Anda di halaman 1dari 4

Rasa

Izinkanku tuk berkisah


Tentang dongeng lapuk termakan zaman

Pada suatu hari, ada seorang putri yang sangat kesepian mendambakan hadirnya sosok pangeran.
Menunggu.. dan terus menunggu, untuk sesuatu yang tak pasti. Tapi Ia datang dalam wujud kesempurnaan yang
hanya ada diangan sang putri, sang pangeran itu nyata dan ia telah berdiri kokoh dihadapannya.Ia datang,
membawa cinta yang tak pernah dikenal sang putri. Sang putri mengira ini akan menjadi akhir bahagia yang
diimpikannya. Tetapi pangeran itu pergi, melesat bak bintang jatuh yang hancur menjadi serpihan debu tak berarti
diangkasa. Yang putri tau, sang pangeran itu tak hanya pergi, ia juga membawa hati dan cinta sang putri turut
lenyap bersamanya. Sang putri yang merasa tak punya makna lagi dalam semesta ini, memutuskan ikut mati
bersama api cintanya yang tlah padam

Hari-hari indah itu berlalu dengan sangat cepat, menyisakanku sendiri bersama lamunanku dan
sialnya, aku tersesat di dalamnya. Baru kemarin rasanya aku dipinang olehnya, sang pangeran impian
bagi sosok gadis kecil yang dulunya bermimpi untuk mendambanya dan mempunyai akhir hidup yang
bahagia bersamanya. Pangeran yang bijaksana, baik dalam bertutur dan berwibawa. Aku masih ingat
betapa mewahnya pesta pernikahanku, aku masih ingat aroma tubuhnya yang dibalut dengan parfum
eksentrik ala eropa, aku masih ingat sentuhan pertamanya, sentuhan yang tak pernah kurasa, aku masih
ingat senyumnya saat ia mengucap janji suci semati itu. Tak pernah terpikir olehku, bahwa semuanya
akan menjadi seperti ini. Berakhir seperti ini. ini bukanlah akhir yang aku inginkan. Pangeran yang dulu
ku puja tersebut lebih memilih putri-putri jelita dari negri lain nan jauh disana, meninggalkanku dengan
semua kenangan semu yang berserakan dilantai akibat diluluh lantahkan tangisan batinku.
Wahai pangeranku, inilah aku putrimu
Dengan segala kekuranganku
Mencoba tuk bisa mencintaimu
Dengan hidup dan matiku

Dengan menggenggam sebuah handphone ditanganku yang bergetar hebat sehabis terpikir
tentangnya. Aku kangen pangeranku. Lalu kuberanikan diri untuk menelefonnya, sekedar ingin
menanyakan kabarnya. Apakah dia bahagia hidup dinegri dongeng barunya? Cinta seperti apa yang putri
itu berikan? Cinta yang tak aku miliki? Tidak, aku yakin telah mencintainya dengan benar dan
memberikan segalanya untuknya.
Sayup-sayup ku melatih kemampuanku tuk bercakap-cakap dengannya, sudah lama aku
terputus kontak darinya. Nada tunggu tidak dimainkan, terbesit perasaan lega dibenakku. Nomornya
masih sama seperti sebelum kami bertemu.
ehm.. halo? Ini Dara, dengan siapa disana? terdengar suara wanita yang dengan lembut
mengangkat. Mungkin sang pangeranku telah menghapus nomorku, sehingga putri yang dicintainya kini
tak tau nomorku.
.....aku mati rasa, kata-kataku seakan terhisap kedalam sebuah lubang hitam diangkasa,
pikiranku melayang. inilah suara putri yang beruntung itusuara ku berbicara dengan diriku sendiri
didalam kepalaku. apa yang kau punya wahai putri, aku ingin memiliki apa yang kau punya, yang kau
berikan kepada pangeranku, aku ingin tau apa yang tidak ku miliki?suara didalam suaraku kembali
menginterupsi konstruksi pikiranku yang sedang merangkai kata demi kata dan mengumpulkan
keberanian untuk memperkenalkan diriku padanya.
Terjadi jeda hampir 1 menit yang terasa sangat lama bagiku. Waktu, waktu berjalan begitu
lambat, apakah ia lelah berputar dan berputar sepanjang usianya, apakah waktu tidak bosan membawa
kita semua berkeliling diatasnya, bersenda gurau di singgasananya?
Waktu terus berjalan, tanpa peduli dengan semua yang ada
Ia tetap berjalan, meskipun kita semua jatuh ke sumur ketiadaan
Ia tetap ada, meskipun kita semua telah lenyap dimakan zaman
Laksana kereta, dengan cepat ia membawa. tanpa peduli dengan yang tertinggal


siapa itu mah? Sini biar aku yang ngangkat, mungkin kolega kerjaku ujar seorang lelaki. aku
kenal suara itu, aku kenal betul suara itu. suara itu sering berbisik ditelingaku, seperti senapan,
membidikan untaian kata cinta, melesat melewati saluran telingaku, dan berhenti tepat dihatiku. Aku
telah tertembak cinta. Oh, rasa itu, aku kangen rasa itu, rasa yang dulu pernah ada dan masih kusimpan
sampai sekarang. ini dia, pangeranku. Batinku berkata. bagaimana kabarmu disana?mengapa kau
bisa begitu mudah melupakanku? Apakah aku hanya serpihan kaca retak, di kastil kacamu itu?ataukah
engkau memang bukan pangeranku yang selama ini ku damba?jawab aku wahai pangeran, hatiku
meringis meminta jawabmu. Dan meski kau tlah menjawab, tolong tutup telingaku karena aku tak kuasa
mendengar apa yang akan kudengar, aku tau kau pasti akan tetap memilihnya, sang putri itu. Mungkin
aku bukanlah sang putri bagimu. Hatiku berkata, berteriak, memaki kenyataan, mengutuknya,
mencoba mengubahnya. Tetapi ia hanyalah hati kecil dalam tubuh seorang putri yang tidak bisa
melakukan apa-apa, dan ia membencinya karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk mengubah
kenyataan yang terpampang jelas di depan matanya. Aku tak berdaya, ditelanjangi oleh kenyataan itu.
Rasa ini datang tiba-tiba
Bagai gelombang pasang yang datang menerpa
Rasa ini merasuk kesukma
Perlahan-lahan bersemayam didada

halo sapanya dengan suara khasnya yang agak serak.
Terkumpul akhirnya kekuatanku untuk berkata-kata sehabis lama membisu dihadapkan dengan
kenyataan yang masih tak bisa aku hadapi.
halo balasku dengan getir. ini benar-benar kamu tambahku.
lisa ia menyebutkan namaku, ia ingat namaku, berarti ia masih mengenal aku, meski aku
hanyalah sepenggal kisah tak berarti di masa lalunya. bagaimana kabarmu? tanyanya.
aku baik-baik saja. Rasa itu kembali hadir, menggoreskan sepercik senyum diwajahku. sudah
lama sekali ya? Bagaimana dengan kamu? aku balik bertanya.
yah.. biasa, masih seperti dulu. Penuh dengan rutinitas kerjaan ini itu dan sibuk mengurus istri
dan anakku, anak! Kamu tau kan anakku nakalnya gimana? Bagaimana dengan pekerjaanmu?aku dengar
kamu mendapat promosi pekerjaan keluar negri ya, London kalau tidak salah dengar?
Disatu sisi, aku sangat bahagia mendengarnya. Ia, pangeranku, hidupnya baik-baik saja. Tetapi
disisi lain, ada sebongkah rasa sakit bersemayam di lubuk hati terdalamku.
namanya juga anak-anak, dino.. dino.. kamu masih seperti dulu ya, kekanak-kanakan! Tentang
kerja itu memang benar, bukannya sombong, disini aku sudah punya hidup mewah loh! Kapan-kapan
kalian sekeluarga bisa berkunjung kesini! Kutraktir.balasku dengan sedikit menyombongkan diri. Aku
tak tahan dengan apa yang mereka miliki, mereka memiliki hubungan asli, keluarga. Sesuatu yang tak
aku miliki sekarang. Sesuatu yang tak sengaja ku hilangkan.
baiklah, aku akan menunggu,putri! sahutnya dengan tawa. dia masih memanggilku putri,
setelah semua ini. Dia masih punya nyali memanggilku putri.
hmm.. ngomong-ngomong, sudah berapa tahun umur anakmu?
4 tapi sudah jalan 5
rendi ya kalau tidak salah? Semoga saja dia tak berkelakuan seperti ayahnya yang serba
kekanak-kanakan itu. Masih ingat gak sewaktu kamu salah tempat duduk didalam bioskop, dan
merangkul orang yang salah, nenek-nenek lagi. Dan juga peristiwa pecah balon di pesta ulang tahun
anak teman kita dulu!
Kami berdua terbahak.
bisa aja kamu ya, memangnya kamu lupa saat kamu memakai kaos terbalik pas mau pergi ke
supermarket?
Cuma supermarket, dekat. Cuma beberapa kaki dari rumah.sahutku.
Kami terdiam, sadar akan tak ada yang perlu berkata lagi, percakapan ini sudah menguap
menjadi gumpalan-gumpalan gas kelabu. Benar-benar datar, dan aku tak mampu melanjutkan
kemunafikan ini.
ohiya, ia makin pintar, pintar untuk membuatku lelah, kayak belut, kesana sini susah
ditangkap.
siapa itu sayang? suara wanita tiba-tiba menginterupsi percakapan ini.
lisa mahbalasnya.
sebaiknya ku tutup saja telfon ini, tidak enak sama istrimu din tungkasku. Seandainya dia tahu
aku berbohong, aku mengingingkan percakapan ini lebih dari apa yang aku ingingkan, aku ingin hal ini
berlangsung selamanya. Suaramu merasuk kejiwaku, meniupkan sepercik nafas kehidupan dalam
kehampaan ragaku.
karena itu maumu, sudahlah. Lagian aku juga mau pergi ngantor nih.tungkasnya.
...belum sempat aku berbicara, nada putus sudah terdengar ditelingaku, dia memutuskan
telfonnya. tut... tut... tut...
Seketika telfon itu terputus. Seketika pula rasa hampa kembali menyelubungi diriku bak kabut
tebal yang tak mungkin seorang pun bisa menembusnya. Aku seorang putri, putri dalam kabut, seluruh
negriku tak nyata, mereka hanya segerumbulan kabut yang membentuk menyerupai istana beserta
antek-anteknya.
Wahai pangeranku,
cintaku padamu takkan pernah padam
bagai kilauan bintang dalam gelap malam

ruangan itu penuh pengap, penuh rasa nostalgia, yang mengikatku tuk duduk dengan manis
disamping telfon. Ku putuskan tuk memulai dari awal. Melupakan segalanya, tentang dia, tentang mimpi
dan anganku, tentang kita. Tapi jikalau suatu hari nanti kau masih ingin melihatku, wahai pangeran. Rasa
ini kan selalu ada di relung hati terdalamku.
Jam telah menunjukan pukul 8 malam, dan aku bergegas untuk keluar rumah. Mencoba mencari
kesibukan. Kulihat orang-orang berpasangan, tertawa lepas, mereka terlihat ba-ha-gi-a, mengeja sebuah
kata yang sudah lama tak ku rasakan. Menyisakan diriku sendirian dipojok bersalju kota ini.
Entah kenapa, suasana itu persis seperti yang aku alami.Dejavu! lampu-lampu hias bertengger
indah diatas pangkuan pohon cemara yang ditutupi salju itu, dan para orang-orang yang sibuk
bertelfonan itu, berpasangan itu, berdagang itu, dan semua ini.
Kulihat sesosok bayangan di kejauhan, tatapannya tajam. mengisyaratkan sesuatu yang dulu ku
kenal, cinta, gairah.
Dari sini aku tau, kau bukan satu-satunya pangeran yang ada di negeri ini.
Pangeran, aku rasa aku telah menemukan penggantimu.

*headline news: the woman body have been found near the burberry lights street, based on the
bacteria on her flesh, we assumed she dead almost 13 hours ago. The witnesses told that the girl was
with somebody, they thought he was her boyfriend because they looked so happy. Her name is lisa
turner, 36, single*

Anda mungkin juga menyukai