Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kadar
glukosa darah melebihi normal. Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat
penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal
(non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut
akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung naik. Gejala bagi penderita
diabetes mellitus adalah dengan keluhan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak
makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan
berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa
126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu 200 mg/dL (Badawi, 2009).
2.2. Etiologi Diabetes Mellitus
Etiologi terjadinya diabetes mellitus sampai saat ini masih belum jelas, akan
tetapi diperkirakan menjurus ke suatu sebab yang multifaktorial. Artinya ada penyakit
diabetes mellitus dapat terjadi karena kekurangan insulin yang disebabkan oleh
banyak keadaan-keadaan, antara lain : jumlah insulin yang dihasilkan pankreas
menurun, jumlah insulin yang dihasilkan cukup tetapi kebutuhan insulin meningkat
atau resistensi insulin (insulin tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya),
akibatnya kadar glukosa didalam darah menjadi tinggi sehingga timbullah diabetes
mellitus (Ranakusuma, 1987).
Universitas Sumatera Utara
Penyakit diabetes mellitus biasanya muncul pada usia pertengahan dan usia
lanjut (berkisar 40-60 tahun), disini faktor hereditas (keturunan) memegang peranan
penting. Pada orang-orang yang memiliki riwayat keluarga yang menderita diabetes
mellitus dalam usia yang agak lanjut, kelebihan berat badan dapat merupakan faktor
resiko yang menambah peluang untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus,
(Sidartawan, 1998).
2.3. Klasifikasi Diabetes Mellitus
Di Indonesia ada dua jenis utama diabetes mellitus yang paling sering ditemui,
yaitu: diabetes mellitus tergantung insulin (tipe I) dan diabetes mellitus tidak
tergantung insulin (tipe II), (Leslie, 1991).
2.3.1. Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI/Tipe I)
Kebanyakan penderita diabetes mellitus tipe I mendapatkan penyakit ini pada
usia muda. Biasanya penderita diabetes mellitus yang termasuk dalam kelompok ini:
muda, kurus dan mendapatkan penyakitnya secara tiba-tiba. Produksi insulin oleh
pankreas sangat sedikit dan tidak mencukupi sehingga tergantung pada pemberian
insulin dari luar. Penyakit ini tidak dapat dikendalikan tanpa menggunakan insulin
sehingga setiap penderita harus disuntik insulin (Charles, 2002).
Diabetes Mellitus Tergantung Insulin (DMTI) disebabkan oleh penghancuran
total sel-sel penghasil pada pankreas. Kerusakan pada sel-sel penghasil insulin
disebabkan oleh peradangan. Kondisi tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan,
mungkin berupa virus yang menyerang seseorang yang mudah terkena karena
mempunyai pola gen tertentu disebut dengan gen human leucocyte antygent (HLA).
Kebanyakan orang dengan pola gen HLA ini hanya membuat mereka lebih mudah
Universitas Sumatera Utara
terkena dibanding orang lain. Fungsi utama insulin itu sendiri dalam menurunkan
kadar glukosa secara alami yaitu dengan cara:
a. Meningkatkan jumlah gula yang disimpan didalam hati
b. Merangsang sel-sel tubuh agar menyerap gula
c. Mencegah hati mengeluarkan terlalu banyak gula.
J ika insulin berkurang, kadar gula didalam darah akan meningkat. Gula dalam
darah berasal dari makanan kita yang diolah secara kimiawi oleh hati. Sebagian gula
disimpan dan sebagian lagi digunakan untuk tenaga. Disinilah fungsi hormon insulin
sebagai stabilizer alami terhadap kadar glukosa dalam darah. J ika terjadi gangguan
sekresi (produksi) hormon insulin pada sel-sel darah maka potensi terjadinya diabetes
mellitus sangat besar sekali.
2.3.2. Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin (DMTTI/Tipe II)
Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin paling banyak menyerang orang
dewasa, walaupun diabetes mellitus tipe II juga dapat timbul pada usia berapa saja.
Pada diabetes mellitus tipe II sel-sel penghasil insulin tidak rusak, tetapi tidak
