidak bermanfaat. Berlawanan dengan nasyath yang bermakna
enerjik, rajin, dan beraktivitas dengan penuh kesungguhan. Nasyath mengandung
asumsi rajin dalam menunaikan hal-hal yang mengandung dan atau mengundang
maslahat. Dalil- dalil mengenai orang yang malas:
Ibnu Hajar al-Asqalalani dalam Fathul Bari, mendefinisikan sifat malas,

Malas adalah meninggalkan sesuatu


(yang baik) padahal ia mampu melakukannya.
Sedangkan al-Aini, penulis Umdatul Qariy Syarh al-Bukhari, menjelaskan,

Dan malas adalah


lemahnya kemauan, lebih mengutamakan rehat daripada lelah bekerja. Dari
definisi tersebut, telah tersirat hasil buruk yang bakal diunduh oleh pemalas.
Bahkan, karena buruknya efek yang ditimbulkan sifat malas, Nabi menyuruh kita
berlindung kepada Allah dari sifat malas, sebagaimana yang telah penulis
singgung di edisi lalu.
Di mata sahabat Abdullah bin Masud, tak ada pemandangan yang lebih
menyebalkan dari melihat orang malas. Beliau berkata, Tak ada yang lebih
memberatkan pandangan mataku selain melihat orang yang tidak bekerja untuk
dunianya, tidak pula untuk akhiratnya.

Berikut merupakan kerugian malas antara lain:
1. Biang Kerugian Dunia dan Akhirat
2. Sifat malas menjadi penghalang dari banyak sekali maslahat, baik yang
sifatnya duniawi maupun ukhrawi.
3. Masa depan pemalas suram di semua alam yang akan dilaluinya.
4. Malas dalam menuntut ilmu menyebabkan kebodohan, malas bekerja
menghalangi datangnya rejeki, malas ibadah menghalangi seseorang
dari pahala dan keutamaan.
5. Orang-orang yang malas kelak akan menyesal, ulahnya itu akan
diserupakan dengan orang yang buruk rupa di dalam kubur, buruk
bajunya, busuk baunya, dan datang dengan membawa kabar buruk. Ia
berkata, Aku adalah amalmu yang buruk, kamu dahulu berlambat-
lambat dalam ketaatan kepada Allah, namun rajin dan bergegas dalam
bermaksiat kepada Allah, Allah akan membalasmu dengan keburukan,
sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya.
Berikut marupakan penyebab dari sifat malas:
Kebiasaan malas banyak disebabkan oleh lingkungan.
Berteman dengan para pemalas, tinggal dalam keluarga dengan
kadar etos kerja yang rendah, atau karena biasa dimanjakan
orangtua. Kurangnya penghayatan terhadap pentingnya suatu
tujuan juga menjadi sebab hadirnya rasa malas. Begitupun
dengan akibat buruk sifat malas yang tidak diperhitungkan.
Berikut merupakan cara untuk menghilangkan sifat malas:
kita pikirkan akibat yang akan timbul di kemudian hari.
Seorang ahli bijak berkata, Jika kamu tak turut menanam
benih saat orang lain menanamnya, niscaya kamu akan
menyesal saat melihat mereka panen.
Sedikit memaksa diri untuk berbuat, bisa menjadi shock terapi
dari kemalasan. Seorang salaf, Amru bin Qais al-Malai
berkata, Jika sampai di hadapanmu suatu bentuk kebaikan,
maka kerjakanlah meskipun berat, niscaya kelak kamu akan
senang menjalaninya. Benarlah apa yang beliau katakan. Suatu
kemasalahatan, awalnya berat diterima oleh nafsu. Tapi
kesungguhan dan kemauan yang kuat, juga ketekunan dalam
menjalaninya akan mengubahnya menjadi sesuatu yang
menyenangkan. Bahkan jika suatu kali terlewatkan olehnya, ia
akan merasa kecewa.
Biasakan pula untuk bergerak cepat dalam setiap aktivitas. Ada
hikmah di balik kebiasaan Nabi yang biasa berjalan dengan
cepat. Dari Abu Hurairah berkata,

Dan tidaklah aku


melihat seorangpun yang jalannya lebih cepat dari Rasulullah.
(HR. Tirmidzi)
Banyak peneliti menyebutkan, bahwa membiasakan berjalan
cepat bisa meningkatkan etos kerja dalam semua aktivitas.
Ternyata, kebanyakan para ulama yang sukses dengan
perolehan ilmu di atas rata-rata juga memiliki kebiasaan cepat
dalam berjalan. Al-Hafizh Abu Ismail al-Anshari
menyebutkan, Seorang pakar hadits memiliki kebiasaan cepat
dalam berjalan, cepat dalam menulis, dan cepat dalam
membaca.
Berkaca pada kesuksesan orang-orang yang bersemangat juga
menjadi pemicu untuk bekerja keras. Renungkanlah etos yang
dimiliki oleh Ibnu Uqail Rahimahullah, di mana beliau berkata,
Tidak aku halalkan diriku menyia-nyiakan sesaatpun dari
umurku. Meski nantinya lisanku tak bisa lagi untuk berdiskusi,
mataku tak lagi mampu untuk membaca, maka aku akan
berdayakan seluruh pikiranku saat aku berdiam diri dan hanya
mampu berbaring di ranjang. Bagitulah, rehatnya jasad
lantaran sakit atau tua tak sedikitpun mengundang rasa malas
untuk melakukan hal yang bermanfaat. Seperti juga yang
dialami Abu Yusuf, Yakub al-Anshari. Ibrahim bin al-Jarah
menjenguk beliau saat sakit. Begitu masuk, ia dapatkan Abu
Yusuf tengah pingsan karena sakitnya. Ketika bangun dan
melihat Ibrahim di sampingnya, beliau bertanya, Wahai
Ibrahim, maukah kamu berdiskusi denganku tentang satu
masalah? Dalam keadaan seperti ini? jawab Ibrahim. Abu
Yusuf berkata, Tidak apa-apa, kita belajar, semoga kita sukses
karenanya. Lalu keduanya berdiskusi perihal pelaksanaan haji.
Sejurus kemudian, Ibrahim minta ijin undur diri. Tapi belum
lagi melewati pintu keluar, Abu Yusuf telah menghembuskan
nafas terakhir.
http://blog.abuumarabdillah.com/selamat-tinggal-sifat-malas.txt

1.5 Definisi Istiqomah
Secara bahasa istiqomah bermakna lurus dan rata. Sedangkan secara istilah
sebagaimana yang dikatakan Ibnu Rojab adalah : jalan yang lurus, yaitu ad-Diinul
Qayyim tanpa adanya kepincangan baik ke kanan maupun ke kiri dan mencakup
segala bentuk ketaatan kepada Allah, baik yang bersifat lahiriyah maupun
bathiniyah serta meninggalkan semua larangan-larangan-Nya.
Drs. Ahsin w. Al-Hafidz, M.A Mendefinisikan istiqomah sebagai berikut;
secara harfiah, istiqomah artinya lurus, teguh dan tetap. Sedangkan yang dimaksud
istiqomah adalah keadaan atau upaya seseorang untuk tetap teguh mengikuti jalan
lurus (agama islam) yang telah ditunjuk oleh Allah.
Rasulullah saw bersabda, "Katakanlah saya beriman kepada Allah swt., Lalu
istiqomalah," adalah diambil dari firman Allah swt., "Sesungguhnya orang yang
mengatakan "Rabb kami ialah Allah." Kemudian mereka meneguhkan pendirian
mereka, maka malaikuakan turun kepada mereka (dengan mengatakan), "Janganlah
kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu
dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (Fushilat: 30).
Juga dalam firman-Nya yang lain, "Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan,
"rabb kami adalah Allah", kemudian mereka tetap istiqomah, maka tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak pula berduka cita." (Al-Ahqaf: 13)
Al-Qusyairy berkata, "Istiqomah tingkat sempurnanya satu perkara. Dengan adanya
istiqomah, akan tercipta kebaikan. Dan barang siapa yang tidak memiliki sikap
istiqomah, maka semua usaha yang dilakukan akan lenyap."
Drs. Ahsin w. Al-Hafidz, M.A Mendefinisikan istiqomah sebagai berikut;
secara harfiah, istiqomah artinya lurus, teguh dan tetap. Sedangkan yang dimaksud
istiqomah adalah keadaan atau upaya seseorang untuk tetap teguh mengikuti jalan
lurus (agama islam) yang telah ditunjuk oleh Allah.
Al-Bugha, Musthafa Dieb, Al-Wafi, Jakarta: al-I'tisham, 2008
Al-Wasithy berkata, " istiqomah adalah etika yang menjadikan sempurnanya
berbagai kebaikan". Macam- macam istiqomah:
1. Pasti Terdapat Kekurangan.
Istiqomah adalah tingkatan tertinggi dalam kesempurnaan pengetahuan dan
perbuatan, kebersihan hati yang tercermin dalam ucapan dan perbuatan, dan
kebersihan aqidah dari segala bid'ah dan kesesatan. Karenanya , manusia tidak
akan bisa mencapai sifat istiqomah secara sempurna. Pasti terdapat berbagai
kekurangan. Ini diisyaratkan dalam firman Allah, "Maka tetaplah pada jalan
yang lurus menuju kepadanya, dan memohonlah ampun kepadanya." (Fushilat:
6)
Perintah untuk memohon ampun dalam ayat ini, karena adanya kekurangan.
Nabi saw bersabda, " istiqomahlah kalian semua dan kalian tidak akan
mampu." (HR. Imam Ahmad dan Muslim)
Beliau juga bersabda, " berusahalah untuk senantiasa benar dan
mendekatinya." (HR. Bukhari dan Muslim)
2. Istiqomah Hati.
Pada dasarnya, istiqomah adalah istiqomah hati kepada tauhid. Maka, apabila
hati telah istiqomah pada ma'rifatullah, rasa takut kepadanya, mengagungkan
dan mencintainya berdoa kepad-Nya, dan tawakal sepenuhnya kepada-Nya,
niscaya seluruh anggota badan akan taat kepada Allah.. karena hati adalah raja
dan anggota badan adalah prajuritnya. Jika rajanya berlaku benar, niscaya
prajuritnya akan berlaku benar.
Rasulullah saw. Bersabda, "Ketahuilah, bahwa di dalam badan terdapat
segumpal darah. Jika ia baik, maka semua anggota badan akan baik. Jika ia
rusak, maka semua anggota badan akan rusak. Segumpal darah itu adalah
hati."
3. Istiqomah Lisan
Ucapan merupakan penerjemah bagi hati. Hal ini ditegaskan oleh hadits Nabi
saw., bahwasanya seorang sahabat ra. bertanya kepada Rasulullah saw., "Ya
rasulullah, apa yang perlu saya takuti?" Mendengar pernyataan itu, Rasulullah
saw. lalu memegang mulutnya." (h.r. Tirmidzi, seraya berkata, "Hadits ini
hasan shahih")
Dalam Riwayat lain, Beliau bersabda, Tidaklah benar iman seseorang, hingga
benar lisannya. (H.R. Imam Ahmad dari Anas Radhiyallahu Anhu)
4. Urgensi istiqomah.
Suatu hal yang mengindikasikan bahwa istiqomah sangat urgen adalah
Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam. Diperintahkan allah untuk tetap
istiqomah., Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana
diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan
janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang
kamu kerjakan. (Huud: 112)
Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu Berkata, Tidak ada satu ayat pun di dalam
al-Quran yang diturunkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam,
yang lebih berat baginya dari ayat ini. Hadits ini memerintahkan untuk
istiqomah dalam masalah tauhid dan ikhlas beribadah hanya kepada Allah
Subhanahu Wa Taala. Hadits ini merupakan bukti keinginan yang kuat dari
para sahabat untuk mempelajari agamanya dan menjaga keimanannya.

Hukum Istiqomah
Hukum istiqomah dalam amal sholih adalah wajib. Berdasarkan firman Alloh :
Maka beristiqomahlah (tetaplah kamu pada jalan-Nya yang benar), sebagaimana
diperintahkan kepadamu. Keistimewaan dan keutamaan istiqomah dalam beramal
sholih, yaitu:
Malaikat akan melindunginya, akan dimasukkan surga serta mendapat
segala apa yang dia ingikan. Berdasarkan firman Alloh yang artinya :
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: tuhan kami adalah allah,
Kemudian mereka istiqomah (meneguhkan pendirian mereka), Maka
malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: Janganlah
kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka
dengan jannah yang Telah dijanjikan Allah kepadamu. Kamilah
pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di
dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh
(pula) di dalamnya apa yang kamu minta.
Akan mendapat kecintaan Alloh.
Rosululloh bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhori dalam shohihnya, artinya: Tidaklah seorang hamba
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang paling Aku cintai
daripada kewajiban yang Aku embankan kepadanya, dan senantiasa
hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan-amalan sunnat
sehingga Aku mencintainya.
Tercegah dari perbuatan mungkar.
Seseorang yang senantiasa beramal sholih akan melatih jiwa untuk
memerangi racun syahwat dan menghalanginya dari perbuatan yang
tidak layak baginya. Alloh menyebutkan salah satu manfaat sholat
dalam firman-Nya :Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar.
Tetap ditulis pahalanya sekalipun berhalangan untuk mengerjakannya.
Apabila orang yang senantiasa mengerjakan amal sholih pada suatu
ketika berhalangan untuk mengerjakannya maka Alloh tetap menulis
pahala amalan yang biasa ia kerjakan dikala lapang. Sebagaimana
keterangan Rosululloh: Apabila seorang hamba sakit atau sedang
bepergian, akan tetap ditulis pahalanya seperti ketika ia sehat atau
mukim.
Kiat-kiat untuk meraih istiqomah dalam beramal sholih.
1. Memperbanyak taubat dan senantiasa istighfar.
Karena hal itu dapat menambah kekuatan untuk beristiqomah dalam beramal
sholih. Renungkanlah firman Alloh yang artinya : Mohonlah ampun kepada
Robbmu lalu bertaubatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang
sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada
kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.
2. Memilih amal sholih sesuai dengan kesanggupan.
Amalan sholih itu beraneka ragam macamnya, maka pilihlah suatu amalan
yang engkau sanggupi dan mampu untuk beristiqomah di dalamnya walupun
hanya sedikit. Generasi salaf duhulupun juga seperti itu, mereka ada yang
banyak mengerjakan sholat malamnya, yang lain banyak dzikir dan tasbihnya,
dan masih banyak yang lain. Akan tetapi itu semua tidak berarti
mngkhususkan suatu amalan tertentu dan meninggalkan amalan lainnya. Yang
benar memperbanyak sutau amalan yang kita pandang mampu beristiqomah
didalamnya dengan tidak meninggalkan amalan lainnya.
3. Jangan memberatkan diri.
Tidak dipungkiri lagi, memang tabiat jiwa itu senang terhadap hawa nafsu dan
mudah bosan terhadap sesutau. Lebih-lebih jika seseorang memberatkan diri
untuk mengerjakan suatu amalan yang sebenarnya tidak ia mampui tapi ia
paksakan dirinya untuk mengerjakannya. Bahkan mungkin ia akan
meninggalkannya secara keseluruhan. Misalkan, kalau belum mampu sholat
malam sebelas rokaat kerjakan satu atau tiga rokaat dulu yang penting bisa
rutin setiap hari, serta berlatihlah untuk menambahnya jika dirasa mampu.
4. Melihat bagaimana generasi salaf dalam beramal sholih.
Sebaik-baik manusia adalah pada masa Rosululloh kemudian setelahnya
kemudian setelahnya. Itulah generasi terbaik ummat ini. Mereka paling
bersemangat dalam beramal sholih dan beristiqomah di dalamnya. Lihatlah
sahabat mulia Ali bin Abi Tholib beliau tidak pernah meninggalkan membaca
tasbih 33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 34 kali sebelum tidur walaupun
ketika perang shiffin.
5. Mengambil pelajaran dari orang yang tidak beristiqomah dalam beramal
sholih. Jadikanlah yang demikian itu sebagai pelajaran untuk tidak menirunya.
Karena orang yang tidak bisa istiqomah dalam beramal sholih termasuk orang
yang tercela. Perhatikanlah sabda Nabi yang artinya :Wahai Abdulloh
janganlah seperti si fulan dia dulu mengerjakan sholat malam tetapi kemudian
meninggalkannya Dan sejelek-jelek orang adalah orang yang tidak mengenal
Robbnya kecuali hanya pada bulan Romadhon saja.
6. Berdoalah kepada Alloh.
Manusia adalah makhluk yang lemah. Tiada daya dan upaya kecuali atas
pertolongan Alloh. Hidayah serta taufiq hanyalah milik Alloh semata, maka
perbanyaklah memintanya, supaya Alloh menolong kita dalam beribadah
kepada-Nya serta beristiqomah di dalamnya. Diantara doa yang bisa dibaca
adalah doa yang pernah diajarkan Rosululloh pada sahabat mulia Muad bin
Jabal yaitu: Ya Alloh, tolonglah aku untuk berdzikir kepada-Mu, bersyukur
kepada-Mu dan memperbagusi ibadah kepadamu. Atau doa yang biasa di
baca Hasan Al Bashri ketika membaca Surat Fushshilat [41] ayat 31 yaitu:
Ya Alloh, Engkau adalah Robb kami, berikanlah kepada kami istiqomah
dalam amal sholih. Wahai saudaraku-semoga Alloh menunjuki kita kejalan-
Nya yang lurus- ketahuilah, meskipun kita sudah berusaha istiqomah pasti
ada beberapa hal yang masih kurang, yang belum kita kerjakan. Oleh kerena
itu kita diperintahkan untuk selalu istighfar (meminta ampunan) dan segera
kembali kepada Alloh tatkala semangat kita mulai luntur. Renungkanlah
firman Alloh yang artinya : Maka istiqomahlah (tetaplah pada jalan yang
lurus) menuju kepada-Nya dan mohonlah ampun kepada-Nya. Serta
perhatikan sabda Rosululloh yang artinya : Bertakwalah kepada Alloh
dimanapun engkau berada, dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan kebaikan
karena ia bisa menghapusnya.
http://dumalana.com/2011/05/04/definisi-istiqomah/
Hakekat dan anjuran istiqomah
Istiqomah artinya tegak dan lurus serta tidak condong. Dalam artian,
sebagaimana ungkapan Umar Ibnul Khattab ra, tegar dan komit dalam menunaikan
segala perintah dan menjauhi larangan-Nya sesuai dengan tuntunan Rasullullah
shallallahu alaihi wasallam. Disamping tidak condong atau menyimpang kepada
jalan-jalan lain yang menjerumuskan ke jurang kebinasaan. Definisi ini, sebenarnya
telah diisyaratkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, tatkala membuat suatu garis
lurus dengan tangan beliau, seraya bersabda:

: {

}
Ini adalah jalan Allah. Kemudian beliau membuat garis-garis lain di
samping kiri dan kanannya, dan bersabda: Ini adalah jalan-jalan (yang lain), tidak
ada satupun darinya melainkan padanya ada syetan yang menyeru kepadanya. Beliau
lalu membaca ayat: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang
lurus maka ikutilah dia; dan jangan kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena
jalan-jalan itu akan mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. (Qs. Al Anam/6:153).
(HR. Ahmad no: 3928, al-Hakim no: 3199, Ibnu Hibban no: 6, berkata al-Haitsami
dalam al-Majma 3/158: Diriwayatkan oleh Ahmad dan al-Bazzar padanya ada perawi
bernama Ashim bin Bahdalah, ia perawi tsiqoh namun ada kelemahan).
Mengingat pentingnya hal ini, maka Islam memberi perhatian yang besar dan
mengarahkan umatnya agar berpegang kepadanya. Allah subhanahu wa ta'ala
berfirman: Dan tetaplah kamu beristiqomah (berada di jalan yang benar),
sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) kepada yang telah bertaubat bersama
kamu dan janganlah engkau melampaui batas. (Qs. Huud/11:112).
Juga sabda Rasulullah shallallahu alaihiwasallam kepada seorang yang minta
diajarkan satu perkataan dalam Islam yang sangat agung:


Ucapkanlah: Aku beriman, kemudian beristiqomahlah kamu. (HR. Muslim
no: 55, Ahmad no: 14869). Sunnatullah, kebenaran pasti diuji. Abdullah Ibnu Masud
berkata:


Seakan aku melihat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam
mengisahkan tentang seorang dari para anbiya alaihi salam yang dipukuli kaumnya
hingga mengeluarkan darah. Lantas sambil menyeka darah yang mengalir menutupi
wajahnya ia berdoa: Wahai Allah, ampuni kaumku, sesungguhnya mereka tidak
mengetahui. (Muttafaqun alaihi).
Sabda beliau di atas, mengajak kita agar selalu merenungi sirah perjalanan
para anbiya terdahulu. Utamanya baginda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,
Bahwa perjuangan dawah mereka dahulu, dipenuhi oleh berbagai onak dan cobaan.
Tidak ada seorang rasul-pun, melainkan merasakan hal tersebut. Dan hal itu
dirasakan pula orang-orang yang setia menyambut dan mengikuti seruan mulia
mereka.
Namun onak dan rintangan itu tidak lantas membuat mereka patah semangat
dan surut ke belakang. Bahkan sebaliknya, ia melahirkan satu optimis baru, dimana
optimis tersebut terwarisi dari satu generasi ke generasi yang lain, semakin hebat
ujian dan cobaan pertanda nushrah (pertolongan) Allah subhanahu wa ta'ala sudah
dekat. Syaratnya, istiqomah dan tidak putus asa.
Khabbab Ibnu Arats radhiallahu anhu berkata, kami pernah datang kepada
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam kala beliau berbaring di bawah bayang-bayang
kabah, lalu kami mengadukan perihal cobaan yang menimpa kami dan berkata:


Wahai Rasululah tidakkah engkau berdoa kepada Allah (agar menurunkan
pertolongan)? Beliau bersabda: Sungguh sebelum kalian ada orang yang diserut
dengan sisir besi hingga daging tubuhnya terpisah dari tulang. Namun hal itu tidak
memalingkan ia dari agamanya. Ada pula yang diletakkan di atas kepalanya gergaji,
lalu badannya dibelah menjadi dua bagian. Namun hal itu juga tidak dapat
memalingkan ia dari agamanya. Sungguh, Allah subhanahu wa ta'ala akan merubah
keadaan ini, hingga seorang berkendaraan dari Sana menuju Hadramaut merasa
aman, dan tidak merasa takut melainkan hanya kepada Allah dan atas kambing-
kambingnya dari terkaman serigala. Akan tetapi kalian terlalu tergesa-gesa. (HR.
Bukhari no: 3343 dan Ahmad no: 20161).
Jalan menuju istiqomah.
Dalam bukunya al-Istiqomah, Syaikh Abdullah Bin Jarullah menyebutkan
beberapa jalan mencapai istiqomah: Pertama: Taubat. Yakni, membersihkan diri dari
dosa dan maksiat, disertai perasaan menyesal serta tekad untuk tidak mengulangi
kembali. Sungguh taubat yang dikerjakan dengan ikhlas, akan melahirkan sifat
istiqomah. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Hai orang-orang yang beriman,
bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang nasuha (sungguh-sungguh dan tukus),
semoga Rabbmu akan menghapus kejahatan-kejahatanmu dan akan memasukkan
kamu ke syurga yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. (Qs.At thahrim/66:8).
Rasulullah bersabda:


Wahai segenap manusia, bertaubatlah kepada Allah, sesungguhnya aku
bertaubat dalam sehari seratus kali. (HR. Muslim no: 4871, Ahmad no: 71714, Ibnu
Hibban no: 931). Kedua: Muraqobah (perasaan diawasi). Dalam artian, selalu
merasakan adanya pengawasan Allah subhanahu wa ta'ala yang Maha Melihat lagi
Maha Mengetahui. Ingat, sifat muraqobah, jika bersemayam dalam hati, akan
melahirkan sifat ihsan yang merupakan puncak penghambaan diri seorang hamba
kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:


(Ihsan adalah) engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya.
Jika engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Ia melihatmu. (Muttafaqun alaihi).
Ketiga: Muhasabah (intropeksi diri). Muslim yang berakal, sebagaimana disinyalir
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah mereka yang senantiasa melakukan
intropeksi diri. Sebaliknya, lalai terhadap perbuatan yang telah dilakukan baik berupa
kebajikan atau keburukan, pertanda ia termasuk orang tertipu.
Muhasabah diri, berguna untuk mengingatkan diri sendiri tentang kekurangan
dalam perkara amal shaleh. Di samping sebagai pemberi peringatan atas segala
kelalaian dan dosa.
Alangkah indah ungkapan Umar Ibnul Khattab radhiallahu anhu,:

Hitung-hitunglah dirimu sebelum engkau dihitung. Timbanglah dirimu
sebelum engkau ditimbang pada hari kiamat kelak. (HR. al-Tirmidzi untuk lafadz
pertama no: 2383, dan Ibnu Abi Syaibah no: 18. Syaikh al-Albani berkata dalam al-
Silsilah al-Dhaifah no: 1201: Mauquf). Keempat: Mujahadah (bersungguh-sungguh).
Artinya, seorang muslim sadar, bahwa musuh utama yang harus ia hadapi adalah
hawa nafsunya sendiri. Lantaran hawa nafsu itu senantiasa condong kepada tindak
kejahatan dan kekejian. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh
kepada kejahatan. (Qs. Yusuf/12:53). Jika demikian keadaannya, sudah tentu ia akan
termotivasi bermujahadah melawan hawa nafsu serta menolak segala ajakannya.
Misalnya, tatkala nafsu mengajak untuk bermalas-malas dalam ibadah, spontan ia
menolak dan mencelanya. Dalam hal ini Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Dan
orang-orang yang bermujahadah (berjuang) mencari keridhaan Kami, maka benar-
benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Sesungguhnya Allah
benar-benar bersama orang-orang yang berbuat ihsan. (Qs. Al Ankabut/29:69).
Kelima: Tadabbur. Yakni memikirkan dan merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah
subhanahu wa ta'ala di alam ini. Termasuk tadabbur akan sirah perjalanan para
sholihin terdahulu. Allah Taala mengingatkan: Dan semua kisah dari Rasul-Rasu,l
Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu.
(Qs. Huud/11:120).
Perhatikan kisah keteguhan iman tukang sihir Firaun tatkala menghadapi
intimidasi Firaun (Qs. 20:71-72). Atau keberanian Ibrahim ketika dilempar ke dalam
api yang membara (Qs. 21:69). Sudah tentu, kisah-kisah ini dapat menumbuhkan
sikap istiqomah dan teguh dalam menjalankan ajaran dien.
http://bersamadakwahislam.blogspot.com/2011/07/definisi-istiqomah.html
1.6 Manfaat Istiqomah
Istiqomah adalah keteguhan dan kemenangan, kejantanan dan keberuntungan,
dimedan keberuntungan antara ketaatan dan hawa nafsu. Karena itu, Malaikat layak
turun kepada orang-orang yang istiqomah, mengusir segala ketakutan dan keresahan
mereka, member kabar gembira dengan surge dan menegaskan bahwa mereka
(malaikat) senantiasa mendampingi mereka baik didunia maupun diakhirat. Allah
berfirman, Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah"
kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, Maka Malaikat akan turun kepada
mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan
gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu". (Fushilat
: 30)
1.7 Pengertian Cita-cita
Cita-cita (Al Himmah) berasal dari kata Ha-ma-ma yang artinya keinginan
untuk melakukan suatu pekerjaan. Dengan demikian cita-cita (Al Himmah) adalah
motivasi (daya dukung) untuk melakukan pekerjaan. Cita-cita ada yang bersifat tinggi
atau rendah. Ada orang yang bercita-cita tinggi, setinggi langit dan ada juga yang
bercita-cita sederhana, hina dan rendah hingga tingkatan yang paling buruk. Sebagian
ulama mendefinisikan cita-cita tinggi itu adalah Menganggap kecil terhadap suatu
urusan besar sebelum mencapai final.
http://sunaryosaripudin.blogspot.com/2009/10/pengertian-cita-cita.html
Arti cita- cita harapan, hasrat, keinginan (yang kuat)
Ayat: seakan-akan digerakkan oleh cita-cita hendak bertemu dengan anak bininya;
cita-citanya ingin menjadi jurutera apabila besar kelak;
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/cita-cita.re.htm
1.7 Definisi Orang yang Punya Cita- Cita dan yang Tidak
Orang yang punya cita- cita yaitu orang yang punya keinginan untuk mencapai
suatu keinginan tersebut.
Orang yang tidak punya keinginan yaitu orang yang tidak punya hasrat untuk
menginginkan sesuatu dan tidak punya hasrat untuk mencapai keinginan tersebut.
BAB II
2.1 Definisi Tawakal
Al-Qur'an sangat menaruh perhatian terhadap permasalahan tawakal ini.
Sehingga kita jumpai cukup banyak ayat-ayat yang secara langsung menggunakan
kata yang berasal dari kata tawakal. Berdasarkan pencarian yang dilakukan dari Al-
Qur'an,kita mendapatkan bahwa setidaknya terdapat 70 kali, kata tawakal disebut oleh
Allah dalam Al-Qur'an.
Imam Ibnu Rajab rahimahulloh berkata, Hakekat tawakal adalah hati benar-
benar bergantung kepada Allah dalam rangka memperoleh maslahat (hal-hal yang
baik) dan menolak mudhorot (hal-hal yang buruk) dari urusan-urusan dunia dan
akherat
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, Tawakal adalah menyandarkan
permasalahan kepada Allah dalam mengupayakan yang dicari dan menolak apa-apa
yang tidak disenangi, disertai percaya penuh kepada Allah Taala dan menempuh
sebab (sebab adalah upaya dan aktifitas yang dilakukan untuk meraih tujuan) yang
diizinkan syariat.
www.muslim.or.id
Tawakal berasal dari kata wakal yang berarti mewakilkan. Tawakkal
berarti memberikan perwakilan, kepasrahan, dan penyerahan diri kita kepada Allah.
Tawakkal ialah menyamakan yang ada pada diri manusia, banyak ataupun sedikit.
Dengan kata lain, sepanjang kita masih mau membedakan yang banyak dan
yang sedikit di dalam diri kita, maka kita bukanlah orang yang bertawakal. Biasanya
kalau kita diberikan banyak, maka kita berterima kasih, tetapi jika diberi sedikit
ataupun tak diberi, maka kita mengeluh. Kata-kata banyak dan sedikit bagi orang
yang sudah bertawakal kepada Allah tidak lagi menjadi signifikan.
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/Pengertian%20Tawakal%20%C2%AB%20The%20
Nafi%27s%20Story.html
Menurut bahasa berasal dari bahasa arab wakkala yang artinya
menyerahkan atau mempercayakan.Menurut istilah, tawakkal didefenisikan dalam
kalimat yang berbeda-beda namun tetap dalam arti yang sama.
a. Menyerahkan segala perkara, ikhtiar dan usaha yang dilakukannya serta diri
sepenuhnya untuk mendapat manfaat atau menolak mudharat dari Allah swt.
b. Berserah diri kepada kehendak Allah swt.dan percaya dengan sepenuh hati atas
keputusan-Nya.
c. Membebaskan hati dari segala ketergantungan kepada selain Allah swt. dan
menyerahkan keputusan segala sesuatu kepada-Nya.
d. Berserah diri kepada Allah swt dengan penuh keikhlasan baik dalam
penderitaan, cobaan, maupun kebahagiaan.
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/RIWAYAT%20Web.Id%20%20Zuhud%20dan%2
0Tawakal.html

2.3 Definisi Tawakal Menurut Ulama
1. Menurut Imam Ahmad bin Hambal.
Tawakal merupakan aktivitas hati, artinya tawakal itu merupakan perbuatan
yang dilakukan oleh hati, bukan sesuatu yang diucapkan oleh lisan, bukan pula
sesuatu yang dilakukan oleh anggota tubuh. Dan tawakal juga bukan
merupakan sebuah keilmuan dan pengetahuan. (Al-Jauzi/ Tahdzib Madarijis
Salikin, tt: 337)
2. Ibnu Qoyim al-Jauzi
Tawakal merupakan amalan dan ubudiyah (baca; penghambaan) hati dengan
menyandarkan segala sesuatu hanya kepada Allah, tsiqah terhadap-Nya,
berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya,
berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala kecukupan
bagi dirinya, dengan tetap melaksanakan sebab-sebab serta usaha keras
untuk dapat memperolehnya. (Al-Jauzi/ Arruh fi Kalam ala Arwahil Amwat
wal Ahya bidalail minal Kitab was Sunnah, 1975 : 254)
http://www.dakwatuna.com/2008/04/528/mempertajam-tawakal/#ixzz1djyh6zLv
1. Imam al-Ghazali merumuskan definisi tawakkal sebagai berikut,
"Tawakkal ialah menyandarkan kepada Allah swt tatkala menghadapi
suatu kepentingan, bersandar kepadaNya dalam waktu kesukaran, teguh
hati tatkala ditimpa bencana disertai jiwa yang tenang dan hati yang
tenteram.
2. Menurut Abu Zakaria Ansari, tawakkal ialah "keteguhan hati dalam
menyerahkan urusan kepada orang lain". Sifat yang demikian itu terjadi
sesudah timbul rasa percaya kepada orang yang diserahi urusan tadi.
Artinya, ia betul-betul mempunyai sifat amanah (tepercaya) terhadap apa
yang diamanatkan dan ia dapat memberikan rasa aman terhadap orang
yang memberikan amanat tersebut.
3. Pada zaman Rasulullah saw ada seorang sahabat yang meninggalkan
untanya tanpa diikat lebih dahulu. Ketika ditanya, mengapa tidak diikat, ia
menjawab, "Saya telah benar-benar bertawakkal kepada Allah". Nabi saw
yang tidak membenarkan jawaban tersebut berkata, "Ikatlah dan setelah itu
bolehlah engkau bertawakkal."
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/Tawakal%20%20Wikipedia%20bahasa%20Indones
ia,%20ensiklopedia%20bebas.htm
1. Imam Ash-Shadiq a.s. berkata, Sesungguhnya qanah dan kehormatan diri
selalu bergerak. Ketika ia menemukan tempat tawakal, maka di sanalah ia
akan menetap.
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/TAWAKAL%20DAN%20DOA.htm
2.4 Ayat- Ayat Tentang Tawakal
1. Tawakal merupakan perintah Allah SWT.Allah berfirman dalam Al-
Qur'an (QS. 8 : 61)

"Dan bertawakkallah kepada Allah.


Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui."Lihat juga QS.11:123, 25:58, 26:217, 27:79, 33:3, 33:48,
2. Larangan bertawakal selain kepada Allah (menjadikan selain Allah
sebagai penolong)Allah berfirman (QS. 17:2)

Dan Kami
berikan kepada Musa kitab (Taurat) dan Kami jadikan kitab Taurat itu
petunjuk bagi Bani Israil (dengan firman): "Janganlah kamu
mengambil penolong selain Aku,
3. Orang yang beriman; hanya kepada Allah lah ia bertawakal.Allah
berfirman (QS. 3 : 122) :

Dan hanya kepada


Allahlah, hendaknya orang-orang mu'min bertawakal.Lihat juga
QS.3:160, 5:11, 5:23, 7:89, 8:2, 9:51, 58:10, 64:13.
4. Tawakal harus senantiasa mengiringi suatu azam (baca; keingingan/
ambisi positif yang kuat)Allah berfirman (QS. 3 : 159)

Kemudian apabila kamu telah


membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-
Nya.
5. Allah sebaik-baik tempat untuk menggantungkan tawakal
(pelindung)Allah berfirman (QS. 3: 173)

"Dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah


menjadi Penolong kami dan Allahadalah sebaik-baik Pelindung."Lihat
juga QS.4:81, 4:109, 4:132, 4:171.
6. Akan mendapatkan perlindungan, pertolongan dan anugrah dari
Allah.Allah berfirman (QS. 8 : 49):

"Barangsiapa yang tawakkal kepada


Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana".Lihat juga QS.17:65.
7. Mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat (surga)Allah berfirman
(QS. 16: 41-42):

Dan orang-orang yang berhijrah


karena Allah sesudah mereka dianiaya, pasti Kami akan memberikan
tempat yang bagus kepada mereka di dunia. Dan sesungguhnya pahala
di akhirat adalah lebih besar, kalau mereka mengetahui, (yaitu) orang-
orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan saja mereka
bertawakkal.Lihat juga QS.29:58-59.
8. Allah akan mencukupkan orang yang bertawakal kepada-Nya.Allah
berfirman (QS. 65:3):


Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-
sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah
telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu. Dengan demikian
semoga sa kita termasuk Orang-orang yang tawakal. Tawakaltu
Allallahh.
http://www.lailahaillallah.com/profile-7321/blog/tawakal-dalam-al-qur-an-42/

)

(3 :
Artinya :
Dan barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan
(keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang(dikehendaki)Nya.
Sesungguhnya Allah telah mengadakan bagi tiap-tiap sesuatu.(QS.At-Thalaq:3).
Hadist Nabi, artinya:

...

)
Artinya:
Jikalau kamu tawakal kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya, maka kamu akan
mendapat rizki seperti rizki burung-burung yang diwaktu pagi berada dalam keadaan
lapar dan kembali sore dengan perut kenyang.(HR.Turmuzi)
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/RIWAYAT Web.Id Zuhud dan Tawakal.html
2.5 Hadist Tentang Tawakal
Dari Umar bin Khattab r.a. berkata, bahwa beliau mendengar Rasulullah
saw. bersabda, Sekiranya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah swt.
dengan tawakal yang sebenar-benarnya, sungguh kalian akan diberi rezeki (oleh
Allah swt.), sebagaimana seekor burung diberi rezeki; ia pergi pagi hari dalam
keadaan lapar, dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. (HR. Ahmad,
Turmudzi dan Ibnu Majah).
http://www.dakwatuna.com/2008/04/528/mempertajam-tawakal/#ixzz1djyh6zLv
...

)
Artinya:
Jikalau kamu tawakal kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya, maka kamu
akan mendapat rizki seperti rizki burung-burung yang diwaktu pagi berada dalam
keadaan lapar dan kembali sore dengan perut kenyang.(HR.Turmuzi).
http://www.riwayat.web.id/2009/12/zuhud-dan-tawakal.html
Dari Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu, beliau berkata, Saya mendengar
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkata, Jikalau kalian bertawakal kepada
Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya Allah akan memberikan rezki kepada kalian
seperti seekor burung, pagi-pagi ia keluar dari (sarangnya) dalam keadaan lapar dan
pulang di sore hari dalam keadaan kenyang. (HR. Imam Ahmad & At-Tirmidzi, dan
teks hadits ini dari beliau, Abu Isa berkata: hadits ini hasan shaheh)
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/Ayat%20dan%20Hadits%20tentang%20Tawakkal
%20%C2%AB%20Sabila%20Komputama.html

BAB III
WAKTU BELAJAR
3.1 Waktu yang Tepat Untuk Belajar
Pada dasarnya, kapanpun seorang berdoa kepada Allah -dengan memenuhi
semua adab dan syaratnya serta tidak ada sesuatu yang menghalanginya-, maka pasti
doanya akan dikabulkan oleh Allah Taala. Hanya saja ada beberapa waktu yang
ditunjukkan oleh nash-nash syara bahwa berdoa pada waktu-waktu tersebut lebih
berpotensi untuk dikabulkan dibandingkan selainnya.
Di antara waktu-waktu itu -sebagaimana yang tersebut dalam dalil-dalil di atas-
adalah:
1. Saat sujud, baik di dalam maupun di luar shalat, baik sujud tilawah, sujud sahwi,
dan sujud apa saja yang dilakukan untuk Allah Taala. Dari Abu Hurairah -
radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:


Keadaan dimana seorang hamba menjadi paling dekat dengan Rabbnya adalah
ketika dia dalam keadaan sujud, karenanya perbanyaklah doa (ketika
sujud). (HR. Muslim: 1/350)
2. Di antara azan dan iqamah pada semua shalat yang disyariatkan padanya azan dan
iqamah. Baik dia azan pada waktunya maupun azannya terundur dari waktu
masuknya shalat. Dari Anas bin Malik -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -
shallallahu alaihi wasallam- bersabda:


Doa di antara azan dan iqamah tidak akan ditolak. (HR. At-Tirmizi: 1/415 dan
5/577, Abu Daud: 1/144. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Irwa` Al-
Ghalil: 1/261 no. 244, dan Shahih Al-Jami: 3/150)
3. Ketika pasukan kaum muslimin sudah berhadapan dengan pasukan musuh dalam
jihad fii sabilillah. Dari Sahl bin Saad -radhiallahu anhu- dia berkata: Rasulullah -
shallallahu alaihi wasallam- bersabda:


Dua doa yang tidak akan ditolak atau jarang sekali ditolak: Doa ketika azan dan
doa ketika terjadi peperangan tatkala mereka sudah saling menyerang. (HR.
Abu Daud: 3/21 dan Ad-Darimi: 1/217. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Shahih Abu Daud: 2/483)
4. Setiap malam pada 1/3 malam terakhir. Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu-
bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi wasallam- bersabda:


Rabb kita -Tabaraka wa Taala- turun setiap malam ke langit dunia ketika sudah
tersisa sepertiga malam terakhir. Lalu Dia berfirman, Siapa yang berdoa
kepada-Ku maka Aku akan mengabulkannya, siapa yang meminta kepada-Ku
maka Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka
Aku akan mengampuninya. (HR. Al-Bukhari no. 1145 dan Muslim no. 758). Dari
Jabir -radhiallahu anhu- dia berkata: Aku mendengar Nabi -shallallahu alaihi
wasallam- bersabda:


Sesungguhnya di malam hari ada satu waktu, dimana tidak ada seorang
muslimpun yang meminta kebaikan kepada Allah ada waktu itu -baik kebaikan
dunia maupun akhirat-, kecuali Allah akan memenuhi permintaannya, dan satu
waktu itu ada pada setiap malam. (HR. Muslim: 1/521)
5. Satu waktu di hari jumat.
Dari Abu Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Rasulullah -shallallahu alaihi
wasallam- pernah menyebutkan tentang hari jumat lalu beliau
bersabda, Padanya ada satu waktu dimana tidak ada seorang muslimpun yang
sedang berdiri mengerjakan shalat pada waktu itu lalu dia meminta apapun
kepada Allah Taala kecuali Allah akan memenuhi permintaannya, dan beliau
berisyarat dengan tangannya untuk menunjukkan sangat sebentarnya waktu
itu.(HR. Al-Bukhari: 1/253 no. 935 dan Muslim: 2/583 no. 852)
Adapun waktu tepatnya maka dia adalah setelah ashar sampai maghrib. Dari Abu
Hurairah -radhiallahu anhu- bahwa Nabi -shallallahu alaihi wasallam-
bersabda, Sesungguhnya pada hari jumat betul-betul terdapat satu waktu
dimana tidaklah seorang muslim meminta kebaikan kepada Allah pada waktu itu
kecuali Dia akan memenuhi permintaannya, dan waktu itu setelah ashar. (HR.
Ahmad: 2/272 dan dia didukung oleh hadits setelahnya)
Dari Jabir -radhiallahu anhu- dari Nabi -shallallahu alaihi wasallam- beliau
bersabda, Hari jumat itu ada 12 waktu, di antaranya ada waktu dimana tidaklah
ada seorang muslim yang meminta kebaikan kepada Allah pada waktu itu kecuali
Allah akan memenuhi permintaannya, maka carilah waktu itu di waktu terakhir
setelah ashar. (HR. Abu Daud: 1/275 no. 1048 dan An-Nasai: 3/99-100, dan
sanadnya hasan)
Ibnu Al-Qayyim -rahimahullahu Taala- dan ulama lainnya menguatkan bahwa
waktu yang dimaksudkan pada hari jumat adalah setelah ashar. (Lihat Zaad Al-
Maad: 2/388-397)
6. Ketika meminum air zam-zam jika disertai dengan niat yang baik.
Dari Jabir -radhiallahu anhu- dari Nabi -shallallahu alaihi wasallam- beliau
bersabda, Air zam-zam itu untuk apa dia diminum. (HR. Ibnu Majah: 2/1018
dan Ahmad: 3/357,372. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Irwa` Al-Ghalil:
4/320 no. 1123, dalam Al-Ahadits Ash-Shahihah no. 83, dan selainnya)
7. Setelah membaca shalawat untuk Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pada
tasyahud terakhir.
Dari Abdullah bin Masud -radhiallahu anhu- dia berkata, Aku sedang shalat
sementara Nabi -shallallahu alaihi wasallam- sedang bersama Abu Bakar dan
Umar. Tatkala aku sedang duduk (di dalam shalat), aku mulai memuji Allah
kemudian bershalawatt kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, kemudian aku
berdoa untuk diriku. Maka Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda,
Mintalah maka permintaanmu akan dipenuhi, mintalah maka permintaanmu
akan dipenuhi. (HR. At-Tirmizi: 2/488, An-Nasai, dan Ahmad: 1/26,38.
Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmizi no. 2765 dan dalam
Shahih An-Nasai no. 1217)
Dari Fudhalah -radhiallahu anhu- bahwa Nabi -shallallahu alaihi wasallam-
mendengar seorang lelaki shalat lalu dia mengangungkan Allah dan memuji-Nya
serta bershalawat kepada Nabi -shallallahu alaihi wasallam-. Maka Nabi -
shallallahu alaihi wasallam- bersabda,Berdoalah kamu maka doamu akan
dikabulkan, dan mintalah kamu maka permintaanmu akan dipenuhi. (HR. An-
Nasai: 33/44,45 dan At-Tirmizi: 5/516. Dinyatakan shahih oleh Al-Albani dalam
Shahih An-Nasai: 1/275)
8. Ketika berdoa pada hari Arafah di padang Arafah bagi jamaah haji.
Dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya bahwa Nabi -shallallahu alaihi
wasallam- bersabda, Doa terbaik adalah yang diucapkan pada hari Arafah, dan
ucapan terbaik yang saya dan para nabi sebelumku pernah ucapkan adalah,
Tidak ada sembahan yang hak selain Allah semata tidak ada sekutu bagi-Nya,
hanya milik-Nya semua kekuasaan, hanya milik-Nya semua pujian, dan Dia Maha
Mampu atas segala sesuatu. (HR. At-Tirmizi dan Malik dalam Al-Muwaththa`:
1/422. Dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Tirmizi: 3/184)
9. Ketika ayam berkokok.
Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, Jika kalian mendengar ayam
berkokok maka mintalah keutamaan dari Allah karena sesungguhnya dia (ayam
itu) melihat malaikat, dan jika kalian mendengar suara keledai maka
berlindunglah kepada Allah dari setan karena sesungguhnya dia melihat
setan. )(HR. Al-Bukhari: 4/89. Diriwayatkan juga oleh Muslim: 4/2092 dari
hadits Abu Hurairah
Pelajaran tambahan dari hadits-hadits di atas:
1. Disunnahkannya memperbanyak sujud, dan memperbanyak doa di dalamnya.
2. Penetapan sifat an-nuzul (turun ke langit dunia) bagi Allah Taala, dengan sifat an-
nuzul yang sesuai dengan keagungan-Nya, tidak serupa dengan sifat turun makhluk
dan tidak boleh membagaimanakannya.
Dan sifat turun di sini tidak bertentangan dengan sifat istiwa` (tinggi) di atas arsy,
karena pendapat yang paling kuat di kalangan ulama -dan ini yang dikuatkan oleh
Ibnu Taimiah- bahwa ketika Allah turun ke langit dunia maka arsy-Nya tidaklah
kosong.
Jadi, sifat an-nuzul di sini adalah haqiqi, yakin Allah Taala turun dengan Zat-Nya.
Berbeda halnya dengan mazhab Al-Mutazilah, Asyariyah, dan semacamnya yang
menyatakan bahwa yang turun bukanlah Allah, akan tetapi yang turun adalah perintah
atau rahmat-Nya. Ini jelas merupakan mazhab yang batil karena tahrif (memalingkan
makna) kalam Allah dari maknanya yang haqiqi kepada makna yang tidak
ditunjukkan oleh lafazh hadits.
Kami katakan: Bantahan kepada tahrif ini dari dua sisi:
1. Lanjutan haditsnya, Siapa yang berdoa kepada-Ku maka Aku akan
mengabulkannya, siapa yang meminta kepada-Ku maka Aku akan memberinya, dan
siapa yang meminta ampun kepada-Ku maka Aku akan mengampuninya. Dan yang
bisa mengucapkan ucapan seperti ini hanyalah Allah Taala.
2. Kalau memang yang turun adalah rahmat/perintah Allah, lantas apa manfaatnya
buat manusia kalau rahmat dan perintah Allah hanya turun sampai di langit pertama,
dan tidak turun ke bumi?!
http://al-atsariyyah.com/waktu-waktu-mustajabah.html
3.2 Aktivitas yang Dilakukan pada Waktu Mustajabah
1. Pukul 02.30 sampai pukul 04.00
Seperti yang kita ketahui, hari itu dimulai dari pukul 00.00 sampai 24.00. Maka dari
itu, pembahasan tentang waktu-waktu yang tepat untuk belajar ini diawali dengan
pukul 02.30 sampai pukul 04.00. Wah, jam setengah tiga pagi kan masih ngantuk.
Benar! Biar tidak ngantuk ada baiknya anda bangun pukul 02.00 lalu dilanjutkan
dengan sholat tahajud enam rakaat plus satu atau tiga rakaat shalat witir. Setelah itu
barulah anda mulai belajar.
Pada rentan waktu ini kemungkinan terserapnya pelajar bisa mencapai 90%. Ini
terjadi karena sunyi dan sepinya keadaan pada waktu itu. Udara pagi yang sejuk
ditambah dengan tenangnya keadaan waktu itu menjadikan anda untuk lebih mudah
dalam mencerna pelajaran. Kondisi kejiwaan anda yang waktu itu telah mengerjakan
shalat tahajud plus witir menambah lagi daya serap. Kalau sudah begitu, materi-
materi pelajaran akan mengalir kedalam otak kita, tersimpan rapih dan telah siap jika
sewaktu-waktu anda membutuhkannya.
2. Sore-sore setelah mandi
Sehabis mandi sore badan menjadi segar kembali setelah lelahnya beraktivitas. Itulah
saat dimana kita bisa belajar dengan kemungkinan terserapnya pelajaran antara 60% -
70%. Manfaatkanlah waktu itu. Untuk menemani anda belajar, anda bisa menyiapkan
musik yang anda sukai, cemilan atau secangkir teh yang bisa membuat anda rileks.
3. Pukul 20.00 sampai 21.30
Waktu yang terakhir ini merupakan waktu yang tepat untuk belajar, akan tetapi lebih
spesifik lagi yaitu waktu yang tepat untuk mengerjakan tugas-tugas. Pada rentan
waktu ini daya serap anda sudah begitu menurun, anatara 20% - 30%. Banyak sekali
godaan yang menghadang pada waktu ini. Acara televisi yang sedang seru-serunya,
ngantuk gara-gara kebanyakan makan malam dan lain-lain. Jadi, gunakanlah waktu
ini untuk mengerjakan tugas saja jangan terlalu memaksakan untuk menyerap
pelajaran.
Tiga waktu yang telah dibahas di atas bisa terasa menfaatnya jika
dilaksanakan. Tepatnya, dilaksanakan secara rutin dan teratur. Jangan merasa
terbebani saat belajar. Yakinlah bahwa suatu saat nanti, ilmu yang kita pelajari akan
memberikan manfaat kepada kita. Manfaatkanlah waktu sebaik mungkin untuk
menimba ilmu karena ilmu "teu berat mawana" (tidak berat membawanya).
http://ega91.blogspot.com/2008/12/waktu-waktu-yang-tepat-untuk-belajar.html

BAB IV
TENTANG KASIH SAYANG
4.1 Definisi Kasih Sayang
Kasih sayang atau dikenal juga sebagai (Afeksi istilah psikologi
[1]
dalam
bahasa Inggris Affection) secara harfiah adalah semacam status kejiwaan yang
disebabkan oleh pengaruh eksternal.
Istilah ini dalam bahasa Inggris sering digunakan untuk menjelaskan hubungan
antara dua orang (atau lebih) yang lebih dari sekedar rasa simpati atau persahabatan.
http://id.wikipedia.org/wiki/Afeksi
4.2 Definisi Nasihat
Nasihat secara etimologi berasal dari kata nashaha yang berarti khalasa yaitu
murni. Adapun nasihat menurut Abu Amr bin Salah adalah menghendaki suatu
kebaikan untuk orang lain dengan cara ikhlas baik berupa tindakan atau kehendak .
http://www.alsofwah.or.id/cetakannur.php?id=179
Nasihat merupakan suatu didikan dan peringatan yang diberikan berdasarkan
kebenaran dengan maksud untuk menegur dan membangun seseorang dengan tujuan yang
baik. Nasehat selalu bersifat mendidik. Saya memahami hal ini sebagai filosofi dari
sebuah nasehat.
Namun didalam realitanya sebuah nasehat sering bersifat relatif, bergantung
standar yang digunakan oleh penasehat. Nasehat harus berdasarkan kebenaran, tetapi
standar kebenaran menurut setiap orang tidaklah sama. Kebenaran menurut seorang
kriminil, berbeda dengan kebenaran menurut pejabat. Kebenaran menurut seorang debt
collector berbeda dengan kebenaran menurut kaum agamis. Kebenaran menurut pendusta
berbeda dengan kebenaran menurut kaum idealis. Kebenaran menurut seorang
dukun/occultis berbeda dengan kebenaran menurut hamba Tuhan. Pertimbangan tentang
sifat relatifitas dari sebuah nasehat akan menuntun kita untuk mempertimbangkan nilai
dari nasehat.
http://sebuah-catatan-kehidupan.blogspot.com/2011/07/arti-sebuah-nasihat.html
nasihat :
1. ajaran, petunjuk yang baik, peringatan Ayat: tidak mahu mendengar nasihat orang
tua-tua;
2. menasihati memberi nasihat (ajaran, tunjuk ajar, dan lain-lain) kepada
Ayat: ia sentiasa nasihat anak-anaknya supaya tidak meninggalkan sembahyang;
3. mengesyorkan kepada, menganjurkan kepada, mengusulkan kepada
Ayat: doktor nasihatnya supaya berhenti menghisap rokok dan meminum minuman
keras;
menasihatkan
1. memberikan sesuatu sebagai nasihat atau sebagai tunjuk ajar
penasihat
1. orang yang memberi nasihat (tunjuk ajar dan lain-lain)
penasihat ekonomi penasihat tentang pelbagai hal yang berkaitan dengan soal ekonomi
penasihat kerjaya penasihat tentang kerjaya.
http://dict.rewaz.org/search/browse/nasihat.re
4.3 Manfaat Kasih Sayang dan Nasihat
1. Rencana terlaksana dengan baik. Rencana gagal, jika tidak disertai
pertimbangan; rencana berhasil, jika banyak yang memberi nasihat.(Amsal
15:22) #alkitab sehari-hari
2. Mengetahui jalan kehidupan/masa depan. Karena perintah itu pelita, dan
ajaran itu cahaya, dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan, ( Amsal
6:23) Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi
bijak di masa depan.( Amsal 19:20)
3. 3. Dihormati. Amsal 13:18 Kemiskinan dan cemooh menimpa orang yang
mengabaikan didikan, tetapi siapa mengindahkan teguran, ia dihormati.
http://phnanda.blogspot.com/2011/09/menyukai-nasihatteguran.html
Mengurangi Kekerasan. Para pemuda yang selalu hidup melakukan kekerasan
terhadap hewan akan sulit untuk dihentikan! Sikap kejam terhadap hewan telah lama
dikenal sebagai indikator dari psikopati berbahaya yang tidak bisa membatasi diri
untuk hewan. Banyak sekali anak muda melakukan tindak penyiksaan terhadap hewan
sebelum mereka melakukannya terhadap teman-temannya. Mengajar siswa untuk
memiliki empati terhadap makhluk lain memang penting untuk meningkatkan rasa
kasih sayangnya.
Membangun Karakter yang bermoral. Kasih dan empati merupakan bagian besa,
perilaku yang dapat dipelajari. Pendidikan kasih sayang membantu untuk
membangkitkan empati. Melalui isu-isu yang ada disekitar mereka dan kegiatan,
siswa dpaat belajar untuk mengidentifikasi dan memahami penderitaan orang lain.
Jika kita bisa mempengaruhi siswa di awal kehidupan mereka dan membantunya
mengembangkan etika yang kuat, maka kemungkinan besar mereka akan terus
membuat keputusan yang paling beretika di sepanjang sisa hidup mereka.
Menciptakan Masyarakat bertanggung jawab dan peduli. Pendidikan Kasih Sayang ini
membantu para siswa untuk melatih motivasi dan ide-ide di balik perilaku mereka dan
beberapa pilihan. Setelah siswa memahami konsekuensi dari tindakan mereka dan
bagaimana pilihan mereka dapat menyebabkan penderitaan kepada hewan, sehingga
mereka diminta untuk berpikir tentang semua pilihannya dan bagaimana mereka bisa
mempengaruhi dunia.
Memberikan kekuatan Generasi untuk Membuat Perubahan. Salah satu hal paling
penting bahwa pendidikan kasih sayang dilakukan untuk mengajar siswa untuk
membuat solusi, untuk hidup sedemikian rupa sehingga mereka tidak berkontribusi
untuk membuat permasalahn terhadap dunia, melainkan membuat dunia menjadi
tempat yang lebih baik dengan pilihan masyarakat tentang kasih sayang.
Memupuk Empati untuk Hewan. Pendidikan ini mampu meningkatkan pemahaman
siswa bahwa hewan adalah makhluk hidup, karena bagian dari makhluk maka
seharusnya hewan untuk diperlakukan dengan hormat dan kasih sayang. Ini
membantu siswa memahami bagaimana rasa hormat manusia untuk hewan dapat
berubah dan berkembang melalui gerakan sosial untuk perlindungan hewan, yang
menjadi salah satu alasan diseluruh dunia saat ini.
http://www.sac-ina.org/id/pendidikan/rupa-rupa/manfaat-dari-pendidikan-kasih-sayang
BAB V
TENTANG AQLAK TERPUJI
5.1 Definisi Taubat dan Sajak
Definisi Taubat Secara Bahasa (Etimologis)
Kata "at-taubah" dengan fathah pada ta' dan sukun pada wau diambil dari
kata "taub" yang terdiri dari huruf ta'-wau-ba'. Sebuah kata yang bermakna "kembali".
Dikatakan ta-ba dan a-na-ba ketika seseorang kembali dari dosanya.
1
Taubat adalah
kembali kepada Allah, dengan memutuskan keinginan berbuat dosa dari dalam hati.
Taubat adalah kembali (kepada Allah) dari berbuat dosa. Dalam bahasa Arab dikatakan
"tba il Allhi yatbu tauban wa taubatan wa matban" yang artinya kembali kepada
Allah dari berbuat maksiat. Dikatakan dalam bahasa Arab "tba al-abdu" yang artinya
kembali kepada Allah dengan bertaubat. Dan, "tba Allhu alaihi yang artinya Allah
memberi ampunan kepada hamba-Nya. Allah berfirman dalam surat an-Nr ayat 31:
"Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah." (Q.S. an-Nr : 31)
Maksudnya adalah kembalilah kepada-Nya dengan ketaatan. Dan, di antara asma Allah
Yang Mulia adalah At-Tawwb atau Maha Pengampun. Kata "taub" dan "taubah"
mempunyai satu makna, yaitu meninggalkan dosa dengan sebaik-baik cara. Taubat
inilah sebaik-baik cara meminta ampun.


Definisi Taubat Secara Istilah (Terminologis)
Keadaan jauh dari Allah kemudian kembali dan menjadi dekat kepada-Nya
itulah yang dimaksud dengan penyesalan (an-nadam). An-nadamadalah menderitanya
hati. Bukti an-nadam adalah sedih yang panjang dan menangis atas kesalahan yang
telah lalu, keinginan untuk tidak kembali kepada dosa dan yang semisalnya,
melepaskan diri dari dosa, menyesal terhadap apa yang terjadi pada masa lalu, dan
kenginan kuat untuk tidak melakukannya di masa yang akan datang.
Setiap manusia harus bertaubat dari segala dosa. Meninggalkan dosa itu disertai
dengan rasa takut kepada Allah, mengakui kejelekan dosa, menyesal telah melakukan
maksiat, berkeinginan untuk tidak mengulanginya meski dia mampu untuk
melakukannya, dan memperbaiki diri sebisa mungkin dengan amal-amal saleh secara
berkelanjutan. Imam al-Hasan al-Bashri rahimahullh mendefinisikan taubat seraya
berkata, "Taubat nasuha adalah menyesal dalam hati, meminta ampun dengan lisan,
meninggalkan dengan prilaku dan berniat untuk tidak mengulanginya."
http://ratmanboomen.blogspot.com/2008/12/definisi-taubat.html
- Menurut bahasa: Kembali
- Menurut istilah: Kembali mendekat pada Allah setelah menjauh dari-Nya.
Hakikat taubat adalah: Menyesal terhadap apa yang telah terjadi, meninggalkan
perbuatan tersebut saat ini juga, dan ber-azam yang kuat untuk tidak mengulangi
perbuatan tersebut dimasa yang akan datang.
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/Taubat%20%28bagian%20ke-
1%29%20%20Definisi,%20Urgensi,%20dan%20Buah-Buah%20Taubat%20_%20Al-
Ikhwan.net.htm
Menurut Bahasa kata "at-taubah" dengan fathah pada ta' dan sukun pada
wau diambil dari kata "taub" yang terdiri dari huruf ta'-wau-ba'. Sebuah kata yang
bermakna "kembali". Dikatakan ta-ba dan a-na-ba ketika seseorang kembali dari
dosanya.
1
Taubat adalah kembali kepada Allah, dengan memutuskan keinginan berbuat
dosa dari dalam hati. Taubat adalah kembali (kepada Allah) dari berbuat dosa. Dalam
bahasa Arab dikatakan "tba il Allhi yatbu tauban wa taubatan wa matban" yang
artinya kembali kepada Allah dari berbuat maksiat. Dikatakan dalam bahasa Arab "tba
al-abdu" yang artinya kembali kepada Allah dengan bertaubat. Dan, "tba Allhu
alaihi yang artinya Allah memberi ampunan kepada hamba-Nya.
Menurut istilah keadaan jauh dari Allah kemudian kembali dan menjadi dekat
kepada-Nya itulah yang dimaksud dengan penyesalan (an-nadam). An-nadam adalah
menderitanya hati. Bukti an-nadam adalah sedih yang panjang dan menangis atas
kesalahan yang telah lalu, keinginan untuk tidak kembali kepada dosa dan yang
semisalnya, melepaskan diri dari dosa, menyesal terhadap apa yang terjadi pada masa
lalu, dan kenginan kuat untuk tidak melakukannya di masa yang akan datang.
file:///C:/Users/4720z/Documents/akhlaq/taubat.html

Anda mungkin juga menyukai