Anda di halaman 1dari 7

A.

DEFINISI
HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari Human Imunnodeficiency
Virus dalam bahasa Indonesia berarti virus penyebab menurunnya kekebalan tubuh
manusia. HIV adalah Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan
kemudian menimbulkan AIDS. Virus HIV menyerang salah satu jenis sel darah putih
yang berfungsi untuk kekebalan tubuh (Maryunani !""#$.
AIDS (Acqured Immunodefeciecy Syndroma) adalah sekumpulan gejala atau
penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus
HIV (Human Imunnodefisiency Virus). AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
(Sudoyo Aru dkk !""#$
Infeksi oportunistik adalah infeksi yang mun%ul akibat lemahnya system
pertahanan tubuh yang telah terinfeksi HIV atau oleh sebab lain. &ada orang yang sistem
kekebalan tubuhnya masih baik infeksi ini mungkin tidak berbahaya namun pada orang
yang kekebalan tubuhnya lemah (HIV'AIDS$ bisa menyebabkan kematian. Infeksi ini
dapat timbul karena mikroba ( bakteri jamur virus $ yang berasal dari luar tubuh
maupun yang sudah ada dalam tubuh manusia namun dalam keadaan normal terkedali
oleh kekebalan tubuh. ((!$. Salah satu infeksi oportunistik yang disebabkan oleh bakteri
adalah )uberkulosis ()*$.
)uberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh My%oba%terium
tuber%ulosis. +uman batang tanhan asam ini dapat merupakan organisme patogen
maupun saprofit. Ada beberapa mikrobakteria patogen tettapi hanya strain bovin dan
human yang patogenik terhadap manusia. *asil tuberkel ini berukuran ", - ! sampai .
/m ukuran ini lebih ke%il dari satu sel darah merah (Sylvia A. &ri%e 0 1ilson !""2$.
)uberkulosis ()*$ paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
My%oba%terium tuber%ulosis dengan gejala yang sangat bervariasi (Arief Mansjoer dkk
!""!$.
)uberkulosis ()*$ adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. (Smel3er 0 *are !""!$.
Sehingga dapat disimpulkan )uberkulosis ()*$ adalah salah satu I4 yang
disebabkan oleh infeksi My%oba%terium tuber%ulosis yang menyerang parenkim paru.
B. EPIDEMIOLOGI
&erkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang ter%epat di ka5asan
Asia. 6pidemi HIV di Indonesia merupakan tantangan bagi keberhasilan penanggulangan
tuberkulosis ()*$ dan sebaliknya )* merupakan penyebab utama kematian pada seorang
dengan HIV AIDS.
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban )* tertinggi
di dunia. 6stimasi prevalensi )* semua kasus adalah sebesar 22"""" (1H4 !"("$ dan
estimasi insidensi berjumlah .,"""" kasus baru per tahun. 7umlah kematian akibat )*
diperkirakan 2(""" kematian per tahunnya.
+olaborasi kegiatan bagi kedua program merupakan keharusan agar mampu
menanggulangi kedua penyakit tersebut se%ara efektif dan efiisien. 6pidemi HIV
menunjukkan pengaruhnya terhadap peningkatan epidemi )* di seluruh dunia yang
berakibat meningkatnya jumlah penderita )* di tengah masyarakat. &andemi ini
merupakan tantangan terbesar dalam pengendalian )* dan banyak bukti menunjukkan
bah5a pengendalian )* tidak akan berhasil dengan baik tanpa keberhasilan pengendalian
HIV. Sebaliknya )* merupakan penyebab utama kematian pada 4DHA.
&erkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang ter%epat di ka5asan
Asia meskipun se%ara nasional angka prevalensinya masih termasuk rendah diperkirakan
pada tahun !""2 sekitar "(28 pada orang de5asa. Dengan estimasi ini maka pada tahun
!""2 di Indonesia diperkirakan ada (#,.""" 4DHA ((2#.""" 9 !(2."""$. &enggunaan
jarum suntik merupakan %ara transmisi HIV yang terbanyak (:,8$ diikuti dengan
transmisi heteroseksual (.!8$. Salah satu faktor yang berpengaruh dalam epidemiologi
HIV di Indonesia adalah variasi antar 5ilayah baik dalam hal besarnya masalah maupun
faktor9faktor yang berpengaruh. 6pidemi HIV di Indonesia berada pada kondisi epidemi
terkonsentrasi dengan ke%enderungan menjadi epidemi meluas pada beberapa propinsi.
)iap tahun diperkirakan terjadi !,# kasus baru )* per ("".""" penduduk dengan
estimasi prevalensi HIV diantara pasien )* sebesar ";8 se%ara nasional (1H4 <eport
!""=$. Survei yang dilaksanakan oleh *alitbang Depkes (!"",$ menunjukkan bah5a
pasien dengan koinfeksi )*9HIV pada umumnya ditemukan di <S dan <utan'>apas di
beberapa propinsi dan )* ditemukan sebagai infeksi oportunis utama pada pasien AIDS
di <S.

C. ETIOLOGI
&enyebab tuber%ulosis adalah Myobakterium tuberkulosa sejenis kuman
berbentuk batang dengan ukuran panjang (9.'?m dengan tebal ",9"2'?m dan tahan
asam . Spesies lain kuman ini yang dapat memberikan infeksi pada manusia adalah
M.bovis M.kansasii M. intra%ellulare sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak
(lipid$ lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. +uman dapat tahan hidup pada udara kering maupun
dalam keadaan dingin. Di dalam jaringan kuman hidup sebagai parasit intrasellular yakni
dalam sitoplasma magrofak. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan
bah5a kuman lebih menyenang jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. *asil ini
tidak berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan sinar matahari dan sinar
ultraviolet. Ada dua ma%am mikroba%teria tuber%ulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.
*asil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuber%ulosis usus. *asil
tipe human bisa berada di ber%ak ludah (droplet$ di udara yang berasal dari penderita
)*@ dan orang yang rentan terifeksi )*@ ini bila menghirup ber%ak ini. (AAADA AI@9
A4@!"(,$.
D. PATOFISIOLOGI
)uberkulosis ()*$ merupakan salah satu I4 tersering pada orang dengan
HIV'AIDS (4DHA$ di Indonesia. Infeksi HIV memudahkan terjadinya infeksi
My%oba%terium tuber%ulosis. &enderita HIV mempunyai resiko lebih besar menderita )*
dibandingkan non9HIV. <isiko 4DHA untuk menderita )* adalah ("8 per tahun
sedangkan pada non94DHA risiko menderita )* hanya ("8 seumur hidup. )* &aru
merupakan jenis )* yang paling seirng dijumapi pada penderita HIV. )idak seperti
infeksi mikobakterial aspesifik lainnya seperti MA@ )* dapat mun%ul pada infeksi HIV
a5al dengan @D. median B,:"sel'u>. (:2=$
Individu dengan infeksi HIV rentan menghirup basil tuberkolosis dan menjadi
terinfeksi. *akteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli tempat dimana mereka
berkumpul dan memperbanyak diri basil juga dipindahkan melalui system limfe dan
aliran darah ke bagian tubuh lainnya ( Cinjal tulang korteks serebri$ dan area paru9paru
lainnya (lobus atas$.
System imun tubuh bersepon dengan melakukan reaksi inflamasi. Dagosit
(neutrofil dan makrofag$ menelan banyak bakteri E lomfosit spesifik tuberkolosis melisis
(menghan%urkan$ basil dan jaringan normal. <eaksi jaringan ini mengakibatkan
penumpukan eksudat dalam alveoli menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi a5al
biasanya terjadi ! sampai (" minggu setelah pemajanan. Masa jaringan baru yang disebut
granulomas yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati
dikelilingi oleh makrofag yang membentuk dindig protektif. Cranulomas diubah menjadi
masa jaringan fibrosa. *agian sentral dari masa fibrosa ini disebut tuberkel Chon. *ahan
(bakteri dan makrofag$ menjadi nekrotik membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat
mengalami klasifikasi membentuk skar kolagenosa. *akteri menjadi dorman tanpa
perkembangan penyakit aktif.
Setelah pemajanan dan infeksi a5al individu dapat mengalami penyakit aktif
karena gangguan atau respons yang inadekuat dari respon system imun. &enyakit aktif
dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Dalam kasus ini
tuberkel Chon meme%ah melepas bahan seperti keju ke dalam bronki. *akteri kemudian
menjadi tersebar diudara mengakibatkan penyebaran penyakit menjadi lebih jauh.
)uberkel yang meme%ah menyembuh membentuk jaringan parut. &aru yang terinfeksi
menjai lebih membengkak mengakibatkan terjadinya bronkupneumonia lebih lanjut
pembentukan tuberkel dan selanjutnya.
+e%uali proses tersebut dapat dihentikan penyebarannya dengan lambat
mengarah ke ba5ah ke hilum paru9paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan.
&roses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit
dihentikan hanya supaya diikuti periode aktivitas yang deperbaharui. Hanya ("8
individu yang a5alnya terinfeksi mengalami penyakit aktif.
E. MANIFESTASI KLINIS
Cejala utama )* paru adalah batuk lebih dari . minggu dengan atau tanpa
sputum malaise gejala flu demam derajat rendah anore-ia berkeringat malam hari
nyeri dada anemia dan batuk darah. &asien dengan )* paru menampakkan gejala klinis
antara lain tahap asimptomatis gejala )* paru yang khas kemudian stagnasi dan regresi
eksaserbasi yang memburuk gejala yang berulang dan menjadi kronik. &ada pemeriksaan
fisik dapat ditemukan tanda9tanda antara lain tanda9tanda infiltrat ( redup ronkhi basa
bronkhial dll $ tanda9tanda penarikan paru dan mediastinum se%ret disaluran nafas dan
ronkhi suara nafas amforik karena adanya kafitas yang berhubungan langsung dengan
bronkus.
Cejala +linis tuber%ulosa yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS yaitu )*
&aru F
(. Demam (subfebris kadang9kadang ." 9 .( @ seperti demam influen3a$.
!. *atuk (kering produktif kadang9kadang hemoptoe (pe%ahnya pembuluh darah$.
,. Sesak napas jika infiltrasi sudah setengah bagian paru.
.. Ayeri dada jika infiltrasi sudah ke pleura.
:. Malaise anoreksia kurus pusing meriang nyeri otot keringat malam.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
&emeriksaan penunjang yang digunakan untuk menegakkan diagnose di atas adalah
sebagai berikutF
1. &emeriksaan laboratorium
a. Darah F Adanya ada sel G sel darah putih yang meningkatkan serta laju endap
darah meningkat terjadi pada proses aktif. (Head Al Sagaff. (##:. Hal #($
b. Sputum ditemukan adanya *asil )ahan Asam (*)A$ pada sputum yang terdapat
pada penderita tuberkulosis paru yang biasanya diambil pada pagi hari. (D<. Dr.
Soeparman dkk (##;. Hal =(# *arbara
c. )est )uberkulosis
)est tuberkulosis memberikan bukti apakah orang yang dites telah mengalami
infeksi atau belum. )es menggunakan dua jenis bahan yang diberikan yaitu F 4ld
tuberkulosis (4)$ dan &urifled &rotein Derivative (&&D$ yang diberikan dengan
sebuah jarum pendek (('! in%i$ no !. G !2 dengan %ara me%ubit daerah lengan
atas dalam "( yang mempunyai kekuatan dosis """"( mg'dosis atau :
tuberkulosis unit (: )?$. <eaksi dianggap bermakna jika diameter (" mm atau
lebih reaksi antara : G # mm dianggap meragukan dan harus di ulang lagi. Hasil
akan diketahui selama .; G =! jam tuberkulosis disuntikkan. (D<. Dr. Soeparman
(##; hal =!( Sylvia. A. pri%e (##: hal =:: *arbara. @. long (##2 hal ..2$
2. &emeriksaan <adiologi
<ontgen dada (foto thorak$ &A
&ada hasil pemeriksaan <ontgen thoraks sering didapatkan adanya suatu lesi
sebelum ditemukan adanya gejala subjektif a5al dan sebelum pemeriksaan fisik
menemukan suatu kelainan pada paru.
&emeriksaan <ontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil
pengobatan dan ini bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel
terhadap 4A) apakah sama baiknya dengan respon klien. &enyembuhan yang
lengkap seringkali terjadi di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi
pada penyembuhan yang lengkap.
G. PENATALAKSANAAN
)ujuan pengobatan pada penderita )* &aru selain untuk mengobati juga mne%egah
kematian men%egah kekambuhan atau resistensi terhadap 4A) serta memutuskan mata
rantai penularan. Dengan demikian modifikasi se%ara medis dan kepera5atan
menentukan keberhasila terapi sehingga perlu dilakukan langkah9langkah sebagai berikut
F
a. &enyuluhan
&emberian pendidikan kesehatan tentang )* paru sangat penting untuk meningkatkan
pengetahuan. &ada penderita dapat mempengaruhi kepatuhan terhadap terapi dan
pada orang sehat dapat meningakatkan pengetahuan dan ke5aspadaan terhadap
penularan )* paru.
b. &en%egahan
&en%egahan dilakukan untuk meningkatkan ke5aspadaan terhadap infeksi. +ondisi
imum yang menurun dapat mempermudah terjadinya infeksi. 7ika ada orang yang
di%urigai menderita )* paru dapat menggunakan masker peralatan makan yang tidak
dipakai penderita dan
c. &emberian obat9obatan F
($ 4A) (obat anti tuberkulosa$
!$ *ron%hodilatator
,$ 6-pektoran
.$ 4*H
:$ Vitamin
d. Disioterapi dan rehabilitasi
Disioterapi dapat bermanfaat meningkatkan energi penderita. &ada penderita )* paru
seringkali ditemukan penirunan berat badan yang berakibat kelemahan untuk
melakukan aktifitas. Dengan terapi fisik dan rehabilitasi energi dapat dipergunakan
se%ara optimal.
e. +onsultasi se%ara teratur
+onsultai dimaksudkan untuk memonitor pelaksanaan terapi. 6fek samping dari
pengobatan dapat dimungkinkan. &emilihan kombinasi obat 4A) yang tepat dapat
menjadi pilihan sesuai dengan kondisi penderita.&engobatan tuberkulosis terbagi
menjadi ! fase yaitu fase intensif (!9, bulan$ dan fase lanjutan (.9= bulan$. &aduan
obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. 7enis obat utama
yang digunakan sesuai dengan rekomendasi 1H4 adalah <ifampisin IAH
&irasinamid Streptomisin dan 6tambutol. Sedang jenis obat tambahan adalah
+anamisin +uinolon Makrolide dan Amoksisilin H Asam +lavulanat derivat
<ifampisin'IAH. @ara kerja potensi dan dosis 4A) utama dapat dilihat pada tabel
berikut F
4bat Anti )*
6sensial
Aksi &otensi
<ekomendasi Dosis (mg'kg **$
&er Hari
&er Minggu
, - ! -
Isonia3id (H$
<ifampisin
(<$
&irasinamid
(I$
Streptomisin
(S$
6tambutol (6$
*akterisidal
*akterisidal
*akterisidal
*akterisidal
*akteriostatik
)inggi
)inggi
<endah
<endah
<endah
:
("
!:
(:
(:
("
("
,:
(:
,"
(:
("
:"
(:
.:
?ntuk keperluan pengobatan perlu dibuat batasan kasus terlebih dahulu
berdasarkan lokasi tuberkulosa berat ringannya penyakit hasil pemeriksaan
bakteriologik hapusan dahak dan ri5ayat pengobatan sebelumnya.
6fek samping antituberkulosis (4A)$ lebih sering terjadi pada penderita HIV
dengan )* dibandingkan kelompok non9HIV. +arena itu 4A) sebaiknya tidak dimulai
bersama9sama dengan A<V untuk mengurangi kemungkinan interaksi obat
ketidakpatuhan minum obat dan reaksi paradoks. Aamun jika penderita HIV sudah
dalam terapi A<V A<V tetap diteruskan. Hal yang perlu diperhatikan dalam terapi )*
pada HIV adalah banyak pemberian obat toksisitas yang tumpang tumpang tindih antara
A<V (obat untuk HIV$ dan 4A) 5aktu memulai terapi A<V dan interaksi antara A<V
dengan 4A) serta terjadinya imunne re%onstitution inflammatory syndrome (I<IS$.

Anda mungkin juga menyukai