= +
=
HS
S H
mengalikan kedua persamaan diperoleh, K = K
1
K
2
=
22 22
2
2
10 10 09 , 1
] [
] [ ] [
= +
=
S H
S H
beberapa referensi menyebutkan, pada suhu kamar (25
0
C) dan tekanan atmosfer, larutan
jenuh hidrogen sulfida dalam air hampir tepat 0,1 molar. Untuk asam lemah seperti ini
disosiasinya sangat kecil dan boleh diabaikan, maka
60
22
2
2
2
10
) 1 , 0 (
] [ ] [
] [
] [ ] [
= + = +
= =
S H
S H
S H
sehingga [S
=
] =
2
23
] [
10
+
H
nampak sekali korelasi antara ion sulfida dengan konsentrasi hidrogen yaitu berbanding
terbalik kuadrat. Pada larutan yang sangat asam pH=0 ([H
+
] = 1), konsentrasi larutan jenuh
hidrogen sulfida mengandung ion S
=
sebanyak 10
23
mol/L, ini hanya memungkinkan sulfida
logam yang paling tidak larut yang dapat diendapkan. Pada pH sekitar 7, konsentrasi S
=
menjadi 10
9
mol/L, cukup untuk mengendapkan logam logam yang membentuk sulfida logam
dengan Ksp lebih tinggi.Mengolah persamaan terakhir di atas dengan operasi logaritmik akan
mendapatkan hubungan linear antar pH dengan pS, pS = log[S
=
], yaitu
pS = 23 2pH
persamaan ini akan linear mulai dari pH=0 sampai pH=8. Kondisi basa, pH>8 akan ada disosiasi
lebih lanjut hidrogen sulfida dengan adanya konsentrasi hidroksida, persamaan di atas tidak
lagi linear. Dengan beberapa pengamatan dan perhitungan, dapat disimpulkan hubungan pH
dengan pS sebagai grafik berikut
Grafik ini dapat dipakai bila diperlukan untuk meramalkan pengendapan sulfida logam, seperti
pada contoh contoh di bawah.
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
22
24
0 2 4 6 8 10 12 14
pH
pS
Gambar grafik hubungan
pS dengan pH, diambil dari
Vogel, text book of
Qualitatif Anorganik
Analyssis
61
Contoh(Vogel). Diketahui suatu larutan mengandung CuSO
4
0,1 M dan MnSO
4
0,1 M.
Apa yang terjadi jika (a) larutan diasamkan sehingga pH = 0 dan dijenuhkan dengan gas
hidrogen sulfida; dan (b) jika larutan awal ditambahkan ammonium sulfida, sehingga
pH menjadi 10. Ksp CuS dan MnS masing masing 1 x 10
44
dan 1,4 x 10
15
?
Penyelesaian. (a) Dari grafik, padapH=0 nilai pS = 23 artinya [S
=
] = 10
23
mol/L. Untuk
kedua zat konsentrasi logamnya adalah 10
1
mol/L, maka hasil kali ionnya adalah 10
24
untuk kedua ion. Untuk CuS, 10
24
> 1 x 10
44
, maka CuS akan diendapkan, sedang untuk
MnS, karena 10
24
< 1,4 x 10
15
, akan tetap larut. Jadi pada pH = 0 CuS dapat dipisahkan
dari MnS.
(b) Masih dari grafik, pada pH =10; pS=4, atau [S
=
] = 10
4
mol/L. Maka hasil kali
konsentrasi ion adalah 10
5
untuk masing masing ion logam. Dapat dilihat 10
4
> 1,4 x
10
15
> 1 x 10
44
, maka keduanya akan mengendap dan tercampur.
Pengendapandanpelarutanhidroksidalogam. Secara prinsip nilai hasil kali kelarutan
(Ksp), dapat juga diterapkan dalam proses pengendapan logam logam terlarut dengan
membentuknya menjadi garam hidroksida logam yang kurang larut di air. Teknik ini sering
dipakai dalam analisis kualitatif anorganik dan pengolahan air yang terpapar logam logam.
Secara kimiawi, endapan hidroksida logam akan terbentuk jika konsentrasi ion logam dan
konsentrasi hidroksil (OH ) saat itu melebihi nilai yang diperbolehkan dalam hasil kali kelarutan
(Ksp), atau hasil kali ion ion (logam dan hidroksil) > Ksp. Jumlah endapan adalah sebanyak
kelebihan jumlah ion ion dari ion yang harus ada untuk menegakkan Ksp. Jika hasil kali ion ion
kembali sama dengan Ksp, maka proses pengendapan berhenti.
Dalam pengendapan hidroksida logam, konsentrasi hidroksil sangat memegang
peranan penting terbentuknya endapan, karena konsentrasi logam yang terlarut stabil di
perairan bebas berkisar 10
1
10
3
mol/L. Dengan demikian pH air sangat menentukan
terjadinya pengendapan, sebab hasil kali ion hidrogen dan hidroksil adalah konstan, sehingga
pH akan menentukan jumlah konsentrasi ion hidroksil (OH ). Pada pH yang rendah (<1)ion
hidroksil sangat sedikit terlarut, pOH = 14 pH, sulit bagi hidroksida logam terlarut mencapai
nilai Ksp. Pada kondisi yang demikian hampir semua hidroksida logam belum bisa
terendapkan, kecuali Nb(OH)
5
, Ta(OH)
5
, Sn(OH)
4
, Ti(OH)
4
, H
2
WO
4
dan H
2
MoO
4
, yang akan
melarut pada pH yang tinggi. Telah disepakati, secara umum pengendapan dikatakan praktis
sempurna jika dalam larutan konsentrasi logam tak lebih dari 10
5
mol/L.
62
Contoh(Vogel). Hitunglah pH (a) pada mana Fe(OH)
3
mulai mengendap dari larutan FeCl
3
0,01 M; dan (b) pH pada saat konsentrasi ion Fe
3+
dala larutan tak melebihi 10
5
mol/L.
Nilai Ksp dapat dilihat pada tabel.
Penyelesaian. Ksp = [Fe
3+
] [OH ]
3
= 3,8 x 10
38
, dengan konsentrasi ion Fe
3+
= 0,01 M.
(a) Pengendapan tepat akan terjadi pada saat hasil kali ion Fe
3+
dan OH nilainya sama
dengan Ksp, sehingga dapat dihitung
[OH ]
3
=
36
2
38
3
10 8 , 3
10
10 8 , 3
] [
+
=
=
Fe
Ksp
[OH ] =
12
3
36
10 56 , 1 10 8 , 3
= , dan dapat dihitung konsentrasi
ion hidrogen dengan rumus kesetimbangan ion hidrogen hidroksil di air.
[H
+
] =
3
12
14
10 41 , 6
10 56 , 1
10
] [
=
OH
K
w
pH = log [H
+
] = log (6,41 x 10
3
) = 2,19
Jadi, Fe(OH)
3
akan mulai mengendap pada pH = 2,19
(b) Ion Fe
3+
akan tinggal 10
5
jika sebagian besar Fe(OH)
3
telah mengendap dengan
bertambahnya konsentrasi ion hidroksida (bertambahnya pH). Saat kesetimbangan baru,
ion Fe
3+
, maka ion hidroksil adalah
[OH ] =
11
3
5
38
3
3
10 56 , 1
10
10 8 , 3
] [
+
=
=
Fe
Ksp
Konsentrasi ion hidrogen adalah
[H
+
] =
4
11
14
10 41 , 6
10 56 , 1
10
] [
=
OH
K
w
pH = log[H
+
] = log(6,41 x 10
4
) = 3,19
Jadi pada pH = 3,91 Fe(OH)
3
telah mengendap sempurna.
Secara lebih lanjut, grafik pengendapan beberapa hidroksida logam, seperti pada
gambar berikut, dapat dijadikan acuan untuk meramalkan pH pengendapan logam logam
terlarut di perairan. Daerah yang diarsir adalah daerah pH pengendapan hidroksida logam,
dengan ujung atas garis batas miring sebelah kiri merupakan pH pada saat mulai terbentuk
endapan, dan ujung bawah menyatakan kondisi pH pada saat pengendapan secara teoritis
sempurna. Sedangkan garis miring sebelah kanan (pada batas arsiran), ujung bawah
menyatakan pH pada saat hidroksida logam mulai melarut kembali, dan ujung atas
menyatakan pH saat pelarutan sempurna.
63
pH 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Tl(OH)
2
Sn(OH)
2
Nb(OH)
5
Ta(OH)
5
Ce(OH)
4
Zr(OH)
4
Sn (OH)
4
Ti(OH)
4
Th(OH)
4
Fe(OH)
3
Al(OH)
3
Cr(OH)
3
UO
2
(OH)
2
Be(OH)
2
Zn(OH)
2
Fe(OH)
2
Cd(OH)
2
Ni(OH)
2
Co(OH)
2
AgOH
Pb(OH)
3
Re(OH)
3
HgO
Mn(OH)
2
Mg(OH)
2
H
2
WO
4
H
2
MoO
4
4.6Pengendapanbertingkat ataupengendapanfraksional. Selain untuk menentukan kapan
suatu garam atau zat lain mengendap atau melarut, nilai Ksp juga sangat berguna untuk
memperhitungkan kondisi pengendapan fraksional atau pengendapan bertingkat. Untuk
maksud tertentu kadang diinginkan untuk mengendapkan satu jenis atau sebagian logam dari
larutan yang mengandung beberapa logam. Langkah langkah untuk penyisihan ini salah
satunya adalah pengendapan bertingkat, sebab dibutuhkan pemisahan dikarenakan tiap
senyawaan logam punya daya cemar dan toksik yang berbeda beda. Membuat kondisi kondisi
tertentu yang khusus untuk tujuan seperti di atas harus dilakukan, dengan salah satu metode
adalah dengan memperhatikan Ksp atau kelarutannya di air. Salah satu contoh penerapan,
metode ini adalah metode Mohr untuk menaksir halida halida terlarut.
Pada metode penentuan halida dengan cara Mohr, suatu larutan ion klorida (halida)
dititrasi dengan larutan baku perak nitrat (AgNO
3
), dengan kalium dikromat (K
2
CrO
4
) sebagai
indikator. Secara perhitungan Ksp, maka dalam sistem ini akan terbentuk dua macam garam
64
yang sedikit larut di air, yaitu perak klorida (AgCl = endapan putih) dan perak kromat (Ag
2
CrO
4
= endapan berwarna merah). Hasil kali kelarutan kedua garam adalah (tabel) :
Ksp (AgCl) = [Ag
+
] x [Cl ] = 1,5 x 10
10
Ksp (Ag
2
CrO
4
) = [Ag
+
]
2
x [CrO
4
2
] = 2,4 x 10
12
Dalam kesetimbangan, konsentrasi ion perak bisa dianggap sama, maka kedua persamaan
akan menjadi,
8 12
2 10
2
4
2
10 1 , 1
1
) 10 4 , 2 (
) 10 5 , 1 (
] [
] [
CrO
Cl
nampak sekali bahwa dalam kesetimbangannya konsentrasi ion kromat jauh lebih besar dari
konsentrasi ion klorida. Hal demikian terjadi karena, dalam pembentukan garam, ion Ag
+
yang
dititrasikan akan selalu lebih dahulu mengikat ion klorida, membentuk endapan perak klorida
sampai ion klorida mencapai rasio dengan ion kromat seperti pada persamaan diatas tercapai,
baru kemudian akan terbentuk perak kromat, warna endapan/larutan merah (titik akhir
titrasi).
Contoh(Vogel). Jika larutan natrium klorida 0,1 M dititrasi dengan perak nitrat dengan
adanya kalium dikromat 0,002 M maka konsentrasi ion ion pada saat perak kromat mulai
mengendap adalah ......
Penyelesaian. Bisa diambil persamaan diatas untuk menyatakan kesetimbangan, kedua
garam mengendap bersama, jika ion klorida sudah mencapai konsentrasi yang sesuai.
8 2
4
2
10 1 , 1
1
] [
] [
CrO
Cl
atau, [Cl ] = M
CrO
6
8 8
2
4
10 26 , 4
10 1 , 1
002 , 0
10 1 , 1
] [
Konsentrasi ion Cl terlarut terlalu kecil, dianggap secara praktis tidak ada (diabaikan).
4.7KonsepRedoks
Selama abad kesembilan belas istilah oksidasi digunakan untuk menjelaskan reaksi
dimana suatu zat bersenyawa dengan oksigen. Pembakaran bahan bakar dari kayu pada saat
itu disebut oksidasi. Istilah reduksi berasal dari kata latin reduco yang artinya mengembalikan.
Pada awalnya kata reduksi digunakan dalam metalurgi dalam proses mendapat kembali logam
dari bijihnya. Istilah ini sudah digunakan sejak lama sebelum orang menggunakan istilah
65
oksidasi, jadi sebelum ditemukan oksigen, dan juga sebelum ditemukan bahwa proses
terbakar adalah proses reaksi dengan oksigen.
Pembakaran gas alam, CH
4
dan pembakaran bensin dalam mesin kendaraan bermotor
adalah proses reaksi oksidasi. Bensin terdiri atas sejumlah hidrokarbon termasuk oktan C
8
H
18
.
CH
4
(g) + 2 O
2
(g) CO
2
(g) + 2 H
2
O (g)
2 C
8
H
18
(g) + 25 O
2
(g) 16 CO
2
(g) + 18 H
2
O (g)
Pembakaran magnesium dalam udara adalah reaksi oksidasi.
2 Mg (s) + O
2
(g) 2 MgO (s)
Dari reaksi reaksi di atas dapat dilihat bahwa jika metana terbakar, gas ini bereaksi
dengan oksigen dan melepaskan hidrogen. Melepaskan atau menghilangkan hidrogen juga
disebut oksidasi. Reaksi reaksi yang menyangkut penguraian zat dengan melepaskan oksigen
disebut reduksi. Magnesium terbakar dala uap air membentuk magnesium oksida dan
hidrogen.
2 HgO (s) 2 Hg (l) + O
2
(g)
Mg (s) + H
2
O (g) MgO (s) + H
2
(g)
Pada reaksi di atas, magnesium bereaksi dengan oksigen, sedangkan air melepaskan oksigen.
Jadi, magnesium mengalami oksidasi dan air mengalami reduksi.
Sejalan dengan perkembangan ilmu kimia, konsep oksidasi reduksi yang semula hanya
menyangkut perpindahan oksigen kini telah diperluas, menyangkut reaksi tanpa keterlibatan
oksigen.
Oksidator dan Reduktor
Akan dijumpai dalam banyak reaksi kimia, terjadi perubahan bilangan oksidasi
(bilangan muatan rtelatif) masing masing spesies yang terlibat dalam reaksi tersebut
(berubah). Sangat mudah untuk dihafal, bahwa individu unsur yang dalam produk mengalami
penambahan muatan positif dinamakan teroksidasi, contohnya Mn
2+
Pada suatu reaksi
oksidasi reduksi, zat yang mengoksidasi zat lain disebut oksidator atau zat pengoksidasi,
sedangkan zat yang mereduksi zat lin disebut reduktor atau zat pereduksi. Dalam reaksi kima,
oksidator mengalami reduksi sedangkan reduktor mengalami oksidasi.