Anda di halaman 1dari 6

ULANGAN AKHIR SEMESTER 1

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

MATA PELAJARAN : ICT-MULTIMEDIA

KELAS/SEMESTER : X/I

ALOKASI WAKTU : 90 Menit

HARI/TANGGAL : Senin – Selasa / 07-08 Desember 2009

NAMA GURU : Gan Gan Taopiq Alamsyah, S.Pd

PETUNJUK UMUM :

1. Berdoalah sebelum dimulai

2. tuliskan identitas Anda pada Lembar Jawab sesuai kolom yang yang

tersedia

3. Mulailah mengerjakan soal setelah mendapat perintah mulai dari

Pengawas Ulangan

4. Bacalah setiap soal dengan cermat

5. Gunakan waktu secara efisien dengan cara mengerjakan soal yang Anda

anggap mudah.

6. Setelah selesai menjawab soal-soal, periksa kembali jawaban Anda,

kemudian kumpulkan lembar jawab kepada Pengawas Ulangan

Buatlah flash slide presentation minimal 10 slide, setiap slide terdapat effect
animasi singkat dan continue beserta memakai buttons effect yang difungsikan
oleh behaviors.....

Sinopsinya:

(sinosis di halaman 2)
PROSES KEBANGKITAN NASIONAL

Proses pembentukan bangsa dan negara Indonesia bukan karena didasarkan faktor
sosial politik saja, tetapi juga didasarkan pada aspek psikologis rakyat Indonesia, yaitu adanya
perasaan yang sama, nasib yang sama serta cita-cita yang sama dalam upaya mewujudkan
kemerdekaan dan meningkatkan kesejahteraan hidup bersama.
Kolonialisme dan imperialisme negara-negara barat ke Indonesia sejak abad ke-16,
yang dipelopori oleh Portugis dengan cara monopoli perdagangan rempah-rempah dan
penguasaan wilayah Malaka oleh Portugis tahun 1511, dan dilanjutkan dengan menguasai
Maluku.
Kedatangan Portugis yang membawa keberhasilan itu diikuti bangsa-bangsa-bangsa lain
diantaranya Belanda. Kedatangan bangsa barat ke wilayah Indonesia, tidak terlepas dari
pengaruh berkembangnya imperialisme di Eropa yaitu untuk mendapatkan “gold, gospeld dan
glory” yang menjadi ciri khas dari praktek imperialisme kuno, dimana penguasaan wilayah lain
sebagai tujuan untuk mendapatkan kekayaan dalam bentuk emas, mendapatkan kejayaan karena
memperluas wilayah kekuasaan dengan cara menguasai daerah lain, serta penyebaran agama
nasrani sebagaimana permintaan gereja.
Dalam upaya menguasai jalur perdagangan rempah-rempah di nusantara serta agar
terjadi persaingan yang sehat diantara pedagang Belanda, pemerintah Belanda mendirikan
badan perniagaan “kongsi dagang” yang bernama Vereenigne Oost Indische Compagnie (VOC)
pada 1602.
Perusahaan dagang ini diberikan hak-hak istimewa oleh Pemerin-tah Belanda. Hak-hak
yang diberikan kepada VOC itu disebut hak octrooi, yang isinya memberikan hak kepada VOC
dalam hal:
(1) memperoleh hak monopoli perdagangan;
(2) memperoleh hak untuk mencetak dan mengeluarkan uang sendiri;
(3) dianggap sebagai wakil pemerintah Belanda di Asia;
(4) berhak mengadakan perjanjian;
(5) berhak memaklumkan perang dengan negara lain;
(6) berhak menjalankan kekuasaan kehakiman;
(7) berhak mengadakan pemungutan pajak;
(8) berhak memiliki angkatan perang sendiri; dan
(9) berhak mengadakan pemerintahan sendiri.

Praktek VOC dalam melakukan monopoli perdagangan serta memaksakan kekuasaannya


terhadap kerajaan-kerajaan di nusantara sangat menyakitkan. Cara-cara kekerasan,
peperangan, adu domba, penindasan, dan tindakan kasar lainnya telah menyebabkan
penderitaan yang tidak terkirakan bagi bangsa Indonesia.
Pada 1799, organisasi yang sudah banyak memberikan keuntungan besar bagi negeri
Belanda serta menimbulkan banyak korban di pihak bangsa Indonesia ini akhirnya dibubarkan.
Bubarnya VOC tidak berarti bebasnya Hindia Belanda dari kekuasan negara-negara Eropa dan
menjadi daerah merdeka. Hal ini karena wilayah-wilayah Hindia Belanda yang semula dibawa
kekuasaan VOC, diserahkan kepada pemerintah Belanda secara langsung. Hal ini dibuktikan
dengan diangkatnya seorang gubernur jenderal untuk menjadi pemimpin atau penguasa, wakil
dari pemerintah Belanda di Hindia Belanda. Gubernur Jenderal yang menjabat di Hindia
Belanda antara 1801-1808, dalam menjalankan kekuasaannya tidak jauh berbeda dengan
praktek yang dilakukan oleh VOC sebelum dibubarkan.
Sejak 1811 wilayah Hindia Belanda menjadi daerah jajahan Inggris, Belanda akhirnya
menyerahkan Jawa kepada Inggris melalui perjanjian yang biasa dikenal dengan istilah
Rekapitulasi Tuntang.
Pada tahun 1816, Inggris harus meninggalkan kekuasaannya di Hindia Belanda, sebagai
tindak lanjut dari pelaksanaan Konvensi London (1814). Hindia Belanda kembali diserahkan
kepada Belanda. Pola penjajahan Belanda pada tahap ini hingga berakhirnya kekuasaannya di
Indonesia tahun 1942, pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan pada masa
VOC, yaitu: monopoli, penyerapan, penyiksa-an, perampasan, adu domba, cenderung kejam,
sewenang-wenang, dan tanpa kompromi tetap mewarnai perjalanan pemerintahan penjajah
Belanda di Hindia Belanda, siapapun yang menjadi gubernur jenderal.
Kedatangan bangsa barat (Portugis, Inggris, dan Belanda) yang diikuti dengan
penguasaan wilayah Indonesia oleh bangsa-bangsa tersebut termasuk pada bangsa Inggris dan
Perancis dalam periode tertentu ternyata menimbulkan reaksi dari bangsa Indonesia. Reaksi
umum yang ditampilkan bangsa Indonesia atas kedatangan bangsa barat adalah kerjasama dan
perlawanan.
Reaksi melawan atau kerjasama yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap kaum
imperialis barat dilatarbelakangi oleh adanya perebutan kepentingan, terutama ekonomi dan
kekuasaan. Rakyat Indonesia yang kerjasama dengan kaum imperialis memanfaatkan mereka
untuk membantu merebut kekuasaan ekonomi dan tahta dari rakyat Indonesia. Kondisi inilah
yang turut menjadi faktor pendukung praktek adu domba oleh kaum imperialis. Reaksi dalam
bentuk perlawanan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia terhadap bangsa barat disebabkan
bangsa-bangsa tersebut berusaha memaksakan kehendaknya dengan cara ingin memperluas
kekuasaannya di wilayah Indonesia sambil merampas hak-hak tradisional kerajaan-kerajaan
(Islam), merampas hak dan kehidupan rakyat hindia belanda, serta menyebarkan agama secara
paksaan.
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap kekuasaan Barat ditandai dengan perang atau
perlawanan langsung terhadap kekuasaan bangsa Barat. Perlawanan tersebut juga ditandai
dengan persaingan di antara kerajaan-kerajaan di Nusantara dalam rangka memperebutkan
hegemoni kekuasaan di wilayah tersebut. Dalam persaingan tersebut sering kali kerajaan-
kerajaan Nusantara melibatkan kekuatan bangsa Barat atau meminta bantuan VOC/Belanda
untuk membantu mengalahkan pesaing-pesaingnya dalam memperebutkan kekuasaan.
Konsekuensinya VOC/ Belanda mendapatkan daerah kekuasaan karena upayanya membantu
mengalahkan pesaingnya. Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya kegagalan bangsa
Indonesia dalam mengusir bangsa-bangsa barat dari wilayah Indonesia.
Praktek imperialisme dan kolonialisme bangsa barat di wilayah Indonesia mempunyai
dampak yang sangat besar bagi bangsa Indonesia. Bukan hanya mengakibatkan terjadinya
penderitaan dan kesengsaraan fisik saja, tetapi juga psikhis, bahkan akibatnya terasa hingga
saat ini.
Dampak tersebut diantaranya adalah komersialisasi telah menggantikan sistem
ekonomi tradisional. Nilai uang telah menggantikan satuan ekonomi tradisional yang selama ini
dijalankan oleh masyarakat pedesaan. Adanya jaringan jalan raya serta jalan kereta api dan
hubungan laut telah membantu mempercepat pertumbuhan kota. Terjadilan urbanisasi atau
perpindahan penduduk dari desa ke kota. Pembangunan pendidikan telah mempercepat
mobilitas penduduk.
Masa pendudukan Jepang merupakan periode yang paling menentukan dalam sejarah
pergerakan di Indonesia, walaupun waktunya hanya selama tiga setengah tahun. Imperialisme
Jepang memberi sumbangan langsung pada perkembangan pergerakan nasional Indonesia,
terutama di Jawa dan di Sumatera.
Jepang mengindoktrinasi, melatih, dan mempersenjatai generasi muda serta memberi
kesempatan kepada para pemimpin yang lebih tua untuk menjalin hubungan dengan rakyat. Di
seluruh Nusantara mereka mempolitisasikan bangsa Indonesia sampai pada tingkat desa
dengan sengaja dan menghadapkan Indonesia pada rezim kolonial yang bersifat sangat
menindas dan merusak dalam sejarahnya.
Penjajahan Jepang juga melahirkan penderitaan rakyat yang tiada taranya, tetapi di
masa penjajahan Jepang inilah nasionalisme Indonesia, sendi-sendi negara Republik Indonesia
terbentuk hingga diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945 oleh Soekarno-Hatta.
Nasionalisme adalah suatu gejala psikologis berupa rasa persamaan dari sekelompok
manusia yang menimbulkan kesadaran sebagai suatu bangsa. Nasionalisme merupakan hasil dari
pengaruh faktor politik, ekonomi, sosial dan intelektual, yang terjadi dalam lingkungan
kebudayaan melalui proses sejarah (historis). Oleh karena itu terdapat perbedaan yang
mendasar antara nasionalisme yang terjadi di Eropa dengan yang terjadi di Asia.
Nasionalisme Eropa muncul disebabkan oleh faktor:
(1) muncul-nya faham rasionalisme dan romantisme;
(2) munculnya faham aufklarung dan kosmopolitanisme;
(3) terjadinya revolusi Perancis;
(4) muncul sebagai reaksi atas agresi yang dilakukan oleh Napoleon Bonaparte.

Sedangkan semangat kebangsaan atau nasionalisme yang terjadi di negara-negara Asia


muncul disebabkan oleh:
(1) adanya kenangan akan kejayaan masa lampau,
(2) imperalisme;
(3) pengaruh faham revolusi Perancis;
(4) adanya kemenangan Jepang atas Rusia;
(5) atlantic charter;
(6) timbulnya golongan pertengahan (terpelajar).

Pada dasarnya nasionalisme atau semangat kebangsaan yang muncul di banyak negara
memiliki tujuan untuk:
(1) menjamin kemauan dan kekuatan mempertahankan masyarakat nasional melawan
musuh-musuh dari luar negara, sehingga melahirkan semangat rela berkorban;
(2) menghilangkan ekstremisme (tuntutan yang berlebih-lebihan) dari warga negara
(individu dan kelompok).

Faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya nasionalisme di suatu Negara bisa dari


dalam dan bisa juga dari luar. Faktor ekstern yang mempengaruhi timbulnya nasionalisme di
Indonesia adalah:
(1) pengaruh faham-faham modern dari Eropa (liberalisme, humanisme, nasionalisme,
komunisme);
(2) pengaruh gerakan Pan-Islamisme;
(3) pengaruh pergerakan bangsa terjajah di Asia; dan
(4) pengaruh kemenangan Jepang atas Rusia.

Sedangkan faktor internal yang mendorong munculnya semangat kebangsaan atau


nasionalisme adalah:
(1) timbulnya kembali golongan pertengahan, kaun terpelajar;
(2) adanya penderitaan dan kesengsaraan yang dialami oleh seluruh rakyat dalam berbagai
bidang kehidupan;
(3) pengaruh golongan peranakan; dan
(4) adanya keinginan untuk melepaskan diri dari imperialisme.

Pergerakan nasional adalah suatu bentuk perlawanan bangsa Indonesia kepada kaum
penjajah yang dilaksanakan tidak dengan menggunakan kekuatan bersenjata, tetapi
menggunakan organisasi yang bergerak di bidang sosial, budaya, ekonomi dan politik.
Organisasi-organisasi ini pada dasarnya didirikan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
rakyat yang mengalami penderitaan akibat penjajahan, namun pada akhirnya bertujuan untuk
mewujudkan kemerdekaan. Pergerakan nasional melawan penjajahan Belanda di Indonesia
diawali pada permulaan abad ke-20, dengan berdirinya Budi Utomo, sarikat Islam dan berbagai
macam organisasi lainnya.
Faktor pendorong utama munculnya semangat kebangsaan adalah munculnya kesadaran
tentang pentingnya semangat kebangsaan, semangat nasional, perasaan senasib sebagai bangsa
terjajah, serta keinginan untuk mendirikan negara berdaulat lepas dari cengkeraman
imperialisme di seluruh negara-negara jajahan di Asia, Afrika, dan Amerika Latin pada akhir
abad ke-19 dan awal abad ke-20. Selain itu juga karena penjajahan mengakibatkan terjadinya
penderitaan rakyat Indonesia yang tidak terkira. Sistem penjajahan Belanda yang eksploitatif
terhadap sumber daya alam dan manusia Indonesia serta sewenang-wenang terhadap warga
pribumi telah menyadarkan penduduk Indonesia tentang adanya sistem kolonialisme dan
imperialisme Barat yang menerapkan ketidaksamaan dan perlakuan yang membeda-bedakan
(diskriminatif).
Identitas Nasional adalah ciri khas yang menandai keberadaan suatu bangsa. Setiap
bangsa yang menegara (nation state) memiliki identitas nasionalnya sendiri-sendiri, berbeda
dengan identitas nasional bangsa lain. Identitas nasional bangsa Indonesia berasal dari sejarah
panjang pembentukan bangsa Indonesia dan kondisi sosio-kultural yang melingkupi bangsa
Indonesia. Wujud identitas nasional bangsa Indonesia berupa lambang atau simbol kenegaraan
yang sudah diterima dalam kehidupan negara Indonesia. Identitas nasional itu berupa bahasa
Indonesia, bendera negara, lagu kebangsaan, lambang negara, dan Pancasila sebagai dasar
negara.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan identitas nasional bangsa Indonesia,
meliputi primordial, sakral, tokoh, bhineka tunggal ika, konsep sejarah, perkembangan
ekonomi, dan kelembagaan.
Pada saat ini, kesadaran nasional bangsa Indonesia mengalami perkembangan dalam
perwujudannya, bukan lagi diarahkan pada upaya perwujudan kemerdekaan terlepas dari
penjajahan, tetapi diwujudkan dalam kemerdekaan untuk mampu memenuhi segala kebutuhan
bangsa dan negara secara mandiri, tidak tergantung kepada bangsa dan negara lain.
Ketidaktergantungan pada bangsa dan negara lain dalam memenuhi kebutuhan hidup ini
secara tidak langsung bermakna peningkatan kesejahteraan bangsa. Kemandirian dalam
pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat bangsa menuntut adanya prestasi dari anak bangsa.
Prestasi inilah perjuangan atau pergerakan nasional yang harus dilakukan oleh generasi bangsa
Indonesia saat ini. Prestasi unggul anak bangsa seperti ini secara tidak langsung bisa
mengembangkan identitas nasional bangsa Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai