Anda di halaman 1dari 13

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................i
RINGKASAN....................................................................................................................1
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................2
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................2
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................3
1.3 TUJUAN..................................................................................................................3
1.4 LUARAN YANG DIHARAPKAN.........................................................................3
1.5 MANFAAT..............................................................................................................3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA......................................................................................4
2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)..................................................................4
2.2 Aktivitas Antibakteri S. aureus Ekstrak Daun Belimbing Wuluh............................4
2.3 Gel/Jelly (Gelones)..................................................................................................5
BAB 3. METODE PENELITIAN.....................................................................................5
3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh...........................................................5
3.2 Uji Iritasi/Keamanan (Teknik Patch Test)...............................................................6
3.3 Formulasi Gel..........................................................................................................6
3.4 Uji konsentrasi optimal aktivitas antimikroba (Metode ANOVA)..........................7
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI....................................................................................7
4.1 Kemajuan Pekerjaan................................................................................................7
4.2 Ketercapaian Target Luaran.....................................................................................7
4.3 Permasalahan dan Penyelesaian..............................................................................8
BAB 5. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA..........................................................8
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
LAMPIRAN....................................................................................................................10

ii

RINGKASAN
Bakteri Staphylococcuc aureus merupakan salah satu bakteri yang masih
menjadi perhatian khusus sampai saat ini sebagai penyebab banyak munculnya
penyakit-penyakit infeksius seperti bisul, jerawat, pneumonia dan sariawan. Di sisi
lain perlunya sebuah formulasi sediaan yang memperhitungkan kenyamanan pasien
dan juga mengedepankan penggunaan bahan obat yang berorientasi pada bahan
alam sebagai obat alternatif. Belimbing wuluh diketahui memiliki aktivitas
antibakteri yang kuat terhadap S. aureus, penelitian ini bertujuan untuk membuat
formulasi gel dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L) yang stabil
dan optimal. Metode yang digunakan adalah secara eksperimental untuk mengetahui
kestabilan ekstrak daun belimbing wuluh dalam sediaan gel, serta konsentrasi
optimalnya sebagai antibakteri S. aureus menggunakan basis karboksilmetilselulosa
sodium (CMC Na). Formulasi gel dibuat dengan beberapa konsentrasi ekstrak daun
belimbing wuluh konsentrasi 1%, 5% dan 10%. Data dianalisis dengan uji ANOVA
(Analysis of Varians).

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi sampai saat ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan
utama di dunia. Penyakit infeksius banyak diperantarai oleh berbagai jenis bakteri,
virus, jamur maupun parasit lain menjadi penyebab kesakitan dan kematian tertinggi,
terutama di negara tropis seperti Indonesia dimana suhu optimal bagi pertumbuhan
bakteri begitu tinggi. Diantara penyakit infeksi yang disebabkan berbagai bakteri, yang
masih menjadi perhatian sampai saat ini yaitu infeksi bakteri Staphylococcus aureus.
Keberadaan bakteri S. aureus normalnya jarang menimbulkan penyakit. Infeksi
serius terjadi ketika terjadi perubahan hormon, adanya penyakit atau luka. Infeksi S.
aureus biasanya diasosiasikan dengan beberapa kondisi patologi, diantaranya jerawat,
pneumonia dan meningitis. Sebagian besar penyakit yang disebabkan oleh bakteri ini
menghasilkan nanah yang dikenal sebagai abses atau bisul sehingga bakteri ini disebut
piogenik.
Infeksi kulit ringan yang diakibatkan oleh S. aureus biasanya diobati dengan
salep antibiotik seperti campuran triple-nonprescription antibiotic, namun pada keadaan
tertentu bisa menimbulkan efek samping bagi manusia seperti alergi, iritasi, mual dan
sebagainya. Oleh sebab itu, perlu dicari cara pengobatan yang bersifat alami yang
biasanya tidak mempunyai efek samping, kalaupun ada efek samping, efek samping
tersebut sangat kecil dibandingkan obat-obat sintetis (Monalisa et al, 2012).
Belimbing wuluh merupakan salah satu jenis tanaman yang sering digunakan
sebagai obat tradisional, Penelitian Zakaria et al. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak
akuades dari daun belimbing wuluh memberikan zona hambatan sebesar 7 mm dan 8
mm pada konsentrasi 50 dan 100 mg/mL untuk S. aureus, sedangkan ekstrak kloroform
dari daun belimbing wuluh memberikan zona hambatan sebesar 10 mm, 10-11 mm dan
11 mm pada konsentrasi 25, 50 dan 100 mg/mL secara berturut-turut. Hayati et al
(2010) juga menyatakan bahwa ekstrak daun belimbing wuluh mengandung senyawa
tannin yang memiliki aktivitas antimikroba S. aureus, E. coli, Pseudomonas fluorescens
dan Micrococcus luteus.
Gel/jelly merupakan salah satu bentuk sediaan yang cocok untuk mengobati
infeksi kulit, Gel hidrogel memiliki efek pendinginan pada kulit saat digunakan,
penampilan yang jernih dan elegan serta memiliki daya lekat tinggi yang tidak

menyumbat pori sehingga tidak mengganggu pernapasan pori-pori. Sedian gel ini juga
mudah dicuci dengan air, mempunyai pelepasan obat yang baik, serta memiliki
kemampuan yang baik dalam hal penyebaran pada kulit (Vioght, 1994).
Selain mempertimbangkan nilai keefektifan serta efek samping suatu obat,
sediaan farmasi juga turut memperhitungkan kenyamanan pasien. Sediaan gel dianggap
sebagai suatu sediaan yang cukup disukai pasien dalam penggunaannya sebagai obat
kulit karena penggunaannya yang mudah. Hal inilah yang mendorong peneliti untuk
mengadakan penelitian mengenai FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL
DAUN BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L) SEBAGAI ANTIBAKTERI
Staphylococcus aureus.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:
a. Bagaimana cara mengembangkan ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L) agar menghasilkan formula gel yang memiliki kestabilan optimal?
b. Berapa konsentrasi formula ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L)
yang paling efektif sebagai antibakteri Staphylococcus aureus?
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini diantaranya adalah:
a. Untuk memformulasikan gel dari ekstrak daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L) yang stabil dan optimal.
b. Untuk menentukan konsentrasi optimal ekstrak daun belimbing wuluh
(Averrhoa bilimbi L) sebagai antimikroba ketika telah diformulasikan menjadi
sediaan gel.
1.4 LUARAN YANG DIHARAPKAN
Penelitian formulasi sediaan gel ekstrak etanol daun belimbing wuluh
diharapkan akan memperoleh hasil sebagai berikut:
a. Penelitian yang menghasilkan formulasi sediaan gel dengan kestabilan
optimal.
b. Formulasi sediaan gel dari ekstrak etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L) yang stabil dengan konsentrasi efektif.
1.5 MANFAAT
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, antara lain:

a. Pemanfaatan sari daun belimbing wuluh sebagai obat penyakit infeksi kulit
dengan efek samping yang rendah.
b. Pembuatan sediaan gel dari ekstrak daun belimbing wuluh secara besarbesaran sebagai alternatif obat sintetik.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L)
Belimbing wuluh merupakan salah satu spesies dalam keluarga belimbing
(Averrhoa), diperkirakan tanaman ini berasal dari daerah Amerika tropik. Tanaman
ini tumbuh baik di negara asalnya sedangkan di Indonesia banyak dipelihara di
pekarangan dan kadang-kadang tumbuh secara liar di ladang atau tepi hutan
(Thomas, 2007). Adapun, Klasifikasi ilmiah tanaman belimbing wuluh adalah
(Dasuki, 1991)
Kingdom
Subkingdom
Superdivisio
Divisio
Kelas
Sub-kelas
Ordo
Familia
Genus
Spesies
Hayati,

: Plantae (tumbuhan)
: Tracheobionta (berpembuluh)
: Spermatophyta (menghasilkan biji)
: Magnoliophyta (berbunga)
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
: Rosidae
: Geraniales
: Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan)
Pohon belimbing wuluh
: Averrhoa
: Averrhoa bilimbi L
et al (2010) berhasil melakukan penelitian pengidentifikasian

senyawa tannin dalam ekstrak daun belimbing wuluh. Selain tannin, ekstrak daun
belimbing wuluh juga mengandung flavonoid, saponin, dan triterpenoid (Faharani,
2009). Bahan aktif pada daun belimbing wuluh yang dapat dimanfaatkan sebagai
obat adalah tanin. Tanin merupakan suatu senyawa fenol yang memiliki berat
molekul besar yang terdiri dari gugus hidroksi dan beberapa gugus yang
bersangkutan seperti karboksil untuk membentuk kompleks kuat yang efektif
dengan protein dan beberapa makromolekul (Horvart, 1981). Kadar tanin yang
tinggi pada daun belimbing wuluh muda sebesar 10,92% (Ummah, 2010).
2.2 Aktivitas Antibakteri S. aureus Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif, selnya berbentuk bola
dengan garis tengah 0,5-1,5 m tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur. S.
aureus tidak memiliki kapsul dan spora, serta tidak diketahui adanya stadium

istirahat. Dinding selnya mengandung dua komponen utama, yaitu peptidoglikan


serta asam tekoat yang berkaitan dengannya. S. aureus bersifat anaerob fakultatif,
tumbuh lebih cepat dan lebih banyak dalam keadaan aerobik. Suhu optimum
mencapai 35-40oC. Bakteri tersebut berasosiasi dengan kulit, kelenjar kulit dan
selaput lendir hewan berdarah panas (Pelczar dan Chan, 1998).
Penelitian Zakaria et al. (2007) menunjukkan bahwa ekstrak akuades dari
daun belimbing wuluh memberikan zona hambatan sebesar 7 mm dan 8 mm pada
konsentrasi 50 dan 100 mg/mL untuk S. aureus, sedangkan ekstrak kloroform dari
daun belimbing wuluh memberikan zona hambatan sebesar 10 mm, 10-11 mm dan
11 mm pada konsentrasi 25, 50 dan 100 mg/mL secara berturut-turut.
Masripah (2012) melakukan pengujian aktivitas antibakteri ekstrak etanol
daun belimbing wuluh terhadap bakteri S. aureus dan menggunakan amoksisilin
sebagai antibakteri pembanding. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa potensi
ekstrak etanol daun belimbing wuluh yang didapat adalah 900 mg/ml (900.000 ppm)
ekstrak etanol daun belimbing wuluh setara dengan 0,04 mg/ml (40 ppm)
amoksisilin terhadap S. aureus. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa ekstrak
etanol daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) memiliki daya hambat
terhadap bakteri S. aureus.
2.3 Gel/Jelly (Gelones)
Gel yang kadang disebut jelly merupakan sistem semi padat (massa lembek)
yang terdiri atas suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau
molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri
atas jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase.
Gel dapat diberikan untuk penggunaan topical atau dimasukkan kedalam lubang
tubuh (Syamsuni, 2006).
BAB 3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian experimental untuk mengetahui kestabilan ekstrak
daun belimbing wuluh dalam sediaan gel, serta konsentrasi optimalnya sebagai
antibakteri Staphylococcus aureus.
3.1 Pembuatan Ekstrak Daun Belimbing Wuluh
Daun belimbing wuluh yang telah diiris tipis-tipis dikeringkan dalam oven
dengan suhu 37-45oC kemudian dihaluskan menggunakan blender dan dimaserasi
menggunakan pelarut etanol selama 24 jam. Hasil maserasi disaring hingga

memperoleh filtrat dan ampas, filtrat kemudian dievaporasi dan selanjutnya


dikeringkan dalam oven dengan suhu 45oC dan diperoleh ekstrak daun belimbing
wuluh.
3.2 Uji Iritasi/Keamanan (Teknik Patch Test)
Pada uji keamanan digunakan metode patch test. Pengujian
dilakukan terhadap 5 orang sukarelawan. Gel yang diuji adalah gel
dengan konsentrasi tertinggi. Karena apabila dengan konsentrasi
tinggi sukarelawan tidak mengalami iritasi kulit setelah pemakaian
gel maka diasumsikan dengam memakai gel dengan konsentrasi
lebih kecil juga akan aman atau tidak terjadi reaksi iritasi.
3.3 Formulasi Gel
a. Bahan Formulasi Gel
Bahan
Ekstrak daun belimbing
wuluh
Na-CMC
Gliserin
Propilenglikol
Aquades

% w/w
5
5
10
5
Ad 100

b. Pembuatan Formula Gel


Disiapkan semua bahan yang akan digunakan. Bahan ditimbang sesuai
dengan formula yang ada. Ekstrak dengan konsentrasi 1% dilarutkan dalam
sebagian air kemudian dipanaskan pada suhu 50C. Ditambahkan Na-CMC dan
diaduk hingga homogen. Ditambahkan gliserin, propilenglikol dan air dengan
pengadukan secara kontinyu hingga terbentuk gel. Gel yang telah terbentuk
kemudian disimpan pada tempat yang gelap dan dingin selama semalam
(Hamzah, 2006). Prosedur yang sama juga dilakukan pada ekstrak dengan
konsentrasi 10% dan 15%.
c. Pemeriksaan Produk Gel
Gel yang telah selesai dibuat dilakukan pemeriksaan meliputi : mutu fisik
Gel (bentuk, warna, bau/aroma, tekstur, pH), uji daya sebar, homogenitas,
konsistensinya, uji iritasi dan aktivitas antibakteri.

3.4 Uji konsentrasi optimal aktivitas antimikroba (Metode ANOVA)


Formulasi gel dibuat dengan beberapa konsentrasi ekstrak daun belimbing
wuluh konsentrasi 1%, 5% dan 10%. Data dianalisis dengan uji ANOVA (Analysis
of Varians).
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
4.1 Kemajuan Pekerjaan
Tahap awal dari penelitian ini adalah dilakukannya preparasi sampel daun
belimbing wuluh yang dikeringkan dan menghasilkan daun belimbing wuluh yang
kering. Daun kering ini selanjutnya dibuat serbuk sebanyak 500 gram. Selanjutnya
dimaserasi dengan pelarut etanol. Data hasil maserasi dapat dilihat pada tabel
berikut :
NO
1.
2.

Perlakuan
Maserasi I
Maserasi II

Hasil
1000 ml ekstrak
1000 ml ekstrak

Selanjutnya ekstrak di atas dilakukan pemisahan dengan pelarutnya


(evaporasi). Proses ini dilakukan beberapa kali sampai diperoleh ekstrak kental.
Setelah itu dilakukan formulasi gel. sehingga diperoleh gel antibakteri S. aureus.
Percobaab pembuatan gel tahap awal dilakukan secara manual dengan
menggunakan mortar dan pester, kemudian didapatkan massa gel yang terlalu padat
dan tidak homogen. Pada percobaan selanjutnya pembuatan gel dilakukan dengan
menggunakan magnetic stirrer, hasil yang didapat gel jauh lebih homogeny dan
bentuk massanya jauh lebih baik. Sampai dengan pembuatan laporan kemajuan ini
penelitian yang dilakukan masih berada pada tahap pembuatan gel.
4.2 Ketercapaian Target Luaran
Luaran dalam penelitian ini adalah membuat suatu formulasi gel antibakteri
yang memiliki aktivitas menghambat pada bakteri S. aureus. Ketercapaian target
luaran ini baru mencapai setengah dari target yang diinginkan sebab belum
dilakukan uji antibakteri terhadap gel sehingga belum diketahui sediaan gel tersebut
dapat menghambat pada bakteri S. aureus.

4.3 Permasalahan dan Penyelesaian


HPMC yang menjadi basis formula tidak tersedia di toko manapun, sehingga
kami memutuskan untuk mengganti formula dengan basis Na-CMC. Ekstrak yang di
evap bila terlalu kental akan sulit terpisah (menempel) pada labu evaporator
sehingga kami menghentikan proses evap saat ekstrak masih sedikit cair.
Keterlambatan pelaksanaan kegiatan dikarenakan pembangunan laboratorium baru
sehingga barang-barang menumpuk di laboratorium lama sehingga dalam waktu
beberapa bulan laboratorium tidak bisa digunakan karena keterbatasan ruang dan
banyakannya mahasiswa semester akhir yang melakukan penelitian. Selain itu bahan
kimia yang dipesan mengalami kendala sehingga membutuhkan waktu hampir 3
minggu untuk sampai di kota kendari.
BAB 5. RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA
Sampai pada pembuatan laporan ini, hasil yang dicapai hanya pada tahap
pembuatan gel. Rencana tahapan penilitian selanjutnya berupa:
Pengujian stabilitas sediaan gel, pengujian ini berupa pengujian
organoleptik, pengujian homogenitas, pengujian pH, pengujian daya sebar,
pengujian konsistensi.
Pembuatan gel dengan variasi konsentrasi ekstrak daun belimbing wuluh
(A. bilimbi, L).
Pembuatan media pertumbuhan bakteri dan pengujian mikrobiologi
sediaan terhadap bakteri s. aureus.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono, A. D. 2010. Kemampuan Perasan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus sp. Skripsi Fakultas
Gigi Universitas Jember: Jember.

Dasuki, U. 1991. Sistematika Tumbuhan Tinggi. Pusat Universitas Ilmu Hayati ITB.
Bandung
Faharani, G. B., 2009, Uji Aktifitas Antibakteri Daun Belimbing Wuluh Terhadap
Bakteri Streptococcus Aureus dan Achercia Coli secara Bioautografi,
FMIPA UI, Jakarta

Hasyim, N., Faradiba, B.A. Gina, 2011, Formulasi Gel Sari Buah Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi), Majalah farmasi dan farmakologi, vol. 15, No 1.
Hayati E. K., Jannah A., dan Mukhlisoh W., 2010, Pengaruh Ekstrak Tunggal dan
Gabungan Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap
Efektivitas Antibakteri Secara In Vitro, Kimia, UIN Malang, Malang
Hayati, E. K., Jannah, A., dan Fasya, A. G., 2009, Aktivitas Antibakteri Komponen
Tanin Ekstrak Daun Blimbing Wuluh (Averrhoa Billimbi L) Sebagai
Pengawet Alami, Penelitian Kompetitif Depag. Malang, UIN, Malang
Horvart, 1981, Tannins: Definition. 2001 http://www.ansci.cornell.edu/plants/toxic
agents/tannin/definition.html. animal science webmaster, Cornert University
Masripah. 2009. Aktivitas Antibakteri Dari Ekstrak Etanol Daun Belimbing Wuluh
(Averrhoa bilimbi Linn.) Terhadap Kultur Aktif Staphylococcus aureus dan
Escherichia coli. Skripsi Fakultas .Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah,
Monalisa, Putri,. Rina Widiana, Lince Meriko,.2008. Pengaruh Sari Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa Bilimbi L.) Terhadap Pertumbuhan Candida
albicans .Pendidikan Biologi
Mukhlisoh, Wardatul, 2010, Pengaruh Ekstrak Tunggal dan Gabungan Daun Belimbing
Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn) Terhadap Efektivitas Antibakteri Secara In
Vitro, Skripsi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Maulana
Malik Ibrahim: Malang.
Pelczar, M.J dan Chan E.C.S. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi, Jilid 1. Terjemahan
Hadioetomo, R.S. dkk. Jakarta: UI Press
Syamsuni, H. A., 2006. Ilmu Resep. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Hal 166171
Ummah Mk. 2010. Ekstraksi Dan Pengujian Aktivitas Antibakteri Senyawa Tanin Pada
Daun Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) (Kajian Variasi Pelarut).
Skripsi Tidak diterbitkan. Malang: Kimia UIN Malang
Voigt, R, 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi 5, Gadjah Mada University
Press, Yogyakarta, hal 170.
Zakaria, Z. A., Zaiton, H., Henie, E. F. P., Jais, A. M. M., and Zainuddin, E. N.H.,
(2007), In Vitro Antibacterial Activity of Averrhoa bilimbi L . Leavesand
Fruits Extracts , International Journal of Tropical Medicine,
(Online),2(3):96,(http://www.medwelljournals.com/fulltext/ijtm/2007/96100.
pdf, diakses 1 Desember 2

LAMPIRAN
Penggunaan Dana

No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.

Pengeluaran

Banyaknya

Etanol
10 L
Kertas Saring
10 lembar
Na-CMC
1 Kg
Gliserin
1L
Propilen Glikol
1L
Aquades
4L
Aqua botol
5L
Tissue Nice
1 pak
Blender
1 unit
Kertas HVS
3 rim
Pulsa Tsel dan XL
Tinta print hitam
2 botol
Tinta Print warna
2 botol
Hekter Besar
1 buah
Peluru Hekter
2 dos
Aluminium Foil
1 buah
Pot Plastik
20 buah
Transportasi (Bensin)
Ongkos Kirim bahan
Cawan petri
6 buah
Pulsa modem
Modem
Biaya para sukarelawan
5 orang
Pemeliharaan alat-alat lab
Biaya laboratorium
Jumlah

Harga Satuan
(Rp)
@50.000,@15.000,@300.000,@100.000,@150.000,@20.000,@6000,@150.000,@520.000,@50.000,@102.000,@50.000,@52.000,@30.000,@20.000,@45.000,@5.000,@100.000,@105.000,@50.000,@102.000,@700.000,@100.000,@1.000.000,-

Jumlah (Rp)
500.000,150.000,300.000,100.000,150.000,80.000,30.000,150.000,520.000,150.000,204.000,100.000,104.000,30.000,40.000,45.000,100.000,100.000,105.000,300.000,102.000,700.000,500.000,1.000.000,1.000.000,6.560.000,-

Bukti-bukti pendukung kegiatan

10

Pohon belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)

Pengeringan sampel

Maserasi sampel

Penyaringan sampel

11

Evaporasi sampel

Ekstrak kental daun belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)

Sediaan gel yang dibuat secara manual menggunakan mortar dan pester

Sediaan gel yang dibuat menggunakan magnetic stirer.

12

Anda mungkin juga menyukai