Anda di halaman 1dari 22

Adab Jima dan Cara Berhubungan Intim Suami isteri dalam Islam

Pengetahuan adab hubungan intim suami isteri dalam islam ini sangat penting agar muslimin dan
muslimat diharapkan mempunyai keturunan yang baik dan tidak terjebak dalam perilaku yang
bertentangan dengan ajaran Islam.
Adab dan Cara Berhubungan Intim ( Jima) yang baik menurut Islam dapat dibagi dalam 3
keadaan yaitu :
A. Adab sebelum Jima
B. Adab saat Jima
C. Adab setelah Jima
A. Adab sebelum Jima
1. Menikah
Menikah adalah syarat mutlak untuk dapat melakukan hubungan intim secara Islam, Menikah
juga harus sesuai syarat dan rukunnya agar sah menurut islam. Syarat dan Rukun pernikahan
adalah : Adanya calon suami dan istri, wali, dua orang saksi, mahar serta terlaksananya Ijab
dan Kabul. Mahar harus sudah diberikan kepada isteri terlebih dahulu sebelum suami
menggauli isterinya sesuai dengan sabda Rasullullah SAW:
.Ibnu Abbas berkata: Ketika Ali menikah dengan Fathimah, Rasulullah Shallallaahu alaihi wa
Sallam bersabda kepadanya: Berikanlah sesuatu kepadanya. Ali menjawab: Aku tidak
mempunyai apa-apa. Beliau bersabda: Mana baju besi buatan Huthomiyyah
milikmu?. Riwayat Abu Dawud dan Nasai. Hadits shahih menurut Hakim.
Ini artinya Ali harus memberikan mahar dulu sebelum mendatangi Fathimah
Dalam Islam, setiap Jima yang dilakukan secara sah antara suami dengan isteri akan mendapat
pahala sesuai dengan Sabda Rasullullah sallahu alaihi wassalam:
Dalam kemaluanmu itu ada sedekah. Sahabat lalu bertanya, Wahai Rasulullah, apakah kita
mendapat pahala dengan menggauli istri kita?. Rasulullah menjawab, Bukankah jika kalian
menyalurkan nafsu di jalan yang haram akan berdosa? Maka begitu juga sebaliknya, bila
disalurkan di jalan yang halal, kalian akan berpahala. (HR. Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu
Khuzaimah)
Jadi Sungguh sangat beruntung bagi yang sudah menikah karena akan mendapat pahala jika
jima dengan suami/istrinya sendiri , beda jika belum menikah jima akan menjadi dosa dan
terkena hukum zina yang merupakan dosa terbesar no.2 setelah dosa sirik. Zina tidak saja akan
mendapatkan dosa tapi juga Penyakit lahir maupun batin yaitu penyakit batin/jiwa (enggan
menikah) dan penyakit lahir berbahaya seperti AIDS yang berbahaya karena belum ada obatnya
yang cespleng sehingga penderitanya seperti tervonis menunggu mati dll.
Menikah sangat banyak kebaikannya yaitu: Menikah sangat dianjurkan Allah & Rasullullah
SAW, menikah akan mendapatkan hak untuk ditolong Allah, dapat memperbaiki akhlak,
meluaskan rezeki, menambah keluhuran/ kehormatan dan yang pasti anda telah berhasil
mengalahkan setan dkk karena orang yang menikah telah berubah menjadi orang yang penuh
dengan pahala dan jika beribadahpun akan berlipat lipat pahalanya dibandingkan ibadahnya
saat membujang
Shalat 2 rakaat yang diamalkan orang yang sudah berkeluarga lebih baik, daripada 70 rakaat
yang diamalkan oleh jejaka (atau perawan) (HR. Ibnu Ady dalam kitab Al Kamil dari Abu
Hurairah)
Sabda Rasulullah saw,Tiga orang yang memiliki hak atas Allah menolong mereka : seorang
yang berjihad di jalan Allah, seorang budak (berada didalam perjanjian antara dirinya dengan
tuannya) yang menginginkan penunaian danseorang menikah yang ingin menjaga
kehormatannya. (HR. Ahmad, Tirmidzi, I bnu Majah dan Hakim dari hadits Abu Hurairoh)
Rasulullah SAW bersabda : Kawinkanlah orang-orang yang masih sendirian diantaramu.
Sesungguhnya, Allah akan memperbaiki akhlak, meluaskan rezeki, dan menambah keluhuran
mereka (Al Hadits).
Jadi jangan sampai ditipu mentah-mentah oleh setan untuk tidak ada keinginan / menunda nikah
dengan lebih menyukai pacaran karena
Sungguh kepala salah seorang diantara kamu ditusuk dengan jarum dari besi lebih baik,
daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya (HR. Thabrani dan Baihaqi)
Rasulullah SAW. bersabda : Seburuk-buruk kalian, adalah yang tidak menikah, dan sehina-
hina mayat kalian, adalah yang tidak menikah (HR. Bukhari).
Jika ada orang yang enggan menikah karena alasan materi seperti penghasilan belum,
tidak ada biaya atau miskin dll renungkanlah firman Allah SWT yang pasti benar dalam
Al Quran S. An Nuur ayat 32:
Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut
(menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan
memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (QS.An Nuur 32) Bagi yang sudah mampu memberi nafkah tapi belummau
menikah simaklah:
Sabda Rasulullah saw.: Wahai kaum pemuda! Barang siapa di antara kamu sekalian
yang sudah mampu memberi nafkah, maka hendaklah ia menikah, karena sesungguhnya
menikah itu lebih dapat menahan pandangan mata dan melindungi kemaluan (alat kelamin).
Dan barang siapa yang belum mampu, maka hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu dapat
menjadi penawar bagi nafsu. (Shahih Muslim No.2485)

Demikianlah untuk dijadikan pengetahuan bagi yang belum menikah

2. Memilih Hari dan Waktu yang baik / sunnah untuk jima
Semua hari baik untuk jima tapi hari yang terbaik untuk jima dan ada keterangannya dalam
hadist adalah hari Jumat sedangkan hari lain yang ada manfaatnya dari hasil penelitian untuk
jima adalah hari Kamis. Sedangkan waktu yang disarankan oleh Allah SWT untuk jima
adalah setelah sholat Isya sampai sebelum sholat subuh dan tengah hari sesuai firman
Allah dam surat An Nuur ayat 58.
Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki,
dan orang-orang yang belum balig diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam
satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah
hari dan sesudah sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu
dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu . Mereka melayani kamu, sebagian
kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat
bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 24:58)
Melihat kondisi diatas maka hari dan waktu terbaik untuk jima adalah : Hari Kamis
Malam setelah Isya dan Hari Jumat sebelum sholat subuh dantengah hari sebelum sholat
jumat. Hal ini didasarkan pada Hadist berikut:
Barang siapa yang menggauli isterinya pada hari Jumat dan mandi janabah serta bergegas
pergi menuju masjid dengan berjalan kaki, tidak berkendaraan, dan setelah dekat dengan Imam
ia mendengarkan khutbah serta tidak menyia-nyiakannya, maka baginya pahala untuk setiap
langkah kakinya seperti pahala amal selama setahun,yaitu pahala puasa dan sholat malam
didalamnya (HR Abu Dawud, An nasai, I bnu Majah dan sanad hadist ini dinyatakan sahih)
Dari Abu Hurairah radliyallhu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
Barangsiapa mandi di hari Jumat seperti mandi janabah, kemudian datang di waktu yang
pertama, ia seperti berkurban seekor unta. Barangsiapa yang datang di waktu yang kedua, maka
ia seperti berkurban seekor sapi. Barangsiapa yang datang di waktu yang ketiga, ia seperti
berkurban seekor kambing gibas. Barangsiapa yang datang di waktu yang keempat, ia seperti
berkurban seekor ayam. Dan barangsiapa yang datang di waktu yang kelima, maka ia seperti
berkurban sebutir telur. Apabila imam telah keluar (dan memulai khutbah), malaikat hadir dan
ikut mendengarkan dzikir (khutbah). (HR. Bukhari no. 881 Muslim no. 850).
Pendapat di atas juga mendapat penguat dari riwayat Aus bin Aus radliyallah anhu yang berkata,
Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa mandi pada
hari Jumat, berangkat lebih awal (ke masjid), berjalan kaki dan tidak berkendaraan, mendekat
kepada imam dan mendengarkan khutbahnya, dan tidak berbuat lagha (sia-sia), maka dari
setiap langkah yang ditempuhnya dia akan mendapatkan pahala puasa dan qiyamulail
setahun. (HR. Abu Dawud no. 1077, Al-Nasai no. 1364, I bnu Majah no. 1077, dan Ahmad
no. 15585 dan sanad hadits ini dinyatakan shahih)
Hasil penelitian di situs berita internet di: Detikhealth Jumat, 15/10/2010 17:58 WIB
Seperti dilansir dari The Sun, Jumat (15/10/2010) Kamis, hari terbaik untuk berhubungan
seksual Berdasarkan penelitian, tingkat energi kortisol alami yang merangsang hormon seks
berada di titik puncak pada hari Kamis. Aturlah jam alarm Anda agar terbangun dan siap untuk
melakukan hubungan seks di pagi hari Kamis. Hari ini adalah ketika hormon seks testosteron
pada pria dan estrogen pada wanita lima kali lebih tinggi dari biasa.
NB: Ada persesuaian antara hari kamis menurut penelitian dengan hari jumat dalam
hadist karena Hari J umat menurut orang islam dimulainya saat Maghrib (hari kamis sore)
dan berakhir pada jumat sore sebelum maghrib
3. Disunahkan mandi sebelum jima
Mandi sebelum jima dan bersikat gigi bertujuan agar memberikan kesegaran dan kenikmatan
saat jima. Mandi akan menambah nikmat jima karena badan akan terasa segar dan
bersih sehingga mengurangi gangguan saat jima. Jangan lupa jika setelah selesai jima dan
masih ingin mengulangi lagi sebaiknya kemaluan dicuci kemudian berwudhu.
Abu Rofi radhiyallahu anhu, ia berkata,Nabi shallallahu alaihi wa sallam pada suatu hari
pernah menggilir istri-istri beliau, beliau mandi tiap kali selesai berhubungan bersama ini dan
ini. Aku bertanya, Ya Rasulullah, bukankah lebih baik engkau cukup sekali mandi saja?
Beliau menjawab, Seperti ini lebih suci dan lebih baik serta lebih bersih. (HR. Abu Daud no.
219 dan Ahmad 6/8. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
4. Sebaiknya sholat sunnah 2 rakaat sebelum jima
Dari Abdullah bin Masud ia berkata: Aku memberi nasehat kepada seorang pria yang hendak
menikahi pemudi yang masih gadis, karena ia takut isterinya akan membencinya jika ia
mendatanginya, yaitu perintahkanlah (diajak) agar ia melaksanakan sholat 2 rakaat
dibelakangmu dan berdoa : Ya Allah berkahilah aku dan keluargaku dan berkahilah mereka
untukku. Ya Allah satukanlah kami sebagaimana telah engkau satukan kami karena kebaikan
dan pisahkanlah kami jika Engkau pisahkan untuk satu kebaikan (HR. I bnu Abi Syaibah dan
Thabrani dngan sanad Sahih
5. Menggunakan parfum yang disukai suami/ isteri sebelum jima
Menggunakan parfum oleh perempuan sebelum jima di sunahkan karena akan lebih lebih
meningkatkan gairah suami isteri sehingga meningkatkan kualitas dalam berhubungan suami
isteri. Hal ini didasarkan pada hadist berikut : Empat macam diantara sunnah-sunnah para
Rasul yaitu : berkasih sayang, memakai wewangian, bersiwak dan menikah (HR. Tirmidzi).
Perempuan manapun yang menggunakan parfum kemudian melewati suatu kaum agar mereka
mencium wanginya maka dia seorang pezina (HR Ahmad, 4/418; shahihul jam: 105)
Perempuan manapun yang memakai parfum kemudian keluar ke masjid (dengan tujuan) agar
wanginya tercium orang lain maka shalatnya tidak diterima sehingga ia mandi sebagaimana
mandi janabat (HR Ahmad2/444, shahihul jam :2073.)
Penggunaan parfum oleh wanita diperbolehkan atau disunatkan tergantung dari tujuannya,
jika tujuannya untuk merangsang suami dalam jima disunahkan tapi jika digunakan untuk
merangsang kaum laki-laki akan berdosa.
6. Berpakaian dan berdandan yang disukai suami / isteri sebelum jima
Seorang isteri sebaiknya berdandan dan memakai pakaian yang disukai suami untuk
menyenangkan dan memudahkan suami berjima. Berpakaian seksi dikamar tidur dimana hanya
suami atau isteri yang melihatnya diperbolehkan dalam islam karena dapat meningkatkan
kualitas hubungan suami isteri (Hadist menyusul)
7. Berdoa meminta perlindungan Allah sebelum Jima :
Berdoa sangat penting sebelum melakukan jima terutama adalah doa memohon perlindungan
kepada Allah terhadap gangguan setan dalam pelaksanaan jima. Berdoa dimulai dengan
mengucapkan:
Bismillah. Allahumma jannabnasyoithona wa jannabisyaithona maa rojaktanaa
Artinya : Dengan nama Allh. Ya Allh, hindarkanlah kami dari syetan dan jagalah apa yang
engkau rizkikan kepada kami dari syetanRasulullah saw. bersabda: Apabila salah seorang
mereka akan menggauli istrinya, hendaklah ia membaca: Bismillah. Ya Allah, jauhkanlah kami
dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami. Sebab jika
ditakdirkan hubungan antara mereka berdua tersebut membuahkan anak, maka setan tidak akan
membahayakan anak itu selamanya. (Shahih Muslim No.2591)

Dari Ibnu Abbas r.a. ia menyampaikan apa yang diterima dari Nabi SAW. Beliau bersabda,
Andaikata seseorang diantara kamu semua mendatangi (menggauli) isterinya,
ucapkanlah, Bismi Allhi, Allhumma J annibn Syaithn wajannibi al-syaithn m
razaqtan. (Dengan nama Allh. Ya Allh, hindarilah kami dari syetan dan jagalah apa yang
engkau rizkikan kepada kami dari syetan. Maka apabila ditakdirkan bahwa mereka berdua
akan mempunyai anak, syetan tidak akan pernah bisa membahayakannya. (HR. Bukhri
Kitab Wudhuk Hadist 141).

Jika jima untuk dengan tujuan mendapatkan anak bisa berdoa sbb :
Ya Allah berilah kami keturunan yang baik, bisa dijadikan pembuka pintu rahmat, sumber
ilmu, hikmah serta pemberi rasa aman bagi umat Amin

B. Adab saat jima
1. Jima dalam ruang tertutup tidak ditempat terbuka
Jima adalah hubungan yang sangat pribadi sehingga jika dilakukan ditempat terbuka (atap langit)
dengan tekhnologi lensa terkini dapat saja hubungan itu terlihat atau direkam oleh karena Jima
ditempat tertutup lebih baik. (Hadist menyusul)
2. Melakukan cumbu rayu saat jima dan bersikap romantis
Islam mengajarkan jima yang disertai dengan pendahuluan ungkapan perasaan kasih sayang
seperti ucapan romantis, ciuman dan cumbu rayu dan tidak mengajarkan langsung hajar tanpa
pendahuluan . Hal ini sesuai dengan: Sabda Rasul Allh SAW: Siapa pun diantara kamu,
janganlah menyamai isterinya seperti seekor hewan bersenggama, tapi hendaklah ia dahului
dengan perentaraan. Selanjutnya, ada yang bertanya: Apakah perantaraan itu ? Rasul Allh
SAW bersabda, yaitu ciuman dan ucapan-ucapan romantis. (HR. Bukhriy dan Muslim).
Rasulullah Shollallohu Alaihi Wasallam. Beliau bersabda, Janganlah salah seorang di antara
kalian menggauli istrinya seperti binatang. Hendaklah ia terlebih dahulu memberikan
pendahuluan, yakni ciuman dan cumbu rayu. (HR. At-Tirmidzi).
Ketika Jabir menikahi seorang janda, Rasulullah bertanya kepadanya, Mengapa engkau tidak
menikahi seorang gadis sehingga kalian bisa saling bercanda ria? yang dapat saling mengigit
bibir denganmu. HR. Bukhari (nomor 5079) dan Muslim(I I :1087)

3. Boleh, memberikan rangsangan dengan meraba, melihat, mencium kemaluan isteri
Suami boleh melihat, meraba, mencium kemaluan isteri begitu juga sebaliknya, meskipun
boleh mencium kemaluan itu lebih baik jika tidak dilakukan karena yang demikian itu
lebih bersih.
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.(QS. 2:223)
Dari Aisyah RA, ia menceritakan, Aku pernah mandi bersama Rasulullah dalam satu
bejana (HR. Bukhari dan Muslim).

4. Menggunakan selimut sebagai penutup saat berjima
Dari Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya (berjima), maka
hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti dua ekor himar. (HR I bnu
Majah)
5. Jima boleh dari mana saja asal tidak lewat jalan belakang (sodomi)
Jima dengan isteri boleh dilakukan darimana arah mana saja dari depan, samping , belakang
( asal tidak sodomi) atau posisi berdiri, telungkup, duduk, berbaring dll
Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah
tempat bercocok-tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki.(QS. 2:223)
Note : Dubur adalah bukan tempat bercocok tanam yang menghasilkan
tanaman (keturunan) tapi tempat pembuangan kotoran
Dari Abi Hurairah Radhiallahuanhu. bahwa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda,
Dilaknat orang yang menyetubuhi wanita di duburnya. (HR Ahmad, Abu Daud dan An-
Nasai)

6. Boleh menggunakan kondom atau dikeluarkan diluar kemaluan isteri (Azl)
Dari Jabir berkata: Kami melakukan azl di masa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam dan
Rasul mendengarnya tetapi tidak melarangnya (HR muslim).
C. Adab setelah jima
1. Tidak langsung meninggalkan suami / isteri setelah jima berdiam diri
(Hadist menyusul)
2. Mencuci kemaluan dan berwudhu jika ingin mengulang Jima
Dari Abu Said, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,Jika salah seorang di
antara kalian mendatangi istrinya, lalu ia ingin mengulangi senggamanya, maka hendaklah ia
berwudhu. (HR. Muslim no. 308)
3. Berdoa setelah Jima (Hadist menyusul)
4. Mandi besar / Mandi janabah setelah jima
Dari Ubai bin Ka`ab bahwasanya ia berkata : Wahai Rasul Allh, apabila ia seorang laki-
laki menyetubuhi isterinya, tetapi tidak mengeluarkan mani, apakah yang diwajibkan olehnya?
Beliau bersabda, Hendaknya dia mencuci bagian-bagian yang berhubungan dengan kemaluan
perempuan, berwudhu dan lalu shalat. Abu `Abd Allh berkata, mandi adalah lebih berhati-
hati dan merupakan peraturan hukum yang terakhir. Namun mengetahui tidak wajibnya mandi
kamu uraikan juga untuk menerangkan adanya perselisihan pendapat antara orang `alim. (HR.
Bukhriy dalam Kitab Shahihnya/Kitab Mandi, hadits ke-290
Hal-hal yang dilarang dalam berhubungan suami isteri jima dalam Islam:
1. Jima saat isteri dalam keadaan haid
Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: Haidh itu adalah kotoran. Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari perempuan di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allh kepadamu. Sesungguhnya Allh menyukai orang-orang
yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri. (QS. Al-Baqarah/2: 222)
2. Jima lewat jalan belakang (sodomi)
Dari Abi Hurairah Radhiallahuanhu. bahwa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda,
Dilaknat orang yang menyetubuhi wanita di duburnya. (HR Ahmad, Abu Daud dan An-
Nasai)
Dari Amru bin Syuaib berkata bahwa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda,
Orang yang menyetubuhi wanita di duburnya sama dengan melakukan liwath (sodomi) kecil..
(HR Ahmad)
3. Jima dengan tidak menggunakan penutup/ telanjang
Dari Atabah bin Abdi As-Sulami bahwa apabila kalian mendatangi istrinya (berjima), maka
hendaklah menggunakan penutup dan janganlah telanjang seperti dua ekor himar. (HR I bnu
Majah)

Zina
1. PENGERTIAN ZINA

Dalam al-Mujamul Wasith hal 403 disebutkan, Zina ialah seseorang bercampur dengan
seorang wanita tanpa melalui akad yang sesuai dengan syari.

2. HUKUM ZINA



Zina adalah haram hukumnya, dan ia termasuk dosa besar yang paling besar.

Allah swt berfirman:

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji
dan suatu jalan yang buruk. (QS al-Israa: 32)

Dari Abdullah bin Masud r.a, ia berkata: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah saw, (Ya
Rasulullah), dosa apa yang paling besar? Jawab Beliau, Yaitu engkau mengangkat tuhan
tandingan bagi Allah, padahal Dialah yang telah menciptakanmu. Lalu saya bertanya (lagi),
Kemudian apa lagi? Jawab Beliau, Engkau membunuh anakmu karena khawatir ia makan
denganmu. Kemudian saya bertanya (lagi). Lalu apa lagi? Jawab Beliau, Engkau berzina
dengan isteri tetanggamu. (Muttafaqun alaih: Fathul Bari XII: 114 No. 6811, Muslim I: 90 No.
86, Aunul Mabud VI: 422 No. 2293 No. Tirmidzi V: 17 No. 3232).

Allah swt berfirman:

Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh
jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak
berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan)
dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal
dalam azab itu, dalam keadaan terhina. Kecuali orang-orang yang bertaubat, beriman dan
mengerjakan amal saleh; Maka itu kejahatan mereka diganti Allah dengan kebajikan. dan adalah
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS Al-Furqaan: 68-70).

Dalam hadist Sumarah bin Jundab yang panjang tentang mimpi Nabi saw, Beliau saw bersabda:

Kemudian kami berjalan dan sampai kepada suatu bangunan serupa tungku api dan di situ
kedengaran suara hiruk-pikuk. Lalu kami tengok ke dalam, ternyata di situ ada beberapa laki-laki
dan perempuan yang telanjang bulat. Dari bawah mereka datang kobaran api dan apabila kena
nyala api itu, mereka memekik. Aku bertanya, Siapakah orang itu Jawabnya, Adapun
sejumlah laki-laki dan perempuan yang telanjang bulat yang berada di dalam bangunan serupa
tungku api itu adalah para pezina laki-laki dan perempuan. (Shahih: Shahihul Jamius Shaghir
no: 3462 dan Fathul Bari XII: 438 no: 7047).

Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah seorang hamba berzina tatkala
ia sebagai seorang mumin; dan tidaklah ia mencuri, manakala tatkala ia mencuri sebagai
seorang beriman; dan tidaklah ia meneguk arak ketikaia meneguknya sebagai seorang beriman;
dan tidaklah ia membunuh (orang tak berdosa), manakala ia membunuh sebagai seorang
beriman.

Dalam lanjutan riwayat di atas disebutkan:

Ikrimah berkata, Saya bertanya kepada Ibnu Abbas, Bagaimana cara tercabutnya iman
darinya? Jawab Ibnu Abbas: Begini ia mencengkeram tangan kanan pada tangan kirinya dan
sebaliknya, kemudian ia melepas lagi, lalu manakala dia bertaubat, maka iman kembali (lagi)
kepadanya begini ia mencengkeramkan tangan kanan pada tangan kirinya (lagi) dan sebaliknya-
. (Shahih: Shahihul Jamius Shaghir no: 7708, Fathul Bari XII: 114 no: 6809 dan Nasai VIII:
63).

3. KLASIFIKASI ORANG BERZINA

Orang yang berzina adakalanya bikr atau ghairu muhshan (Perawan atau lajang (untuk
perempuan) dan perjaka atau bujang (untuk laki-laki)), atau adakalanya muhshan (orang yang
sudah beristeri atau bersuami).

Jika yang berzina adalah orang merdeka, muhshan, mukallaf dan tanpa paksaan dari siapa pun,
maka hukumannya adalah harus dirajam hingga mati.

Muhshan ialah orang yang pernah melakukan jima melalui akad nikah yang shahih. Sedangkan
mukallaf ialah orang yang sudah mencapai usia akil baligh. Oleh sebab itu, anak dan orang gila
tidak usah dijatuhi hukuman. Berdasarkan hadist RUFIAL QALAM AN TSALATSATIN
(=diangkat pena dari tiga golongan).

Dari Jabir bin Abdullah al-Anshari ra bahwa ada seorang laki-laki dari daerah Aslam datang
kepada Nabi saw lalu mengatakan kepada Beliau bahwa dirinya benar-benar telah berzina, lantas
ia mepersaksikan atas dirinya (dengan mengucapkan) empat kali sumpah. Maka kemudian
Rasulullah saw menyuruh (para sahabat agar mempersiapkannya untuk dirajam), lalu setelah siap,
dirajam. Dan ia adalah orang yang sudah pernah nikah. (Shahih: Shahih Abu Daud no: 3725,
Tirmidzi II: 441 no: 1454 dan Aunul Mabud XII: 112 no: 4407).

Dari Ibnu Abbas r.a bahwa Umar bin Khattab ra pernah berkhutbah di hadapan rakyatnya, yaitu
dia berkata, Sesungguhnya Allah telah mengutus Muhammad saw dengan cara yang haq dan
Dia telah menurunkan kepadanya kitab al-Quran. Di antara ayat Quran yang diturunkan Allah
ialah ayat rajam, kami telah membacanya, merenungkannya dan menghafalkannya. Rasulullah
saw pernah merajam dan kami pun sepeninggal Beliau merajam (juga). Saya khawatir jika
zaman yang dilalui orang-orang sudah berjalan lama, ada seseorang mengatakan, Wallahi, kami
tidak menjumpai ayat rajam dalam Kitabullah. Sehingga mereka tersesat disebabkan
meninggalkan kewajiban yang diturunkan Allah itu, padahal ayat rajam termaktub dalam
Kitabullah yang mesti dikenakan kepada orang yang berzina yang sudah pernah menikah, baik
laki-laki maupun perempuan, jika bukti sudah jelas, atau hamil atau ada pengakuan.
(Mutafaqun alaih: Fathul Bari XII: 144 no: 6830, Muslim III: 1317 no 1691, Aunul Mabud
XII: 97 no: 4395, Tirmidzi II: 442 no: 1456).

4. HUKUMAN BUDAK YANG BERZINA

Apabila yang berzina adalah budak laki-laki ataupun perempuan, maka tidak perlu dirajam.
Tetapi cukup didera sebanyak lima puluh kali deraan, sebagaimana yang ditegaskan firman Allah
swt:

Dan apabila mereka Telah menjaga diri dengan kimpoi, Kemudian mereka melakukan
perbuatan yang keji (zina), Maka atas mereka separo hukuman dari hukuman wanita-wanita
merdeka yang bersuami. (QS An-Nisaa: 25)

Dari Abdullah bin Ayyasy al-Makhzumi, ia berkata, Saya pernah diperintah Umar bin Khattab
ra (melaksanakan hukum cambuk) pada sejumlah budak perempuan karena berzina, lima puluh
kali, lima puluh kali cambukan. (Hasan: Irwa-ul Ghalil no: 2345, Muwaththa Malik hal 594 no:
1058 dan Baihaqi VIII: 242)

5. ORANG YANG DIPAKSA BERZINA TIDAK BOLEH DIDERA

Dari Abu Abdurahhman as-Silmi ia berkata: Umar bin Khatab ra pernah dibawakan seorang
perempuan yang pernah ditimpa haus dahaga luar biasa, lalu ia melewati seorang penggembala,
lantas ia minta air minum kepadanya. Sang penggembala enggan memberikan air minum, kecuali
ia menyerahkan kehormatannya kepada seorang penggembala. Kemudian terpaksa ia
melaksanakannya. Maka (Umar) pun bermusyawarah dengan para sahabat untuk merajam
perempuan itu, kemudian Ali ra menyatakan, Ini dalam kondisi darurat, maka saya berpendapat
hendaklah engkau melepaskannya. Kemudian Umar melaksanakannya. (Shahih: Irwa-ul Ghalil
no: 2313 dan Baihaqi VIII: 236).

6. HUKUMAN BIKR (PERAWAN ATAU PERJAKA) YANG BERZINA

Allah swt berfirman:
Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari
keduanya seratus dali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk
(menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah
(pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman. (QS
An-Nuur: 2).

Dari Zaid bin Khalid-al-Juhanni ra, ia berkata, Saya pernah mendengar Nabi saw mnyuruh
orang yang berzina yang belum pernah kimpoi didera seratus kali dan diasingkan selama
setahun. (Shahih: Irwa-ul Ghalil no: 2347 dan Fathul Bari XII: 156 no: 6831)

Dari Ubadah bin Shamit ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Ambillah dariku, ambillah dariku;
sungguh Allah telah menjadikan jalan (keluar) untuk mereka; gadis (berzina) dengan jejaka
dicambuk seratus kali cambukan dan diasingkan setahun, dan duda berzina dengan janda didera
seratus kali didera dan dirajam. (Shahih: Mukthashar Muslim no: 1036, Muslim III: 1316 no:
1690, Aunul Mabud XII: 93 no: 4392, Tirmidzi II: 445 no: 1461 dan Ibnu Majah II: 852 no:
2550).

7. DENGAN APA HUKUM HAD SAH DILAKSANAKAN?
Hukum had dianggap sah dilaksanakan dengan dua hal: pertama, pengakuan dan kedua,
disaksikan oleh para saksi. (Fiqhus Sunnah III: 352).

Adapun pengakuan, didasarkan pada waktu Rasulullah saw yang pernah merajam Maiz dan
perempuan al-Ghamidiyah yang keduanya mengaku telah berzina:

Dari Ibnu Abbas ra. berkata, Tatkala Maiz bin Malik dibawa kepada Nabi saw, maka Beliau
bertanya kepadanya, Barangkali engkau hanya mencium(nya) atau meraba(nya) dengan
tanganmu atau sekedar melihat(nya)? Jawabnya, Tidak, ya Rasulullah. Tanya Beliau (lagi),
Apakah engkau telah melakukan sesuatu yang tidak layak diutarakan dengan terus terang?
Maka ketika itu, Beliau menyuruh merajamnya. (Shahih: Shahih Abu Daud no: 3724, Fathul
Bari XII: 135 no: 6824 dan Aunul Mabud XII: 109 no: 4404)

Dari Sulaiman bin Buraidah dari bapaknya ra bahwa seorang perempuan dari daerah Ghamid
dari suku al-Azd datang kepada Nabi saw lalu mengatakan, Ya Rasulullah, sucikanlah diriku!
Maka sabda Beliau, Celaka kamu. Kembalilah, lalu beristighfarlah dan bertaubatlah kepada-
Nya! Kemudian ia berkata (lagi), Saya melihat engkau hendak menolakku, sebagaimana
engkau telah menolak Maiz bin Malik. Beliau bertanya kepadanya, Apa itu? Jawabnya,
Sesungguhnya saya telah hamil karena berzina. Tanya Beliau. Kamu? Jawabnya, Ya.
Maka sabda Beliau kepadanya, (Pulanglah) hingga engkau melahirkan (bayi) yang di perutmu.
Kemudian ada seseorang sahabat dari kawan Anshar yang mengurusnya hingga ia melahirkan
bayinya, lalu ia data kepda Nabi saw dan menginformasikan kepada Beliau bahwa perempuan al-
Ghamidiyah itu telah melahirkan. Maka beliau bersabda, Kalau begitu, kami tidak akan segera
merajamnya dan kami tidak akan biarkan anaknya yang masih kecil, tidak ada yang
menyusuinya. Kemudian ada seorang sahabat Anshar bangun lantas berkata, Ya Nabiyullah,
saya akan menanggung penyusuannya. Kemudian Beliau pun merajamnya. (Shahih:
Mukhtashar Muslim no: 1039, Muslim III: 1321 no: 1695).

Jika yang bersangkutan ternyata meralat pengakuannya, maka tidak boleh dijatuhi hukuman. Hal
ini merujuk pada hadist Nuaim bin Huzzal:

Adalah Maiz bin Balik seorang anak yatim yang dulu berada di bawah asuhan ayahku (yaitu
Huzzal), kemudian ia pernah berzina dengan seorang budak perempuan dari suatu kampung
sampai pada perkataannya Kemudian Nabi Saw menyuruh agar Maiz dirajam. Lalu
dikeluarkanlah Ma'iz ke Padang Pasir. Tatkala dirajam, ia merasakan sakitnya lemparan batu
yang menimpa dirinya, kemudian bersedih hati, lalu ia melarikan diri dengan cepat, lantas
bertemu dengan Abdullah bin Unais. Para sahabatnya tidak mampu (menahannya). Kemudian
Abdullah bin Unais mencabut tulang betis unta, lalu dilemparkan kepadanya hingga ia
meninggal dunia. Kemudian Abdullah bin Unais datang menemui Nabi saw lalu melaporkan
kasus tersebut kepadanya, maka Rasulullah berkata kepadanya, Mengapa kamu tidak biarkan ia,
barangkali ia bertaubat lalu Allah menerima taubatnya. (Shahih: Shahih Abu Daud no. 3716,
Aunul Mabud XII: 99 no: 4396)

8. HUKUM ORANG YANG MENGAKU PERNAH BERZINA DENGAN SI FULANAH

Apabila seseorang mengaku bahwa dirinya telah berzina dengan fulanah, maka laki-laki yang
mengaku tersebut harus dijatuhi hukuman. Kemudian jika si perempuan, rekan kencannya,
mengaku juga, maka ia harus dijatuhi hukuman juga. Jika ternyata si perempuan tidak mau
mengakui, maka ia (si perempuan) tidak boleh dijatuhi hukuman.

Dari Abu Hurairah dan Zaid bin Khalid ra bahwa ada dua orang laki-laki yang saling
bermusuhan datang kepada nabi saw lalu seorang di antara keduanya menyatakan, Ya
Rasulullah, putuskanlah di antara kami dengan Kitabullah! Yang satunya lagi --yang paling
mengerti di antara mereka berdua-- berkata, Betul, ya Rasulullah, putuskanlah di antara kami
dengan Kitabullah, dan izinkanlah saya untuk mengutarakan sesuatu kepadamu. Jawab Beliau,
"Silakan utarakan!" Ia melanjutkan pengutaraannya, Sesungguhnya anakku ini adalah seorang
pekerja yang diberi upah oleh orang ini, lalu ia pun berzina dengan isterinya. Lalu orang-orang
menjelaskan kepadaku bahwa anaku harus dirajam. Oleh sebab itu, saya telah menebusnya
dengan memberikan seratus ekor kambing dan seorang budak wanitaku. Kemudian saya pernah
bertanya kepada orang-orang alim, lalu mereka menjelaskan kepadaku bahwa anakku harus
didera seratus kali dan diasingkan selama setahun lamanya. Sedangkan rajam hanya ditimpahkan
kepada isteri ini. Maka Rasulullah saw bersabda, Demi Dzat yang jiwaku berada dalam
genggamannya, saya akan benar-benar memutuskan di antara kalian berdua dengan Kitabullah;
adapun kambing dan budak perempuanmu itu maka dikembalikan (lagi) kepadamu. Beliau pun
mendera anaknya seratus kali dan mengasingkannya selama setahun. Dan Beliau juga menyuruh
Unais al-Aslam agar menemui isteri orang pertama itu; jika ia mengaku telah berzina
dengananak itu, maka harus dirajam. Ternyata ia mengaku, lalu dirajam oleh Beliau.
(Muttafaqun alaih: Fathul Bari XII: 136 no: 6827-6828, Muslim III: 1324 no: 1697-1698,
Aunul Mabud XII: 128 no: 4421, Tirmidzi II: 443 no: 145, Ibnu Majah II: 852 no: 2549 dan
Nasai VIII: 240).

9. HUKUM HAD HARUS DILAKSANAKAN BILA SAKSINYA KUAT

Allah swt berfirman:
Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik (berbuat zina) dan mereka tidak
mendatangkan empat orang saksi, Maka deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali
dera, dan janganlah kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. dan mereka Itulah
orang-orang yang fasik. (QS An-Nuur: 4)

Apabila ada empat laki-laki muslim yang merdeka lagi adil menyaksikan dzakar (penis) si fulan
masuk ke dalam farji (vagina) si fulanah seperti pengoles celak mata masuk ke dalam botol
tempat celak, dan seperti timba masuk ke dalam sumur, maka kedua-duanya harus dijatuhi
hukuman.

Manakalah tiga saja yang mengaku menyaksikan, sedang yang keempat justru mengundurkan
diri dari kesaksian mereka, maka yang tiga orang itu harus didera dengan dera tuduhan
sebagimana yang telah dipaparkan ayat empat An-Nuur itu, dan berdasarkan riwayat berikut:

Dari Qasamah bin Zuhair, ia bercerita: Tatkala antara Abu Bakrah dengan al-Mughirah ada
permasalahan tuduhan zina yang dilaporkan kepada Umar ra maka kemudian Umar minta
didatangkan saksi-saksinya, lalu Abu Bakrah, Syibl bin Mabad, dan Abu Abdillah Nafi
memberikan kesaksiannya. Maka Umar ra pada waktu mereka bertiga usai memberikan
kesaksiannya, berkata, "Permasalah Abu Bakrah ini membuat Umar berada dalam posisi yang
sulit." Tatkala Ziyad datang, dia berkata, "(Hai Ziyad), jika engkau berani memberikan kesaksian,
maka insya Allah tuduhan zina itu benar." Maka kata Ziyad, "Adapun perbuatan zina, maka aku
tidak menyaksikan dia berzina. Namun aku melihat sesuatu yang buruk." Makakata Umar,
Allahu Akbar, hukumlah mereka. Kemudian sejumlah sahabat mendera mereka bertiga.
Kemudian Abu Bakrah seusai dicambuk oleh Umar menyatakan, (Hai Umar), saya bersaksi
bahwa sesungguhnya dia (al-Mughirah) berzina. Kemudian, segera Umar ra hendak
menderanya lagi, namun dicegah oleh Ali ra seraya berkata kepada Umar, Jika engkau
menderanya lagi, maka rajamlah rekanmu itu. Maka Umar pun membatalkan niatnya dan tidak
menderanya lagi. (Sanadnya Shahih: Irwa-ul Ghalil VIII: 29 dan Baihaqi VIII: 334).

10. HUKUM ORANG BERZINA DENGAN MAHRAMNYA

Barangsiapa yang berzina dengan mahramnya, maka hukumnya adalah dibunuh, baik ia sudah
pernah nikah ataupun belum. Dan apabila ia telah mengawini mahramnya, maka hukumannya ia
harus dibunuh dan hartanya harus diserahkan kepada pemerintah.

Dari al-Bara ra, ia bertutur, Saya pernah berjumpa dengan pamanku yang sedang membawa
pedang, lalu saya tanya, (Wahai Pamanda), Paman hendak kemana? jawabnya, Saya diutus
oleh Rasulullah saw menemui seorang laki-laki yang telah mengawini isteri bapaknya sesudah ia
meninggal dunia, agar saya menebas batang lehernya dan menyita harta bendanya. (Shahih:
Irwa-ul Ghalil no: 2351, Shahih Ibnu Majah no: 2111, 'Aunul Ma'bud XII: 147 no: 4433, Nasai
VI: 110, namun dalam Sunan Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah tanpa lafazh "menyita harta
bendanya." Tirmidzi II: 407 no: 1373 dan Ibnu Majah II: 869 no: 2607).

11. HUKUM ORANG YANG MENYETUBUHI BINATANG

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda, Barangsiapa yang menyetubui binatang
ternak, maka hendaklah kamu bunuh dia dan bunuh (pula) binantang itu. (Hasan Shahih: Shahih
Tirmidzi no: 1176, Tirmidzi III: 1479, 'Aunul Ma'bud XII: 157 no: 4440, Ibnu Majah II: 856 no:
2564)

12. HUKUMAN ORANG YANG MELAKUKAN LIWATH, HOMOSEKSUAL

Apabila seorang laki-laki memasukkan penisnya ke dalam dubur laki-laki yang lain, maka
hukumannya adalah dibunuh, baik keduanya sudah pernah menikah taupun belum.

Dari Ibnu Abbas ra bahwa Rasulullah saw bersabda: Siapa saja yang kalian jumpai melakukan
perbuatan kaum (Nabi) Luth, maka bunuhlah fail (pelakunya) dan mafulbih (korbannya).
(Shahih: Shahih Ibnu Majah no: 2075, Tirmidzi III: 8 no: 1481, Aunul Mabud XII: 153 no:
4438, Ibnu Majah II: 856 no: 2561).


KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) mengenai PMS

Berikut ini materi KIE yang dapat diberikan kepada masyarakat :
IMS tidak dapat dicegah dengan :
Meminum minuman beralkohol seperti bir dan lain-lain.
Meminum antibiotik seperti supertetra, penisilin dan lain-lain, sebelum atau sesudah
berhubungan seks, tidak ada satu obat pun yang ampuh untuk membunuh semua jenis
kuman IMS secara bersamaan (kita tidak tahu jenis IMS mana yang masuk ke tubuh kita).
Semakin sering meminum obat-obatan secara sembarangan malah akan semakin
menyulitkan penyembuhan IMS karena kumannya menjadi kebal terhadap obat.
Mendapatkan suntikan antibiotik secara teratur, pencegahan penyakit hanya dapat
dilakukan oleh antibodi di dalam tubuh kita.
Memilih pasangan seks berdasarkan penampilan luar (misalnya, yang berkulit putih
bersih) atau berdasarkan usia (misalnya, yang masih muda), anak kecil pun dapat terkena
dan mengidap bibit IMS, karena penyakit tidak membeda-bedakan usia dan tidak
pandang bulu.
Membersihkan/mencuci alat kelamin bagian luar (dengan cuka, air soda, alkohol, air jahe,
dll) dan bagian dalam (dengan odol, betadine atau jamu) segera setelah berhubungan seks.
Penanganan IMS yang Benar
1. Segera pergi ke dokter untuk diobati
Jangan mengobati IMS sendiri tanpa mengetahui penyakit apa yang menyerang kita
(jenis IMS sangat banyak dan ada kemungkinan terjadi komplikasi), dibutuhkan tes untuk
memastikan IMS yang diderita.
Jangan minum obat sembarangan. Obat IMS berbeda-beda, tergantung jenis IMS yang
diderita
Jangan pergi berobat ke dukun atau tukang obat. Hanya dokter yang tahu persis
kebutuhan obat untuk IMS yang diderita. Penggunaan herbal bisa dilakukan (sebaiknya)
jika ada yang mengawasi/penanggungjawab.
2. Ikuti saran dokter
Jangan menghentikan minum obat yang diberikan dokter meskipun sakit dan gejalanya sudah
hilang. Jika tidak diobati dengan tuntas (obat dikonsumsi sampai habis sesuai anjuran
dokter) , maka kuman penyebab IMS akan kebal terhadap obat-obatan.
3. Jangan berhubungan seks selama dalam pengobatan IMS
Hal ini berisiko menularkan IMS yang diderita kepada pasangan seks Anda.
4. Jangan hanya berobat sendiri saja tanpa melibatkan pasangan seks (khususnya pasangan sah)
Pasangan seksual Anda juga harus diperiksa dan berobat ke dokter. Jika tidak, IMS yang diderita
akan ulang-alik dari kita ke pasangan kita, kemudian dari pasangan kita ke kita dan seterusnya.
Kedua belah pihak harus disembuhkan agar tidak saling menulari kembali.
Pencegahan IMS
Pencegahan penyebarluasan IMS hanya dapat dilakukan dengan cara :
1. Anda jauhi seks, tidak melakukan hubungan seks (abstinensi), atau
2. Bersikap saling setia, tidak berganti-ganti pasangan seks (monogami) dan saling setia,
atau
3. Cegah dengan memakai kondom, tidak melakukan hubungan seks berisiko (harus selalu
menggunakan kondom).
4. Tidak saling meminjamkan pisau cukur dan gunting kuku.
5. Edukasi, embuskan informasi mengenai HIV/AIDS dan IMS kepada kawan-kawan Anda.


DAFTAR PUSTAKA
'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi
Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah),
hlm 820 834
Seks bebas undercover (Halaman 25-31), Penulis Asy-Syaikh Jamal Bin Abdurrahman Ismail dan dr.Ahmad
Nida, Penerjemah Syuhada abu Syakir Al-Iskandar As-Salafi, Editor Medis dr.Abu Hana, Penerbit Toobagus
Publishing, Bandung
Tim Field Lab. 2009. Penyuluhan Kesehatan: Penyakit Menular Seksualitas (PMS). Surakarta: FK UNS.

Anda mungkin juga menyukai