Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama dakwah yaitu agama yang mengajak dan memerintahkan
umatnya untuk selalu menyebarkan dan menyiarkan ajaran Islam kepada seluruh umat
manusia. Oleh karena itu, dakwah, baik sebagai konsep maupun sebagai aktivitas, telah
memasuki seluruh wilayah dan ruang lingkup kehidupan manusia. Seluruh aspek
kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari sudut pandang dakwah.
Dakwah, baik sebagai gagasan maupun sebagai kegiatan, sangat terkait dengan
ajaran amar maruf nahi munkar (menyuruh untuk mengerjakan kebaikan dan kebajikan
dan melarang atau mencegah untuk melakukan keburukan atau kemungkaran). ebaikan
dan keburukan selalu ada dalam kehidupan kita dan tampil sebagai suatu keadaan atau
kekuatan yang berlawanan.
!uhammadiyah adalah organisasi yang lahir sebagai alternati" berbagai persoalan
yang dihadapi umat Islam Indonesia sekitar akhir abad #$ dan awal abad %&.
!uhammadiyah merupakan konsekwensi logis munculnya pertanyaan'pertanyaan
sederhana seorang muslim kepada diri dan masyarakatnya tentang bagaimana memahami
dan mengamalkan kebenaran Islam yang telah diimani sehingga pesan global Islam yaitu
rahmatan lil alamin atau kesejahteraan bagi seluruh kehidupan dapat mewujud dalam
kehidupan objekti" umat manusia.
Sejak kehadirannya di tengah'tengah panggung sejarah, !uhammadiyah telah
memberikan kontribusi yang nyata bagi kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara
di Indonesia. (eran dan partisipasi !uhammadiyah disebut dengan amal usaha
!uhammadiyah memang merupakan hal yang "undamental bagi gerakan tersebut apalagi
jika ditinjau dari latar belakang kehadirannya. (artisipasi itu dijalankan dengan berbagai
cara dan bentuk, sejak gerakan itu lahir dan berlangsung hingga kini, memang diakui oleh
banyak pihak.
B. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep dan Stategi Keuda!aan
ajian disiplin ilmu lain telah terlebih dahulu mende"inisikan istilah budaya
(culture) yang dimasukkan ke dalam konsep masing'masing disiplin humaniora dan
sosial, seperti antropologi, sosiologi, politik, ekonomi dan seterusnya. oentjaraningrat
memberikan de"inisi budaya sebagai sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia
dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar
(oentjaraningrat, #$$&) #*&). Dan, +ames Spradley nampaknya hampir sependapat
dengan oentjaraningrat. Ia mengatakan budaya merupakan sistem pengetahuan yang
diperoleh manusia melalui proses belajar, yang kemudian mereka gunakan untuk
menginterpretasikan dunia sekelilingnya, sekaligus untuk menyusun strategi perilaku
dalam menghadapi dunia sekitar.
,ebih khusus, dalam terminologi disiplin ajian -udaya (Cultural Studies)
menyajikan bentuk kritis atas de"inisi budaya yang mengarah pada .the complex
everyday world we all encounter and through which all move/ (0dgar, #$$$) #&%).
-udaya secara luas adalah proses kehidupan sehari'hari manusia dalam skala umum,
mulai dari tindakan hingga cara berpikir, sebagaimana konsep budaya yang dijabarkan
oleh luckhohn. (engertian ini didukung juga oleh 1li""ord 2eert3, kebudayaan
dide"inisikan serangkaian aturan'aturan, resep'resep, rencana'rencana dan petunjuk'
petunjuk yang digunakan manusia untuk mengatur tingkah lakunya.
Dalam kajian budaya atau Cultural Studies (1S), konsep budaya dapat dipahami
seiring dengan perubahan perilaku dan struktur masyarakat di 0ropa pada abad ke'#$.
(erubahan ini atas dampak dari pengaruh teknologi yang berkembang pesat. Istilah
budaya sendiri merupakan kajian komprehensi" dalam pengertiannya menganalisa suatu
obyek kajian. 1ontohnya, selain ada antropologi budaya juga dikaji dalam studi
Sosiologi, Sejarah, 0tnogra"i, ritik Sastra bahkan juga Sosiobiologi.
4okus studi kajian budaya (1S) ini adalah pada aspek relasi budaya dan
kekuasaan yang dapat dilihat dalam budaya pop. Di dalam tradisi ajian -udaya di
Inggris yang diwarisi oleh 5aymonds 6illiams, 7oggarts, dan Stuart 7all, menilai
konsep budaya atau culture (dalam bahasa Inggris) merupakan hal yang paling rumit
diartikan sehingga bagi mereka konsep tersebut disebut sebuah alat bantu yang kurang
lebih memiliki nilai guna.
6illiams mende"inisikan konsep budaya menggunakan pendekatan universal,
yaitu konsep budaya mengacu pada makna'makna bersama. !akna ini terpusat pada
makna sehari'hari) nilai, benda'benda material8simbolis, norma. ebudayaan adalah
pengalaman dalam hidup sehari'hari) berbagai teks, praktik, dan makna semua orang
dalam menjalani hidup mereka (-arker, %&&9) 9&'99). ebudayaan yang dide"inisikan
oleh 6illiams lebih dekat :budaya; sebagai keseluruhan cara hidup.
(ertama, institusi'institusi yang memproduksi kesenian dan kebudayaan. edua,
"ormasi'"ormasi pendidikan, gerakan, dan "aksi'"aksi dalam produksi kebudayaan.
etiga, bentuk'bentuk produksi, termasuk segala mani"estasinya. eempat, identi"ikasi
dan bentuk'bentuk kebudayaan, termasuk kekhususan produk'produk kebudayaan,
tujuan'tujuan estetisnya. elima, reproduksinya dalam perjalanan ruang dan waktu. Dan
keenam, cara pengorganisasiannya.
B. Buda!a lokal dan uda!a pop
amus -esar -ahasa Indonesia mengartikan kata lokal sebagai) #). ruang yang
luas, %).terjadi (ada, berlaku,dsb) di satu tempat, tidak merata, setempat, <). di suatu
tempat. =rti kata >lokal> dengan demikian menunjuk pada satu daerah atau tempat
tertentu, terbatas atau berada pada suatu tempat dengan segala jangkauannya, serta
menandakan pada suatu waktu yang sudah berlalu (lampau) atau menunjuk kondisi yang
sudah ada sebelumnya. arena itulah, istilah budaya lokal sering dipahami dengan
mengacu pada kebudayaan yang bersumber dari warisan turun temurun nenek moyang,
yang sudah menjadi ritus dan tradisi atau kebiasaan yang mengakar dan melekat kuat
sebagai jati diri atau identitas suatu kelompok masyarakat tradisional.
-udaya lokal disebut juga budaya daerah, suatu budaya yang menonjolkan asal
usul, identitas dan kehormatan kelompok suku atau daerah tertentu. -udaya lokal kental
dengan nilai'nilai kepercayaan atau agama, cenderung dimitoskan, pernah dengan puja
puji yang sakral dan dikramatkan, seperti budaya masyarakat pertanian yang memuja
dewi kesuburan atau masyarakat nelayan di sekitar laut selatan yang begitu
mengagungkan ?yi ,ara idul.
-entuk budaya lokal umumnya berupa pakaian khas daerah, seni rupa baik ukir
maupun pahat, pantun dan tembang, tarian, lagu, rumah adat dan lainnya. -udaya lokal
muncul dalam bentuk ritual kepercayaan dalam bentuk persembahan untuk tujuan
keselamatan, keberkahan dan ungkapan syukur kepada sang penguasa alam, kekuatan
halus dan para leluhur atas segala hasil panen dan kenikmatan yang diterima. Dalam
bentuk lain terdapat upacara nyadran yaitu 3iarah ke makam para leluhur dalam
menyambut bulan suci 5amadhan yang dilaksanakan pada bulan Sya;ban atau 5uwah
dengan kegiatan membersihkan makam leluhur, selamatan (keduri), membuat kue apem,
kolak dan ketan sebagai unsur sesaji serta diiringi dengan doa bersama.
-udaya lokal tampak juga pada tradisi padusan (mandi bersama) untuk tujuan
membersihkan diri sebelum menyambut bulan suci 5amadhan atau siraman untuk
penyucian dalam proses pernikahan. Dalam konteks penyucian diri di kenal pula tradisi
ruwatan, yakni pensucian diri dari kutukan dan nasib yang tidak baik sekaligus tolak bala
terhadap gangguan makhlus halus, dedemit, genderuwo, syetan dan -atara ala dengan
memberikan sajen yang beraneka ragam. emudian ada pula tradisi nanggap wayang
ketika anak dikhitan, tayuban atau ronggengan ketika ada acara mantu (pesta
pernikahan). Demikian halnya upacara tingkepan atau mitoni berasal dari kata pitu yang
artinya tujuh, yaitu upacara yang dilakukan pada saat usia kehamilan tujuh bulan dan
pada kehamilan pertama. Dimana dalam pelaksanaan upacara tingkepan, ibu yang sedang
hamil tujuh bulan dimandikan dengan air kembang setaman disertai dengan doa'doa
khusus.
