Anda di halaman 1dari 2

Selain tarian yang sakral diatas Kraton Kasunanan/Pakubuwono juga menciptakan

tarian lain misalnya: Tari Srimpi, yaitu tarian yang menggambarkan perang tanding
dua kesatria.
Macam-macam srimpi : Srimpi padelori, Andong-andong, Arjuno Mangsah, Dhempel
Sangopati, Elo-elo, Dempel, Gambir sawit, Muncar, Gandokusumo, Srimpi lobong
(Jaman PB IX, 1774) dll.
(Sumber: http://www.karatonsurakarta.com/tari%20bedhoyo.html)


ota Solo memberikan banyak kebudayaan local yang mengasyikkan dan patut untuk dieksplorasi
lebih lanjut. Salah satu intangible heritage kota Solo yang masih lestari hingga saat ini adalah
Bedhaya Ketawang, tarian klasik dari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Bedhaya Ketawang terdiri dari kata Bedhaya dan Ketawang. Bedhaya artinya penari wanita di
Istana.Ketawang berasal dari kata tawang yang berarti bintang di langit. Tarian ini sangat kental
dengan budaya Jawa dan dianggap sakral. Tari yang digelar satu tahun sekali ini diperagakan oleh
sembilan perempuan dengan tata rias seperti pengantin Jawa. Sembilan pernari tersebut memiliki
sebutan masing-masing, yaitu: Batak, Endhel Ajeg, Endhel Weton, Apit Ngarep, Apit Mburi, Apit
Meneg, Gulu, Dhada, Dan Boncit. Nomor sembilan juga dapat direpresentasikan sebagai konstelasi
bintang-bintang dari arti Ketawang.
Tari Bedhaya Ketawang mencerminkan hubungan yang sangat khusus antara penguasa pertama
Mataram, Panembahan Senopati, dengan Dewi Laut Selatan, bernama Ratu Kencanasari atau biasa
disebut Kanjeng Ratu Kidul sebutan di kalangan masayrakat Jawa-.
Fokus dari tarian ini adalah pada adegan cinta antara Ratu Kencanasari dengan Panembahan
Senopati. Musik yang mengiringi tarian ini terdiri dari lima instrumen, yaitu kemanak, kethuk,
kenong, kendhang, dan gong serta diiringi suara dari sinden*.
Tari Bedhaya Ketawang dapat ditafsirkan sebagai representasi gerakan perang, seperti Supit
Urang** dan Garuda Nglayang***. Selama satu jam pertunjukan, baik raja maupun penonton
diijinkan untuk merokok, minum, atau makan. Ini adalah kepercayaan tradisional yang kuat dari tari
Bedhaya Ketawang. Hal ini dianggap sebagai simbol penyatuan antara raja dan rakyatnya dan antara
Tuhan dan ciptaan-Nya (Manunggaling kawula Gusti).
Dalam persiapan pementasan, para penari harus mengikuti beberapa aturan dan upacara. Persiapan
ini persis seperti jika seseorang akan menikah. Malam sebelum pertunjukan, para penari harus tidur
di Panti Satria, daerah yang paling suci di istana di mana semua peninggalan spiritual disimpan.
Latihan untuk tarian ini hanya diadakan setiap Selasa Kliwon **** (Hanggoro Kasih). sekali dalam
setiap 35 hari, dan biasanya pelatihan intensif mulai 10 hari sebelum pertunjukan. Para Bedhaya lain
yang terkenal di Keraton Surakarta adalah
Bedhaya Daradasih (dari Raja Paku Buwono IX)
Bedhaya Sukoharjo (dari Raja Paku Buwono IX)
Bedhaya Pangkur (dari Raja Paku Buwono IV dan VIII)
* Sebutan penyanyi latar dalam kebudayaan Jawa seperti pagelaran tari atau wayang.
** Capit Udang dalam bahasa Indonesia.
*** Burung Garuda terbang dalam bahasa Indonesia.
**** Salah satu hari dalam sistem penanggalan Jawa.

http://www.disolo.com/tari-bedhaya-ketawang/

Anda mungkin juga menyukai