menghasilkan cukup insulin sehingga hati, otot serta lemak tidak bereaksi secara
normal terhadap insulin yang dihasilkan (Charles, 2010).
Pasien-pasien yang termasuk dalam kelompok ini biasanya memiliki berat
badan yang lebih dan memiliki riwayat adanya anggota keluarga lain yang juga
menderita penyakit diabetes mellitus. Pada pasien diabetes mellitus tipe II yang tidak
gemuk, kadar glukosa di dalam darahnya tinggi karena sel beta pankreasnya terlalu
Universitas Sumatera Utara
sedikit membentuk insulin sehingga tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
darah tetap dalam batas-batas normal.
Pasien diabetes mellitus tipe II yang gemuk masih menghasilkan relatif cukup
banyak insulin, tetapi masih tetap tidak mencukupi kebutuhan untuk mempertahankan
kadar glukosa darahnya dalam batas-batas normal. Pada orang gemuk, insulin harus
bekerja keras untuk memasukkan glukosa kedalam sel-sel tubuh, karena pada darah
orang gemuk terdapat kadar glukosa yang tinggi, suatu saat akan menyebabkan
insulin tidak sanggup lagi untuk memasukkan glukosa tersebut kedalam sel-sel tubuh,
sehingga terjadilah resistensi insulin yang mengakibatkan timbulnya penyakit
diabetes mellitus.
2.4. Gejala-gejala dan Diagnosa Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus seringkali disebut sebagai The Great Imitato, karena
penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam
keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul dan menimbulkan
berbagai macam keluhan serta gejalanya bervariasi. Diabetes Mellitus dapat timbul
secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan
seperti minum menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering ataupun berat badan
yang menurun. Gejala-gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,
sampai kemudian ketika orang tersebut berobat ke dokter dan diperiksa kadar gula
darahnya, diketahui menderita diabetes mellitus. Terkadang pula gambaran klinisnya
tidak jelas dan baru diketahui menderita diabetes mellitus pada saat pemeriksaan
penyaring untuk penyakit lain. Dapat pula gejala diabetes mellitus timbul mendadak
Universitas Sumatera Utara
tanpa melalui gejala-gejala umum seperti poliuria, polidipsia dan polifagia
(Syaifoellah, 1996).
Menurut Pusat Diabetes dan Nutrisi Sutomo (1994), gejala klinis khas seperti
poliuria (banyak kencing), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan),
rasa lemas dan turunnya berat badan merupakan petunjuk yang penting dalam
mendiagnosa diabetes mellitus.
Hal yang sering menyebabkan pasien datang berobat ke dokter dan kemudian
mendiagnosa sebagai diabetes mellitus ialah keluhan-keluhan berikut:
- Keluhan kulit: gatal-gatal, bisul
- Kelainan ginekologis : keputihan
- Kesemutan: rasa gatal
- Kelemahan tubuh
- Luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh
- Infeksi saluran kemih
Kelainan kulit berupa gatal-gatal, biasanya terjadi didaerah genital ataupun
lipatan kulit seperti didaerah ketiak dan dibawah payudara, biasanya akibat
tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-bisul atau luka yang lama
yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal yang sepele seperti: luka
lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya. Pada wanita, keputihan
merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan pasien datang kedokter ahli
kebidanan dan sesudah diperiksa ternyata diabetes mellitus yang menjadi latar
belakang keluhan tersebut. Juga dalam hal ini, jamur terutama Candida, merupakan
penyebab tersering timbulnya keluhan keputihan ini.
Universitas Sumatera Utara
Rasa kebas dan kesemutan akibat sudah terjadinya neuropati, merupakan juga
keluhan pasien, disamping keluhan lemah dan mudah merasa lelah. Pada pasien laki-
laki terkadang timbul keluhan impotensi yang menyebabkan pasien tersebut dating
berobat kedokter. Keluhan lain yang mungkin menyebabkan pasien dating berobat
kedokter ialah keluhan mata kabur yang disebabkan katarak, ataupun gangguan
refraksi akibat perubahan-perubahan pada lensa oleh karena hiperglikemia
(Syaifoellah, 1996).
Untuk menetapkan diagnosis diabetes mellitus pada pasien dengan keluhan
khas (poliuria, polidipsia dan penurunan berat badan) cukup dilakukan dengan
pemeriksaan kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah kapiler pada waktu
puasa >120 mg/dl atau 2 jam sesudah makan >200 mg/dl setelah diberi beban
glukosa oral 75 gram, maka pasien tersebut dinyatakan menderita diabetes mellitus.
Mereka yang tidak mempunyai keluhan khas, tetapi menunjukkan hasil pemeriksaan
kadar gula darah >200 mg/dl masih memerlukan pemeriksaan paling sedikit sekali
(Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994).
2.5. Faktor Resiko Penyebab Timbulnya Penyakit Diabetes Mellitus
2.5.1. Faktor Genetik
Menurut Wiyoto, dkk tahun 1978, faktor genetik dianggap memegang peranan
penting dalam terjadinya penyakit diabetes mellitus. Walaupun demikian bagaimana
peranan faktor genetik ini dan bagaimana faktor genetik ini diturunkan sampai
sekarang belum diketahui dengan jelas.
Peranan faktor genetik ini juga jelas pada kembar yang menderita diabetes
mellitus. Pada kembar yang monozygote insidensi agar keduanya menderita diabetes
Universitas Sumatera Utara
mellitus berkisar anatara 45-90 %, sedangkan pada kembar yang dizygote insidensi
agar keduanya menderita diabetes mellitus berkisar antara 3-37 %.
Penelitian yang dilakukan oleh Nelson (1975) pada kembar monozygote
menunjukkan bahwa:
a. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang dimulai sesudah
umur 45 tahun selalu concordant (keduanya menderita diabetes mellitus).
b. Diabetes Mellitus yang terjadi pada kembar monozygote yang mulai pada usia
muda, 50 % concordant (keduanya menderita diabetes mellitus) dan 50 %
discordant (salah seorang menderita diabetes mellitus).
Dari penelitian diatas jelaslah bahwa peranan faktor genetik pada diabetes
mellitus usia muda berlainan dengan diabetes mellitus pada usia lanjut. Orang usia
lanjut yang mempunyai saudara kandung penderita diabetes mellitus lebih mudah
untuk menderita diabetes mellitus.
3.5.2. Kurangnya Aktivitas Fisik
Menurut Leslie (1991), aktivitas fisik seperti pergerakan atau olahraga yang
dilakukan secara teratur adalah usaha yang dapat dilakukan untuk menghindari
kegemukan atau obesitas, sehingga kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus
semakin kecil.
Apabila kita berolahraga atau mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang berat
kita memerlukan lebih banyak energi. Ini berarti bahwa kita perlu lebih banyak
glukosa yang kemudian diubah menjadi energi.
Dengan demikian untuk menghindari timbulnya diabetes mellitus karena
kadar glukosa darah meningkat akibat mengkonsumsi makanan yang berlebihan dapat
Universitas Sumatera Utara
diimbangi dengan aktivitas fisik (pekerjaan) yang seimbang. Sehingga kadar glukosa
darah dapat normal kembali dan cara kerja insulin tidak terganggu.
2.5.3. Kehamilan
Kadang-kadang diabetes ditemukan pertama kali selama kehamilan, dan
kondisi ini dialami hanya sementara (sewaktu hamil) saja, dan kembali normal
sesudah hamil. Keadaan seperti ini disebut dengan istilah Diabetes Mellitus
Gestasional.
Diabetes Mellitus Gestasional adalah suatu intoleransi karbohidrat baik yang
ringan maupun yang berat yang terjadi atau pertama kali diketahui pada saat
kehamilan berlangsung (Sidartawan, 1998).
Hal tersebut bisa dikaitkan dengan keadaan seperti kehamilan, ibu-ibu yang
hamil secara lahiriah akan lebih banyak makan dari biasanya dengan tujuan
memberikan makanan yang cukup kepada janin dan akhirnya mereka menjadi gemuk.
Pada saat tubuh tidak dapat lagi mengolah gula yang beredar didalam darah, maka
timbullah diabetes mellitus (Brudnell, 1996).
2.5.4. Usia Lanjut
Dengan bertambahnya umur maka terjadilah gangguan pada fungsi pankreas
dan kerja dari insulin yang menyebabkan kadar glukosa dalam darah meningkat.
Gangguan fungsi pankreas menyebabkan terjadinya sekresi insulin berkurang. Kerja
insulin yang berkurang akan menyebabkan terjaadinya resistensi insulin, sehingga
kadar glukosa dalam darah meningkat akibat terjadinya diabetes mellitus
(Pusat Diabetes dan Nutrisi, 1994).
Universitas Sumatera Utara
2.5.5. Sosial Ekonomi
Perubahan pola penyakit di negara-negara berkembang khususnya di
Indonesia dianggap ada hubungannya dengan cara hidup yang berubah sesuai dengan
bertambahnya kemakmuran yang bercermin dalam pendapatan perkapita Indonesia
(Syaifoellah, 1996).
Beberapa penelitian menunjukkan dengan jelas suatu perubahan pada
prevalensi diabetes mellitus diantara kelompok sosial ekonomi yang berbeda. Pada
umumnya peningkatan prevalensi diabetes mellitus terjadi pada kelompok-kelompok
sosial ekonomi yang lebih tinggi pada negara-negara yang sedang berkembang
dibandingkan dengan kelompok-kelompok sosial yang lebih rendah. Perubahan
dalam gaya hidup, makanan, olahraga dan perpindahan ke kota dianggap mempunyai
kontribusi terhadap prevalensi diabetes mellitus yang lebih tinggi disuatu daerah.
2.6. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus
Perbedaan karakteristik paling mencolok dari seseorang dengan diabetes
mellitus tipe I atau tipe II adalah umur saat terjadinya penyakit ini. Umumnya
diabetes mellitus tipe I terjadi pada seseorang dengan usia dibawah 40 tahun bahkan
separuh dari pengidap penyakit ini didiagnosa pada saat mereka berumur kurang dari
20 tahun. Sebaliknya hampir sepuluh orang yang didiagnosa sebagai pengidap
diabetes mellitus tipe II diketahui setelah berumur diatas 30 tahun. Diabetes Mellitus
tipe II lebih sering terjadi pada individu dengan berat badan lebih dan obes (gemuk).
Obesitas merupakan pemicu terpenting penyebab diabetes mellitus tipe II. Kasus
diabetes mellitus tipe II lebih sering ditemukan pada wanita dengan riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan diatas 4000 g, serta wanita yang pernah
Universitas Sumatera Utara
didiagnosa sebagai diabetes pada waktu hamil (diabetes mellitus gestasional) dan
biasa terjadi pada usia 24 minggu masa kehamilan (Soewondo, 2006).
2.7. Pola Makan Pada Penderita Diabetes Mellitus
Pola makan adalah makanan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat,
protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang
tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan
kebutuhan (Ramadhan, 2008).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem,
cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat
diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat.
Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis
makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi,
mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan
pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya
(Depdiknas, 2001).
Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes
mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh sumber informasi
yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut, seperti penderita tidak
lagi menikmati makanan kesukaan mereka. Sebenarnya anjuran makan pada
penderita diabetes mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan
menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing penderita
diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
Pengaturan diet pada penderita diabetes mellitus merupakan pengobatan yang
utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam:
2.7.1. Jumlah Makanan
Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk
mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal. Komposisi
energi adalah 60-70 % dari karbohidrat, 10-15 % dari protein, 2025 % dari lemak.
Makanlah aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat
pembangun serta zat pengatur.
a. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan
protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti: roti, mie, kentang
dan lain-lain.
b. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral.
Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur,
ikan, ayam, daging, susu, keju dan lain-lain.
c. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan
sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.
Ada beberapa jenis diet dan jumlah kalori untuk penderita diabetes mellitus
menurut kandungan energi, karbohidrat, protein dan lemak.



Universitas Sumatera Utara
Table 2.1. Jenis Diet Diabetes Mellitus Menurut Kandungan Energi,
Karbohidrat, Protein dan Lemak
Jenis Diet Energi (kal) Karbohidrat (g) Protein (g) Lemak (g)
I 1100 172 43 30
II 1300 192 45 35
III 1500 235 51,5 36,5
IV 1700 275 55,5 36,5
V 1900 299 60 48
VI 2100 319 62 53
VII 2300 369 73 59
VIII 2500 396 80 62
Sumber: Almatsier, 2006
Keterangan:
- Jenis diet I s/d III diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
- Jenis diet IV s/d V diberikan kepada penderita diabetes tanpa komplikasi.
- Jenis diet VI s/d VIII diberikan kepada penderita kurus, diabetes remaja
(juvenile diabetes) atau diabetes dengan komplikasi.
2.7.2. Jenis Bahan Makanan
Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan
makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah
menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita
terutama penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada
glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus
adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Hal
yang terpenting adalah jangan terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan
mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga jangan
terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang tidak
dianjurkan atau dibatasi bagi penderita diabetes mellitus yaitu:
a. Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus
adalah:
1). Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang, singkong,
ubi dan sagu.
2). Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim,
tempe, tahu dan kacang-kacangan.
3). Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, disetup, direbus dan dibakar.
b. Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita
diabetes mellitus adalah:
1). Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup,
jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim,
kue-kue manis, dodol, cake dan tarcis.
2). Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food),
goreng-gorengan.
3). Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan
yang diawetkan (Almatsier, 2006).
2.7.3. Interval Makan Penderita Diabetes Mellitus
Makanan porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu mengontrol kadar
gula darah. Makanan porsi besar menyebabkan peningkatan gula darah mendadak dan
Universitas Sumatera Utara
bila berulang-ulang dalam jangka panjang, keadaan ini dapat menimbulkan
komplikasi diabetes mellitus. Oleh karena itu makanlah sebelum lapar karena makan
disaat lapar sering tidak terkendali dan berlebihan. Agar kadar gula darah lebih stabil,
perlu pengaturan jadwal makan yang teratur. Makanan dibagi dalam 3 porsi besar
yaitu makan pagi (20 %), siang (30 %), sore (25 %) serta 2-3 kali porsi kecil untuk
makanan selingan masing-masing (10-15 %).
Tabel 2.2. Contoh Menu Sehari dengan Jenis Diet DM 1900 Kalori
Jenis Makanan Berat (gr) URT
Makan Pagi
Nasi/penukar
Lauk hewani
Lauk nabati
Sayuran A
Buah
Minyak
Gula

100
50
25
100
0
10
0

1 gls
1 ptg
ptg
1 gls
0 ptg
1 sdm
0 sdm
Jam 10.00
Buah

100

1 ptg
Makan Siang
Nasi/penukar
Lauk hewani
Lauk nabati
Sayuran B
Buah
Minyak
Gula

200
50
50
100
100
10
0

1 gls
1 ptg
1 ptg
1 gls
1 ptg
1 sdm
0 sdm
Jam 16.00
Buah

100

1 ptg
Makan Malam
Nasi/penukar
Lauk hewani
Lauk nabati
Sayuran B
Buah
Minyak
Gula

150
50
25
100
100
10
0

1 gls
1 ptg
gls
1 gls
1 ptg
1 sdm
0 sdm
Sumber : Depkes RI, 2009
Universitas Sumatera Utara
Keterangan:
- Gls : gelas
- Sdm : sendok makan
- Ptg : potong
- Sdg : sedang
Nilai Gizi :
- Energi : 1912 kkal
- Protein : 60 g (12,5 % energi total)
- Lemak : 48 g (22,5 % energi total
- Karbohidrat : 299 g (62,5 % energi total)
- Kolestrol : 303 mg
- Serat : 37 g
2.8. Daftar Bahan Makanan Penukar
Daftar bahan makanan penukar yang digunakan adalah bahan makanan
penukar II yaitu suatu daftar nama bahan makanan dengan ukuran tertentu dan
dikelompokkan berdasarkan kandungan kalori, protein, lemak dan hidrat arang yang
diberikan oleh rumah sakit. Setiap kelompok bahan makanan mempunyai nilai gizi
yang kurang lebih sama. Menurut (Arisman, 2002) bahan makanan dikelompokkan
menjadi 7 bagian yaitu:



Universitas Sumatera Utara
a. Golongan 1 : Bahan Makanan Sumber Karbohidrat
1 Satuan Penukar = 175 kalori
4 gr protein
40 gr karbohidrat
Tabel 2.3. Makanan Penukar dari Sumber Karbohidrat
Bahan Makanan URT Berat (gr)
Nasi gls 100
Nasi tim 1 gls 200
Bubur beras 2 gls 400
Nasi jagung gls 100
Talas 1 bj bsr 200
Ubi 1 bj sdg 150
Roti putih 4 iris 80

b. Golongan 2 : Bahan Makanan Sumber Protein Hewani
1 Satuan Penukar = 95 kalori
10 gr protein
6 gr lemak
Tabel 2.4. Makanan Penukar dari Sumber Protein Hewani
Bahan Makanan URT Berat (gr)
Daging sapi 1 ptg sdg 50
Daging ayam 1 ptg sdg 50
Telur ayam 2 btr 60
Ikan segar 1 ptg sdg 50
Udang basah 0 gls 50




Universitas Sumatera Utara
c. Golongan 3 : Bahan Makanan Sumber Protein Nabati
1 Satuan Penukar = 80 kalori
6 gr protein
3 gr lemak
8 gr karbohidrat
Tabel 2.5. Makanan Penukar dari Sumber Protein Nabati
Bahan Makanan URT Berat (gr)
Kacang hijau 20 sdm 25
Kacang kedele 20 sdm 25
Kacang merah 20 sdm 25
Oncom 2 ptg sdg 50
Tahu 1 bj bsr 100
Tempe 2 ptg sdg 50

d. Golongan 4 : Sayuran
1. Sayuran A
Bebas dimakan, kandungan kalori dapat diabaikan, sumbernya dari gambas
(oyong), jamur kuping sedang, ketimun, jamur segar, lobak, selada dan
tomat.
2. Sayuran B
1 Satuan Penukar 1 gls
(100 gr) = 25 kalori
1 gr protein
5 gr karbohidrat
Universitas Sumatera Utara
Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam, labu siam, bit, buncis, brokoli,
genjer, jagung muda, kol, wortel, sawi, toge kacang hijau, terong, kangkung,
kacang panjang, pare, rebung, papaya muda.
3. Sayuran C
1 Satuan Penukar 1 gls
(100 gr) = 50 kalori
3 gr protein
10 gr karbohidrat
Sumber bahan makanannya yaitu dari bayam merah, daun katuk, daun
melinjo, daun papaya, daun singkong, toge kacang kedele, daun talas,
melinjo, nangka muda.
e. Golongan 5 : Buah-buahan
1 Satuan Penukar = 40 kalori
10 gr karbohidrat
Tabel 2.6. Makanan Penukar dari Sumber Buah-buahan
Bahan Makanan URT Berat (gr)
Alpukat 1 bh bsr 50
Apel 1 bh bsr 75
Belimbing 1 bh bsr 125
Duku 15 bh 75
Jambu air 2 bh sdg 100
Jambu biji 1 bh sdg 100
Jeruk manis 1 bh bsr 100
Mangga 1 bh sdg 50
Nanas 1/6 bh sdg 75
Papaya 1 ptg sdg 100
Pir 1 bh 100
Pisang ambon 1 bh sdg 75
Pisang raja 2 bh kcl 50
Semangka 1 ptg sdg 150
Universitas Sumatera Utara

f. Golongan 6 : Susu
1 Satuan Penukar = 110 kalori
7 gr protein
9 gr karbohidrat
7 gr lemak
Tabel 2.7. Makanan Penukar dari Sumber Susu
Bahan Makanan URT Berat (gr)
Susu sapi 1 gls 200
Susu kambing 1 gls 150
Susu kental manis 1 gls 100
Tepung susu skim 4 sdm 20
Yoghurt 1 gls 200

g. Golongan 7 : Minyak
1 Satuan Penukar = 45 kalori
5 gr lemak
Tabel 2.8. Makanan Penukar dari Sumber Minyak
Bahan Makanan URT Berat (gr)
Minyak goring 1 sdm 5
Minyak ikan 1 sdm 5
Margarin 1 sdm 5
Kelapa 1 ptg kcl 30
Kelapa parut 5 sdm 30
Lemak sapi 1 ptg kcl 5



Universitas Sumatera Utara
Keterangan :
Bh =buah Gr =gram
Bj =biji Kcl =kecil
Btg =batang Ptg =potong
Btr =butir Sdg =sedang
Bsr =besar Sdm =sendok makan
Gls =gelas (240 ml) Sdt =sendok teh












Universitas Sumatera Utara
2.9. Standar Jenis Diet Untuk Penderita Diabetes Mellitus
Standar jenis diet pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap ada dua
jenis yaitu:
- Jenis diet diabetes mellitus IV (1700 kalori)
Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus IV adalah 1700 kalori dan
jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 275 gram, protein 55,5 gram dan
lemak 36,5 gram.
- Jenis diet diabetes mellitus V (1900 kalori)
Kandungan energi dari jenis diet diabetes mellitus V adalah 1900 kalori dan
jumlah kandungan zat gizi karbohidrat 299 gram, protein 60 gram dan lemak
48 gram.









Universitas Sumatera Utara
2.10 Kerangka Konsep
Kerangka konsep dalam analisis pemberian diet diabetes mellitus pada pasien
rawat inap di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat yaitu:





Dalam kerangka konsep di atas dapat diketahui karakteristik penderita diabetes
mellitus (umur, jenis kelamin, IMT, pekerjaan) dan pemberian diet diabetes mellitus
di Rumah Sakit Umum Rantau Prapat (jenis diet dan kecukupan zat gizi berupa
energi, karbohidrat, protein dan lemak) sesuai atau tidak dengan standar jenis diet
yang seharusnya meliputi jenis diet DM IV (1700 kalori) dan jenis diet DM V (1900
kalori) pada penderita diabetes mellitus yang rawat inap di Rumah Sakit Umum
Rantau Prapat.




Karakteristik
penderita diabetes
mellitus :
- Umur
- Jenis Kelamin
- IMT
- Pekerjaan

Pemberian Diet
Diabetes Mellitus di
RSU Rantau Prapat:
- Jenis diet
- Kecukupan zat
gizi
(energi,
k b hid t


Standar jenis diet
diabetes mellitus
rawat inap :
- Jenis Diet DM IV
(1700 kalori)


Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai