Anda di halaman 1dari 11

I.

JUDUL LAPORAN
Pengukuran Viskositas Cairan

II. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami sifat fisik viskositas dari suatu cairan.

III. SASARAN PERCOBAAN
1. Mahasiswa dapat melakukan sendiri bagaimana cara mencari harga
viskositas dengan cara Ostwald.
2. Mahasiswa mengetahui besarnya penyimpangan dari hasil yang didapat
dengan percobaan, dengan harga sebenarnya (literatur)
3. Mahasiswa mengetahui hubungan antara komposisi versus viskositas
larutan.

IV. DASAR TEORI
Definisi Piknometer
Piknometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur nilai massa jenis
atau densitas dari fluida. Piknometer itu terdiri dari 3 bagian, yaitu tutup
pikno, lubang, gelas atau tabung ukur. Cara menghitung massa fluida yaitu
dengan mengurangkan massa pikno berisi fluida dengan massa pikno
kosong. Kemudian di dapat data massa dan volume fluida, sehingga tinggal
menentukan nilai massa jenis () fluida dengan persamaan = m/v
(Whille, 1988).

Konsep Viskositas
Fluida, baik zat cair maupun zat gas yang jenisnya berbeda memiliki tingkat
kekentalan yang berbeda. Viskositas alias kekentalan sebenarnya merupakan
gaya gesekan antara molekul-molekul yang menyusun suatu fluida. Jadi
molekul-molekul yang membentuk suatu fluida saling gesek-menggesek
ketika fluida fluida tersebut mengalir. Pada zat cair, viskositas disebabkan
karena adanya gaya kohesi (gaya tarik menarik antara molekul sejenis).


Sedangkan dalam zat gas, viskositas disebabkan oleh tumbukan antara
molekul (Bird, 1993).

Fluida yang lebih cair biasanya lebih mudah mengalir, contohnya air.
Sebaliknya, fluida yang lebih kental biasanya lebih sulit mengalir,
contohnya minyak goreng, oli, madu, dan lain-lain. Hal ini bisa dibuktikan
dengan menuangkan air dan minyak goreng diatas lantai yang
permukaannya miring. Pasti hasilnya air lebih cepat mengalir dari pada
minya goreng atau oli. Tingkat kekentalan suatu fluida juga bergantung
pada suhu. Semakin tinggi suhu zat cair, semakin kurang kental zat cair
tersebut. Misalnya ketika ibu menggoreng ikan di dapur, minyak goreng
yang awalnya kental, berubah menjadi lebih cair ketika dipanaskan.
Sebaliknya, semakin tinggi suhu suatu zat gas, semakin kental zat gas
tersebut.

Perlu diketahui bahwa viskositas atau kekentalan hanya ada pada fluida rill
(rill = nyata). Fluida rill / nyata adalah fluida yang kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari, seperti air sirup, oli, asap knalpot, dan lainnya. Fluida
rill berbeda dengan fluida ideal. Fluida ideal sebenarnya tidak ada dalam
kehidupan sehari-hari. Fluida ideal hanya model yang digunakan untuk
membantu kita dalam menganalisis aliran fluida (fluida ideal ini yang kita
pakai dalam pokok bahasan fluida dinamis) (Bird, 1993).
Satuan sistem internasional (SI) untuk koifisien viskositas adalah
Ns/m
2
= Pa.S (pascal sekon). Satuan CGS (centimeter gram sekon) untuk SI
koifisien viskositas adalah dyne.s/cm
2
= poise (p). Viskositas juga sering
dinyatakan dalam sentipolse (cp). 1 cp = 10
-3
p. satuan poise digunakan
untuk mengenang seorang Ilmuwan Prancis, almarhum Jean Louis Marie
Poiseuille. 1 poise = 1 dyne. s/cm
2
= 10
-1
N.s/m
2
Fluida adalah gugusan molekul yang jarak pisahnya besar, dan kecil untuk
zat cair. Jarak antar molukelnya itu besar jika dibandingkan dengan garis


tengah molukel itu. Molekul-molekul itu tidak terikat pada suatu kisi,
melainkan saling bergerak bebas terhadap satu sama lain. Jadi kecepatan
fluida atau massanya kecapatan volume tidak mempunyai makna yang tepat
sebab jumlah molekul yang menempati volume tertentu terus menerus
berubah (while, 1988).
Fluida dapat digolongkan kedalam cairan atau gas. Perbedaan-perbedaan
utama antara cair dan gas adalah :
a. Cairan praktis tidak kompersible, sedangkan gas kompersible dan
seringkali harus diperlakukan demikian.
b. Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan
bebas, sedangkan agar dengan massa tertentu mengembang sampai
mengisi seluruh bagian wadah tempatnya (While, 1988).

Cara-cara penentuan viskositas, diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Viscometer Ostwald
Pada viskometer ostwald yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan
oleh sejumlah cairan tertentu untuk mengalir melalui pipa kapiler
dengan gaya yang disebabkan oleh berat cairan itu sendiri. Pada
percobaan sebenarnya, sejumlah tertentu cairan (misalnya 10 cm
3
,
bergantung pada ukuran viscometer) dipipet kedalam viscometer. Cairan
kemudian dihisap melalui labu pengukur dari viscometer sampai
permukaan cairan lebih tinggi daripada batas a. cairan kemudian
dibiarkan turun ketika permukaan cairan turun melewati batas a,
stopwatch mulai dinyalakan dan ketika cairan melewati tanda batas b,
stopwatch dimatikan. Jadi waktu yang dibutuhkan cairan untuk melalui
jarak antara a dan b dapat ditentukan. (Respati,1981).
Dasar hukumnya viscometer Oswald adalah Poussele yaitu volume
cairan yang mengalir dalam waktu t, keluaar pipa dengan radius R,
Panjang L, beda Tekanan P dirumuskan sebagai berikut :






Beda tekanan sebanding dengan densitas cairan, sedangkan R, L, V
untuk setiap percobaan digunakan air sebagai pembanding, sehingga
dengan mengukur waktu alirannya akan dapat dihitung viskositas suatu
cairan x dengan menggunakan persamaan :


Dengan :

x
= massa jenis zat diselidiki

x
= viskositas zat cair yang diselidiki
t
x
= waktu alir zat yang diselidiki.

b. Viskometer Hoppler
Pada viskometer ini yang diukur adalah waktu yang dibutuhkan oleh
sebuah bola logam untuk melewati cairan setinggi tertentu. Suatu benda
karena adanya gravitasi akan jatuh melalui medium yang berviskositas
(seperti cairan misalnya), dengan kecepatan yang semakin besar sampai
mencapai kecepatan maksimum. Kecepatan maksimum akan tercapai
bila gravitasi sama dengan fictional resistance medium (Bird,1993).

c. Viskometer Sup dan Bob
Prinsip kerjanya sampel digeser dalam ruangan antara dinding luar. Bob
dan dinding dalam dari cup dimana bob masuk persis ditengan-tengah.
Kelemahan viskometer ini adalah terjadinya aliran sumbat yang
disebabkan gesekan yang tinggi disepanjang keliling bagian tube
sehingga menyebabkan penemuan konsentrasi. Penurunan konsentrasi
ini menyebebkan bagian tengah zat yang ditekan keluar memadat. Hal
ini disebut aliran sumbat (Bird, 1993).


Metode bola jatuh menyangkut gaya gravitasi yang seimbang dengan
gerakan aliran pekat, dan hubungannya adalah:


Apabila digunakan metode perbandingan, kita dapatkan:


Dimana :

= Densitas bola

= Densitas zat yang diselidiki



d. Viskometer Cone dan Plate
Cara pemakaiannya adalah sampel yang ditempatkan di tengah-tengah
papan, kemudian dinaikkan hingga posisi dibawah kerucut. Kerucut
digerakkan oleh motor dengan bermacam kecepatan dan sampelnya
digeser didalam ruang sempit antara papan yang diam dan kemudian
kerucut yang berputar (Bird, 1993).

Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas :
a. Suhu
Viskositas berbanding terbalik dengan suhu. Jika suhu naik maka
viskositas akan turun, dan begitu sebaliknya. Hal ini disebabkan karena
adanya gerakan partikel-partikel cairan yang semakin cepat apabila
suhu ditingkatkan dan menurun kekentalannya.
b. Konsentrasi larutan
Viskositas berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Suatu larutan
dengan konsentrasi tinggi akan memiliki viskositas yang tinggi pula,
karena konsentrasi larutan menyatakan banyaknya partikel zat yang
terlarut tiap satuan volume. Semakin banyak partikel yang terlarut,
gesekan antar partikrl semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi
pula.



c. Berat molekul solute
Viskositas berbanding lurus dengan berat molekul solute. Karena
dengan adanya solute yang berat akan menghambat atau member beban
d. Tekanan
Semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas suatu cairan.

V. ALAT
1. Neraca
2. Piknometer
3. Viskosimeter Oswald
4. Stopwatch
5. Gelas Piala
6. Gelas Ukur
7. Bola Karet Penghisap

VI. BAHAN
1. Alkohol 96%
2. Air

VII. PROSEDUR KERJA
1. Isilah alat dengan cairan yang akan ditentukan sejumlah tertentu melalui
lubang ( D ).
2. Menaikkan cairan hingga berada diatas (B1) dengan jalan dihisap,
sebagian permukaan cairan yang lain harus terletak sedikit diatas (C1).
3. Gambar Rancangan Alat Viskometer Oswald.
4. Pertahankan posisi cairan dalam keadaan b dengan jalan menutup
lubang diatas (B1) dengan ibu jari.
5. Biarkan cairan turun dengan melepaskan ibu jari dan jalankan stopwatch
ketika cairan melalui B1.
6. Catat waktu yang diperlukan oleh cairan untuk mengalir dari B1 sampai
B2.


7. Ulangi langkah 1-5 sebanyak 3 kali.
8. Lakukan langkah 1-7 untuk zat zair tersebut dengan konsentrasi yang
berbeda.

VIII. HASIL PERCOBAAN
No Zat
Perbandingan Volume
Air Alkohol
Zat 1 0 100
Zat 2 25 75
Zat 3 50 50
Zat 4 75 25
Zat 5 100 0

Tabel Pengukuran Massa Jenis Zat Cair
Keterangan Zat 1 Zat 2 Zat 3 Zat 4 Zat 5
Berat Piknometer Kosong (gram) 13,83 15,15 13,80 15,19 13,80
Berat Pikonmeter + Zat (gram) 34,03 37,25 37,22 39,61 39,20
Berat Zat (gram) 20,20 22,10 23,42 24,42 25,40
Volume Piknometer (ml) 25 25 25 25 25

Tabel Pengukuran Viskositas Zat Cair
Zat No
Perbandingan
Volume Campuran
Waktu
Air Alkohol T
1
T
2
T
3
Rata-Rata
1 0 100 1 51 8 1 49 5 1 50 6 1 50 6 110,6 s
2 25 75 1 38 8 1 37 7 1 36 9 1 37 8 97,8 s
3 50 50 1 26 9 1 27 8 1 27 5 1 27 4 87,4 s
4 75 25 1 22 5 1 23 8 1 24 7 1 23 7 83,7 s
5 100 0 43 9 44 3 43 6 43 9 43,9 s


IX. PENGOLAHAN DATA
Pengukuran Massa Jenis Zat Cair
Perhitungan massa jenis zat cair menggunakan rumus :















Pengukuran Viskositas Zat Cair
Perhitungan viskositas zat cair menggunakan rumus :



Viskositas air pada suhu 25
0
C adalah 0.8910 cp





No Zat
Perbandingan
Volume
Massa Jenis Zat
Cair (gram/ml)
Air Alkohol
Zat 1 0 100 0,8080
Zat 2 25 75 0,8840
Zat 3 50 50 0,9368
Zat 4 75 25 0,9768
Zat 5 100 0 1,0160















Perbandingan Log 1/ Versus Fraksi Berat Alkohol
Perhitungan Fraksi Berat alkohol dalam campuran menggunakan rumus :




Tabel Perbandingan Log 1/ Versus Fraksi Berat Alkohol


No Zat
Perbandingan
Volume
Viskositas Zat Cair
(cp)
Air Alkohol
Zat 1 0 100 1,7852
Zat 2 25 75 1,7271
Zat 3 50 50 1,6356
Zat 4 75 25 1,6332
Zat 5 100 0 0,8910
No
Zat
Perbandingan
Volume
Zat
(cp)
Air
(gram/ml)
Alkohol
(gram/ml)
Log 1/
Fraksi Berat
Alkohol
Air Alkohol
1 0 100 1,7852 1,0160 0,8080 -0,2517 1,0000
2 25 75 1,7271 1,0160 0,8080 -0,2373 0,7047
3 50 50 1,6356 1,0160 0,8080 -0,2137 0,4430
4 75 25 1,6332 1,0160 0,8080 -0,2130 0,2095
5 100 0 0,8910 1,0160 0,8080 0,0501 0,0000


Grafik Perbandingan Log 1/ Versus Fraksi Berat Alkohol

Dari grafik didapat persamaan linier y = -0,24x + 0,06
X. PEMBAHASAN
XI. KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan,
diantaranya sebagai berikut :
1. Kegunaan dari viscometer Ostwald adalah alat yang digunakan untuk
mengukur waktu yang dibutuhkan bagi cairan tersebut untuk melewati
dua tanda ketika mengalir karena gravitasi melalui pipa kapiler
viscometer Ostwald.
2. Untuk menentukan viskositas cairan, digunakan air sebagai pembanding.
3. Kegunaan piknometer adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk
menentukan nilai massa jenis atau densitas fluida.
4. Dari grafik perbandingan log 1/ versus fraksi berat alkohol didapat
persamaan linier y = -0,24x + 0,06, R = 0,568.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi viskositas yaitu :
y = -0.24x - 0.06
R = 0.5688
-0.0004
-0.0003
-0.0003
-0.0002
-0.0002
-0.0001
-0.0001
0.0000
0.0001
0.0001
0.0000 0.2000 0.4000 0.6000 0.8000 1.0000 1.2000
L
o
g

1
/


Fraksi Berat Alkohol
Perbandingan Log 1/ vs Fraksi Berat Alkohol


Suhu : jika suhu naik maka viskositas akan turun, dan begitu
sebaliknya. Hal ini disebabkan karena adanya gerakan partikel-
partikel cairan yang semakin cepat apabila suhu ditingkatkan dan
menurun kekentalannya.
Konsentrasi larutan : larutan dengan konsentrasi tinggi akan
memiliki viskositas yang tinggi pula, karena konsentrasi larutan
menyatakan banyaknya partikel zat yang terlarut tiap satuan volume.
Semakin banyak partikel yang terlarut, gesekan antar partikel
semakin tinggi dan viskositasnya semakin tinggi pula.
Berat molekul solute : dengan adanya solute yang berat akan
menghambat laju alir fluida.
Tekanan : semakin tinggi tekanan maka semakin besar viskositas
suatu cairan.

XII. SARAN
XIII. DAFTAR PUSTAKA
Bird, Tony. 1993. Kimia Fisik Untuk Universitas. PT Gramedia. Jakarta.
Respati, H. 1981. Kimia Dasar Terapan Modern. Erlangga. Jakarta.
Dogra, S.K. dan S. Dogra. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Universitas
Indonesia Press. Jakarta.
Halliday dan Resnick. 1978. Fisika Jilid I. Erlangga. Jakarta.
Murdikaningrum, Galu. 2002.Petunjuk Praktikum Kimia Fisika. Universitas
Bandung Raya. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai