Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Geologi adalah ilmu yang mempelajari tentang bumi dan batuan sebagai
penyusunnya serta sejarah dan fenomena-fenomena yang membentuknya baik
secara endogen mau pun eksogen. Untuk mempelajari fenomena-fenomena tersebut
perlu dilakukan suatu penelitian, salah satu caranya adalah pemetaan geologi.
Seorang mahasiswa geologi dituntut dapat melakukan pemetaan geologi, sebab hal
itu merupakan identitas seorang ahli geologi.
Pemetaan ini juga merupakan penerapan dari ilmu geologi yang didapat di
bangku kuliah, yang pada kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan, sehingga
mahasiswa Fakultas Teknik Geologi, Universitas Padjadjaran Bandung, dapat
memperoleh pengalaman dan pembelajaran dari lapangan yang sesungguhnya.
Untuk melatih keterampilan, maka pada semester V (lima) ini kami
diharuskan melakukan pemetaan geologi seluas 5 km2 yang dikerjakan oleh satu
kelompok yang berjumlah tiga orang. Ada pun pemetaan tersebut berlokasi di
daerah Pamekarsari, Kecamatan Surian, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa
Barat.
Pemetaan Geologi pendahuluan ini dilakukan karena daerah tersebut
memiliki kondisi geologi yang menarik untuk dipelajari, sehingga diharapkan dapat
mengungkapkan proses geologi daerah tersebut dari data-data dan informasigeologi
secara rinci dan lengkap, serta ditunjang dengan teori-teori geologi yang selama ini diperoleh
sehingga diharapkan dapat menjelaskan kondisi geologi daerah tersebut yang dituangkan dalam
bentuk peta geologi. Dari penjelasan di atas maka permasalahan yang muncul di daerah
pemetaan adalah :
1. Morfologi dan proses-proses geologi apa saja yang menyebabkan terbentuknya suatu
bentang alam tertentu di daerah pemetaan?
2. Litologi apa saja yang menyususn daerah pemetaan, meliputi karakteristik fisik, umur,
lingkungan pengendapan, dan hubungan stratigrafi?
3. Struktur geologi apa saja yang berkembang di daerah pemetaan?
4. Bagaimana sejarah geologi yang berlangsung di daerah pemetaan?

1.2.Maksud dan Tujuan Penelitian
1.2.1. Maksud
Maksud penelitian ini adalah mempraktekkan secara langsung prinsip dan metode
pemetaan geologi yang diterima selama perkuliahan.
1.2.2. Tujuan
Sedangkan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui unsur-unsur penyusun geomorfologi dan memisahkan unsurtersebut ke
dalam satuan geomorfologi.
2. Mengetahui jenis-jenis batuan, mendeskripsi karakteristiknya,mengelompokannya ke
dalam satuan-satuan batuan sesuai dengan sandi stratigrafi, serta mengetahui hubungan
antar satuan batuan.
3. Mengetahui struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian.
4. Mencoba mengungkapkan sejarah geologi daerah penelitian.

1.3.Geografi Umum
Secara geografis, Kota Samarinda terletak pada posisi 116 15 36 -117 24 16 BT dan 0
21 18 -1 09 16 LS. Kota ini terbelah oleh Sungai Mahakam, dan memiliki wilayah
dengan luas total 71.800 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Batas utara : Kec.Muara Badak dan Tenggarong
Batas timur : Kec. Anggana
Batas selatan : Kec.Sanga-Sanga dan Loa Janan
Batas barat : Kec. Loa Kulu dan Tenggarong







BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Fisiografi Samarinda
Fisiografi menunjukkan bentuk permukaan bumi dipandang dari faktor dan proses
pembentukannya. Proses pembentukan permukaan bumi dipandang sebagai penciri suatu satuan
fisiografi.

Pembagian bentuk permukaan bumi berdasarkan tipe fisiografinya dimaksudkan untuk
memberikan gambaran dan memudahkan dalam perencanaan penggunaan tanah sehubungan
dengan perencanaan pengembangan daerah.
Ditinjau dari fisiografinya, wilayah Kota Samarinda dapat dikelompokkan dalam 7 (tujuh)
deskripsi masing-masing satuan fisiografi tersebut adalah sebagai berikut :
1. Daerah patahan yakni patahan menurun dan kasar, dengan permukaan yang besar dengan
kemiringan tanah sangat bervariasi. Daerah patahan di Kota Samarinda seluas 295.26 Km2
dengan persentase 41.12 %, merupakan daerah terluas di Kota Samarinda.
2. Daerah rawa pasang surut (tidal swamp) yaitu daerah dataran rendah di tepi pantai yang
selalu dipengaruhi pasang surut air laut dan ditumbuhi hutan mangrove dan nipah, bentuk
wilayah datar dengan variasi lereng kurang dari 2 % dan perbedaan tinggi kurang dari 2
meter.
3. Daerah dataran alluvial (alluvial plain) yaitu daerah dataran yang terbentuk dengan proses
pengendapan, baik di daerah muara maupun daerah pedalaman. Kota Samarinda memiliki
daerah alluvial seluas 94.79 Km2 atau 13.20 % dari luas Kota Samarinda.
4. Daerah berombak/bergelombang yakni daerah dengan konfigurasi medan berat ditandai
dengan penyebaran daerah perbukitan 8.15 %. Daerah berombak di Kota Samarinda seluas
96.36 Km2, sedangkan daerah bergelombang seluas 15.27 Km2.
5. Daerah dataran (plain) yaitu daerah endapan, dataran karst, dataran vulkanik, dataran batuan
beku (metamorf) masam, dataran basalt dengan bentuk wilayah bergelombang sampai
berbukit, variasi lereng 2 sampai 15.94 % dengan beda ketinggian kurang dari 50 meter. Kota
Samarinda memiliki daerah dataran yang cukup luas setelah daerah patahan, yaitu seluas
105.24 Km2 atau sebesar 14.66 %
6. Daerah berbukit (hill) yaitu daerah bukit endapan dan ultra basa, system punggung sedimen,
metamorf dan kerucut vulkanik yang terpotong dengan pola drainase radial. Bentuk wilayah
bergelombang sampai agak bergunung, variasi lereng 16 sampai 60 %, dengan beda
ketinggian antara 50 sampai 150 meter. Daerah berbukit merupakan daerah yang paling
jarang ditemui di Kota Samarinda karena hanya seluas 6.34 Km2 atau sebesar 0.88 % dari
wilayah Kota Samarinda.
7. Daerah sungai (river). Daerah ini berfungsi sebagai daerah reterdam, daerah pengendali atau
waterponds.
2.2. Stratigrafi Regional
2.3. Struktur Geologi Regional
Lokasi pengamatan yang berada didaerah perbukitan Samarinda yang berada pada
formasi , Pulaubalang, dan formasi Balikpapan.Dengan satuan batuan pada lokasi tersebut
yaitu satuan batu pasir.satuan batu pasir klasiuk,dan batu gamping

Gambar 2.3 Peta Formasi Kota Samarinda
Dilihat dari peta formasi kota Samarinda, dimana Samarinda berada pada daerah
belokan Sungai Mahakam yang merupakan sungai aktif maka terdapat salah satu efek dari
arus serta pergerakan sungai yang ada pada daerah tersebut. Salah satu efek dari hal tersebut
adalah lapisan tanah yang bergerak aktif. Selain itu, daerah Samarinda merupakan daerah
sedimentasi yang sangat baik karena jika diamati pada struktur perlapisan tanah yang ada,
maka akan didominasi oleh pasir dan lempung.

2.4. Sejarah Geologi Regional
















BAB III
METODE PENELITIAN
Di dalam suatu penelitian, sangat dibutuhkan metode penelitian yang terencana dan terjadwal
dengan baik agar jalannya penelitian menjadi sistematis dan tidak ada hambatan yang berarti, sehingga
hasil dari penelitian yang telah dibuat dapat dipertanggungjawabkan sebagai salah satu pengetauhan yang
dapat dipercaya dan realistis dengan keadaan yang sebenarnya. Maksudnya adalah, proses penelitian ini
harus bisa diikuti oleh pihak lain dan hasilnya dapat diterima atau terbuka untuk diberikan keritik dan
masukkan apabila terdapat kesalahan atau dikembangkan oleh penelitian selanjutnya agar dapat dijadikan
salah satu dari berbagai sumber acuan yang telah ada.
3.1. Objek Penelitian
Yang termasuk ke dalam objek penlitian di dalam praktikum lapangan ini adalah :
1. Litologi, meliputi beragaram jenis batuan yang tersingkap didaerah penelitian
2. Kondisi titik koordinat dan elevasi di beberapa stasiun penelitian
3.2. Alat yang Digunakan
Peralatan yang diperlukan untuk keperluan pekerjaan lapangan antara lain.
1. Kompas Geologi :Kompas sangat berguna untuk mengukur azimuth, kemiringan (slope),
Strike- dip batuan, dan untuk memastikan keberadaan kita dilapangan.
2. Palu Geologi : Terbagi atas dua jenis, yaitu palu batuan sedimen dan palu batuan beku
yang digunakan untuk mengambil sampel batuan.
3. Pita Ukur : Memiliki beragam jenis ukuran, yaitu yang berukuran panjang 50 meter
untuk mengukur panjang per stasiun di lapangan dan yang berukuran pendek 5 meter untuk
mengukur tebal lapisan batuan, dan pita ukur ini juga sangat berguna dalam pengukuran
penampang stratigrafi terukur (measured section).
4. Kantong Sampel : Kantong sampel berguna untuk menyimpan sampel (contoh) batuan
dilapangan yang akan dideskripsikan. Cara penggunaanya adalah, kantong sampel diberi tanda
pada setiap batuan dan nomor stasiun pengamatan, dengan menggunakan spidol tahan air.
5. Asam Klorida : Larutan HCL ini memiliki kepekatan 0,1 N untuk mengetauhi adanya
kandungan karbonat (CaCO
3
) pada batuan yang akan diamati.
6. Kamera Digital : Digunakan untuk dokumnetasi kenampakan bentang alam (morfologi daerah
penelitian), singkapan batuan dan indikasi adanya struktur geologi dilapangan.
7. Alat Tulis : Buku catatan (Panduan) lapangan, pensil, pensil warna, spidol
permanen dan lain-lain.
8. GPS : GPS berguna untuk menentukan lokasi stasiun singkapan dan untuk
mengetauhi keberadaan kita dilapangan dan juga dapat membatu kita untuk mengetauhi elevasi
lokasi.
Sedangkan alat-alat yang digunakan untuk penelitian laboraturium setelah pengambilan data dilapangan
adalah :
1. Alat tulis dan alat gambar
2. Sampel batuan yang dianalisa
3. Kamera digital
3.3. Tahapan dan Metode Penelitian
Tahap terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pekerjaan lapangan
dan tahap penyusunan laporan.
3.3.1. Tahap Persiapan
Tahap ini dikerjakan sebelum berangkat ke daerah penelitian. Tahap persiapan terbagi atas
invetarisasi data sekunder, studi literature, penyediaan alat, dan penyusunan rencana kerja. Tahap
persiapan perlu dikerjakan agar mempermuda proses pada saat pekerjaan lapangan.
3.3.1.1. Invetarisasi Data Sekunder
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan yaitu dengan mengumpulkan informasi sebanyak
mungkin yang berkaitan dengan daerah penelitian agar kita bisa mengetauhi secara jelas dan terperinci
hal-hal apa saja yang dapat membatu dalam proses penyusunan laporan daerah penelitian tersebut, antara
lain meliputi keadaan geologi regional daerah penelitian dan memperdalam teori dasar sebagai penunjang
pekerjaan lapangan dan pada saat penyusunan laporan penelitian. Pada tahap ini penulis mengumpulkan
keterangan yang berasal dari berbagai jenis sumber, antara lain :
a. Mengkaji hasil penelitian (Literature) sebelumnya di daerah penelitian yang sama.
b. Textbook dan diktat kuliah
3.3.1.2. Study Awal
pada tahap ini mempelajari data sekunder yang telah dikumpulkan sebelumnya. Kegiatan yang
dilakukan pada tahap studi awal antara lain :
a) Membuat resume mengenai daerah penelitian dari berbagai penyusun dan peneliti terdahulu, hal ini
dikerjakan untuk melihat perbandingan resume tersebut dengan hasil pekerjaan lapangan yang
didapat.
b) Mengadakan diskusi kelompok untuk membahas langkah a, b, dan c serta masalah teknis yang akan
dilakukan dilapangan.
3.3.1.3. Penyusunan Rencana Kerja
Rencana kerja terdiri atas penentuan lintasan utama dan perkiraan waktu yang diperlukan sampai
pekerjaan lapangan selesai perlu disusun sesuai denga kepentingan sebelum kegiatan lapangan
dilakukan.
3.3.2. Tahap pekerjaan Lapangan
Kehiatan dilapangan berupa pengumpulan data melakui pengamatan dan pengukuran singkapan baik di
tebing, di dasar sungai, di perbukitan dan lain-lain. Pengamatan singkapan dapat dilakukan dengan
menggunakan metode-metode tertentu antara lain :
a) Metode Orientasi Lapangan, Litasan Kompas dan Pita Ukur
b) Metode Penentuan Stasiun Pengamatan (Plotting)
c) Metode Pengukuran Singkapan
d) Metode Pengukran Penampang Stratigrafi Terukur
e) Deskripsi detail
f) Metode Pengambilan Sampelode

3.3.2.1. Metode Orientasi Lapangan ,Lintasan Kompas Dan Pita Ukur
Metode lintas yang digunakan dalam pekerjaan lapangan ini yaitu metode orientasi lapangan, metode
kompas dan pita ukur. Sedangkan jenis lintasan yang digunakan adalah lintasan terbuka dan lintasan
tertutup.
Metode kompas tidk dapat dilakukan sebab kompas yang kita bawa mengalami masalah sehingga
tidak dapat dipergunakan dengan baik. Serta kita juga susah melihat angka yang ditunjukan pada kompas
dikarenakan penerangan yang kurang baik didalam gua.
Pada metode orientasi lapangan, langkah-langkah yang dilakukan antara lain, yaitu :
1. Menentukan titik patokan dilapangan yang dapat dikenali, misalnya puncak bukit, jembatan dan
percabangan sngai yang terdapat dipeta dasar.
2. Plotting stasiun pengamatan berdasarkan orientasi terhadap titik-titik patokan tersebut.
Metode ini digunakan karena kondisi lapangan memungkinkan banyaknya titik patokan yang dikenal
dan tertera di peta dasar.
Penerapan metode lintasan kompas dan pita ukur dimaksudkan untuk mendapatkan data secara rinci
dari singkapan yang dilalui. Langkah-langkah yang dilakukan pada metode ini :
1. Menentukan stasiun awal sebagai titik permulaan.
2. Menentukan stasiun selanjutnya sambil melakukan pengukuran terhadap :
Jarak antara stasiun selanjutnya dan stasiun sebelumnya,
Azimuth
Strike/dip singkapan, berikut pemeriannya.
3. Demikian seterusnya untuk stasiun berikutnya sampai titik ahkir yang dikehendaki.
Lintasan tertutup adalh jalur perjalanan dari suatu titik pembrangkatan sampai ke titik terahkir
yang terletak pada lokasi yang sama, sedangkan pada lintasan terbuka titik awal tidak sama lokasinya
dengan titik ahkir. Pemilihan jenis kedua lintasan tersebut terantung pada keadaan daerah penelitian.
Kondisi lapangan tidak memungkinkan untuk pengambilan lintasan tertutup.

3.3.2.2 Metode Penentuan Stasiun Pengamatan (Plotting)
Penentuan lokasi pengamatan dilapangan yang akan dituangkan kedalam peta secara benar
menentukan ketepatan dalam pengambaran pada peta dasar. Teknik yang digunakan adalah dengan
menggunakan GPS (Global Positioning System).

3.3.2.3 Metode Pengukuran Singkapan
pengukuran strike dan dip perlapisan batuan dilakukan dengan menggunakan kompas geologi dan
clipboard bila diperlukan. Secara umum pengukuran dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Menentukan terlebih dahulu bagian atas dan bawah bidang perlapisan.
b. Meletakan sisi kompas bertanda E (East) pada bidang perlapisan yang diukur. Harus diyakini
terlebih dahulubahwa bidang tersebut mewakili kemiringan perlapisan batuan pada singkapan
tersebut.
c. Letak kompas dibuat benar-benar mendatar dengan melevelkan bull-eyes. Setelah itu sudut strike
dibaca dengan arah dari Utara ke Timur ( North to East ).
d. Langkah selanjutnya adalah mengukur kemiringan perlapisan batuan. Kompas diletakkan
sedemikian rupa sehingga sisi kompas W (West) menempel pada bidang perlapisan dan
klinometer dapat dilevelkan. Setelah itu sudut dip dapat dibaca harganya.
3.3.2.4 Deskripsi Detail
Deskripsi detail dilakukan untuk mendeskripsikan batuan apa saja yang telah kita jumpai dan
lihat ditempat penelitian, sehingga kita dapat mengetauhi gejala alam apa saja yang telah terjadi pada
lokasi tersebut. Deskripsi detail terbagi menjadi 3, antara lain :
1. Deskripsi Litologi
Deskripsi litologi dilakukan dengan cara menentukan jenis litologi pada singkapan yang
dijumpai. Tahap ini dilakukan dengan cara mengidentifikasi batuan tersebut berdasarkan
parameter-parameter tertentu sesuai dengan jenis litologinya. Secara umum (batuan sedimen dan
batuan beku ), parameter yang harus diamati meliputi : a). warna, segar dan lapuk; b).
komposisi/mineralogy; c). Tekstur; d). Struktur batuan; e). Kandungan fosil (batuan sedimen).
2. Deskripsi Struktur Sedimen
Dalam mendeskripsikan adanya indikasi struktur sedimen, ada beberapa parameter yang
harus diperhatikan yang sering dijumpai pada batuan sedimen, antara lain : struktur silang siur (
cross bedding), perlapisan bersusun (graded bedding), perlapisan sejajar (parallel laminasi), dan
gelembur gelombang (ripple mark).
3. Deskripsi Struktur Geologi
Struktur geologi dapat dipelajari dengan mengamati, mengukur dan menganalisis struktur
batuan. Struktur batuan adalah kanampakan batuan (bentuk/geometri) yang menempati ruang dan
waktu akibat suatu proses tertentu (tektonik dan non tektonik). Dalam mendeskripsikan indikasi
struktur geologi, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan, diantaranya nilai strike dip
bidang sesar, jenis dan arah pergerakan, serta nilai dari arah pitch dari cermin sesar tersebut.
3.3.2.5 Metode Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel batuan dilakukan pada setiap stasiun lokasi penelitian. Adapun tujuan
pengambilan sampel pada setiap stasiun untuk penentuan umur dan lingkungan pengendapan suatu satuan
batuan. Cara demikian ditempuh agar diperoleh data yang representatif.
3.3.3 Tahap Penelitian Laboraturium
pada tahap ini dilakukan empat langkah analisis data yaitu :
1. Analisi Geomorfologi
2. Analisis Litologi
3. Analisi Struktur Geologi
4. Analisi Stratigrafi

3.3.3.1 Analisis Geomorfologi
Dalam analisi ini langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan pengelompokan daerah
pemetaan berdasarkan kemiringan lokasinya. Caranya dengan membuat grid sel yang berukuran 2 cm x 2
cm pada peta dasar.
Kemudian setiap grid ditarik garis tegak lurus kontur dan kemiringan lerengnya dapat dihitung
dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

( )


dimana :
S : kemiringan lereng
n : jumlah kontur yang terpotong
lc : Interval kontur
d :jarak mendatar pada peta
Sp : Skala peta
Tabel 3.1 Klasifikasi kemiringan kereng menurut Van Zuidam (1983).
Besarnya kemiringan lereng yang didapat kemudian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
kemiringan lereng menurut Van Zuidam (1983), sehingga diperoleh penamaan satuan geomorfologinya.
(table 3.1)
3.3.3.2 Analisis Litologi
Dalam menganalisis karakteristik litologi untuk batuan sedimen klastika, peneliti menggunakan
skala ukuran butir menurut Wenworth (1968) untuk menentukan ukuran butir batuan, sehingga dapat
ditentukan jenis litologinya. Kemudian untuk menentukan nama satuan batuan yang dibentuk oleh litologi
tersebut menggunakan konsep litostratigrafi tidak resmi pada sandi stratigrafi Indonesia.
3.3.3.3 Analisis Struktur Geologi
Dalam menganalisis struktur berupa sesar ditentukan dengan memperhatikan kelurusan
perbukitan, arah strike dan dip, serta rekontruksiberdasarkan data indikasi struktur yang didapat dari
lapangan. Ada tiga tahapan utama dalam menganalisa struktur geologi, yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan jenis atau klasifikasi struktur geologi. Data yang digunakan meliputi hasil
pengukuran strike/dip perlapisan batuan, slicken slide (cermin sesar), zona hancuan, dragfold,
serta indikasi struktur lain seperti kekar, gawir, dll. Data yang telah diperoleh kemudian diplot
dipeta dasar untuk menentukan batas penyebaran.
2. Menentukan waktu pembentukan struktur ini melalui hubungan kronologis dari struktur-struktur
yang terbentuk dengan stratigrafi setempat.
3. Menentukan proses-proses fisik yang membentuk struktur tersebut. Dalam hal ini adalah
distribusi gaya-gaya yang bekerja. Dari distribusi gayanya akan diketauhi apakah struktur yang
terjadi sebagai akibat tektonik kompresional ata ekstensional dan gejala geologi lainnya yang
mungkin timbul saat pembentukan struktur tersebut.


3.3.3.5 Analisis Stratigrafi
Tujuan utama analisis stratigrafi adalah untuk mengetauhi posisi lateral dan vertical satuan batuan
serta menyebandingkan dengan formasi yang ada pada literature hasil penelitian sebelumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan akan dihasilkan satuan-satuan batuan yang
mengacuh pada dominasi batuan yang ada pada daerah tersebut, kontak antara satuan batuan dengan
batuan lain, apabila dapat ditemukan di lapangan dapat untuk interprestasi kisaran umur satuan
batuannya.
3.3.4 Tahap Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan hingga selesai seluruhnya dilakukan setelah hasil penelitian yaitu berupa
data yang sudah diinterprestasikan dan dituangakan kedalam bentuk pembahasan yang mencangkup aspek
geomorfologi, stratigrafi, geologi struktur, geologi sejarah, dan bahan galian. Setelah hasil penelitian dan
pembahasan tersebut selsai dikerjakan, selanutnya ditarik kesimpulan pada bab tersendiri.
Penyusunan mengerjakan penyusunan laporan secara bertahap. Tahap pertama adalah menyusun
bab 1, 2, dan bab 3. Bab 1 sampai bab 3 dapat dilakukan sebelum kita ke lapangan. Sedangkan tahap ke
dua adalah menyusun bab 4, dan 5 serta kelengkapan lainnya sampai selesai, yang dapat kita susun
setelah melaksanakan pemetaan geologi.
Tabel 3.1 Klasifikasi kemiringan kereng menurut Van Zuidam (1983).
Besarnya kemiringan lereng yang didapat kemudian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
kemiringan lereng menurut Van Zuidam (1983), sehingga diperoleh penamaan satuan geomorfologinya.
(table 3.1)
3.3.3.2 Analisis Litologi
Dalam menganalisis karakteristik litologi untuk batuan sedimen klastika, peneliti menggunakan
skala ukuran butir menurut Wenworth (1968) untuk menentukan ukuran butir batuan, sehingga dapat
ditentukan jenis litologinya. Kemudian untuk menentukan nama satuan batuan yang dibentuk oleh litologi
tersebut menggunakan konsep litostratigrafi tidak resmi pada sandi stratigrafi Indonesia.
3.3.3.3 Analisis Struktur Geologi
Dalam menganalisis struktur berupa sesar ditentukan dengan memperhatikan kelurusan
perbukitan, arah strike dan dip, serta rekontruksiberdasarkan data indikasi struktur yang didapat dari
lapangan. Ada tiga tahapan utama dalam menganalisa struktur geologi, yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan jenis atau klasifikasi struktur geologi. Data yang digunakan meliputi hasil
pengukuran strike/dip perlapisan batuan, slicken slide (cermin sesar), zona hancuan, dragfold,
serta indikasi struktur lain seperti kekar, gawir, dll. Data yang telah diperoleh kemudian diplot
dipeta dasar untuk menentukan batas penyebaran.
2. Menentukan waktu pembentukan struktur ini melalui hubungan kronologis dari struktur-struktur
yang terbentuk dengan stratigrafi setempat.
3. Menentukan proses-proses fisik yang membentuk struktur tersebut. Dalam hal ini adalah
distribusi gaya-gaya yang bekerja. Dari distribusi gayanya akan diketauhi apakah struktur yang
terjadi sebagai akibat tektonik kompresional ata ekstensional dan gejala geologi lainnya yang
mungkin timbul saat pembentukan struktur tersebut.


3.3.3.5 Analisis Stratigrafi
Tujuan utama analisis stratigrafi adalah untuk mengetauhi posisi lateral dan vertical satuan batuan
serta menyebandingkan dengan formasi yang ada pada literature hasil penelitian sebelumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan akan dihasilkan satuan-satuan batuan yang
mengacuh pada dominasi batuan yang ada pada daerah tersebut, kontak antara satuan batuan dengan
batuan lain, apabila dapat ditemukan di lapangan dapat untuk interprestasi kisaran umur satuan
batuannya.
3.3.4 Tahap Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan hingga selesai seluruhnya dilakukan setelah hasil penelitian yaitu berupa
data yang sudah diinterprestasikan dan dituangakan kedalam bentuk pembahasan yang mencangkup aspek
geomorfologi, stratigrafi, geologi struktur, geologi sejarah, dan bahan galian. Setelah hasil penelitian dan
pembahasan tersebut selsai dikerjakan, selanutnya ditarik kesimpulan pada bab tersendiri.
Penyusunan mengerjakan penyusunan laporan secara bertahap. Tahap pertama adalah menyusun
bab 1, 2, dan bab 3. Bab 1 sampai bab 3 dapat dilakukan sebelum kita ke lapangan. Sedangkan tahap ke
dua adalah menyusun bab 4, dan 5 serta kelengkapan lainnya sampai selesai, yang dapat kita susun
setelah melaksanakan pemetaan geologi.






Tabel 3.1 Klasifikasi kemiringan kereng menurut Van Zuidam (1983).
Besarnya kemiringan lereng yang didapat kemudian dikelompokkan berdasarkan klasifikasi
kemiringan lereng menurut Van Zuidam (1983), sehingga diperoleh penamaan satuan geomorfologinya.
(table 3.1)
3.3.3.2 Analisis Litologi
Dalam menganalisis karakteristik litologi untuk batuan sedimen klastika, peneliti menggunakan
skala ukuran butir menurut Wenworth (1968) untuk menentukan ukuran butir batuan, sehingga dapat
ditentukan jenis litologinya. Kemudian untuk menentukan nama satuan batuan yang dibentuk oleh litologi
tersebut menggunakan konsep litostratigrafi tidak resmi pada sandi stratigrafi Indonesia.
3.3.3.3 Analisis Struktur Geologi
Dalam menganalisis struktur berupa sesar ditentukan dengan memperhatikan kelurusan
perbukitan, arah strike dan dip, serta rekontruksiberdasarkan data indikasi struktur yang didapat dari
lapangan. Ada tiga tahapan utama dalam menganalisa struktur geologi, yaitu sebagai berikut :
1. Menentukan jenis atau klasifikasi struktur geologi. Data yang digunakan meliputi hasil
pengukuran strike/dip perlapisan batuan, slicken slide (cermin sesar), zona hancuan, dragfold,
serta indikasi struktur lain seperti kekar, gawir, dll. Data yang telah diperoleh kemudian diplot
dipeta dasar untuk menentukan batas penyebaran.
2. Menentukan waktu pembentukan struktur ini melalui hubungan kronologis dari struktur-struktur
yang terbentuk dengan stratigrafi setempat.
3. Menentukan proses-proses fisik yang membentuk struktur tersebut. Dalam hal ini adalah
distribusi gaya-gaya yang bekerja. Dari distribusi gayanya akan diketauhi apakah struktur yang
terjadi sebagai akibat tektonik kompresional ata ekstensional dan gejala geologi lainnya yang
mungkin timbul saat pembentukan struktur tersebut.


3.3.3.5 Analisis Stratigrafi
Tujuan utama analisis stratigrafi adalah untuk mengetauhi posisi lateral dan vertical satuan batuan
serta menyebandingkan dengan formasi yang ada pada literature hasil penelitian sebelumnya.
Berdasarkan data yang diperoleh dilapangan akan dihasilkan satuan-satuan batuan yang
mengacuh pada dominasi batuan yang ada pada daerah tersebut, kontak antara satuan batuan dengan
batuan lain, apabila dapat ditemukan di lapangan dapat untuk interprestasi kisaran umur satuan
batuannya.
3.3.4 Tahap Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan hingga selesai seluruhnya dilakukan setelah hasil penelitian yaitu berupa
data yang sudah diinterprestasikan dan dituangakan kedalam bentuk pembahasan yang mencangkup aspek
geomorfologi, stratigrafi, geologi struktur, geologi sejarah, dan bahan galian. Setelah hasil penelitian dan
pembahasan tersebut selsai dikerjakan, selanutnya ditarik kesimpulan pada bab tersendiri.
Penyusunan mengerjakan penyusunan laporan secara bertahap. Tahap pertama adalah menyusun
bab 1, 2, dan bab 3. Bab 1 sampai bab 3 dapat dilakukan sebelum kita ke lapangan. Sedangkan tahap ke
dua adalah menyusun bab 4, dan 5 serta kelengkapan lainnya sampai selesai, yang dapat kita susun
setelah melaksanakan pemetaan geologi.

Anda mungkin juga menyukai