Anda di halaman 1dari 11

3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Klasifikasi Kucing
Kucing sama halnya dengan felis lain mempunyai anatomi yaitu tekstur
tulang yang kuat, fleksibel, kuku yang tajam dan gigi yang diadaptasikan umtuk
membunuh jenis hewan kecil lainnya. Taksonomi kucing adalah sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Karnivora
Family : Felidae
Genus : Felis
Spesies : Felis silveris

2.2 Nematoda pada Kucing
Kelas nematoda merupakan kelas yang memiliki spesies terbesar diantara
kelas cacing parasit lain. Cacing yang berasal dari kelas nematoda mempunyai
cirri khas yaitu berbentuk silindrik (gilig), memanjang dan bilateral simetris.
Cacing kelas nematoda yang dapat menyerang kucing salah satunya adalah
Toxocara cati menyerupai kepala ular kobra.

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Toxocara cati
A. Klasifikasi T. cati
Klasifikasi Toxocara cati, sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
4

Ordo : Ascaridida
Family : Toxocaridae
Genus : Toxocara
Spesies : Toxocara cati

B. Morfologi T. cati
Toxocara cati berjenis kelamin jantan berukuran antara 2,5 7,8 cm,
sedangkan betina berukuran 2,5 14 cm. T. cati berbentuk sayap yang lebih lebar,
sehingga kepalanya menyerupai kepala ular kobra. Bentuk ekor T. canis dan T.
cati hampir sama, untuk yang berjenis kelamin jantan ekornya berbentuk seperti
tangan dan dengan jari yang sedang menunjuk (digitiform), sedangkan untuk yang
berjenis kelamin betina bentuk ekornya bulat meruncing (Srisari Gandahusada,
1998).
Telurnya mirip Ascaris lumbricoides, tetapi bentuknya bulat, telur
berukuran 65 75 mikron. Cacing ini terdapat pada usus halus. Manusia terinfeksi
secara kebetulan dangan menelan telur infektif. Apabila telur menetas, larva
dalam usus tidak bisa menjadi dewasa dan larva mengembara pada alat alat
viseral. (Srisari Gandahusada, 1998).

Telur Toxocara canis Telur Toxocara cati Telur Toxocara vitulorum
Gambar 1. Telur Toxocara sp
5

2.2.2. Etiologi T. cati
Toxocara cati berpredileksi di dalam usus halus kucing. Cacing jantan
panjangnya 3 7 cm, spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina
panjangnya 4 12 cm. Telur berukuran 65 75 mikron. Kucing jantan dan anak
kucing bertindak sebagai hospes definitif dari T. cati (Hubner et al., 2001). Telur
infektif di keluarkan bersama feses. Feses yang mengandung Toxocara sp jatuh di
tanah dengan temperatur 10 35 C dan kelembaban 85 % serta kondisi yang
optimal maka dalam waktu paling sedikit 5 hari akan berkembang menjadi telur
infektif yang mengandung embrio (Levine, 1994).

2.2.3 Epidemiologi T. cati
Infeksi Toxocara cati tidak terbatas untuk anak kucing, pada sebuah
survei, 23 dari 27 kucing yang terinfeksi pada usia 2 minggu, dan 10 dari 27
kucing terinfeksi saat berumur 3 tahun atau lebih. Singkatnya semua umur dapat
terkena (http://www.Toxocara.html).

2.2.4 Siklus hidup T. cati
Toxocara cati memiliki siklus hidup yang kompleks dan sangat efektif.
a. Ingesti telur (infeksi langsung)
Setelah kucing memakan telurnya infektif yang mengandung
larva stadium kedua, telur menetas dan larva stadium ketiga memasuki
dinding usus halus. Larva bermigrasi melalui sistema sirkulasi dan
dapat menuju ke sistema respirasi atau organ dan jaringan lain dalam
tubuh. Jika memasuki jaringan tubuh, mereka dapat mengkista (dilapisi
6

dinding dan inaktif). Larva tersebut dapat tetap mengkista dalam
jaringan berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Ini adalah pola migrasi
yang lebih umum terlihat pada kucing dewasa. Pada kucing yang sangat
muda, larva bergerak dari sirkulasi ke sistema respirasi, dibatukkan dan
memasuki saluran digesti lagi. Larva kemudian menjadi cacing dewasa.
Cacing betina dewasa bertelur, telur dikeluarkan lewat feses. Telur tetap
ada di lingkungan dalam waktu 10 14 hari sampai menjadi infektif
(http://dr-agna.livejourenal.com/3275.html).
b. Ingesti hospes paratenik
Jika kucing menelan hospes paratenik seperti tikus, cacing tanah
atau kumbang yang memiliki larva yang mengkista, migrasi mirip
dengan ingesti telur berlarva. Larva dilepaskan dari hospes paratenik
saat termakan dan dicerna. Larva memasuki sirkulasi, mengadakan
migrasi ke organ, misalnya sistem respirasi (http://dr-agna.
livejourenal.com/ 3275.html).
c. Larva melalui air susu
Selama periode perinatal, larva dormant (stadium 1) yang ada di
tubuh induk dapat mulai bermigrasi ke glandula mammae, berubah
menjadi larva stadium lalu ke dalam air susu. Anak kucing dapat
terinfeksi melalui air susu. Larva yang tertelan menjadi larva stadium
ketiga dan keempat, dan selanjutnya menjadi dewasa dalam usus anak
kucing. Jika larva dikeluarkan melalui feses anak kucing sebelum larva
tersebut dewasa, larva tersebut dapat menginfeksi induk saat menjilati
anaknya. Sekitar 4 minggu setelah kucing memakan telur infektif,
7

cacing telah dewasa dalam usus, dan telur dikeluarkan lagi (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).

Gambar 2. Siklus Hidup Toxocara cati

Perbedaan mendasar antara ketiga spesies (T. vitulorum, T. cati, dan T.
canis) selain pada hospes definitifnya, juga ada pada siklus hidupnya, dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan Spesies Toxocara sp
Telur,
dengan jalan
ingesti
Larva,
melalui
air susu
Larva,
melalui
plasenta
Larva, dengan
jalan ingesta
hospes paratenik
atau intermedier
T. vitulorum X X
T. cati X X X
T. canis X X X X

8

Dari tabel 1. dapat terlihat, T. canis memiliki satu cara infeksi yang tidak
terjadi pada T. cati, yaitu infeksi pada anak anjing antenatal melalui plasenta
(intrauteri). (http://dr-agna.livejourenal.com/3275.html).

2.2.5 Patogenesis T. cati
Dalam usus, cacing dewasa mengambil nutrisi dari hospes definitifnya
dengan menyebabkan kelukaan dinding usus dan mengambil nutrisi dari sirkulasi.
Berdasarkan siklus hidupnya, larva menyebabkan penyakit dengan fase migrasi
yang meninggalkan lesi pada organ dan jaringan yang dilalui. Keparahannya
bergantung kepada jumlah, baik pada cacing dewasa maupun larva. Perjalanan
larva infektif T. cati melalui jaringan paru-paru dan hati dapat menyebabkan
terjadinya edema pada kedua organ tersebut. Paru-paru yang mengalami edema
mengakibatkan batuk, dipsnoe, selesma, dengan eksudat yang berbusa dan kadang
mengandung darah. Perjalanan larva lewat lambung, pada yang berat
menyebabkan distensi lambung, diikuti oleh muntah, dan mungkin disertai
keluarnya cacing yang belum dewasa didalam bahan yang dimuntahkan (vomitus)
(http://www.catlovers.com/index.html).

2.2.6 Toxocara cati zoonosis pada manusia
Yang beresiko terhadap toxocariasis adalah anak-anak dan pemilik kucing.
a. Ocular Larva Migrans (OLM)
OLM terjadi saat larva memasuki mata, menyebabkan
inflamasi dan pembentukan jaringan ikat pada retina. Setiap
tahunnya lebih dari 700 orang terinfeksi toxocara mengalami
9

penglihatan permanen karena OLM. Kelukaan pada mata karena
migrasi larva kedalam posterior chamber bola mata, menyebabkan
granulomatous renitis, perlekatan retina, kehilangan daya lihat, atau
pada kasus berat kebutaan permanen. (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
b. Visceral Larva Migrans (VLM)
Infeksi berat atau berulang, meskipun jarang dapat
menyebabkan VLM, pembengkakan organ tubuh atau sistem syaraf
pusat. Organ yang dapat terserang antara lain hati, paru-paru, ginjal,
dan otak. Gejala VLM yang disebabkan perpindahan larva cacaing
dalam tubuh antara lain: demam, batuk, asma, atau pneumonia
(Levine, Norman D. 1994).
Pada banyak kasus, infeksi toxocara tidak serius, dan banyak
orang, terutama orang dewasa yang terinfeksi larva dalam jumlah
sedikit, dapat tidak menimbulkan gejala. Kasus parah yang jarang
tetapi lebih dapat terjadi pada anak-anak, yang selalu bermain di
tempat kotor atau memakan tanah yang terkontaminasi kotoran
kucing. Cara masuknya melalui telur toxsocara dalam tanah yang
terkontaminasi. OLM biasanya terjadi pad anak-anak umur 7 8
tahun, dan VLM pada anak umur 1 4 tahun. Alasan perbedaan
umur ini belum diketahui (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).


10

2.2.7 Gejala Klinis T. cati
Berdasarkan pada siklus hidup, gejala klinis yang muncul pada kucing
mencakup gejala yang muncul karena migrasi larva dan gejala klinis yang muncul
karena cacing dewasa. Gejala klinis yang muncul juga tergantung kepada
seberapa berat infestasi parasit, yang bergantung kepada jumlahnya. Gejala klinis
dapat mencakup pembesaran abdomen, kegagalan pertumbuhan, muntah dan
diare. Infeksi dalam jumlah sedikit dapat menghasilkan jumlah telur yang sedikit
pula dalam feses, karena itu diagnosis akurat membutuhkan prosedur uji
pengapungan telur. (http://medicastore.com/penyakit/220/toksokariasis.html).
Hewan yang mengalami infestasi cacing yang berat dapat menunjukkan
gejala kekurusan, bulu kusam, perbesaran perut (pot-belly), juga gangguan usus
yang antara lain ditandai dengan sakit perut (kolik). Obstruksi usus baik parsial
maupun total, dan dalam keadaan ekstrim terjadi perforasi usus hingga tampak
gejala peritonitis. Pada beberapa kasus bisa menunjukkan anemia, muntah, diare
atau konstipasi. Pada kasus yang sangat berat tapi jarang terjadi, bisa terdapat
obstruksi usus. Gejala batuk dapat teramati sebagai akibat adanya migrasi
melalaui sistema respirasi. Pada hewan muda, migrasi larva dapat berakibat
pneumonia.
Adanya cacing yang banyak menyebabkan penurunan bahan makanan
yang diserap, hingga terjadi hipoalbuninemia, yang selanjutnya menyebabkan
kekurusan dengan busung perut (asites). Perut memperlihatkan pembesaran dan
tampak menggantung. (http://medicastore.com/penyakit/220/toksokariasis.html).


11

2.2.8 Diagnosa T. cati
Anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksan laboratorium (darah dan
feses) digunakan untuk mendiangnosa toxocariasi. Telur Toxocara sp., berbentuk
bulat kecoklatan, permukaannya berbintik-bintik dan dinding luarnya sangat tebal.
Pemeriksaan feses dengan uji apung merupakan metode untuk mendeteksi adanya
infeksi cacing (Hendrix, 1995).
Pemeriksaan tinja adalah yang paling umum dilakukan, selain itu juga
diikuti pemeriksaan patologi anatomi dan klinik. Diagnosa cacingan kadang-
kadang tidak selalu didasarkan ditemukannya telur atau larva cacing didalam
pemeriksaan tinja, baik secara visual, natif, metode apung atau pemeriksaan
endapan. Riwayat cattery tempat penderita tumbuh sering dapat digunakan
sebagai pegangan dalam penentuan diagnosis antara lain batuk, pilek, anoreksia,
kadang-kadang diare, perut membesar dan menggantung, dan bahkan konvulsi
merupakan petunjuk kuat dalam menentukan diagnosa. Diagnosa pascamati
penting untuk menegakkan diagnosis. Cacing toxocara yang belum dewasa dapat
ditemukan didalam mukosa usus. Untuk hewan dewasa diagnosisnya lebih
mudah. Pemeriksaan feses untuk menemukan telur Toxocara cati pada feses
menggunakan prosedur pengapungan telur. (http://dr-
agna.livejourenal.com/3275.html).
Pemeriksaan patologi anatomi dalam pemeriksaan pasca mati jaringan
tampak anemis dan hidramis. Hati tampak pucat, membesar dengan beberapa
bagian mengalami pendarahan titik atau echymose. Paru-paru tampak pucat,
jantung membesar, pucat, dengan kemungkinan terjadinya hidropericardium.
Saluran pencernaan pucat dengan beberapa tempat terjadi pendarahan titik.
12

Rongga perut berisi cairan transudat. Cacing dewasa ditemukan dalam lumen
usus. Mukosa usus mengalami radang eosinofilik bersifat lokal (http://dr-agna.
livejourenal.com/3275.html).
Pemeriksaan patologi klinik Perubahan patologi klinik yang ditemukan
meliputi lekositosis, eosinofilia, hipoalbuminemia, kadar -globulin yang sangat
meningkat serta adanya kenaikan serum glutamic piruvic transminase (SGPT)
(http://dr-agna.livejourenal.com/3275.html).

2.2.9 Pengobatan T. cati
Banyak obat cacing membunuh cacing dewasa, tetapi tidak berefek
terhadap larva yang bermigrasi maupun larva dalam kista. Karena itu banyak
yang menganjurkan pengulangan pemberian obat cacing 2 4 minggu setelah
treatment terakhir. Pada saat treatment terakhir, kebanyakan larva masih
bermigrasi, dan saat treatment dilakukan kedua kalinya diharapkan larva telah
sampai di usus dan bisa terbunuh oleh obat cacing.
Obat yang umum dipakai dan efektifitasnya, aplikasi per oral:
Kandungan Minimum umur/berat badan
Piperazine salts 6 minggu/lebih
Pyrantel pamoat/praziquantel 4 minggu/lebih atau 1,5 lbs/lebih
Milbemycin 6 minggu/lebih atau 1,5 lbs/lebih
Selamectin 8 minggu/lebih atau 2,6 7,5 kg

Yang direkomendasikan adalah Revolution yang berisi Selamectin 60
mg.
Anak kucing sangat terancam infeksi sampai umur 6 bulan, karena itu
sangat penting untuk memberikan obat cacing secara reguler. Anak kucing
ekskresi telur terjadi lebih cepat daripada anak anjing, deworming mulai dapat
13

dilaksanakan secara efektif mulai umur 2 3 minggu, diulangi pada minggu ke 5,
7 dan 9. Pemberian obat dapat dilakukan berdasarkan umur, yaitu: Umur 2 12
minggu diberikan obat setiap dua minggu sekali, Umur 12 minggu sampai 6 bulan
diberikan obat setiap bulan sekali, Umur 6 bulan dan seterusnya diberikan obat
setiap tiga bulan sekali (http://www.profender.no/index.php).
Pada induk kucing, treatment dilakukan bersama anaknya. Kucing dewasa
ditreatment secara reguler, dilakukan monitoring agar eliminasi parasit dapat
terawasi. Untuk hewan yang dicurigai baru tertular dilakukan pemberian obat
cacing secepatnya, setelah dua minggu diikuti terapi selanjutnya seperti diatas.
Jika pemilik hewan baru mendapatkan anak kucing baru, hendaknya bertanya soal
riwayat pemberian obat cacing pada anak kucing tersebut
(http://www.profender.no/index.php).

2.2.10 Pencegahan T. cati
Pencegahannya dapat dilakukan dengan cara pemberian obat cacing secara
teratur, higienitas pakan dan lingkungan, dan kontrol terhadap populasi hospes
intermedier dan paratenik. Pemeriksaan feses harus dilakukan segera setelah anak
kucing lepas masa sapih; 4 8 minggu setelah treatment berakhir; pemeriksaan
reguler setahun sekali, dan sebelum betina dikawinkan. Pemberian obat cacing
hendaknya dilakukan minimal 1 tahun sekali
(http://www.profender.no/index.php).

Anda mungkin juga menyukai