Anda di halaman 1dari 5

Kehidupan individu sejak dilahirkan tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam interaksi ini, individu menerima rangsang
atau stimulus, baik yang datang dari dalam maupun yang datang dari dari luar
individu itu sendiri. Individu dapat mengenal objek satu demi satu, dan dapat
mengelompokkan benda yang berdekatan dengan benda lain, dan dapat
mengelompokkan benda yang berdekatan dan serupa. Selanjutnya, individu dapat
menitikberatkan perhatiaanya pada suatu objek, sedangkan objek lain yang ada
disekitarnya menjadi latar belakang. Pada akhirnya individu dapat mengenal,
membedakan, mengelompokkan, dan memfokuskan objek yang diamati termasuk
wujud, latar, warna, netuk, ukuran, dan letak objek tersebut.
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan suatu objek yang diawali oleh
proses pengindraan, yaitu proses diterimanya rangsang oleh alat indra, kemudian
individu memiliki perhatian, selanjutnya dikirim ke otak, lalu individu menyadari
tentang suatu yang diamati. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan
memahami keadaan lingkungan yang ada disekitarnya dan hal hal yang ada dala,
diri individu itu sendiri.
Definisi dan macam persepsi
Para ahli psikologi telah membuat definisi persepsi. Walgito (2001) mendefinisikan
persepsi sebagai suatu proses pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap
rangsang yang diterima oleh organisme atau individu sehingga menghasilkan sesuatu
yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu. Sementara
itu, maramis (1999) menyatakan bahwa persepsi adalah daya mengenal individu
terhadap barang, kualitas, hubungan, dan perbedaan di antara hal tersebut yang
dilakukan melalui proses pengamatan, pemahaman, penafsiran setelah pancaindra
mereka mendapat rangsang.
Sarwono (1993) mendefinisikan persepsi sebagai kemampuan individu untuk
membeda bedakan, mengelompokan, dan memfokuskan pengamatan. Persepsi juga
merupakan pengamatan terhadap suatu hal yang bersifat global dna belum disertai
kesadaran, sedangkan subjek dan objeknya dapat dibedakan antara satu dengan yang
lainnya (kartono, 1996).
Dari uraian diatas, penulis dapat simpulkan bahwa persepsi adalah proses diterimanya
rangsang melalui pancaindra yang didahului oleh perhatian sehingga individu mampu
mengetahui, menartikan, dan menghayari tentnag hal yang diamati, baik yang berasal
dari dalam maupun dari luar diri inividu.
Persepsi sendiri memiliki dua macam, yaitu persepsi eksternal dan persepsi internal
(persepsi diri). Persepsi eksternal adalah persepsi yang terjadi karena adanya
rangsang yang datang dari luar diri individu. Sementara itu, persepsi internal adalah
persepsi yang terjadi karena adanya rangsang yang berasal dari dalam diri individu.
Dalam hal ini, yang menjadi objek adalah individu itu sendiri.







BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sejalan dengan semakin meningkatnya usia seseorang, maka akan terjadi perubahan-
perubahan pada tubuh manusia. Perubahan-perubahan tersebut terjadi sejak awal
kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan
demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang
ada kaitannya dengan kemungkinan timbulnya beberapa golongan rematik (Fitriani,
2009).Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan
penunjang sekitar sendi, golongan penyakit ini merupakan penyakit Autoimun yang
banyak di derita oleh kaum lanjut usia (usia 50 tahun ke atas), (Junaidi, 2006).
Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya menyerang orang yang
berusia lebih dari 40 tahun (Arif Muttaqin, 2008). Rematik terutama menyerang
Sendi-sendi, tulang, ligamentum, tendon dan persendian pada laki-laki maupun
perempuan dengan segala usia. Rematik dapat menghambat produktifitas serta
menurunkan kualitas hidup seseorang,dan yang sangat di sayangkan hingga saat ini
masyarakat belum menyikapi secara tepat.selain itu pengetahuan masyarakat tentang
penyakit rematikpun masih belum cukup baik.sehingga perlu pemberian sebuah
pengetahuan yang baik agar pengetahuan penderita rematik juga baik (Andriani
Gancswari).
Angka kejadian rematik pada tahun 2008 yang dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan
Dunia WHO adalah mencapai 20% dari penduduk dunia yang telah terserang rematik,
dimana 5-10% adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% adalah mereka yang
berusia 55 tahun (Wiyono, 2010). Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng QY
et al 2008, prevalensi rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%, angka ini
menunjukkan bahwa nyeri akibat rematik sudah sangat mengganggu aktivitas
masyarakat Indonesia. Berdasarkan pusat data BPS Provinsi Jawa Timur, Rematik
merupakan salah satu penyakit terbanyak yang di derita oleh kaum lansia yaitu pada
tahun 2007 sebanyak 28% dari 4.209.817 lansia menderita penyakit rematik (Smart,
2010).
Dampak dari keadaan ini dapat mengancam jiwa penderitanya atau hanya
menimbulkan gangguan kenyamanan, dan masalah yang disebabkan oleh penyakit
rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas hingga
terjadi hal yang paling ditakuti yaitu menimbulkan kecacatan seperti kelumpuhan dan
gangguan aktivitas hidup sehari-hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi
dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah
seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta Resiko tinggi
terjadi cidera(Kisworo, 2008)
Menurut Smith Tony,2007; 17 ,untuk mengatasinya perlu di berikan sebuah informasi
atau pengetahuan berupa HE (Healt Education) tentang penyakit artritis atau yang
sering disebut dengan penyakit rematik,mulai dari pengertian penyakit rematik itu
sendiri,penyebab penyakit rematik,tanda dan gejala penyakit rematik,sampai cara
pencegahan penyakit rematik.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
pengetahuan lansia tentang penyakit arthritis rheumatoid.

1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas peneliti merumuskan masalah Bagaimana Pengetahuan Lansia
Tentang Penyakit Arthritis Rheumatoid di Dusun Balongbiru Desa Balongbesuk
Kec.Diwek Kab.Jombang ?

1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui Pengetahuan Lansia Tentang penyakit Artritis Reumatoid Di Dusun
Balongbiru Desa Balongbesuk Kec.Diwek Kab.Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Menjadi masukan bagi peneliti untuk penelitian lebih lanjut tentang arthritis
rheumatoid serta menambah wawasan dalam rangka mengembangkan ilmu
pengetahuan dan pemahaman metodelogi..



1.4.2 Manfaat Praktis
Menjadi masukan bagi institusi pendidikan sebagai bahan tambahan dalam
memberikan materi tentang pengetahuan lansia tentang arthritis reumatoid Dan bagi
perawat sebagai bahan pertimbangan pentingnya penyuluhan kesehatan khususnya
tentang pengetahuan lansia tentang penyakit arthritis rheumatoid.

Anda mungkin juga menyukai