Anda di halaman 1dari 29

1

BAB I
PENDAHULUAN

Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal merupakan indikator yang
paling peka untuk menilai keberhasilan program kesehatan ibu dan anak. Salah satu penyebab
kematian perinatal adalah malpresentasi, termasuk di antaranya adalah kelainan presentasi
bokong, kejadian hipoksia, dan trauma lahir pada perinatal yang sering ditemui pada kasus
persalinan dengan malpresentasi yaitu pada presentasi bokong.
Presentasi bokong atau sering dikenal dengan letak sungsang merupakan keadaan
dimana janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri. Persalinan dengan presentasi bokong menyebabkan kematian perinatal
langsung sebesar 4-5 kali lebih besar dibandingkan dengan presentasi kepala.

Sebab kematian
perinatal pada persalinan presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan
penanganan persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di
dalam tengkorak. Trauma lahir pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha
untuk mempercepat persalinan dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya
persalinan.
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki risiko. Hal
ini dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Frekuensi dari letak sungsang ditemukan
kira-kira 4,4% di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan dan 4,6% di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung.
Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak presentasi bokong, di antaranya
paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi bokong jika dihubungkan
dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan multigravida dibanding
pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu maka angka kejadian
presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit. Hal ini dikarenakan fiksasi kepala
janin yang tidak baik pada Pintu Atas Panggul.







2


BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI
Nama pasien : Ny. LE
Umur : 42 tahun
Alamat : Jln. Pameswara, Bukit Baru Ilir Barat 1, Palembang
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Bangsa : Indonesia
MRS : 20 Agustus 2014 Pukul 17.48 WIB
No. Med. Rec. : 839673

Nama suami : Tn. RF
Umur : 57 tahun
Alamat : Jln. Pameswara, Bukit Baru Ilir Barat 1, Palembang
Pekerjaan : Pelaut
Agama : Kristen Protestan
Pendidikan : SLTA
Bangsa : Indonesia
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama
ingin melahirkan dengan anak letak sungsang

Riwayat Perjalanan Penyakit
4 jam SMRS, pasien mengeluh perut mules yang menjalar ke pinggang (+), makin lama
makin kuat dan sering, mules tidak hilang ketika berjalan. Riwayat keluar darah lendir (+),
riwayat keluar air-air (-). Riwayat trauma (-), riwayat sakit kepala habat tidak ada, riwayat
mual muntah tidak ada, riwayat nyeri epigastrium tidak ada, riwayat pandangan kabur tidak
ada. riwayat keputihan tidak ada, riwayat demam tidak ada, riwayat coitus tidak ada, riwayat
minum jamu dan obat-obatan tidak ada. Pasien mengaku hamil cukup bulan, dan gerakan
3

anak masih dirasakan. Selama hamil, pasien kontrol ke bidan dan diberitahu anaknya letak
sungsang. Pasien dibawa keluarganya ke IGD kebidanan RSMH Palembang.

Riwayat Penyakit Dahulu
Hipertensi : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Kelamin : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Tuberkulosis : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga
Hipertensi : disangkal
Penyakit Jantung : disangkal
Penyakit Ginjal : disangkal
Penyakit Kelamin : disangkal
Diabetes Melitus : disangkal
Tuberkulosis : disangkal
Asma : disangkal
Alergi : disangkal

Riwayat Reproduksi
Menarche : 9 tahun
Siklus haid : 28 hari, teratur
Lama haid : 5-7 hari
Banyaknya : dalam batas normal
HPHT : 08-11-2013
Taksiran persalinan : 15-08-2014
Periksa hamil : di Bidan
Riwayat Pernikahan : 1x lamanya 25 tahun
Riwayat Sosial Ekonomi : sedang
Riwayat Gizi : sedang
4

Riwayat Kehamilan Lalu
Preeklampsi-eklampsia/hiperemesis : tidak ada
perdarahan post partum : tidak ada
Penyakit-penyakit lain : tidak ada

Riwayat Obstetri
1. Tahun 1992, perempuan, normal, BB 2500 gram, sehat, ditolong bidan
2. Tahun 2004, perempuan, normal, BB 2700 gram, sehat, ditolong bidan
3. Hamil ini
Riwayat Kehamilan Lalu
Preeklampsi-eklampsia/hiperemesis : tidak ada
perdarahan post partum : tidak ada
Penyakit-penyakit lain : tidak ada
Riwayat Persalinan
Dikirim oleh : Bidan, tanpa surat
His mulai sejak tanggal : 20-08-2014, pukul 14.00 WIB
Darah lendir sejak tanggal : 20-06-2014, pukul 17.00 WIB
Ketuban belum / sudah pecah : belum pecah

III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Status Present
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tekanan darah : 120/70 mmHg
d. Nadi : 86 kali/menit
e. Pernafasan : 20 kali/menit
f. Suhu : 37,0
0
C
g. Berat badan : 55 Kg
h. Tinggi badan : 156 cm
i. Gizi : baik
5

B. Status Lokalis
a. Kepala
Bentuk : simetris
Konjungtiva pucat : -/-
Sklera Ikterik : -/-
b. Leher
Pembesaaran KGB : -
JVP : (5-2) cmH
2
O
Pembesaran tiroid : -
c. Thorax
Payudara : dalam batas normal
Jantung : murmur(-), gallop(-)
Paru : vesikuler (+) N, wheezing (-), ronkhi (-)

d. Abdomen
Hepar : sulit dinilai
Limpa : sulit dinilai
Edema : -
Varises : -
e. Refleks : fisiologis +/+ , patologis -/-
+/+ -/-

Status Obstetri
Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah procesus xiphoideus (29cm), letak janin memanjang,
punggung kanan, terbawah bokong, detak jantung janin 133 kali/menit, teratur, his empat kali
dalam 10 menit lamanya 40 detik, taksiran berat janin 2480 gr.

Pemeriksaan dalam vagina :
a. Vaginal toucher
Portio tak teraba, posisi anterior, pendataran 100%, pembukaan lengkap, terbawah
bokong, hodge III, ketuban (-), penunjuk sacrum kiri depan.
b. Pemeriksaan panggul
6

Promontorium tidak teraba, KD >13 cm, KV>11,5 cm, linea innominata teraba 1/3-1/3,
sacrum konkaf, spina ischiadika tidak menonjol, arkus pubis >90, dinding samping lurus,
kesan panggul luas. DKP tidak ada.

Bishop Score = 10
Indeks Zatuchni-Andros = 7

IV. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin

USG
Janin tunggal hidup, DJJ(+), Presentasi bokong, plasenta corpus depan, ketuban (+) minimal
BPD (Biparietal Diameter): 91,6 cm 37 minggu. AC: 32,9 cm 36 minggu, FL: 75,4 cm 35
minggu
Kesan: Hamil aterm 36-37 minggu, janin tunggal hidup, presentasi bokong.

V. DIAGNOSA KERJA
G
3
P
2
A
0
hamil 40 minggu inpartu kala II janin tunggal hidup presentasi bokong
VI. PROGNOSIS
Ibu : dubia ad bonam
Anak : dubia ad bonam
VII. PENATALAKSANAAN
- Observasi tanda vital, denyut jantung janin, dan his.
- IVFD RL gtt XX/menit
- Cek laboratorium darah rutin, urin rutin dan kimia darah
- Rencana Partus Pervaginam
- Informed consent
- Kosongkan kandung kemih



7

Follow up
Tanda vital :
Keadaan umum : Tampak sakit sedang.
Kesadaran : compos mentis
Tekanan darah :120/80 mmHg
Nadi : 88 x per menit, teratur, isi dan tegangan cukup.
Respiration rate : 20 x per menit. Teratur.
Suhu : 36,8
0
C
Pemeriksaan luar:
Tinggi fundus uteri 4 jari dibawah procesus xiphoideus (29cm), letak janin
memanjang, punggung kanan, terbawah bokong, detak jantung janin 150 kali/menit, teratur,
his empat kali dalam 10 menit lamanya 40 detik, taksiran berat janin 2600 gr.

Vaginal toucher : tidak dilakukan

Penatalaksanaan :
- Informed consent
- Rencana partus pervaginam.
- Stabilisasi 1-3 jam.
- Observasi tanda vital, denyut jantung janin, dan his.
- IVFD RL gtt xx/menit.








8

LAPORAN PERSALINAN

Tanggal 20 Agustus 2014 pukul 17.25 WIB tampak parturien ingin mengejan kuat.
Dilakukan pemeriksaan dalam. Pada pemeriksaan didapatkan :
-portio tidak teraba
-pembukaan lengkap(10)
-Eff 100%
-ketuban(+)
-terbawah bokong
-hodge III
-penunjuk sacrum kiri depan

D/: G
3
P
2
A
0
hamil 40 minggu inpartu kala II janin tunggal hidup presentasi bokong

T/: -pimpin persalinan secara spontan bracht
-episiotomi mediolateral



Pukul 17.30 WIB
Lahir secara spontan bracht, neonatus hidup, laki-laki, BB 2500 gram, PB 43 cm, apgar score
8/9 FT AGA. Kemudian dilakukan managemen aktif kala III

Pukul 17.35 WIB
Plasenta lahir lengkap, BP: 500 gr, PTP : 50 cm, diameter 18x20 cm. Dilakukan eksplorasi,
porsio lunak, tidak didapatkan perpanjangan luka episiotomi, lalu luka episiotomi dijahit
secara jelujur subkutikuler dengan chromic catgut 3-0. Keadaan umum ibu post partum baik,
perdarahan aktif (-).




9



BAB III
TINJAUAN PUSTAKA


2.1. DEFINISI
Presentasi bokong merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
bokong sebagai bagian yang terendah sehingga kepala berada di fundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri
2,3,5,6
.

2.2. EPIDEMIOLOGI
Kejadian presentasi bokong ditemukan sekitar 3-4% dari seluruh persalinan
tunggal pada umur kehamilan cukup bulan ( 37 minggu)
3,6
. Presentasi bokong adalah
suatu keadaan pada letak janin memanjang dimana presentasi bokong dengan atau tanpa
kaki merupakan bagian terendahnya. Beberapa peneliti lain seperti Greenhill
melaporkan kejadian persalinan presentasi bokong sebanyak 4-4,5%.
6
Di Parkland
Hospital 3,5 persen dari 136.256 persalinan tunggal dari tahun 1990 sampai 1999
merupakan letak sungsang
6
. Sedangkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang
sendiri pada tahun 2003-2007 didapatkan persalinan presentasi bokong sebesar 8,63%.
Mortalitas perinatal pada presentasi bokong 13 kali lebih tinggi daripada
kematian perinatal pada presentasi kepala. Sedangkan morbiditas perinatal 5-7 kali
lebih tinggi daripada presentasi kepala. Gambaran ini dipengaruhi usia kehamilan, berat
janin, dan jenis presentasi bokong.
Sebab utama kematian perinatal pada presentasi bokong : hipoksia, trauma
persalinan, prematuritas, dan kelainan kongenital. Kelainan kongenital terdapat 6-18%
pada presentasi bokong, dibandingkan 2-3% pada presentasi kepala
6,7
.

2.3. ETIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap ruangan
di dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban
relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan
demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, presentasi bokong
atau letak lintang
5
. Karena berbagai sebab yang belum diketahui begitu jelas, menjelang
kehamilan aterm, kavum uteri telah mempersiapkan janin pada posisi longitudinal
dengan presentasi belakang kepala. Presentasi bokong umumnya terjadi pada akhir
trimester kedua kehamilan atau mendekati aterm
6
.
Faktor predisposisi untuk presentasi bokong selain usia kehamilan adalah
relaksasi uterus yang dapat disebabkan oleh multiparitas, bayi multipel, hidramnion,
oligohidramnion, hidrosefalus, anensefalus, presentasi bokong sebelumnya, anomali
uterus dan berbagai tumor dalam panggul juga pada plasenta yang terletak didaerah
kornu fundus uteri
5,6
.
Fianu dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa
prevalensi letak sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal
6
. Lebih
10

dari 50% kasus tidak ditemukan faktor yang menyebabkan terjadinya letak sungsang.
Ada beberapa situasi akan mendapatkan kemungkinan untuk terjadinya letak sungsang:
Kelahiran prematur. Bila lahir saat bayi masih berukuran kecil untuk bergerak
secara bebas didalam uterus.
Plasenta terletak di daerah fundus. Plasenta mengambil ruang dari bagian atas uterus
sehingga fetus mempunyai ruang yang lebih sempit.
Bentuk irreguler dari uterus ibu, atau terdapat jaringan fibroid di bagian bawah dari
uterus.
Fetus yang berjumlah lebih dari satu (seperti kembar)
Multiparitas
Terlalu sedikit atau terlalu banyak cairan amnion.
Kelainan bentuk kepala, hidrocepal atau anencepal karena kepala kurang sesuai
dengan pintu atas panggul



2.4. PATOFISIOLOGI
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin terhadap
ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air
ketuban relatif lebih banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa.
Dengan demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak
sungsang atau letak lintang
8
.
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan jumlah air
ketuban relatif berkurang. Karena bokong dengan kedua tungkai terlipat lebih besar
daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk menempati ruang yang lebih luas di
fundus uteri, sedangkan kepala berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah
uterus. Dengan demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup
bulan, frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup bulan,
janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala
8
. Sayangnya, beberapa fetus
tidak seperti itu. Sebagian dari mereka berada dalam posisi sungsang saat usia
kehamilan aterm.

2.5. KLASIFIKASI
Berikut adalah beberapa klasifikasi presentasi bokong, antara lain
6
:
1. Presentasi bokong murni (Frank Breech) yaitu fleksi ekstremitas bawah pada sendi
paha dan ekstensi lutut sehingga kaki terletak berdekatan dengan kepala.
2. Presentasi bokong lengkap (Complete Breech) yaitu satu atau kedua lutut lebih
banyak dalam keadaan fleksi dari pada ekstensi.
3. Presentasi bokong tidak lengkap (Incomplete Breech) yaitu satu atau kedua sendi
paha tidak dalam keadaan fleksi dan satu atau kedua kaki atau lutut terletak di
11

bawah bokong, sehingga kaki atau lutut bayi terletak paling bawah pada jalan lahir,
terdiri dari:
Kedua kaki terletak di bawah (letak kaki sempurna)
Hanya satu kaki terletak di bawah (letak kaki tak sempurna)
Kedua lutut terletak paling rendah (letak lutut sempurna)
Hanya satu lutut terletak paling rendah (letak lutut tak sempurna)
Presentasi bokong pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin < 2500 gram,
yaitu:
1. 40% adalah Frank Breech
2. 10% adalah Complete Breech
3. 50% adalah Footling Breech
Presentasi sungsang pada kehamilan tunggal dengan berat badan janin > 2500 gram,
yaitu:
1. 65% adalah Frank Breech
2. 10% adalah Complete Breech
3. 25% adalah Footling Breech


Gambar 1. Variasi Presentasi Bokong

Posisi janin pada presentasi sungsang ditentukan dengan menggunakan sacrum sebagai
denominator (fetal point of reference to the maternal pelvis) sedangkan stasiun janin
pada presentasi sungsang adalah ketinggian sacrum terhadap spina ischiadica.



2.6. TANDA DAN GEJALA
Kehamilan dengan letak sungsang seringkali oleh ibu hamil
dinyatakan bahwa kehamilannya terasa lain dari kehamilan sebelumnya,
karena perut terasa penuh dibagian atas dan gerakan lebih banyak dibagian
12

bawah. Pada kehamilan pertama kalinya mungkin belum bisa dirasakan
perbedaannya. Dapat ditelusuri dari riwayat kehamilan sebelumnya apakah ada yang
sungsang.
Pada pemeriksaan luar berdasarkan pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Leopold I di fundus akan teraba bagian yang keras dan bulat yakni kepala. Leopold II
teraba punggung di satu sisi dan bagian kecil di sisi lain. Leopold III -IV teraba
bokong di bagian bawah uterus. Kadang-kadang bokong janin teraba bulat dan dapat
memberi kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah
kepala. Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi pusat atau sedikit
lebih tinggi daripada umbilikus
6,7
.
Pada pemeriksaan dalam pada kehamilan letak sungsang apabila didiagnosis
dengan pemeriksaan luar tidak dapat dibuat oleh karena dinding perut
tebal, uterus berkontraksi, atau air ketuban banyak. Setelah ketuban pecah dapat
lebih jelas adanya bokong vang ditandai dengan adanya sakrum, kedua
tuberositas iskii dan anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan
dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari
yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih
sama dengan panjang telapak t angan. Pada persalinan lama, bokong mengalami
edema sehingga kadang-kadang sulit untuk membedakan bokong dengan muka.
Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan muka karena jari
yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot, sedangkan jari
yang dimasukkan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada
hambatan, mulut dan tulang pipi akan membentuk segitiga, sedangkan anus dan
tuberosis iskii membentuk garis lurus. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki
dapat diraba di samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak
sempuma hanya teraba satu kaki di samping bokong. Informasi yang paling akurat
berdasarkan lokasi sakrum dan prosesus untuk diagnosis posisi
6
.

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Dilakukan jika masih ada keraguan dari pemeriksaan luar dan dalam,
sehingga harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografik atau
MRI . Pemeriksaan ultrasonografik diperlukan untuk konfirmasi letak janin, bila
pemeriksaan fisik belum jelas, menentukan letak placenta, menemukan
kemungkinan cacat bawaan. Pada foto rontgen (bila perlu) untuk menentukan posisi
tungkai bawah, konfirmasi letak janin serta fleksi kepala, menentukan adanya kelainan
bawaan anak
6,7
.

2.8. DIAGNOSIS
Diagnosis letak s ungs ang pada umumnya tidak sulit. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan keluhan subyektif dan pemeriksaan fisik atau penunjang yang telah
dilakukan.
1. Anamnesis
Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil akan merasakan perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan anak lebih banyak di bagian bawah rahim. Dari riwayat
kehamilan mungkin diketahui pernah melahirkan sungsang.
2. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen yang dilakukan, antara lain
6
:
1) Palpasi dengan perasat Leopold didapatkan, yaitu:
13

Leopold I : Kepala janin yang keras dan bulat dengan balotemen menempati
bagian fundus uteri
Leopold II : Teraba punggung berada satu sisi dengan abdomen dan bagian-
bagian kecil berada pada sisi yang lain.
Leopold III : Bokong janin teraba di atas pintu atas panggul selama engagement
belum terjadi.
2) Auskultasi
Denyut jantung janin biasanya terdengar paling keras pada daerah sedikit diatas
umbilikus, sedangkan bila ada engagement kepala janin, denyut jantung janin
terdengar di bawah umbilikus.
3. Pemeriksaan Dalam
Untuk mengetahui bokong dengan pasti, kita harus meraba os sacrum, tuber ossis
ischii, anus
5
.
4. Pemeriksaan Penunjang
Apabila masih ada keraguan harus dipertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan
ultrasonografik atau MRI
5
.

2.9. DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan letak sungsang dapat didiagnosis dengan kehamilan
dengan letak muka. Pada pemeriksaan fisik dengan palpasi Leopold masih ditemukan
kemiripan. Ini dibedakan dari pemeriksaan dalam yakni pada letak sungsang akan
didapatkan jari yang dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot dan anus
dengan tuberosis iskii sesuai garis lurus. Pada letak muka, jari masuk mulut
akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa hambatan serta mulut dan
tulang pipi membentuk segitiga. Sedangkan dengan USG atau rontgen
sangatlah dapat dibedakan
6,7
.

2.10. PENATALAKSANAAN
1. Dalam Kehamilan
Pada umur kehamilan 28-30 minggu, mencari kausa dari pada letak
sungsang yakni dengan USG; seperti plasenta previa, kelainan kongenital,
kehamilan ganda, kelainan uterus. Jika tidak ada kelainan pada hasil USG,
maka dilakukan knee chest position atau dengan versi luar (jika tidak ada
kontraindikasi)
6
.

Gambar 2 . Knee Chest Position

14

Versi luar sebaiknya dilakukan pada kehamilan 34-38 minggu. Pada
umumnya versi luar sebelum minggu ke 34 belum perlu dilakukan karena
kemungkinan besar janin masih dapat memutar sendiri, sedangkan setelah
minggu ke 38 versi luar sulit dilakukan karena janin sudah besar dan
jumlah air ketuban relatif telah berkurang.


Gambar 3. Versi Luar

Sebelum melakukan versi luar diagnosis letak janin harus pasti
sedangkan denyut jantung janin harus dalam keadaan baik. Kontraindikasi
untuk melakukan versi luar: panggul sempit, perdarahan antepartum,
hipertensi, hamil kembar, plasenta previa
6, 7
. Keberhasilan versi luar 35-86
% (rata-rata 58%). Peningkatan keberhasilan terjadi pada multiparitas, usia
kehamilan, frank breech, letak lintang. Newman membuat prediksi keberhasilan
versi luar berdasarkan penilaian seperti Bhisop skor (Bhisop-like score).

Tabel 1. Bishop Score
Skor 0 1 2 3
Dilatasi 0 cm 1-2 cm 3-4 cm 5-6 cm
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Konsistensi Kaku kenyal lunak -
Posisi Posterior medial anterior -
Turunnya kepala -3 -2 -1 s.d 0 +1 sd +2
Artinya: Keberhasilan 0% jika nilai <2 dan 100 % jika nilai >9.

Kalau versi luar gagal karena penderita menegangkan otot-otot dinding perut,
penggunaan narkosis dapat dipertimbangkan, tetapi kerugiannya antara
lain: narkosis harus dalam, lepasnya plasenta karena tidak merasakan
sakit dan digunakannya tenaga yang berlebihan, sehingga penggunaan
narkosis dihindari pada versi luar
7
.

2. Dalam Persalinan
Menolong persalinan letak sungsang diperlukan lebih banyak ketekunan
dan kesabaran di bandingkan dengan persalinan l etak kepal a. Pert ama -
tama hendaknya ditentukan apakah tidak ada kelainan lain yang menjadi
indikasi seksio, seperti kesempitan panggul, plasenta previa atau adanya
tumor dalam rongga panggul
4
.
Pada kasus dimana versi luar gagal/janin tetap letak sungsang, maka
penatalaksanaan persalinan lebih waspada. Persalinan pada letak sungsang dapat
dilakukan pervaginam atau perabdominal (seksio sesaria). Pervaginam dilakukan
jika tidak ada hambatan pada pembukaan dan penurunan bokong
6,7
. Syarat
15

persalinan pervaginam pada letak sungsang: bokong sempurna (complete) atau
bokong murni (frank breech), pelvimetri, klinis yang adekuat, janin tidak terlalu
besar, tidak ada riwayat seksio sesaria dengan indikasi CPD, kepala fleksi.
Mekanisme persalinan letak sungsang berlangsung melalui tiga tahap yaitu:
1) Persalinan bokong
a. Bokong masuk ke pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Setelah trokanter belakang mencapai dasar panggul, terjadi putaran
paksi dalam sehingga trokanter depan berada di bawah simfisis.
c. Penurunan bokong dengan trokanter belakangnya berlanjut, sehingga
distansia bitrokanterika janin berada di pintu bawah panggul.
d. Terjadi persal i nan bokong, dengan t rokant er depan sebagai
hipomoklion.
e. Setelah trokanter belakang lahir, terjadi fleksi lateral janin untuk
persalinan trokanter depan, sehingga seluruh bokong janin lahir.
f. Terjadi putar paksi luar, yang menempatkan punggung bayi ke arah
perut ibu.
g. Penurunan bokong berkelanjutan sampai kedua tungkai bawah lahir.

2) Persalinan bahu
a. Bahu janin memasuki pintu atas panggul dalam posisi melintang atau
miring.
b. Bahu belakang masuk dan turun sampai mencapai dasar panggul.
c. Terjadi putar paksi dalam yang menempatkan bahu depan di bawah
simpisis dan bertindak sebagai hipomoklion.
d. Bahu belakang lahir diikuti lengan dan tangan belakang.
e. Penurunan dan persalinan bahu depan diikuti lengan dan tangan depan
sehingga seluruh bahu janin lahir.
f. Kepala janin masuk pintu atas panggul dengan posisi melintang atau
miring.
g. Bahu melakukan putaran paksi dalam.

3) Persalinan kepala janin
a. Kepala janin masuk pintu atas panggul dalam keadaan fleksi dengan
posisi dagu berada di bagian posterior.
b. Setelah dagu mencapai dasar panggul, dan kepala bagian belakang
16

tertahan oleh simfisis kemudian terjadi putar paksi dalam dan menempatkan
suboksiput sebagai hipomiklion.
c. Persalinan kepala berturut-turut lahir: dagu, mulut, hidung, mata, dahi
dan muka seluruhnya.
d. Setelah muka, lahir badan bayi akan tergantung sehingga seluruh
kepala bayi dapat lahir.
e. Setelah bayi lahir dilakukan resusitasi sehingga jalan napas bebas
dari lendir dan mekoneum untuk memperlancar pernapasan. Perawatan
tali pusat seperti biasa. Persalinan ini berlangsung tidak boleh lebih
dari delapan menit
(1-5)
.

JENIS-JENIS PERSALINAN SUNGSANG
Sebelum melakukan pertolongan persalinan sebaiknya dilakukan penilaian
persalinan sungsang. Metode penilaian yang lazim dipakai adalah dari Zatuchni-
Andros.

Tabel 2. Zatuchni- Andros
Skor 0 1 2
Paritas Primigravida Multigravida -
Masa Gestasi 39 minggu 38 minggu 37 minggu
TBJ 3130 gr 3629-3175 gr 3175 gr
Riwayat Presbo - 1 x 2 x
Station -3 -2 -1 atau lebih
rendah
Pembukaan < 2 cm 3 cm >4 cm

Keterangan:
< 4 : Sectio caesaria
4 : Reevaluasi
> 4 : Pervaginam

Persalinan Pervaginam
Berdasarkan tenaga yang dipakai dalam melahirkan janin pervaginam,
persalinan pervaginam dibagi menjadi 3, yaitu:
9
1) Persalinan spontan (spontaneous breech), janin dilahirkan dengan kekuatan
dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara, Bracht.
a. Tahap pertama: fase lambat, lahirnya bokong sampai dengan umbilikus,
spontan. Disebut fase lambat oleh karena pada fase ini umumnya tidak
terdapat hal-hal yang membahayakan jalannya persalinan. Pada fase ini,
penolong bersikap pasif menunggu jalannya persalinan.
17

b. Tahap kedua: fase cepat, lahirnya umbilikus sampai mulut. Disebut fase
cepat oleh karena dalam waktu < 8 menit (1 2 kali kontraksi uterus) fase
ini harus sudah berakhir. Pada fase ini, tali pusat berada di antara kepala
janin dengan PAP sehingga dapat menyebabkan terjadinya asfiksia janin.
c. Tahap ketiga: fase lambat, lahirnya mulut sampai kepala. Pertolongan pada
tahap persalinan ini tidak boleh tergesa-gesa oleh karena persalinan kepala
yang terlalu cepat pada presentasi sungsang dapat menyebabkan terjadinya
dekompresi kepala sehingga dapat menyebabkan perdarahan intrakranial.
d. Teknik: hiperlordosis badan bayi



18




Gambar 4. Proses Persalinan Janin dengan Presentasi Bokong

Keuntungan :
Dapat mengurangi terjadinya bahaya infeksi oleh karena tangan penolong
tidak ikut masuk ke dalam jalan lahir. Dan juga cara ini yang paling
mendekati persalinan fisiologik, sehingga mengurangi trauma pada janin.
Kerugian :
19

Dapat mengalami kegagalan sehingga tidak semua persalinan letak sungsang
dapat dipimpin secara Bracht. Terutama terjadi pada keadaan panggul sempit,
janin besar, jalan lahir kaku seperti pada primigravida, adanya lengan
menjungkit atau menunjuk.

2) Manual aid (partial breech extraction; assisted breech delivery), janin
dilahirkan sebagian menggunakan tenaga dan kekuatan ibu dan sebagian lagi
dengan tenaga penolong.
Indikasinya antara lain:
1. Bila pertolongan cara Bracht gagal
2. Elektif, karena sejak semula direncanakan pertolongan dengan manual aid.
Tahapan dalam manual aid, antara lain:
1. Tahap pertama: lahirnya bokong sampai umbilikus, spontan
2. Tahap kedua: lahirnya bahu dan lengan dengan tenaga penolong.
Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
a. Klasik (Deventer)
b. Mueller
c. Lovset
d. Bickenbach
3. Tahap ketiga: lahirnya kepala dengan cara:
a. Mauriceau (Veit-Smellie)
b. Najouks
c. Wigand Martin-Winckel
d. Parague terbalik
e. Cunam piper
Teknik :
Tahap pertama persalinan secara bracht sampai pusat lahir.
Tahap kedua melahirkan bahu dan lengan oleh penolong:
1. Cara klasik
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara klasik ini melahirkan lengan
belakang lebih dulu karena lengan belakang berada di ruang yang luas
(sacrum), kemudian melahirkan lengan depan yang berada di bawah
simpisis. Kedua kaki janin dipegang dengan tangan kanan penolong pada
pergelangan kakinya dan dielevasi ke atas sejauh mungkin sehingga perut
janin mendekati perut ibu. Bersamaan dengan itu tangan kiri penolong
dimasukkan ke dalam jalan lahir dan dengan jari tengah dan telunjuk
menelusuri bahu janin sampai pada fossa kubiti kemudian lengan bawah
dilahirkan dengan gerakan seolah-olah lengan bawah mengusap muka janin.
Untuk melahirkan lengan depan, pergelangan kaki janin diganti dengan
tangan kanan penolong dan ditarik curam ke bawah sehingga punggung
20

janin mendekati punggung ibu. Dengan cara yang sama lengan depan
dilahirkan.


Gambar 5. Perasat Klasik

Keuntungan cara klasik adalah pada umumnya dapat dilakukan pada semua
persalinan letak sungsang tetapi kerugiannya lengan janin relatif tinggi di
dalam panggul sehingga jari penolong harus masuk ke dalam jalan lahir
yang dapat manimbulkan infeksi.

2. Cara Mueller
Prinsip melahirkan bahu dan lengan secara Mueller ialah melahirkan bahu
dan lengan depan lebih dulu dengan ekstraksi, baru kemudian melahirkan
bahu dan lengan belakang. Bokong janin dipegang dengan femuro-pelvik
yaitu kedua ibu jari penolong diletakkan sejajar spina sakralis media dan jari
telunjuk pada krista iliaka dan jari-jari lain mencengkram bagian depan.
Kemudian badan ditarik ke curam ke bawah sejauh mungkin sampai bahu
depan tampak di bawah simpisis dan lengan depan dilahirkan dengan
mengait lengan bawahnya. Setelah bahu depan dan lengan lahir, tarik badan
janin ke atas sampai bahu belakang lahir. Tangan penolong tidak masuk ke
dalam jalan lahir sehingga mengurangi infeksi.


Gambar 6. Perasat Mueller

3. Cara lovset
Prinsip melahirkan persalinan secara Lovset ialah memutar badan janin
dalam setengah lingkaran bolak-balik sambil dilakukan traksi curam ke
bawah sehingga bahu yang sebelumnya berada di belakang akhirnya lahir di
bawah simpisis dan lengan dapat dilahirkan. Keuntungannya yaitu sederhana
dan jarang gagal, dapat dilakukan pada semua letak sungsang, minimal
bahaya infeksi. Cara lovset tidak dianjurkan dilakukan pada sungsang
dengan primigravida, janin besar, panggul sempit.
21



Gambar 7. Perasat Lovset



4. Cara Bickhenbach
Prinsip melahirkan ini merupakan kombinasi antara cara Mueller dengan
cara klasik.

Tahap ketiga: melahirkan kepala yang menyusul (after coming head)
1. Cara Mauriceau
Tangan penolong yang sesuai dengan muka janin dimasukkan ke dalam
jalan lahir. Jari tengah dimasukkan ke dalam mulut dan jari telunjuk dan jari
keempat mencengkeram fossa kanina, sedang jari lain mencengkeram leher.
Badan anak diletakkan di atas lengan bawah penolong seolah-olah janin
menunggang kuda. Jari telunjuk dan jari ketiga penolong yang lain
mencengkeram leher janin dari punggung. Kedua tangan penolong menarik
kepala janin curam ke bawah sambil seorang asisten melakukan ekspresi
kristeller. Tenaga tarikan terutama dilakukan oleh penolong yang
mencengkeram leher janin dari arah punggung. Bila suboksiput tampak di
bawah simpisis, kepala dielevasi ke atas dengan suboksiput sebagai
hipomoklion sehingga berturut-turut lahir dagu, mulut, hidung, mata dahi,
ubun-ubun besar dan akhirnya lahirnya seluruh kepala janin.


Gambar 8. Perasat Mauriceau



2. Cara Naujoks
Teknik ini dilakukan apabila kepala masih tinggi sehingga jari penolong
tidak dimasukkan ke dalam mulut janin. Kedua tangan penolong yang
mencengkeram leher janin menarik bahu curam ke bawah dan bersamaan
22

dengan itu seorang asisten mendorong kepala janin ke arah bawah. Cara ini
tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat.

3. Cara Prague Terbalik
Teknik ini dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di belakang
dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis. Satu tangan penolong
mencengkeram leher dari bawah dan punggung janin diletakkan pada
telapak tangan penolong. Tangan penolong yang lain memegang kedua
pergelangan kaki, kemudian ditarik ke atas bersamaan dengan tarikan pada
bahu janin sehingga perut janin mendekati perut ibu. Dengan laring sebagai
hipomoklion, kepala janin dapat dilahirkan.

Gambar 9. Perasat Prague Terbalik

4. Cara Cunam Piper
Seorang asisten memegang badan janin pada kedua kaki dan kedua lengan
janin diletakkan di punggung janin. Kemudian badan janin dielevasi ke atas
sehingga punggung janin mendekati punggung ibu. Pemasangan cunam
piper sama prinsipnya dengan pemasangan pada letak belakang kepala.
Hanya saja cunam dimasukkan dari arah bawah sejajar dengan pelipatan
paha belakang. Setelah oksiput tampak di bawah simpisis, cunam dielevasi
ke atas dan dengan suboksiput sebagai hipomoklion berturut-turut lahir
dagu, mulut, muka, dahi dan akhirnya seluruh kepala lahir.


Gambar 10. Cunam Piper

3) Ekstraksi sungsang (total breech extraction), janin dilahirkan seluruhnya dengan
memakai tenaga penolong.
23

Janin dilahirkan seluruhnya dengan memakai tenaga penolong. Cara ini
dilakukan hanya bila terjadi fetal distress atau ada indikasi untuk menolong
persalinan dengan ekstraksi total.

PROSEDUR PERSALINAN SUNGSANG PERABDOMINAM
Persalinan presentasi bokong dengan Sectio Cesaria merupakan cara yang
terbaik ditinjau dari janin. Banyak ahli melaporkan bahwa persalinan presentasi
bokong secara pervaginam, memberi trauma yang sangat berarti bagi janin, yang
gejala-gejalanya akan tampak pada waktu persalinan maupun di kemudian hari.
Namun hal ini tidak berarti bahwa semua presentasi bokong harus dilahirkan secara
perabdominam. Beberapa kriteria yang dapat dipakai pegangan bahwa presentasi
bokong harus dilahirkan secara perabdominam, antara lain:
1. Primigravida tua
2. Nilai sosial janin tinggi
3. Riwayat persalinan yang buruk
4. Taksiran berat janin besar > 3500 g
5. Dicurigai terdapat kesempitan panggul
6. Prematuritas


Gambar 10. Syarat-Syarat Persalinan Pervaginam atau Perabdominam

2.11. KOMPLIKASI
Komplikasi persalinan letak sungsang antara lain:
1. Dari faktor ibu:
Perdarahan oleh karena trauma jalan lahir atonia uteri, sisa placenta.
Infeksi karena terjadi secara ascendens melalui trauma (endometritis)
24

Trauma persalinan seperti trauma jalan lahir, simfidiolisis
2. Dari faktor bayi:
Perdarahan seperti perdarahan intracranial, edema intracranial, perdarahan alat-
alat vital intra-abdominal
Infeksi karena manipulasi
Trauma persalinan seperti dislokasi/fraktur ektremitas, persendian leher, ruptur
alat-alat vital intraabdominal, kerusakan pleksus brachialis dan fasialis,
kerusakan pusat vital di medulla oblongata, trauma langsung alat-alat vital
(mata, telinga, mulut), asfiksia sampai lahir mati
6,7
.

2.12. PROGNOSIS
Dibandingkan persalinan pervaginam pada presentasi belakang kepala,
morbiditas dan mortalitas ibu dan atau anak pada persalinan sungsang pervaginam lebih
besar. Morbiditas maternal adalah lebih tingginya frekuensi persalinan operatif pada
presentasi sungsang termasuk Sectio Caesaria menyebabkan peningkatan morbiditas
ibu antara lain
5
:
1. Morbiditas infeksi
2. Ruptura uteri
3. Laserasi servik
4. Luka episiotomi yang meluas
5. Atonia uteri akibat penggunaan analgesi sehingga terjadi perdarahan pasca
persalinan.
Morbiditas dan mortalitas perinatal adalah lebih tinggi dibandingkan pada presentasi
belakang kepala (vertex)
5
.
1. Trauma persalinan
1) Fraktura humerus dan klavikula
2) Cedera pada muskulus sternocleiodomastoideus
3) Paralisa tangan akibat cedera pada pleksus brachialis saat melahirkan bahu
2. Persalinan preterm
3. Asfiksia intrapartum (janin sudah berusaha bernapas saat kepala masih berada
dalam jalan lahir oleh karena sebagian besar tubuh janin sudah berada di luar jalan
lahir sehingga menimbulkan refleks bernapas pada janin)
4. Kelainan kongenital




25


BAB IV
ANALISIS KASUS

Seorang wanita usia 30 tahun dengan G
1
P
0
A
0
datang ke IGD RSMH Palembang untuk
melahirkan dengan letak sungsang, dimana satu kaki janin telah menonjol keluar dari vulva.
Pasien disarankan datang ke RSMH oleh bidan tanpa disertai surat rujukan. Tindakan bidan
merujuk dalam kasus ini tepat, karena kehamilan dengan letak sungsang termasuk kategori
kehamilan beresiko, terlebih satu kaki janin telah menonjol keluar, ini menandakan presentasi
janin adalah bokong kaki. Dalam Standar Kompetensi Bidan Kemenkes 2007, persalinan
dengan malpresentasi termasuk dalam pengetahuan tambahan, yang berarti bukan kompetensi
bidan untuk melakukan asuhan persalinan. Pada proses perujukan sebaiknya bukan hanya ada
transfer of patient, namun juga transfer of knowledge dan transfer of data, sehingga
perujukan pasien sebaiknya disertai dengan surat rujukan.
Penyebab presentasi bokong sendiri tidak diketahui secara pasti. Terdapat beberapa
faktor risiko presentasi bokong pada pasien, seperti multiparitas dan polihidramnion.
Diagnosis polihidramnion sesungguhnya belum dapat ditegakkan secara pasti karena data
yang didapatkan hanya berdasarkan anamnesis terhadap pasien, yaitu ukuran kandungan
dirasa lebih besar dan keluarnya air dalam jumlah banyak hingga membasahi separuh kasur
berukuran double. Polihidramnion seharusnya ditegakkan melalui pemeriksaan USG namun
hal ini tidak dilakukan oleh pasien meskipun pasien telah dianjurkan oleh bidan, karena
terkendala waktu dan biaya. Pada kasus ini tampak pasien belum sepenuhnya memahami
pentingnya pemeriksaan penunjang USG pada kehamilannya. Merupakan tugas seorang
petugas kesehatan ANC untuk memberikan informasi tersebut, yang dalam kasus ini belum
dilakukan dengan baik oleh bidan ANC pasien ini.
Pada usia kehamilan 24 minggu pasien telah diduga mengandung janin letak sungsang
oleh bidan saat dilakukan Antenatal Care rutin. Presentasi bokong dapat diketahui melalui
pemeriksaan palpasi abdomen. Untuk memastikan dilakukan pemeriksaan USG. Pasien ini
melakukan pemeriksaan dengan bidan, dilakukan pemeriksaan leopold dan disarankan USG,
namun pasien menolak dengan alasan yang sama.
Sejak saat itu pada pasien sering dilakukan versi luar di setiap kunjungan ke bidan dan
dianjurkan melakukan posisi dada-lutut ketika di rumah. Manuver kepala perlu dilakukan
setiap kunjungan perawatan antenatal bila umur kehamilan 38minggu. Cara ini sebenarnya
tidak efektif karena berdasarkan teori, versi luar yang dilakukan pada usia kehamilan < 34
26

minggu memiliki kemungkinan cukup besar untuk kembali menjadi presentasi bokong,
sehingga versi luar yang dilakukan pada usia kehamilan 24 minggu ini kurang efektif, selain
itu perubahan spontan menjadi presentasi kepala sebagian besar akan terjadi pada kehamilan
34 minggu, sehingga pertimbangan tindakan versi luar lebih tepat dilakukan bila ditemukan
presentasi bokong pada usia kehamilan 34 minggu. Prosedur versi luar sendiri sesungguhnya
cukup aman dan efektif.
Komplikasi yang mungkin terjadi pada tindakan versi luar adalah bradikardi pada
janin yang bersifat sementara, solusio plasenta, komplikasi pada tali pusat, perdarahan feto-
maternal dengan kemungkinan sensitisasi dan ketuban pecah dini. Pada pasien ini karena
tidak ada komplikasi dan perubahan letak janin, dari jumlah yang berhasil dilakukan versi
luar 40% akan melakukan per vaginam. Perlu diketahui bahwa terdapat kontraindikasi
melakukan versi luar yang sifatnya relatif, yaitu ketuban pecah dini, oligohidramnion,
peradangan uterus, dan lain-lain, namun pada pasien ini tidak terdapat kontraindikasi.
Pasien masuk IGD RSMH pada pukul 04.00 dengan pembukaan lengkap. Apabila
dirunut kembali, pasien mengaku telah pecah ketuban pada pukul 23.00 malam hari, yaitu 5
jam SMRS, sehingga dapat disimpulkan pasien masuk dalam keadaan kala II. Pada presentasi
kepala, kemajuan pembukaan terjadi 1,2-1,5 cm tiap jam, sedangkan pada presentasi bokong
kemajuan pembukaan terjadi lebih lambat yaitu sekitar 1 cm tiap jam, dan pecah ketuban
terjadi 5 jam yang lalu sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini tidak terdapat Ketuban
Pecah Dini.
Pada pasien dilakukan persalinan pervaginam hal ini dikarenakan skor Zatuchni-Andros
pada pasien ini adalah 6 yang berarti janin dengan presentasi bokong dapat dilahirkan
pervaginam. Pada penilaian skor Zatuchni-Andros, skor < 3 dilakukan persalinan secara
perabdominam, bila skor 4 dilakukan reevaluasi, khususnya berat badan janin; bila nilai tetap
dapat dilahirkan pervaginam, bila skor >5 dilahirkan pervaginam.
Prognosis ibu dan anak adalah dubia mengingat angka kematian bayi pada persalinan
letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan dengan letak kepala. Sebab kematian perinatal
yang terpenting ialah prematuritas dan penanganan persalinan yang kurang sempurna, dengan
akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat
terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul pada waktu kepala memasuki rongga
panggul, serta akibat retraksi uterus yang dapat menyebabkan lepasnya plasenta sebelum
kepala lahir. Komplikasi lain yang dapat terjadi yaitu luka dan perdarahan pada kepala akibat
kompresi dan dekompresi yang terjadi dengan cepat.
27

Seperti disebutkan diatas, pasien ini memenuhi syarat untuk dilahirkan pervaginam,
dan jenis persalinan pervaginam yang direncanakan adalah spontaneous breech/ spontan
Bracht. Pada teori dijelaskan bahwa saat bokong telah lahir, maka bahu dan kepala bayi harus
lahir dalam waktu < 8 menit. Cara/teknik untuk melahirkan bahu dan lengan ialah secara :
Klasik (yang seringkali disebut Deventer), Mueller, Lovset, Bickenbach.
Teknik Lovset dipilih sebagai cara melahirkan bahu karena mengurangi bahaya
infeksi dengan tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir. Teknik Lovset digunakan
pada pasien ini dengan pertimbangan bahwa teknik ini merupakan teknik yang sederhana dan
jarang gagal, dapat dilakukan pada segala macam letak sungsang tanpa memperhatikan posisi
lengan, dan tangan penolong tidak masuk ke dalam jalan lahir, sehingga bahaya infeksi
minimal.
Teknik Mauriceau dipilih sebagai teknik melahirkan kepala karena paling sesuai dalam
kasus ini. Teknik Naujoks tidak dianjurkan lagi karena menimbulkan trauma yang berat,
sedangkan teknik Prague Terbalik dipakai bila oksiput dengan ubun-ubun kecil berada di
belakang dekat sacrum dan muka janin menghadap simpisis.
Pukul 04.15 WIB lahir hidup dengan spontaneus bracht dengan bayi perempuan BB:
2400 gr, PB: 45 cm, AS 8/9. Pukul 04.20 WIB plasenta lahir lengkap, BP: 520 gr, PTP: 47
cm, diameter 16x17cm. Apgar score pada bayi ini adalah 8/9 dan tidak adanya komplikasi
atau penyulit menunjukkan bahwa teknik persalinan yang dilakukan sudah tepat sesuai
dengan teori.













28



BAB V
KESIMPULAN

Diagnosis pada kasus ini sudah tepat karena sudah berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pemeriksaaan luar, inspekulo, pemeriksaaan penunjang.
Berdasarkan dari hasil perhitungan Zatuchni-Andros Score (6) yang setelah
direevaluasi mengalami kemajuan, berat janin 3175 gram, kesan panggul yang luas, maka
penatalaksanaan pada kasus ini sudah tepat yaitu persalinan pervaginam.





















29



DAFTAR PUSTAKA


1. Yuliawati, S., Analisis faktor-faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya kematian
perinatal di Rumah Sakit Pandan Arang Boyolali tahun 1998-2000, Tesis FK UGM,
Yogyakarta, 2001.
2. Collea,J.V., Malpresentation and cord accident, in; Pernoll,M.L., Benson,R.C.,
Current Obstetric and Gynecologic Diagnostic and treatment, Appleton and longer,
LA,1987
3. Siswishanto, Rukmono. Malpresentasi dan Malposisi. Dalam: Wiknjosastro dkk,
ed. Ilmu kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2008, hal 588-598
4. Benson,R.C., Current obstetric and gynecologic diagnostic and treatment, 3rd ed,
Lange Medical Publication, Maruzen Asia, Singapore,1980
5. Martohoesodo,S., Hariadi,R., Distokia karena kelainan letak serta bentuk janin,
dalam Ilmu Kebidanan Edisi III, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta, 2002, hal;595-636
6. Cunningham, F.G., Mac.Donald, P.C., Gant, N.F., Distosia karena kelainan pada
presentasi, posisi atau perkembangan janin , Obstetri Williams (18th ed), Suyono,
J., Hartono, A., (Alih Bahasa), Jakarta : EGC, 2005
7. Giuliani A, Scholl WMJ, Basver A, Tamussino KF. Mode of delivery and outcome
of 699 term singleton breeech deliveries at a single center. Am J Obstet Gynecol
2002;187:1694-8
8. Supono. Pimpinan persalinan letak sungsang. Dalam: Ilmu kebidanan bagian
patologi. Bagian Obstetri dan Ginekologi/Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya/Rumah Sakit Umum Pusat dr. Mohammad Hoesin, Palembang, 1983;15-
33.
9. Angsar,M.D., Setjalilakusuma,L., Persalinan sungsang, dalam Ilmu Bedah
Kebidanan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2000, hal;104-
122.

Anda mungkin juga menyukai

  • EMBRIOTOMI
    EMBRIOTOMI
    Dokumen24 halaman
    EMBRIOTOMI
    Yola Febriyanti
    Belum ada peringkat
  • Croup
    Croup
    Dokumen14 halaman
    Croup
    Yola Febriyanti
    Belum ada peringkat
  • Croup
    Croup
    Dokumen14 halaman
    Croup
    Yola Febriyanti
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Dokumen2 halaman
    Patofisiologi
    Yola Febriyanti
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Dokumen2 halaman
    Patofisiologi
    Yola Febriyanti
    Belum ada peringkat
  • Tumor Payudara (Soal)
    Tumor Payudara (Soal)
    Dokumen3 halaman
    Tumor Payudara (Soal)
    Yola Febriyanti
    Belum ada peringkat
  • Soal Fungsi Luhur
    Soal Fungsi Luhur
    Dokumen3 halaman
    Soal Fungsi Luhur
    Yola Febriyanti
    100% (2)