Anda di halaman 1dari 15

AGAMA

PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA


1. PENGERTIAN AGAMA
Agama adalah seperangkat nilai-nilai dan norma-norma yang merupakan
ajaran moral spiritual kerokhanian yang berfungsi mendasari dan
membimbing manusia dalam hidup dan kehidupan di masa sekarang
guna meraih suatu keharmonisan , kedamaian dan kehidupan dimasa
yang akan datang, baik sebagai individu maupun kelompok masyarakat.
Kata AGAMA berasal dari suku kata A dan GAM yang artinya TIDAK
PERGI maksudnya datang mendekat untuk menemui atau diam
ditempat untuk mempelajari sumber pengetahuan atau doktrin yang
merujuk kepada KITAB SUCI.
Ajaran Buddha disebut DHARMA/DHAMMA dan VINAYA yaitu Doktrin
Kebenaran dan Peraturan Disiplin, Ajaran Buddha juga dinamakan
BUDDHA SASANA atau sering disebut dengan BUDDHA DHARMA,
Buddha Dharma bukan ciptaan manusia karena Buddha sendiri bersabda
Para Bhikkhu apakah para Tathagata muncul atau tidak dharma
ini tetap ada, hukum yang kekal, hukum yang mengatur
hubungan yang terkondisi sebab akibat ini terhadap itu.
DHARMA merupakan ajaran yang mencakup :
1. Kesunyataan
2. Kebenaran mutlak
3. Hukum yang menguasai dan mengatur alam semesta
4. Etika dan kemoralan
Sehingga pengertian Dharma lebih luas dari pada pengertian agama pada
umumnya yang merupakan kepercayaan dan pemujaan karena
ketergantungan pada kekuatan di luar manusia. Sedangkan Buddha
Dharma merupakan system perenungan yang mendalam dalam
pengembangan kualitas batin ( melalui meditasi yaitu dengan
mengkonsentrasikan pikiran, mengembangkan pikiran yang baik dan
mengendalikan pikiran yang jahat yang didukung dengan peraturan
latihan disiplin kemoralan yang harus dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.

Buddha Dharma didasari oleh kebebasan berpikir dan mengembangkan


pikiran yang logis, menyelidiki dan membuka selubung misteri yang
menyelimuti realitas.
Sedangkan pengertian agama secara umum merupakan suatu
kepercayaan dan penghormatan karena adanya kekuatan ADI KUASA di
luar kekuatan diri manusia, artinya adanya ketergantungan manusia
terhadap kekuatan illahi.

2. KOMPONEN AGAMA :
Agama di Indonesia harus memiliki komponen-komponen sbb ;
a.
b.
c.
d.
e.
f.

Mengajarkan keyakinan kepada TUHAN


Mempunyai Pendidi yaitu NABI atau GURU AGUNG
Mempunyai KITAB SUCI
Mempunyai UMAT atau PENGIKUT
Mempunyai TEMPAT IBADAH
Ada KEGIATAN RITUAL

3. FUNGSI AGAMA BAGI KEHIDUPAN MANUSIA


Agama dapat dijadikan pedoman oleh manusia untuk memahami
tujuan hidup manusia sendiri dalam memilih dan mengikuti system
etika moral yang dapat menahan seseorang dari perbuatan jahat dan
mendorongnya untuk berbuat baik serta memungkinkan untuk pemurnian
pikirannya supaya sederhana.
Agama adalah wujud perjuangan manusia, karena agama merupakan
kekuatan terbesar yaitu menuntun menuju penyadaran diri. Agama juga
memiliki kekuatan untuk mengubah seseorang dengan perangai
negative menjadi seseorang dengan sifat positif. Agama dapat mengubah
orang tamak menjadi murah hati, orang kejam jadi baik, orang yang
subyektif jadi obyektif.
Agama mengajarkan seseorang bagaimana cara menenangkan
indera serta membuat hati dan pikiran menjadi damai, karena rahasia
untuk menenangkan indera dengan cara melenyapkan nafsu yang
merupakan akar pengganggu.
Agama akan bermanfaat bagi manusia apabila agama itu sendiri
mampu memberikan perubahan kearah yang lebih baik bagi
kehidupan manusia itu sendiri. Jadi kalau manusia memeluk suatu agama

tetapi sama sekali tidak membawa perubahan yang lebih baik bagi
kehidupan manusia itu, maka keberagamaannya tidak bermanfaat.
JANGAN MENYALAHKAN AGAMA !
Kalau tidak ada suatu perubahan yang lebih baik bagi umat beragama,
maka jangan salahkan agamanya. Karena sesungguhnya bukan
agamanya yang salah tetapi manusianya yang salah, yaitu tidak dapat
menggunakan agama itu untuk mengubah diri menuju kehidupan yang
lebih baik , .. dan lebih baik lagi.
Agama sudah menyarankan manusia untuk berbuat baik dan menjadi
baik, tetapi manusia dalam kehidupan modern seperti sekarang ini,
tidak tertarik untuk berbuat demikian. Sebaliknya manusia lebih suka
berpegang teguh pada praktik-praktik eksternal yang kurang memiliki
nilai religious. Pada saat ini umat manusia telah tersesat dari prinsip
dasar religious, yaitu dengan praktek-praktek amoral dan kejahatan sudah
jadi umum diantara banyak orang. Sehingga agama pada jaman modern
seperti sekarang ini telah kehilangan rohnya, karena agama sekarang ini
hanya sebagai ILMU bukan sebagai LAKU.
Dhammapada menyatakan :
Walaupun ia membaca kitab-kitab suci tetapi tidak berbuat
sesuatu dengan ajarannya: maka orang yang tidak peduli ini
bagaikan seorang gembala sapi yang menghitung sapi orang
lain, ia tidak akan memperoleh manfaat kehidupan suci. (V.19)

4. PRINSIP-PRINSIP KEHIDUPAN
-Kedudukan Manusia : Manusia memiliki kedudukan yang
tertinggi ; ia adalah tuan bagi dirinya sendiri, dan tidak ada
mahkluk lain yang berkuasa menentukan nasinnya. Keberhasilan
dan kegagalan adalah hasil dari kemauan dan perbuatannya
sendiri, untuk itu Buddha berkata :
untuk bergaul dan sahabat dengan apa yang benar dan baik,
engkau sendirilah yang harus tekun menjalankan kebaikan.
( Samyutta Nikaya 1 hal 89 ).

Jadi seseorang menghargai hidupnya sendiri,ia harus menjaganya


baik-baik dan hidup secara lurus. Dan oleh karena tak ada yang
lebih berharga bagi manusia daripada hidupnya sendiri, maka ia
pun harus menghargai dan menghormati hidup orang lain seperti
hidupnya sendiri. ( Samyutta Nikaya 1 hal 75 ).
- Kesejahteraan
Manusia
:
Supaya
manusia
memiliki
kesejahteraan, maka manusia harus dapat terlepas dari
masalah-masalah yang dihadapinya. Buddha memberikan
petunjuk bagi orang yang menghadapi berbagai masalah, yaitu
dengan
memiliki
kasih
sayang,kemurahan
hati,
keadilan,kelembutan, kesetiaan, keseimbangan dan belas
kasihan diantara sesame mahkluk hidup.
Cara membuat kehidupan lebih baik dan bahagia :
Untuk membuat kehidupan manusia lebih baik dan bahagia,
terdapat TUJUAN TERAKHIR dan JALAN UNTUK MENCAPAINYA
(batin yang murni dan bersih dari segala kekotoran) Untuk
mencapainya manusia harus memiliki : kemauan, daya upaya
dan kemampuan untuk mencapai hal-hal tersebut.
Diri sendiri adalah perlindungan bagi diri,dengan diri yang
telah terkendali, seseorang memperoleh perlindungan yang
sukar diperoleh. (Dhammappada Atthakata I hal 148)
Kejahatan dibuat oleh diri sendiri, diri dikotori oleh diri sendiri,
kejahatan dihindari oleh diri sendiri, diri disucikan oleh diri
sendiri; kesucian dan kekotoran tergantung dari diri sendiri ;
tiada seorangpun yang dapat mensucikan orang lain
( Dhammappada Atthakata III hal 157 ).
Engkau sendiri harus berusaha, para BUDDHA hanyalah
PENUNJUK JALAN , Jadilah pulau untuk dirimu sendiri, jadilah
perlindungan bagi dirimu sendiri, jangan mengambil orang
(mahkluk) lain sebagai perlindunganmu. ( Digha Nikaya II hal
100)
- Prinsip-prinsip moral-sosial : Orang yang baik dan berharga,
tidak akan pernah berpikir ; akan mencelakakan orang lain
ataupun dirinya sendiri, SEBALIKNYA ia selalu memikirkan
kebaikan dirinya dan umat manusia, dan ia juga membantu
orang lain untuk berbuat baik. Ia tidak akan menonjolkan diri
sendiri dan meremehkan orang lain. ( Majjhima Nikaya 1 hal
341)
- Menggunakan Kekayaan Material : Orang yang baik dan
berharga, dengan kekayaan yang diperolehnya, tidak hanya
membahagiakan dirinya sendiri, tetapi juda orang tua, anak dan

istri, pelayan dan buruhburuhnya, teman-teman dan sanak


saudara dan orang lain. Dengan demikian kekayaannya
dinikmati dan dimanfaatkan secara benar, bukan secara salah
dan sia-sia. (samyutta Nikaya I hal 91)

5. TOLERANSI KEHIDUPAN BERAGAMA

Toleransi kehidupan beragama yang diajarkan oleh Buddha


adalah toleransi kritis yaitu toleransi yang memiliki pandangan
yang kritis, bersifat positif, mampu menghargai hal-hal positif
agama lain, bahkan mau belajar dari mereka.
Toleransi bukanlah suatu pilihan, suka atau tidak suka, melainkan
kewajiban moral dan etis penganut agama Buddha terhadap
agama lain. Seperti yang ditulis oleh Raja Asoka dalam Prasasti
batu Kalingga sbb : Jangan kita menghormati agama kita sendiri
dengan mencela agama lain. Sebaliknya agama lain pun
hendaknya dihormati atas dasar-dasar tertentu. Dengan berbuat
demikian kita membuat agama kita sendiri berkembang,selain
menguntungkan pula agama lain. Jika kita berbuat sebaliknya
kita akan merugikan agama kita sendiri dan agama orang lain.

MORAL/ETIKA(SILA)
PERSPEKTIF AGAMA BUDDHA
I . HAKEKAT SILA
Etika dalam bahasa Indonesia adalah tata susila tata
menunjukkan kaidah aturan dan susunan/system, su berati baik,
Sila adalah yang melatarbelakangi perilaku seseorang, kelakuan
atau perbuatan yang menurut adab.Susila diartikan sebagai
budi bahasa yang baik, adat istiadat yang baik, kesopanan.

Sila dalam buku-buku agama Buddha sering diterjemahkan


sebagai moral, kebajikan atau perbuatan baik. Ajaran Buddha
tetang sila adalah etika Buddhis petunjuk dan latihan moral yang
membentuk perilaku atau moralitas manusia agar menjadi lebih
baik dalam tata kehidupan suatu kelompok masyarakat didalam
kehidupan sekarang dan kehidupan di masa yang akan datang.
Sila merupakan dasar yang utama dalam pengamalan ajaran
agama,merupakan langkah pertama yang sangat penting dalam
peningkatan kualitas batin manusia yang luhur.
II. PENGERTIAN SILA
Buddhaghosa dalam Kitab Visuddhimagga menjelaskan pengertian
sila sbb :

Sikap batin / kehendak / cetana


Penghindaran / virati
Pengendalian diri / samvara
Tidak melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang telah
ditetapkan / avitikhama
Menimbulkan harmoni dalam hati dan pikiran / samadhana
Mempertahankan kebaikan dan mendukung mencapaian batin
yang luhur / upadharana

III. FAKTOR UTAMA SILA

A. SATI & SAMPOJANNA

SATI adalah cetusan keadaan batin yang selalu ingat dan


memperhatikan setiap tindakan perilaku atau perbuatan
sebelum dilakukan. Lawan dari ingat adalah tidak ingat/lupa,
orang yang kehilangan sati sama dengan sakit jiwa karena
orang yang sakit jiwa citta (pikiran)nya dapat bekerja tetapi sati
(ingat)nya tidak bekerja sehingga tidak dapat mengendalikan
diri.
Sati sebenarnya tidak mudah luntur walaupun sakit bertahuntahun, tidak makan berhari-hari, bekerja keras, dll. Tetapi sati
akan luntur dan akhirnya hilang jika seseorang mengkonsumsi
minum-minuman yang beralkohol, ganja, sabhu, morfin, estasi,
narkoba dan jenis lainnya.

Cara mengembangkan sati (ingatan) a.l :


a. Membuat catatan harian
b. Membuat ringkasan,dll
c. Menghindari miras

SAMPOJANNA adalah cetusan kesadaran yang selalu waspada


ketika melakukan tindakan dan perbuatan yang sedang
dilakukan. Kewaspadaan merupakan kesadaran yang bermanfaat
dan sangat membantu agar seseorang tidak melamun.
Kesadaran yang dimaksud adalah bukan kesadaran ketika
melakukan kejahatan tetapi kesadaran yang membawa manfaat
bagi diri sendiri dan orang lain.

Kesadaran dalam kewaspadaan mempunyai cirri-ciri sbb :


a. Menyadari manfaat yang sedang dilakukan
b. Menyadari bahwa apa yang sedang dilakukan sesuai/tidak
dengan dirinya.
c. Menyadari bahwa apa yang sedang dilakukan menimbulkan
suka/duka.
d. Menyadari bahwa apa yang sedang dilakukan merupakan
suatu kebodohan/disadari dengan penuh pengertian yang
benar.
B. HIRI DAN OTTAPA
HIRI adalah perasaan malu untuk melakukan perbuatan jahat /
salah. Bersumber dari dalam diri sendiri yang berhubungan
dengan : kelahiran, usia, kedudukan social, kehormatan,
pendidikan dll. Hiri bersifat otonom yang ditandai dengan
perasaan yang konsisten.
OTTAPA adalah perasan takut akan akibat dari perbuatan yang
jahat / salah. Perasaan takut bersumber dari luar diri sendiri,
orang yang memiliki ottapa akan selalu menghindari perbuatan
yang jahat.
IV. CIRI DAN FUNGSI SILA

CIRI SILA :
- Ketertiban dan Ketenangan
FUNGSI SILA :
- Menghancurkan segala bentuk kelakuan yang salah/tidak
baik.
- Menjaga agar seseorang tetap tidak bersalah ( tetap mulia,
berbudi luhur ).

V. WUJUD DAN ASPEK SILA

WUJUD :
- kesucian ( Soceyya)
ASPEK SILA :
- Varitta sila /Negatif : Menghindari/penolakan terhadap
segala perbuatan jahat. ( Diam)
- Caritta sila / positif
: merealisasikan segala perbuatan
yang baik.
( bertindak/ berbuat)

VI. MANFAAT SILA


Bagi Individu :
- Melindungi orang yang melaksankan
- Menjadi halus budi & sempurna
- Mampu melepaskan diri dari penderitaan
- Tidak ada penyesalan sebagai tujuan
Bagi Masyarakat :
- Mengendalikan hava nafsu
- Mengendalikan hubungan antar manusia
Dalam Mahaparinibbana sutta diuraikan

tentang

manfaat sila sbb :


-

Membuat orang bertambah kaya


Mendatangkan nama baik
Menimbulkan percaya diri dalam pergaulan dengan berbagai
golongan masyarakat.
Memberi ketenangan di saat menghadapi ajal (kematian)
Setelah kematian akan terlahir kembali di alam Surga.
(D.II.86)

Sila yang perlu dilatih oleh umat Buddha PANCA SILA BUDDHIS dan
PANCA DHAMMA.

PANCASILA BUDDHIS :
Lima sila yang merupakan tekad luhur dalam kehidupan seharihari ;
1. Bertekad melatih diri menghindari pembunuhan
2. Bertekad melatih diri menghindari pencurian
3. Bertekad melatih diri menghindari perbuatan asusila
4. Bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar
5. Bertekad melatih diri menghindari miras

PANCA DHAMMA :

1. Metta Karuna : Cinta kasih & kasih sayang ( tdk melanggar


sila 1)
2. Samma Ajiva : Bermata pencaharian benar ( tdk melanggar
sila 2)
3. Santutthi
: Puas dengan apa yang dimiliki ( tdk
melanggar sila 3)
4. Sacca
: Kebenaran/kejujuran (tdk melanggar sila 4)
5. Sati-sampajanna: selalu ingat & waspada ( tdk melanggar
sila 5 )
Hanya dengan melaksanakan sila dengan benar manusia akan
dapat mencapai batin yang luhur, karena sila yang baik akan
membuahkan
kebahagiaan
dan
pelanggaran
sila
akan
menimbulkan penderitaan.
Moralitas dapat dirangkum menjadi tiga prinsip :
- Jangan berbuat jahat
- Tambahkan kebaikan
- Sucikan hati dan pikiran
( DHAMMAPADA 183 )

---*---

1.HUBUNGAN MANUSIA DENGAN ALAM SEMESTA


KESEHATAN
Kesehatan menurut agama Buddha adalah anugerah yang
tertinggi sedangkan nirwana adalah kebahagiaan yang
tertinggi
tentunya
kesehatan
jasmani
dan
rokhani.
Sedangkan status kesehatan seseorang atau masyarakat
sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Kesehatan lingkungan
mencakup kesehatan perorangan. Kebiasaan hidup dan semua
dampak
hubungan
timbal-balik
antara
manusia
dan
lingkungan, bertalian dengan peningkatan derajat kesehatan
atau mencegah penyakit, Intinya bersih pangkal sehat.
Bagi orang yang jatuh sakit Buddha memberi tuntunan
kepada orang yang sakit untuk dapat memahami bahwa
tubuh (jasmani) dan jiwa (rokhani) adalah tidak kekal tidak
memiliki substansi ke aku an yang berdiri sendiri,
mengandung kotoran yang menjijikan, tempat berkembangnya
penyakit, termasuk penyakit yang timbul karena akibat

gangguan dari perubahan lingkungan. Buddha membimbing


untuk membersihkan dan mengembangkan batinnya, sehingga
akan berpengaruh pada kesehatan jasmani dan social.
Seperti yang telah dilakukan oleh Buddha, sewaktu masih
menjadi seorang Pangeran (Siddharta Gautama) beliau
bertekad meninggalkan istana untuk mencari obat yang dapat
menghentikan usia tua, sakit dan mati. Dengan perjuangan
yang gigih akhirnya tekad beliau tercapai yaitu mencapai
pencerahan dan menjadi seorang Buddha, beliau telah
memiliki kesehatan jasmani dan rokhani. Keberhasilan beliau
tidak hanya dinikmati oleh dirinya sendiri tetapi dapat juga
dinikmati oleh orang lain.
Tiga sifat kehidupan yang harus diahami oleh manusia a.l :
- Segala sesuatu yang berkondisi tidak kekal (anicca)
- Segala sesuatu yang berkondisi mengandung dukkha
- Segala fenomena tidak memiliki inti atau ego yang berdiri
sendiri ( anatta)
Bila dengan kebijaksanaan orang bisa melihat hal ini, ia akan
merasa jemu dengan penderitaan. Inilah jalan untuk menuju
kesucian. (Dhp.277-279)
Sosok individu yang terdiri dari lima agregat kehidupan juga
tidak kekal, dicengkeram oleh dukkha, tidak memiliki elemen
permanen yang menjadi suatu substansi ini.Apa yang tidak
mengandung inti, bukanlah milikku, itu bukan diriku (S.III.21)
Sang aku pasti bukan hanya badan jasmani saja, sekalipun
setiap orang mengatakan aku sakit ketika tubuhnya terkena
penyakit. Tidak juga sang aku dapat diidentikkan sebagai
perasaan, atau pencerapan, bentuk-bentuk pikiran atau
kesadaran, tanpa keterkaitan satu sama lain yang tunduk
mengikuti hukum kausalitas. Hanya bila semua komponen
telah tersusun dengan baik, kata kereta muncul dalam
pikiran berdasarkan perjanjian kita berkata itulah seorang
mahklukbila agregatnya tersusun (S.I,135)
Pandangan
tentang
kehidupan
dan
perilaku
manusia
ditentukan oleh beberapa naluri seperti :
a. Keinginan untuk hidup ( jivitukama)
b. Keinginan untuk menghindari kematian ( amaritukama)
c. Keinginan untuk menikmati kesenangan ( sukkhakama )
d. Keinginan
untuk
menghindar
dari
kesusahan
(dukkhapatikkula)
Keempat naluri inilah yang membuat
kebanyakan orang
mementingkan diri sendiri dan mencari kepuasan untuk diri

sendiri. Kepuasan tidak diingkari, tetapi Buddha menolak sifat


keakuan yang mendapat kepuasan dengan diikuti oleh akibat
yang buruk.
Buddha memberi contoh bahwa penderita kusta mungkin
mendapatkan kepuasan dengan membakar bagian tubuh yang
luka/busuk di atas api, jika sudah sembuh sebagai orang yang
sehat justru tidak akan mau untuk menyentuh api.
Dengan
membuang
sifat
keakuan
dan
setiap
orang
menghormati kepentingan orang lain, menurut Cakkavati
Sihananda Sutta :
Akan tiba saatnya penduduk semakin padat tetapi
cukup makan dan sejahtera
Harapan hidup akan semakin panjang, ketika itu hanya
ada tiga jenis penyakit a.l :
Penyakit gangguan nafsu makan
Penyakit gangguan pencernaan
Penyakit gangguan kerapuhan karena usia tua
Manusia tidak hidup sendiri, dan hidupnyapun tidak hanya
untuk diri sendiri. Setiap kehidupan saling bergantungan dan
berinteraksi dengan yang lain. Bahkan segala macam
benda,pohon, binatang dan manusia mempunyai asal ontologis
yang sama.
Menurut Avatamsaka-sutra seluruh dunia mempengaruhi
sebuah pori dan sebuah pori mempengaruhi seluruh dunia.
Semua makhluk mempengaruhi satu tubuh dan satu tubuh
mempengaruhi seluruh makhluk. Ketika kita membunuh satu
kehidupan, itu berarti membunuh diri sendiri dan setiap orang
lainnya. Hidup adalah milik orang yang memelihara bukan milik
orang yang menghancurkan.Manusia harus saling melindungi,
dengan melindungi dirinya seseorang itu melindungi orang
lain. Dengan melindungi orang lain seseorang melindungi
dirinya sendirinya sendiri ( S.V,168).
Buddha mengingatkan,bahwa setiap orang menyayangi dirinya
masing-masing. Atas dasar itu orang yang mencintai diri
sendiri tidak boleh mencelakai orang lain ( Ud.47). Setelah
membenadingkan dengan orang-orang lain dengan dirinya
sendiri, maka hendaknya seseorang tidak melakukan sesuatu
yang tidak ia inginkan diperbuat oleh orang lain terhadapnya.
Dengan empati maka manusia mempunyai kasih sayang dan
murah hati, mau menolong orang lain menjadikan hidup punya
arti bagi semua orang.

Kesehatan adalah anugerah yang tertinggi, yang harus


dipedomani
bahwa Anugerah
tidak datang
dengan
sendirinya. Bagaimapun majunya teknologi kedokteran,
bagimanapun baiknya pelayanan pemeliharaan kesehatan.
Status kesehatan lebih ditentukan oleh lingkungan dan
perilaku manusia. Apa yang diperbuat oleh manusia (menjaga
kebersihan lingkungan ) itulah yang mendatangkan anugerah
kesehatan.
Bagi manusia yang hidup sehat, maka sungguh bahagia kita
hidup tanpa penyakit diantara orang-orang yang berpenyakit :
di antara orang-orang yang berpenyakit kita hidup tanpa
penyakit, ( Dhp XV,198).

ABORSI
I.

PENGERTIAN
Aborsi adalah pengguguran kandungan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 3), sedangkan menurut Kartomo Muhammad ( Kompas
5/12/97), Aborsi dapat dibedakan dengan infanticide atau
pembunuhan bayi. Yaitu kalau aborsi ditujukan bagi usia
kandungan lima bulan ke bawah atau usia 20 minggu, hanya
masih berupa gumpalan daging atau berupa darah kental yang
nyaris tidak meninggalkan bekas apapun kapabila digugurkan.
Sedangkan infanticide ditujukan pada bayi usia lima bulan sudah
ada tengkorak, telah berbentuk tengkorak dan tulang dimana
pembusukannya
memerlukan
proses
walaupun
sudah
dikuburkan. Janin sudah dapat dikatakan viable artinya dengan
bantuan teknologi sudah dapat hidup di luar rahim tanpa
plasenta.
Menjadi pertanyaan dan persoalan, apakah dengan adanya
perbedaan aborsi dan infanticide, maka yang dimaksud ABORSI
itu menjadi bukan termasuk PEMBUNUHAN ? Bilakah kandungan
tersebut sudah disebut sebagai mahkluk ? dan apakah yang
termasuk dalam kategori pembunuhan mahkluk manusia ?.

II. KONSEP MAHKLUK MENURUT AGAMA BUDDHA


Persolanan
aborsi
yang
mengandung
dan
mengundang
perdebatan itu, disamping menyangkut masalah moral dan etika
juga berkenaan pembunuhan dan perilaku-perilaku yang terlibat,
juga lebih mendasar berkenaan dengan persoalan MAHKLUK.
Kapan terjadi konsepsi manusia di dalam kandungan ?
Menurut agama Buddha, MAHKLUK merupakan sesuatu yang
mempunyai sifat-sifat otonomi sendiri, artinya yang dapat
memberikan gejala hidup. Jadi dikatakan mahkluk apabila berupa
gumpalan sel yang mempunyai jasad-jasad energy hidup
( kekuatan karma )atau dalam bahasa sehari-hari disebut jasad
yang mempunyai jiwa. Jasad-jasad energy hidup tadi dimulai
pada waktu bertemunya sel ovum dan sel sperma ( sel wanita
dan sel pria ) melalui kekuatan karma, yaitu getaran-getaran
karma dari kedua orang tuanya.
Getaran energy hidup yang berada di luar, yang akan masuk
kedalam rahim ibu merupakan getaran anak dan orang tua dalam
gelombang perkunjungan (frekwensi) getaran yang bertanda
sama. Di dalam ilmu alam inilah yang disebut proses resonan
(turut getar) dan menurut ajaran Agama Buddha ini disebut
proses pembentukan unsure rokhani ( nama ) dan Jasmani
( rupa ) dari pada suatu janin.
III. SYARAT-SYARAT TERJADINYA SUATU MAHKLUK :
Tiga syarat yang harus dipenuhi untuk terjadinya suatu mahkluk
a.l :
1. Mata utuni hoti ( Ibu masih mengalami daur haid/ menstruasi )
2. Mata pitaro hoti ( Ayah dan ibu hidup bersama / berhubungan )
3. Gandhabo paccupatthito ( kesadaran ajal / cuti-citta )
Apabila ibu masih mendapatkan menstruasi berkumpul dengan
ayah yang juga masih menghasilkan spema serta adanya cuticitta (kesadaran ajal) dari suatu mahkluk hidup pada saat itu,
maka kemungkinan timbulnya suatu mahkluk lebih besar.
Bersatunya ketiga syarat di atas serta didorong oleh kekuatankekuatan karma, maka kesadaran ajal yang memadamkan
mahkluk yang meninggal akan berproses dalam patisandhi
vinnana atau kesadaran kelahiran kembali, dan selanjutnya akan
menjadi bhavanga citta atau kesadaran awal yang bergetar pada
mahkluk baru.

Hal tersebut secara umum disebut pula suatu permulaan dari


bentuk kehidupan baru atau nama dan rupa. Seseorang yang
dilahirkan hanya memiliki dua komponen yaitu paduan unsureunsur rokhani (nama) dan unsure-unsur jasmani ( rupa ).
IV. TAHAPAN PERKEMBANGAN BAYI DALAM KANDUNGAN
Menurut Agama Buddha perkembangan bayi dalam kandungan
akan melalui tahapan-tahapan sbb :
1. KALALA : Minggu ke 1
Bagian terkecil dari jasmani yang merupakan warisan
langsung dari orang tua. Bentuk dan cirri kalala adalah
campuran yang berupa setetes minyak wijen, campuran
tersebut bening dan dapat diangkat dengan suatu bulu. Dalam
biologis kalala ini disebut zygot.
2. ABBUDA RUPA : Minggu ke 2
Berbentuk busa dan berwarna merah seperti air daging.
3. PESI RUPA : Minggu ke 3
Janin yang berwarna merah.
4. GHANA RUPA : Minggu ke 4
Gumpalan daging seperti sebutir telur ayam.
5. PANCASAKHA : Minggu ke 5
Berbentuk lima gumpalan : kepala,dua tangan dan dua kaki.
6. Tumbuh rambut, bulu, kuku dsb : minggu ke 12 42.
Patisandi vinnana (kesadaran kelahiran kembali) memungkinkan
berkembangnya jasmani-batin dalam kandungan. Sperma dan
ovum
menyiapkan
materi
sedangkan
patisandi
vinnana
menyiapkan batin. Patisandi vinnana berhubungan dengan
kehidupan lalu dan kehidupan baru.
Proses kesadaran tidak pernah berhenti, Kesadaran terakhir dari
mahkluk meninggal berproses terus dan menghasilkan kesadaran
lain tetapi bukan dalam tubuh yang sama. Kesadaran lain itu
adalah Patisandi vinnana yang hanya bergetar sesaat lalu lenyap
dan langsung diikuti oleh bhavanga cita, yakti kesadaran awal
yang bergetar dalam mahkluk hidup.
Mahkluk hidup terlahir melalui 4 cara :
a. Jalabuja : melalui kandungan
b. Andaja
: melalui telur
c. Samsedaja
: melalui kelembaban
d. Opapatika
: melalui spontan / tanpa pembuahan orang tua
V. PANDANGAN AGAMA BUDDHA TERHADAP ABORSI

Naluri benih-benih Buddha menyatakan tidak pantas untuk


melalukan aborsi, atau agama Buddha tidak sependapat dengan
tindakan aborsi, karena aborsi adalah termasuk tindakan
pembunuhan. (memenuhi 5 syarat pembunuhan).
Akibat pembunuhan adalah : akan terlahir kembali dengan penuh
kesedihan, penderitaan dan umurnya tidak akan panjang,
( majjhima Nikaya.135).

Anda mungkin juga menyukai