Secara umum beberapa model budaya lokal yang berkembang di dalam
masyarakat di atas bersi"at participatory culture, yaitu budaya lokal tersebut menuntut
partisipasi akti" dari warga masyarakat untuk terlibat langsung dalam setiap acara, pesta,
pertunjukan atau upacara adat. arena itu, budaya lokal terlihat merakyat, kolosal,
meriah dan semarak pelaksanaannya serta memiliki daya pengikat yang kuat di dalam
sistem sosial budaya masyarakat. !asyarakat merasa memiliki terhadap kelangsungan
hidup budaya dan tradisi yang ada, sekaligus meyakini terdpat kekuatan dan makna yang
begitu besar yang diharapkan dari pelaksanaan tradisi tersebut.
Sebaliknya kata >pop> di ambil dari kata >populer>. Didalam amus -esar
Indonesia kata populer diartikan sebagai) #). dikenal dan disukai orang banyak (umum),
%). sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami orang banyak,
<). disukai dan dikagumi orang banyak. Sementara itu, 5aymond 6illiams (#$*<) %<@)
memberikan empat makna atas istilah populer, yakni (#) banyak di sukai orang, (%) jenis
kerja rendahan, (<) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang dan (A) budaya
yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. Dengan demikian, populer berarti
bersi"at umum, memiliki jangkaun luas dan dapat diterima oleh banyak orang. -udaya
pop (populer) karenanya lebih dipahami sebagai budaya yang menglobal yang biasanya
ditunjukkan dalam musik, mode, fashion, food dan life style. -udaya populer meliputi
banyak hal yang terkait dengan penerimaan terhadap budaya dunia yang bersi"at massi",
instan dan didominasi unsur komersil, seperti musik ,ady 2aga, ?irvana atau !adonna,
gaya pakaian dan assesori =rmani, ,ouis, 2ucci dan 1hannel atau baju dan perlengkapan
olahraga model ?ike, =didas atau (uma, kemudian makanan dan minuman siap saji
seperti !cDonaldBs, 41, (i33a 7ut, Starbucks, (epsi 1ola, 1oca 1ola dan lainnya,
ataupun kemewahan berkendaraan dengan 7ummer, !ercedes, -!6, Coyota atau
7onda, kenikmatan hiburan melalui bantuan elektronik buatan Sony, enwood, (olytron
dan (anasonic atau hiburan, in"ormasi dan olahraga melalui program !CD, Disney,
7-O, Stars!ovie, --1, 1??, =lja3irah, 0S(?, Starssport dan chanel televisi lain,
kemudahan berkomunikasi dengan Seimens, Sony 0ricson, ?okia atau -lackberry,
kenyamanan transaksi keuangan melalui 7S-1, 5-1, 1iti atau =llian3, serta budaya
global lainnya.
-udaya pop memang budaya yang menyenangkan atau banyak disukai orang.
ita bisa melihat lakunya konser, pesta olahraga, "estival atau program televisi. Kedua,
sebagai negara tertinggal (rendahan), budaya pop merupakan kategori residual untuk
mengakomodasi praktik budaya yang tidak memenuhi persyaratan budaya tinggi. Dengan
kata lain budaya pop dide"inisikan sebagai budaya >substandar>, yaitu budaya yang jika
dilihat dari pertimbangan man"aat moral dirasakan kurang baik, seperti punk dengan tato,
tindik dan celana robeknya atau dangdut dengan goyangan erotisnya. Ketiga, budaya pop
adalah budaya komersil dampak dari produksi massal yang berbeda dengan budaya tinggi
sebagai kreasi hasil kreativitas individu yang begitu halus. -udaya pop dianggap hanya
sekedar rumusan manipulati" yang dikonsumsi orang tanpa dipikirkan secara mendalam.
Oleh karena itu budaya tinggi adalah budaya yang mendapatkan penerimaan moral dan
pengawasan secara sosial. Keempat, budaya pop adalah budaya yang berasal dari rakyat.
(emahaman ini berasal dari pendekatan yang beranggapan bahwa budaya pop adalah
sesuatu yang diterapkan pada rakyat dari atas. -udaya pop adalah budaya otentik rakyat
sebagai halnya budaya daerah meskipun memiliki karakteristik urban yang berbeda
dengan budaya daerah sebagai budaya lokal pada umumnya.
-erbeda dengan budaya lokal yang menuntut partisipasi akti" warga masyarakat.
-udaya populer memiliki si"at performance yaitu masyarakat tidak dituntut akti" terlibat
dalam akti"itas budaya pop. (ada budaya pop masyarakat cukup pasi" sebatas sebagai
penonton yang hanya menikmati menurut yang mereka sukai. !asyarakat harus dapat
memilih budaya yang disukai sebab terkadang budaya pop secara serempak dalam satu
waktu yang bersamaan. !asyarakat tinggal menekan tombol dan memilih channel yang
dikehendaki, tanpa ada interaksi langsung kecuali dalam konser, "estival atau
pementasan.
-udaya populer dikenal pula sebagai budaya massa yang kadang dianggap
berlawanan dengan budaya luhur nenek moyang dan tradisi suatu daerah atau kelompok
masyarakat tertentu. -udaya populer merupakan budaya hegemonik dalam kacamata
=ntonio 2ramsci. !enurut Cony -ernett dalam "ntroduction! "opuler Culture and the
#urn to $ramsci" budaya populer merupakan budaya yang dibangun oleh kelas penguasa
untuk memenangkan hegemoni sembari membentuk oposisi. -udaya ini terdiri bukan
hanya dari pemberlakuan budaya massa yang sejalan dengan ideologi dominan ataupun
budaya oposional yang spontan, melainkan sebagai area negoisasi antara keduanya,
dimana budaya dominan, subordinan dan opposisional dengan segenap nilai dan unsur
ideologis tercampurdalam suatu perubahan yang bersi"at sekuensial (urutan). arenanya
budaya populer disebut sebagai budaya komersial seluruh aspek kehidupan. Dengan kata
lain budaya populer ialah budaya yang dilahirkan dari dunia iklan, industri hiburan dan
media massa. Secara umum dapat dijelaskan beberapa karakteristik budaya populer, yaitu
)
-udaya populer dibangun atas permisivitas akan nilai dan molaritas. Di sini nilai dan
molaritas tidak lagi dijadikan pijakan atau pegangan dalam pergaulan dan tata
kehidupan.
-udaya populer bersi"at instan. -udaya ini memberikan pemuasan sesaat, pasi" dan
cenderung dangkal. ondisi ini tak jarang menyebabkan budaya populer dipenuhi
intrik seksualitas, konsumerisme, pemujaan dan gaya hidup.
-udaya populer bersi"at massa sehingga penyebarannya di tengah masyarakat
demikian cepat lewat dukungan piranti komunikasi. Oleh karena itu nilai yang terserap
dengan segera akan meluas di tengah masyarakat tanpa kecuali.
-udaya populer didukung sepenuhnya oleh kapitalisme global yang lebih menekankan
pertumbuhan ekonomi tanpa kompromi dengan baik atau buruk. -udaya populer
menjadi dagangan kelas wahid yang mudah menjualnya (komersial) dan memberi
keuntungan dalam jumlahnya sangat besar.
Dalam konteks hubungan antara budaya lokal dengan budaya pop, tidak serta
merta islam menolak segala hal yang berbau lama (konsevati"), melainkan Islam
menawarkan adanya perpaduan dan keselarasan sesuai semangat 3aman dimana suatu
masyarakat berada. aidah "iEh menyebutkan bahwa al%slamu shalihun li kulli &aman
wa makan artinya Islam sesuai atau dapat menyesuaikan dengan perubahan kondisi
waktu dan tempat. aidah ini mensyaratkan bahwa Islam senantiasa dapat menyesuaikan
diri dengan berbagai perubahan yang terjadi didalam masyarakat. Islam memiliki
"leksibilitas dan kekuatan untuk bertrans"ormasi ke dalam berbagai kebudayaan dan
peradaban tanpa harus kehilangan esensi dasarnya sebagai agama wahyu. Islam mampu
mengakomodasi berbagai ragam kebudayaan yang tumbuh di dalam masyarakat menjadi
kebudayaan yang lebih bernas dan memiliki nilai dalam kehidupan suatu masyarakat.
5obert ? -ellah di dalam bukunya .'eyond 'elief! (ssay on )eligion in a
"osttraditional *orld/ menyatakan bahwa !uhammmad sukses mengubah masyarakat
=rab yang bodoh, terbelakang dan barbar (tri+al society) menjadi masyarakat beradab
yang memiliki ketinggian akhlak, pengetahuan yang luas dan pencapaian kehidupan yang
lebih maju dan sejahtera.
aidah lain menyatakan .al%,dah al%-uhakkamah/ bahwa tradisi atau adat
kebiasaan bisa menjadi hukum. 7al ini menunjuk bagaimana Islam mampu
mem"ormulasi kebiasaan yang hidup dan tumbuh di dalam masyarakat dan mengakuinya
secara "ormal sebagai bagian hukum Islam tentang aspek sosial kehidupan, seperti tradisi
dalam kelahiran, perkawinan, keberhasilan, kematian ataupun lainnya. Islam terbukti juga
mampu mengadopsi banyak hal dari kebiasaan dan budaya yang berkembang di
masyarakat, seperti menerima menara sebagai ornamen yang melengkapi mesjid. (adahal
dahulu menara atau al%manarah berasal dari kata al%narr yang artinya tempat api atau
api, sebab menara merupakan simbol penyembahan pada orang'orang !ajusi
(penyembah api). Demikian halnya penerimaan terhadap baju 1ina yang kemudian
dikenal dengan baju koko atau baju takwa, penerimaan terhadap sarung, kopiah atau
songkok hitam juga menunjukkan hal yang sama, betapa Islam dapat menerima budaya
lain dngan menyesuaikan berdasarkan prinsip dan pokok ajaran Islam. Selain itu, sejak
dulu sudah terjadi penerimaan budaya dalam bentuk sinkretisme dan akulturasi
kebudayaan Islam kejawen, baik dalam penanggalan =rab'+awa, shalat daim, budaya
mandi gosok gigi atau penyebutan gelar untuk penguasa yang mengabungkan nama Islam
dengan nama +awa, seperti gelar penguasa tertinggi asunanan Surakarta yang diberi
gelar .ngkang Susuhunan Senapati ngalaga Sayidin "anatagama Kalipatullah
"aku+uwana atau =mangkurat ID (#@#$'#@%A) yang menggunakan gelar ."ra+u
-angkurat Senapati ngalaga .ga+du%)ahman Sayidin "anatagama Kalipatullah/
(erubahan 3aman pastilah menandakan terjadinya perubahan keadaan dan
kebiasaan dalam suatu masyarakat, berikut dengan segala budaya dan ritus
kepercayaannya. (ada masyarakat agraris kehidupan masyarakat dibangun dalam suasana
kehidupan pertanian yang mengagungkan keterikatan dengan alam dan segala yang
disi"atkan sebagai penguasa alam. etergantungan terhadap alam diwujudkan dengan
berbagai pemujaan dan kepercayaan yang menempatkan Dewi Sri, -atara ala ataupun
para leluhur sebagai simbol yang disucikan. arenanya kehidupan agraris dicirikan oleh
< hal, yaitu ) misti"ikasi, mitologisasi dan sakralisasi. !isti"ikasi tampak pada
kepercayaan terhadap kekuatan'kekuatan ghaib, makhluk'makhluk halus, benda dan
tempat keramat, perhitungan hari baik, ataupun ramaln atas tanda'tanda alam. Sementara
itu, mitologisasi terkait dengan kepercayaan terhadap tokoh'tokoh tertentu yang
dipercayai memiliki kekuasaan dan kekuatan luar biasa sebagai penguasa tempat tertentu
sekaligus yang menentukan baik buruk kehidupan manusia, seperti mitos tentang ?yi
,ara idul sang penguasa ,aut Selatan, yai Sapujagat sebagai penguasa 2unung
merapi, mitos tentang keris ?agasasra dan Sabuk Inten yang merupakan pusaka kerajaan
!ajapahit yang dipercaya bahwa siapa yang memiliki keris tersebut maka dia akan
menjadi pewaris kekuasaan Demak atau penguasa pada masa sekarang, serta mitos
tentang yai Selamet yang merupakan kerbau bule eraton Fogyakarta yang memberi
kesuburan dan hasil panen melimpah, karena kerbau tersebut dipercaya memiliki
kelebihan dibanding hewan lainnya. Dengan adanya keyakinan dan kepercayaan terhadap
mitos tokoh, hewan atau benda tertentu yang dianggap keramat dan memiliki kekuatan
ghaib maka terjadilah proses sakralisasi yaitu mengkultuskan, mengkramatkan dan
menyucikan dalam bentuk upacara'upacara slametan atau sepasaran (pemujaan) yang
berisi puja'puji, sajen dan harapan yang dibungkus dengan ritual kegiatan membaca
mantera dan doa bersama.
ondisi pada masa agraris sebenarnya berbeda dengan masa indrustrialisasi,
sebab indrustrialisasi sitandai oleh 9 hal, yaitu ) "ertama, menetisasi atau semua
ditentukan dengan uang. Segala aspek kehidupan pada masa indrustrilisasi digerakkan
dengan sistem transaksi modern yang direpresentasikan dengan alat tukar untuk
pembayaran disebut dengan uang. Gang menjadi benda paling stategis untuk dikuasai,
karena nilai didalamnya yang disepakati dan dapat diterima semua pihak. apitalisasi
kekayaan dan kemakmuran tidak diukur berdasarkan seberapa banyak emas atau perak
yang dimiliki seseorang, melainkan berapa banyak kekayaan tersebut dinominalkan
dalam ukuran nilai uang. arena itu, tanpa uang tidak ada kehidupan di alam
indrustrialisasi. Gntuk membangun pabrik, mendirikan perusahaan, mengaji karyawan
ataupun memberikan kesejahteraan, semua tergantung pada seberapa banyak uang yang
dimiliki. -udaya gotong royong pada masa agraris digantikan dengan kerja uang pada
masa indrustrialisasi. Kedua, komersialisasi atau semua bernilai sebagai barang
dagangan. Dalam setiap kegiatan industri, baik dalam pabrik, perusahaan, distribusi
barang dan penggunaan barang oleh masyarakat, semua kegiatan tersebut dikendalikan
oleh adanya keinginan untuk mendapatkan dan menumpuk uang sebanyak'banyaknya.
arena prinsip dagang yang berkembang adalah modal sekecil'kecilnya dan untung
sebanyak'banyaknya. Cidak ada lagi semangat kebersamaan, tolong menolong dan
ketulusan untuk saling memberi seperti yang terjadi pada masa agraris, karena sekarang
semua dikendalikan oleh motivasi untuk mendapatkan harta (uang) semata. Ketiga,
urbanisasi atau perpindahan penduduk dari desa ke kota. Indrustrialisasi menuntut adanya
kehidupan baru di wilayah yang baru. Dengan keberadaan pabrik yang terletak jauh di
luar wilayah perdesaan, maka menuntut tumbuhnya wilayah baru yang di huni oleh
penduduk pendatang yang berasal dari berbagai daerah. Cempat hunian baru tersebut
tertata rapi dilengkapi dengan "asilitas modern seperti halnya kawasan industrinya.
Cempat tersebut dikenal sebagai wilayah perkotaan, sebab menunjuk wilayah yang lebih
baik penataannya, lebih lengkap "asilitas umumnya, serta terdiri dari bangunan'bangunan
yang kokoh dan berpagar tinggi. +ika pada masa agraris kehidupan pedesaan begitu lekat
dengan ciri kesederhanaan, keterbukaan, saling bertegur sapa dan lebih santai menjalani
hidup, sebaiknya pada masa industrilisasi kemewahan yang lebih ditonjolkan dengan pola
kehidupan yang serba individualistik dengan ukuran nilai uang dan keterbatasan waktu
untuk bersama. 6aktu begitu berarti kalau menghasilkan uang (time is money). Keempat,
elektri"ikasi atau penggunaan listrik. +ika pada masa agraris kegelapan menjadi teman
yang akrab dan memberi nuansa kehidupan bagi bersemayamnya kepercayaan terhadap
makhluk ghaib dan sedikit membatasi kesempatan menikmati hiburan di waktu malam,
maka pada masa industrilisasi dengan ditemukannya listrik, kehidupan di malam hari
semakin semarak baik untuk terus bekerja maupun menyalurkan kepenatan diri dengan
berbagai hiburan malam setelah bekerja penuh siang harinya. Kelima, pemakaian mesin
atau alat elektronik. Dengan banyaknya pabrik, adanya listrik, serta tuntutan kapitalisasi
keuntungan yang lebih besar, maka mulailah dilakukan inovasi dan ditemukan alat'alat
baru yang lebih e"ekti", e"esien dan dapat menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.
!ulailah dipergunakan mesin atau alat'alat elektronik dalam kegiatan industri di semua
sektor kehidupan masyarakat. +ika pada masa agraris penggunaan tenaga manusia begitu
penting dan tak tergantikan, sehingga menuntut kerjasama yang baik, keakraban empati
dan semangat untuk maju dan berbagi kebahagiaan bersama. Sebaliknya, pada masa
industrilisasi penggunaan tenaga manusia lebih diminimalkan atau disisihkan dan diganti
dengan mesin, sebab di samping mahal biayanya juga dianggap menuntut tanggung
jawab sosial yang berat berupa banyaknya waktu dan perhatian yang harus diberikan oleh
pemilik pabrik kepada para pekerjanya. Dengan jumlah permintaan barang yang terus
meningkat, persaingan yang semakin kompetiti" dan waktu terbatas, maka penggunaan
mesin secara massi" menjadi penting. =kibatnya kehidupan masa industrilisasi
menyisakan kesenjangan di antara pengusaha dengan para pekerja, sehingga tidak ada
lagi ikatan emosional bersama.
emudian pada masa sekarang, yakni peralihan dari masa industrilisasi ke masa
globalisasi. kehidupan industri menjadi semakin kompleks dengan perkembangan
teknologi komunikasi dan in"ormasi. arenanya saat ini disebut juga abad in"ormasi.
Semua sekat dan jarak yang memisahkan dan membatasi ruang gerak hidup manusia,
sekarang mencair dan begitu lepas bebas terbuka. Dunia menjadi seperti desa kecil yang
segala akti"itas warganya dapat terpantau dari sudut manapun. arenanya jika dahulu
pergeseran nilai dan pertukaran budaya dari satu wilatah ke wilayah lain cenderung
tertutup dan membutuhkan waktu lama, sekarang semua menjadi begitu terbuka dan
bebas untuk memilihnya. ecendrungan masyarakat menjadi lebih permissi", tidak mau
terikat oleh ikatan'ikatan primordial dan mendudukkan nilai agama dan adat secara
e"ekti". !asyarakat menjadi lebih leluasa dan mendudukkan segala sesuatu secara
otonom atas dasar hak asasi manusia dan kebebasan individual seperti konsep pemikiran
+ohn Stuart !ills.
Demikianlah perubahan 3aman meniscayakan adanya perubahan karakteristik diri
manusia dan sistem nilai yang ada di dalamnya, termasuk dalam hal pergeseran antara
budaya lokal dengan budaya populer. Secara sadar masyarakat kita mengalami pergeseran
budaya dan pemahaman terhadap nilai tertentu. Sekalipun tidak semua hal terkikis habis
oleh perubahan 3aman baru. arena "aktanya, meski terjadi perubahan dari masa agraris
ke masa industrialisasi dan sekarang ke masa globalisasi atau in"ormasi, ternyata
sebagian besar masyarakat kita masih mempercayai kebiasaan dan kepercayaan yang
tumbuh subur pada masa agraris. epercayaan terhadap takhayul, +idah dan khurafat
tetap langgeng ada di masyarakat. 7al'hal yang berbau klenik, mistik, magi, perdukunan,
ramalan dan berbagai peruntungannya masih melekat kuat dibenak masyarakat. etika
mengirim barang ekspor tetap dilalui dengan tradisi memecahkan kendi yang berisi air
kembang yang telah dijampi'jampi, tujuannya agar proses ekspor berjalan lancar dan
sukses. -egitu pula tayangan'tayangan mistik yang penuh misteri dan magi demikian
kuat menghiasi layar kaca CD. Di samping kebiasaan untuk datang ke kuburan tokoh'
tokoh besar yang dikramatkan, baik dalam rangka mencari berkah sebelum pencalonan
sebagai anggota legislati" dan eksekuti" maupun untuk mengharap kelulusan ketika
mengikuti ujian nasional.
". Stategi Keuda!aan Mu#a$$adi!a#
ebudayaan merupakan sesuatu yang terus berproses (learning process)
sebagaimana jalan manusia dengan kehidupannya. 1.=.van (eursen pada bagian awal
buku >Strategi Ke+udayaan" menjelaskan bahwa pada awalnya, orang banyak
berpendapat tentang konsepsi kebudayaan yang hanya meliputi segala mani"estasi dari
kehidupan manusia yang berbudi luhur dan yang bersi"at rohani saja. =kan tetapi dewasa
ini kebudayaan diartikan sebagai mani"estasi dari seluruh aspek kehidupan setiap orang
dan kehidupan setiap kelompok orang. !anusia tidak dapat hidup begitu saja di tengah
alam. Oleh karena itu untuk dapat hidup, manusia harus mengubah segala sesuatu yang
telah disediakan oleh alam. !isalnya, gandum agar dapat dimakan harus dimasak dulu
menjadi roti.
Cerwujudnya suatu kebudayaan dipengaruhi oleh sejumlah "aktor, yaitu hal'hal
yang menggerakkan manusia untuk menghasilkan kebudayaan merupakan produk
kekuatan jiwa manusia sebagai makhluk =llah yang tertinggi. Oleh karena itu, walaupun
manusia memiliki tubuh yang lemah bila dibandingkan dengan binatang seperti gajah,
harimau, dan kerbau, tetapi dengan akalnya manusia mampu untuk menciptakan alat
sehingga akhirnya dapat menjadi penguasa dunia. Dengan kualitas badannya, mampu
menempatkan dirinya di seluruh dunia. Cidak seperti binatang, yang hanya dapat
menempatkan diri di dalam lingkungannya. Oleh karena itu, manusia dikatakan sebagai
insan budaya.
ekayaan dan keanekaragaman sejarah kebudayaan manusia sangat sulit untuk
digambarkan secara lengkap. Cetapi menurut van (eursen sejarah kebudayaan umat
manusia ini dapat dipilah menjadi < tahap, yaitu )
1. Tahap Mitis
(ada tahap mitis sikap manusia masih merasakan dirinya terkepung oleh
kekuatan'kekuatan gaib di sekitarnya, yaitu kekuasaan dewa'dewa alam raya atau
kekuasaan kesuburan, seperti dipentaskan dalam mitologi'mitologi yang dinamakan
bangsa'bangsa primiti". Sekalipun sebenarnya berbagai bentuk mitologi ini pun dapat
kita jumpai dalam dunia modern.
2. Tahap Ontologis
(ada tahap ontologis sikap manusia yang tidak lagi hidup dalam kepungan
kekuasaan kekuatan mitis, melainkan secara bebas ingin meneliti segala hal. !anusia
mengambil jarak terhadap segala sesuatu yang dahulu dirasakan sebagai kepungan. Ia
mulai menyusun suatu ajaran atau teori mengenai dasar hakikat segala sesuatu
(ontologi) dan mengenai segala sesuatu menurut perinciannya (ilmu'ilmu). Seseorang
bisa melihat bahwa ontologi itu berkembang dalam lingkungan kebudayaan kuno yang
sangat dipengaruhi oleh "ilsa"at dan ilmu pengetahuan.
3. Tahap Fungsional
(ada tahap "ungsional sikap dan alam pikirannya yang tidak begitu terpesona lagi
oleh lingkungannya (sikap mitis), ia tidak lagi dengan kepala dingin mengambil jarak
terhadap objek penyelidikannya (sikap ontologis), ia ingin mengadakan relasi'relasi
baru, suatu kebertautan yang baru terhadap segala sesuatu dalam lingkungannya.
-eberapa aspek ciri tahapan "ungsional yang digambarkan oleh van (eursen orang
mencari hubungan'hubungan antara semua bidang. =rti sebuah kata atau sebuah
perbuatan maupun barang dipandang menurut peran atau "ungsi yang dimainkan
dalam keseluruhan yang saling bertautan. !enurut (eursen, si"at tegang menjadi ciri
khas perkembangan budaya manusia. !anusia mempertaruhkan diri, mengarahkan
diri, kepada sesuatu atau kepada orang lain dengan segala gairah hidup dan emosi'
smosinya. Sikap eksistensial merupakan ciri khas pada tahap "ungsional, sebab orang
mencari relasi'relasi, kebertalian sebagai pengganti bagi jarak dan pengetahuan
objekti".
Dalam memandang alam dan masyarakat, manusia mengarahkan diri
kepada dunia sekitarnya, manusia diikutsertakan untuk semakin mengisi arti
dunia. !anusia semakin akti" mencampuri perkembangan alam dan sejarah.
Dalam memandang pekerjaan dan organisasi, pekerjaan tidak lagi dipandang
sebagai sebuah benda, semacam substansi yang dapat diperdagangkan. -ekerja
merupakan suatu cara untuk memberi isi kepada eksistensinya sebagai manusia,
untuk menjadikan kemanusiaan seseorang yang nyata, kalau tidak, maka
pekerjaan itu menjadi hampa, tanpa arti, dan tak dapat dibenarkan.
Strategi kebudayaan sebenarnya lebih luas dari hanya sekedar menyusun
suatu policy tertentu mengenai kebudayaan. Sebuah strategi kebudayaan akan
selalu mencermati ketegangan antara sikap terbuka (transendensi) dengan sikap
tertutup (imanensi) dalam pertautan antar manusia dan kekuasaan'kekuasaan
sekitarnya. ebudayaan mempunyai gerak pasang surut antara manusia dengan
berbagai kekuasaan yang berkembang. etegangan antara imanensi dan
transendensi, disertai dengan kebijaksanaan atau strategi yang mengatur
ketegangan itu agar menjadi sesuatu yang lebih baik bagi kehidupan manusia.
Dengan demikian dapatlah dipahami bahwa kebudayaan merupakan
sekolah bagi umat manusia, sebagai pendidikan terus'menerus, pendidikan yang
tidak ada tamatnya, sepanjang sejarah hubungan manusia dengan berbagai
kekuasaan yang berkembang akan selalu membutuhkan rencana'rencana baru.
arena dalam rencana baru itulah menurut van (eursen sebuah strategi
kebudayaan diperlukan. Dengan kata lain budaya adalah strategi untuk bertahan
hidup dan menang. Inti dari budaya bukanlah budaya itu sendiri, melainkan
strategi kebudayaan. Sebuah strategi yang mengarahkan kebudayaan pada suatu
"ormula peradaban yang lebih halus, lebih tinggi, kuat, dan tetap bertahan dalam
jangka yang panjang.
D. Dak%a# Kultural Mu#a$$adi!a#
BAB III
PENUTUP
A. Kesi$pulan
DA&TA' PUSTAKA
=gger, -en. %&&<. #eori Sosial Kritis. reasi 6acana) +ogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai