Anda di halaman 1dari 71

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Angin merupakan salah satu sumber energi alternatif yang terbaharukan.
Angin terjadi karena perbedaan suhu atau temperatur antara udara panas dan udara
dingin. Di daerah khatulistiwa yang panas, udara menjadi panas, mengembang
dan menjadi ringan sehingga naik ke atas dan bergerak ke daerah yang lebih
dingin, misalnya daerah kutub.Energi angin merupakan suatu bentuk energi yang
berasal dari angin yang akan diubah menjadi energi mekanik atau energi lain yang
diinginkan. Dalam pemanfaatanya bisa digunakan untuk menggerakkaan pompa
atau kincir angin, yaitu dengan cara mengubah energi kinetik menjadi energi
mekanik.
Berbagai macam turbin angin yang biasa digunakan saat ini adalah turbin
angin jenis Nibe, Darrieus, dan Maglev. Perkembangan energi angin di Indonesia
untuk saat ini masih tergolongrendah. Salah satu penyebabnya adalah karena
kecepatan angin rata-rata diwilayah Indonesia tergolong kecepatan angin rendah,
yaitu berkisar antara 3 m/shingga 5 m/s, sehingga sulit untuk menghasilkan energi
listrik dalam skala besar. Meskipun demikian, potensi angin di Indonesia tersedia
hampir sepanjang tahun,sehingga memungkinkan untuk dikembangkan sistem
pembangkit listrik skala kecil. Turbin yang sesuai untuk kecepatan angin rendah
adalah turbin Savonius. Turbin ini memiliki torsi awal yang besar pada kecepatan
angin rendah (Kamal,2008). Secara sederhana pembuatan prototipe dapat
2


dilakukan dengan membelahsebuah kaleng menjadi dua kemudian menggesernya,
turbin seperti ini disebutjuga dengan rotor Savonius tipe U. Turbin Savonius
termasuk turbin tipe sumbutegak (vertical axis) yang rotornya dapat berputar
untuk semua arah angin.Turbin-turbin tersebut memiliki desain yang rumit dan
cara pembuatannyayang memerlukan keahlian khusus. Pengembangan desain
turbin angin ke arah yang lebih sederhana sangat diperlukan, agar masyarakat
dapat secara mandiri memanfaatkan potensi angin di daerahnya untuk memenuhi
kebutuhan energi. Rancang bangun ini dimaksudkan untuk mengembangkan
desain turbin angin yang sederhana memanfaatkan konstruksi sudu berbentuk
elips yang digunakan untuk memutar generator.

1.2 Alasan Pemilihan Judul
Turbin Savonius banyak mengalami pengembangan desain. Salah satunya
adalahdesain rotor Savonius tipe L. Bentuk dari rotor Savonius L merupakan
kombinasiprofil datar dan lengkungan yang umumnya berbentuk seperempat
lingkaran.Rotor Savonius L ini memiliki kelebihan dari Savonius U, yaitu pada
Savonius Langin yang menumbuk rotor lebih banyak mengalir ke bilah rotor
lainnya melaluicelah di pusat turbin, sehingga memberikan energi tambahan pada
bilah rotor ini(Soelaiman, 2006) karena profil sudu savonius tipe L merupakan
kombinasi profil datar serta lengkungan, sehingga profil sudu tersebut juga
menyerupai bentuk elips.Dalam tugas akhir ini diuji cobakan pembuatan model
pembangkit listrik tenaga angin dengan turbin angin tipe savonius sudu berbentuk
elips.
3


Pengertian model sendiri yaitu model adalah pola (contoh, acuan, ragam)
dari sesuatu yang akan dibuat ataudihasilkan (Departemen P dan K, 1984:75).
Definisi lain dari model adalah abstraksidari sistem sebenarnya, dalam gambaran
yang lebih sederhana serta mempunyaitingkat prosentase yang bersifat
menyeluruh, atau model adalah abstraksi dari realitasdengan hanya memusatkan
perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya(Simamarta, 1983: ix
xii).Untuk turbin angin yang kami buat adalah jenis vertikal axiswind turbin,
dimana mempunyai 3 sudu yang bekerja dengan memanfaatkan angin yang
berasal dari blower kemudian angin ditangkap oleh sudu-sudu turbin sehingga
timbul energi mekanik yang berasal dari poros turbin yang selanjutnya digunakan
untuk memutargenerator. Tugas akhir ini dibuat dengan maksud membuat suatu
alat yang dapat digunakan sebagai alat praktikum di laboratorium teknik konversi
energi dan model turbin angin ini pada akhirnya bisa dibuat prototipe yang
dimanfaatkan di lapangan. Salah satunya energi listrik dari generator dapat
dimanfaatkan sebagai penerangan pada keramba ditengah laut, yang untuk saat ini
para nelayan masih menggunakan lampu minyak atau petromak sebagai
penerangan. Di Negara Indonesia sendiri, sebenarnya sangat berpotensi untuk
sebuah pengembangan pemanfaatan sumber energi angin, hal ini terlihat pada
gambar 1.1 mengenai potensi serta kondisi angin di beberapa wilayah di
Indonesia.
Berikut ini bisa dilihat potensi angin di beberapa daerah di Indonesia :
4


Gambar 1.1 Tabel Potensi Angin Di Indonesia
(sumber: Pusat Metorologi dan Geofisika)

Alat hasil rancang bangun ini diharapkan bisa menjadi energi alternatif yang
ramah lingkungan serta tanpa bahan bakar fosil, maka penyusun memilih judul
tugas akhirRANCANG BANGUN MODEL PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA BAYU SKALA KECIL SEBAGAI PENGGERAK MULA
TURBIN TIPE SAVONIUS DENGAN SUDU ELIPS.
Setelah mempertimbangkan dengan memperhatikan desain-desain turbin angin
tipe savonius yang ada, maka kami putuskan untuk membuat desain turbin angin
yang sederhana.



5


1.3 Ruang Lingkup
Berdasarkan masalah seperti yang diuraikan pada latar belakang, dapat
disimpulkan bahwa masalah yang hendak diatasi adalah ketergantungan
masyarakat akan bahan bakar minyak (BBM) sebagai sumber bahan bakar utama.
Dalam penulisan tugas akhir ini akan ditentukan batasan-batasan sebagai berikut:
a. Pembahasan di fokuskan pada turbin angin.
b. Masalah generator tidak dibahas secara mendetail.
c. Perhitungan kerangka turbin tidak dibahas mendasar.
d. Pemilihan bahan yang akan digunakan disesuaikan dengan yang ada dipasaran.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penulisan
1.4.1 Tujuan
a. Tujuan Akademis
1.Memenuhi persyaratan dalam rangka menyelelesaikan studi diploma
IIIprogram studi Teknik Konversi Energi, Jurusan Teknik
Mesin,Politeknik Negeri Semarang
2. Dapat mengembangkan ilmu yang telah didapat pada program studi
TeknikKonversi Energi
b. Tujuan Teknis
1. Mengkaji kinerja dan karakteristik turbin angin berbentuk elips atau
sudu L sebagai PLT Bayu.
2. Menganalisa kinerja dan karakteristik turbin angin berbentuk elips
atau sudu L sebagai PLT Bayu.

6


1.4.2 Manfaat
1. Manfaat bagi penulis :
a. Memberikan pengalaman kepada penulis dalam membuat dan terlibat
dalam proyek rancang bangun.
b. Mampu membuat sebuah prototype yang nantinya dapat bermanfaat
bagi masyarakat.
c. mendapat tambahan ilmu pengetahuan dalam pengembangan turbin
angin.
2. Manfaat bagi umum :
a. Memberikan manfaat ekonomis dalam upaya pemenuhan energi
nasional.
b. Memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi yang murah
dan ramah lingkungan.

1.5 Metode Penyusunan
Penyusunan laporan, dapat dilakukan dengan beberapa metode-metode
penyusunan.

1.5.1 Metode penyusunan akademis
1. Metode bimbingan
Metode ini bertujuan untuk mendapatkan bimbingan dan pengarahan
dari dosen pembimbing dalam penyusunan sistematika laporan tugas
akhir dan bentuk yang baik serta koreksi dan masukan materi selama
proses penyusunan tugas akhir.
7


2. Studi kepustakaan
Metode ini digunakan untuk memperoleh dasar teori yang berkaitan
dengan topikyang dapat diambil dari studi literatur atau referensi
kepustakaan dengan membaca serta mempelajari materi yang
berhubungan dengan masalah yang akan dikaji.

1.5.2 Metode penyusunan teknis
1. Metode observasi.
Pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap objek yang
berhubungan dengan pembuatan turbin angin konstruksi sudu berbentuk
elips.
2. Metode pembuatan alat
Alat tersebut dibuat setelah langkah obsrvasi dilakukan.
3. Metode pengujian alat
Metode pengujian alat dilakukan di laboratorium Teknik Konversi
Energi Politeknik Negeri Semarang. Metode ini meliputi persiapan alat,
pengambilan data, mengolah dan menganalisa data. Untuk pengambilan
data yang meliputi putaran (n), kecepatan angin (v angin), torsi (T), arus
generator (Igen), tegangan generator (Vgen), dan daya generator
(Pgen). Blower digunakan untuk alat bantu menghasilkan tiupan angin
sehingga dapat memutar turbin. Dari pengujian ini akan didapatkan data
yang kemudian digambarkan dengan grafik dan efisiensi sistem (
sistem
q
)
turbin angin memanfaatkan konstruksi sudu berbentuk elips.

8


1.6 Sistematika Penyusunan
Sistematika penyusunan Tugas Akhir ini adalah :
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Berisi tentang masalah riset, mekanisme kerja dari alat yang akan
dibuat dan tujuan rancang bangun.
2. Alasan Pemilihan Judul
Berisi tentang penjelasan yang mendasari pemilihan judul.
3. Ruang Lingkup
Berisi tentang pembatasan yang akan dilakukan dari pembahasan judul.
4. Tujuan Penulisan
Berisi penjelasan tujuan pembuatan rancang bangun secara akademis
dan teknis.
5. Metode Penyusunan
Berisi tentang metode-metode yang digunakan baik dalam penyusunan
data dan pembuatan alat.
BAB II LANDASAN TEORI
Membahas tentang gambaran umum tentang pendekatan teoritis seperti :
- Penerapan prinsip-prinsip.
- Penerapan teori tentang turbin angin.
- Penerapan model, baik yang bersumber dari acuan pustaka maupun
hasil analisa penulisan sendiri sebagai landasan dalam pembuatan
turbin angin.

9


BAB IIIPERANCANGAN DESAIN
Berisi tentang pertimbangan penggunaan turbin angin memanfaatkan
konstruksi
Sudu elipsmeliputi :
- Perhitungan teoritis komponen-komponen dari turbin angin.
- Pertimbangan dalam pemilihan bahan.
BAB IV PROSES PEMBUATAN, PERAKITAN DAN BIAYA
Berisi tentang :
- Proses pembuatan dan perakitan komponen utama turbin angin
memanfaatkan konstruksi sudu berbentuk elips dan seterusnya untuk
menggerakkan generator.
- Biaya proses pembuatan dan perakitan alat.
BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA
Membahas mengenai :
- Pengujian kinerja turbin angin yang dilakukan dengan menggunakan
bantuan blower sebagai alat bantu untuk memutar turbin angin
tersebut.
- Data hasil dari pengujian disajikandalam bentuk grafik.
- Pembahasan sekaligus analisa variabel yang telah diuji.
BAB VIPENUTUP
Berisi kesimpulan tentang pengujian turbin angin yang telah dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

10



BAB II
LANDASAN TEORI

2.1Potensi Tenaga Angin Di Indonesia
Indonesia mempunyai garis pantai terpanjang di dunia yaitu 80.791,42
Km (hampir 1/8 keliling bumi) merupakan wilayah potensial untuk
pengembangan pembangkit listrik tenaga angin (Sumber : http://www.bmg.go.id,
2013). Syarat dan kondisi angin yang dapat digunakan untuk menghasilkan energi
listrik dengan kincir angin dengan kecepatan angin yang berada pada 10 meter
diatas permukaan tanah dimana klasifikasi angin pada kelompok 3 adaalah batas
minimum dan angin pada kelompok 8 adalah batas maksimum dari energi angin
yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik. Dapat dilihat pada
tabel 2.1
TabeI 2.1. Tingkatan kecepatan angin 10 meter permukaan tanah

11


Potensi tenaga angin yang tersedia di Indonesia mencapai 9.286 MW akan
tetapi sampai saat ini energi angin yang telah digunakan lebih kurang sebesar 2
MW (BMKG, 2013).
Pada gambar 2.1 ditampilkan peta prakiraan aliran dan kecepatan angin
diseluruh Indonesia.

Gambar 2.1 Aliran Angin Di Indonesia
(Sumber: http://www.bmkg.go.id)

Angin di wilayah Indonesia pada umumnya bergerak dari arah timur menuju arah
barat daya dengan kecepatan angin antara 2.5 m/s sampai dengan 7.5 m/s.
Kecepatan angin 7.5 m/s di Indonesia terdapat di daerah Samudera Hindia Selatan
Jawa hingga Selatan Nusa Tenggara Timur, Laut Jawa, Laut Bali, Laut Banda,
Laut Flores dan Perairan Selatan Merauke.
(Sumber: http://www.bmkg.go.id)



12


2.1.1 Klasifikasi Potensi Tenaga Angin Di Indonesia
Proses pemanfaatan energi angin dilakukan melalui dua tahapan konversi
energi, pertama aliran angin akan menggerakkan sudu (blade) yang menyebabkan
sudu berputar selaras dengan kecepatan angin yang bertiup, kemudian putaran dari
sudu dihubungkan dengan poros dan poros dihubungkan dengan generator, dari
generator inilah dihasilkan arus listrik. Pada tabel 2.2 yang menunjukkan
klasifikasi potensi tenaga angin yang ada di Indonesia
Tabel 2.2 Klasifikasi Potensi Tenaga Angin Di Indonesia

Sumber (KESDM 2008)

2.1.2 WINDROSE
Untuk mengetahui distribusi angin baik arah maupun kecepatan dapat
dihitung dengan menggunakan software WRPLOT View under Windows yang
memunculkan perhitungan windrose dan tampilan grafis yang menggambarkan
variable meteorologi untuk rentang waktu dan tanggal sesuai kebutuhan
pengguna. Wind rose menggambarkan frekuensi kejadian angin pada tiap arah
mata angin dan kelas kecepatan angin pada lokasi dan waktu tertentu.
Wind rose dapat pula digunakan untuk menampilkan grafik dari
kecenderungan arah pergerakan angin pada suatu wilayah. Karena pengaruh dari
Daya Spesifik Kapasitas
(W/m2) (kW)
Jawa, NTB, NTT, Maluku,
Sulawesi
NTB, NTT, Sulsel, Sultra,
Selatan Jawa
Sulsel, NTB, NTT, Pantai
Selatan Jawa
> 100
Kelas Lokasi (wilayah)
Skala Kecil
Skala Menengah
Skala Besar
< 75
75-150
> 150
sd 10
10-100
13


kelerengan lokal, kemungkinan efek pesisir, jangkauan alat, dan variabilitas
temporal dari angin, perhitungan wind rose tidak selalu mewakili pergerakan riil
angin di wilayah tersebut.
Manfaat Wind rose biasa digunakan dalam bidang Pelayaran dan
Penerbangan (rancang bangun), Angin Musim (perubahan arah angin musiman),
sebagai analisa untuk pengembangan sumber energi (PL T Bayu) dan lain-lain.
Gambar 2.2. merupakan tampilan awal dari software yang digunakan untuk
mengolah data angin berupa wind rose dan klasifikasi kecepatan serta frekuensi
angin pad a suatu wilayah .

Gambar2.2.Tampilan Wind Rose Software
(http://en.wikipedia.org/wiki/Wind_rose)

2.2 Pemilihan Tempat Penempatan Turbin Angin
Daya keluaran dari rotor angin akan bertambah jika kecepatan angin
bertambah pula, karena kecepatan angin merupakan faktor yang paling besar
14


(E.H Lysen, 1983:23)

(E.H Lysen, 1983:24)

dalam menentukan daya. Hal ini berarti bahwa penentuan tempat dab peletakan
kincir angin sangat menentukan. Penempatan kincir angin dapat dilakukan pada
tanah datar atau perbukitan. Hal-hal ini yang perlu dipertimbangkan pada
penempatan kincir angin.
1) Hambatan angin (wind shear)
Tumbuhtumbuhan, bangunan dan lainlain merupakan penyebab
turunnya kecepatan angin, misalkan yang dekat dengan tanah untuk menambah
kecepatan anginnya perlu menambahkan ketinggian.
2) Turbulensi angin
Angin yang mengalir mengelilingi bangunan atau melewati bagian
permukaan yang sangat kasar akan menunjukkan perubahan kecepatan dan
arahnya, ini disebut turbulensi. Turbulensi ini akan mengurangi daya keluaran dari
turbin angin dan dapat juga menyebabkan getaran pada turbin. Gambar 2.3 berikut
ini menggambarkan turbulensi dibelakang suatu bangunan.






3) Percepatan angin
Puncak bukit mempunyai kecepatan angin yang lebih tinggi. Puncak bukit
merupakan tempat untuk mengetahui aliran udara, puncak bukitpula yang
menyebabkan terjadinya percepatan udara ( lihat gambar 2.4 ).Pemilihan tempat
Gambar 2.3 Wilayah turbulensi di atas sebuah bangunan
kecil

15


(E.H Lysen, 1983:24)

ini juga mempengaruhi kecepatan angin yang akan digunakan dalam
mengoperasikan turbin angin itu sendiri.








2.3 Turbin Angin
2.3.1 Pengertian Turbin Angin
Suatu alat yang berfungsi menangkap energi kinetik (angin) menjadi
energi mekanik dan seterusnya digunakan untuk menggerakkan pompa, generator
dan lain-lain. Angin adalah aliran fluida yang memiliki sifat-sifat aerodinamis
antara lain : sifat kompresibel (mampat), viskositas (kekentalan), densitas
(kerapatan), dan turbulensi (olakan). Angin sebagai fluida kerja bertiup dari
tekanan yang lebih tinggi ke tekanan yang lebih rendah. Dari proses aliran pada
rotor energi kinetik angin akan menjadi energi mekanik pada putaran poros.
Faktor yang mempengaruhi kecepatan angin adalah ketinggian turbin angin dari
permukaan tanah, dimana aliran angin dapat bersifat turbulen atau laminer.
Pemasangan kincir angin yang baik adalah pada daerah aliran laminer, seperti
terlihat pada gambar 2.5:

Gambar 2.4 Percepatan angin lebih dari punggung bukit

16








Gambar 2.5Lokasi penempatan kincir angin yang dekat lingkungan rumah dan
pohon (AWEA, 2004)

2.3.2 Penggolongan Turbin Angin
Berdasarkan pergerakan sudu terhadap arah angin dapat dikelompokan
dalam :
a) Turbin angin yang bergerak searah angin dan berpororos tegak (vertical
axis wind turbin)
Cirinya adalah memiliki sumbu putar vertikal terhadap tanah. Turbin jenis ini
jarang dipakai untuk turbin komersial. Rotornya berputar relatif pelan (di bawah
100 rpm), tetapi memiliki momen gaya yang kuat, sehingga dapat dipakai untuk
menggiling biji-bijian, pompa air, tetapi tidak cocok untuk menghasilkan listrik
(di atas 1000 rpm cocok untuk menghasilkan listrik). Sesuai namanya, Vertical
Axis Wind Turbine (VAWT) mempunyai sumbu vertikal dengan bilah-bilah sudu
paralel dengan sumbunya. Turbin angin sumbu vertikal memiliki beberapa
kelebihan, antara lain : aman, mudah membangunnya, bisa dipasang tidak jauh
dari tanah, dan lebih baik dalam menangani turbulensi angin. Generator dan
gearbox bisa ditempatkan tidak jauh dari permukaan tanah. Hal ini meringankan
17


beban tower dan memudahkan perawatan. Turbin sumbu vertikal yang lazim
digunakan adalah Savonius dan Darrieus. Kontruksi Turbin angin yangberpororos
tegak (vertical axis wind turbin) dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.







Gambar 2.6 Turbin poros vertical ( Vertical Axis Wind Turbine
b) Sudu yang bergerak tegak lurus arah angin dan berporos datar (horizontal
axis wind turbin)
Turbin angin sumbu horisontal memiliki rotor shaft dan generator yang
berada di puncak menara dan harus searah dengan arah angin. Turbin angin yang
berukuran lebih kecil diarahkan dengan menggunakan sirip, sedangkan untuk
turbin angin berkapasitas besar menggunakan sensor dan motor servo untuk
menggerakkan turbin agar menghadap dan searah dengan arah angin.Cirinya
adalah sumbu putar turbin sejajar terhadap tanah dan membutuhkan aliran angin
yang halus (laminer) dari satu arah.Turbin jenis ini paling banyak dikembangkan
di berbagai negara. Cocok dipakai untuk menghasilkan listrik. Terdiri dari dua
tipe, yaitu mesin upwind dan mesin downwind.
18


1) Mesin upwind : rotor berhadapan dengan angin. Rotor didisain tidak
fleksibel, dan diperlukan mekanisme yaw (penggerak arah) untuk menjaga
rotor agar tetap berhadapan dengan angin.
2) Mesin downwind : rotor ditempatkan di belakang tower. Rotor dapat
dibuat lebih fleksibel, tanpa menggunakan mekanisme yaw (penggerak
arah) , sehingga mengurangi berat, lebih ringan daripada mesin upwind.
Kelemahannya adalah bahwa angin harus melewati tower terlebih dulu
sebelum sampai pada rotor, sehingga menambah beban (fatigue load) pada
turbin.
Energi angin yang ditangkap oleh bilah-bilah sudu menghasilkan putaran yang
rendah pada hub-nya. Oleh karenanya, sebagian besar turbin angin menggunakan
gear box untuk mengubah putaran rendah yang dihasilkan bilah sudu menjadi
lebih cepat dan sesuai untuk memutar generator. Gambar 2.7 menunjukkan
kontruksi dari Turbin Angin Sumbu Horizontal ( Horisontal Axis Wind Turbine )









Gambar 2.7 Turbin Angin Sumbu Horizontal ( Horisontal Axis Wind Turbine )
19


Bilah sudu yang digunakan biasanya terbuat dari bahan yang kuat untuk
menghindari bilah sudu tersebut terdorong dan mengenai menara ketika berputar
pada saat angin kencang bertiup. Biasanya, jarak antara bilah sudu dan menara
pun diatur, bahkan kadang-kadang agak sedikit dimiringkan ke atas, agar
kemungkinan tersebut semakin kecil.

2.3.3 Turbin Savonius Tipe L
Salah satu jenis turbin angin sumbu vertikal (VAWT) yang dapat
digunakanpada angin dengan kecepatan rendah adalah turbin angin Savonius.
Turbin iniditemukan oleh sarjana Finlandia bernama Sigurd J. Savonius pada
tahun 1922. Konstruksi turbin sangat sederhana, tersusun dari dua buah sudu
setengah silinder. Pada perkembangannya turbin Savonius ini banyak mengalami
perubahan bentukrotor, seperti desain rotor yang berbentuk huruf L (lihat Gambar
2.8).


Gambar 2.8 Tipe rotor Savonius Tipe L
(Soelaiman, 2006)

Pada rotor Savonius, angin yang berhembus salah satu bilah sudu diharapkan
lebih banyak mengalir ke bilah sudu lainnya melalui celah di sekitar poros
sehinggamenyediakan daya dorong tambahan pada bilah sudu ini, akibatnya poros
dapatberputar lebih cepat. Dari paten pengembangan sudu Savonius tipe L oleh
20


Sadaaki seperti ditunjukkanoleh Gambar 2.9 terlihat bahwa pada bentuk sudu
Savonius tipeL aliran udara pada sisi bilah yang lurus lebih besar (Soelaiman,
2006).

ANGIN

Gambar 2.9 Aliran Angin Yang Berhembus Pada Sudu
(Soelaiman, 2006)

2.3.4 Gaya pada sudu
Gaya-gaya yang bekerja pada sudu-sudu kincir, pada umumnya terdiri dari
3 komponen, yaitu :
a. Gaya Aksial (a)
Mempunyai arah sama dengan angin. Gaya ini harus ditampung oleh poros dan
bantalan.
b. Gaya Sentrifugal (s)
Meninggalkan titik tengah. Bila kincir bentuknya simetris, semua gaya
sentrifugalakan saling meniadakan atau resultannya sama dengan nol.
c. Gaya tangensial (t)
Menghasilkan momen, bekerja tegak lurus pada radius dan merupakan gaya
produktif yang digunakan.
21


Adapun ilustrasi gaya dapat dilihat pada gambar 2.10.









Gambar 2.10 Ilustrasi Gaya Menumbuk Sudu

2.4Energi Angin
Potensi energi angin yang digunakan dalam menggerakkan turbin angin
dengan penampang A (m) dihembuskan angin di areanya dengan kecepatan v
(m/s), maka laju aliran massa udara yang melewati sebuah tempat adalah :
] / [ . .
.
s kg v A m = (2.1)
(E.H.Leysen, 1983:16)
Keterangan :
.
m = laju aliran massa udara [kg/s]
= massa jenis udara [kg/m]
A = luas sapuan angin [m]
v = kecepatan angin [m/s]
22


(Eric Hau, 2005 :94)
sehingga energi kinetik maksimum yang dihasilkan persatuan waktu atau daya
kinetik maksimum angin yang melewati rotor turbin :
P
kin
=
2
.
2
1
v m (2.2)
(E.H.Leysen, 1983:16)

2.4.1 Tip Speed Ratio (Perbandingan Kecepatan)
Tip Speed Ratio adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu dengan
kecepatan angin yang melewatinya. Bila TSR>1 artinya lebih banyak bagian
suduyang mengalami gaya angkatdan bila TSR<1 artinya lebih banyak bagian
suduyang mengalami gaya dorong. Umumnya perencanaan sudu dengan dominasi
gaya angkat memiliki efisiensi dan daya yang lebihtinggi. Perbandingan
kecepatan adalah perbandingn kecepatan putaran ujung sudu dengan kecepatan
arus bebas angin.TSR dapat dihitung dengan persamaan :
( 2.3)

Keterangan :
D= Diameter Rotor ( m )
n = Putaran Rotor( rpm )
v = Kecepatan angin ( m/s )
Dari hasil perhitungan TSR. Pada tabel 2.3 akan ditunjukkan pemilihan jumlah
sudu berdasasrkan TSR


23


Tabel 2.3 Pemilihan Jumlah Sudu Berdasasrkan TSR
TIP SPEED RATIO NUMBER OF BLADES
1 6-20
2 4-12
3 3-6
4 2-4
5-8 2-3
8-15 1-2
( E.H.Lysen, 1983:66)

Gambar grafik 2.11 berikut menunjukkan variasi nilai TSR dan koefisien daya Cp
untuk berbagai macam turbin angin.

Gambar 2.11 Nilai Koefisien Daya Cp Untuk Berbagai Jenis Turbin Angin

2.4.2 Daya Turbin Angin
Daya mekanik pada trubin angin dapat dicari menggunakan persamaan
berikut:
24


P
mekanik
= T (2.4)
keterangan :
P
mekanik
= Daya Mekanik (Watt)
n = Putaran Poros Turbin (Rpm)
T = Torsi (Nm)
Selanjutnya untuk menghitung efisiensi turbin, dimana merupakan perbandingan
antara daya yang dihasilkan poros dengan daya kinetis, yaitu:
% 100 x
P
P
k
m
t
= q (2.5)
Keterangan :

t
= efisiensi turbin (%)
P
m
= daya mekanik (watt)
P
k
= daya kinetis (watt)

2.4.3 Daya generator
Daya generator dapat dibedakan menjadi 2 dilihat dari fasanya:
a. Daya generator satu fasa
P
generator
= V
P
x I
P
x cos (2.6)

b. Daya generator tiga fasa
P
generator
= 3 x V
p
x I
p
x cos (2.7)
Keterangan :
V
p
= tegangan kelauaran generator (V)
I
p
= arus keluaran generator (Ampere)
25


cos = beda fasa antara V
p
dengan I
p

Sehingga untuk efisiensi sistem dapat dicari dengan persamaan berikut:
% 100 x
P
Pg
k
s
= q (2.8)

2.5 Komponen Pendukung Turbin Angin
Selain sudu dan break sistem terdapat beberapa komponen pendukung
pada turbin angin diantaranya poros, puli, generator dan penyimpan energi atau
baterai

2.5.1 Poros
Menurut Elemenn Mesin Sularso,1987:hal 1, Poros adalah salah satu
bagian terpenting dari mesin. Hampirsemua mesin meneruskan tenaga bersama-
sama dengan putaran. Tetapi pada turbin angin poros merupakan salah satu
komponen dari turbin angin yang berfungsi untuk meneruskan energi kinetik dari
angin yang menumbuk sudu .yang ditransmisikan oleh puli dan sabuk yang
diteruskan untuk menggerakkan generator. Hampir semua beban yang bekerja
pada poros tidak konstan atau berfluktuasi, sehingga kekuatan poros perlu
diperhitungkan terhadap kegagalan akibat fluktuasi beban.

2.5.1.1 Diameter Poros
Poros yang digunakan adalah poros pejal dari bahan St 40 dengan maksud
memperingan gaya dorong darti sudu pada waktu tertumbuk angin. Dalam
perencanaan sebuah poros harus diperhitungkan terlebih dahulu daya yang
26


ditransmisikan p ( kw ), dan putaran poros n (rpm). Untuk keamanan maka poros
diberi nilai keamanan atau factor koreksi f
c.
Pada tabel 2.4 menunjukkan besarnya
factor koreksi daya sehingga daya rencana dapat dihitung

Pd = fc . P (2.9)
(Sularso, Hal 7)
Keterangan:
Pd= Daya rencana(kW)
fc= Factor koreksi
P = Daya motor(kW)

Tabel 2.4 Faktor Koreksi daya yang akan ditranmisikan
Daya yang akan ditranmisikan f
c

Daya rata rata yang diperlukan
Daya maksimum yang diperlukan
Daya normal
1,2 - 2,0
0,8 - 1,2
1,0 - 1,5

(Sularso, 1994:7)
2.5.1.2 Torsi
Jika momen puntir adalah T ( kg.m)maka :
T = 9,74 . 10
5
pd / n
1
(2.10)

(Sularso, Hal 7)
Keterangan:
T = Momen rencana/momen puntir (N.m)
27


Pd = Daya rencana (kW)
n
1
= Putaran poros (rpm)

2.5.1.3 Tegangan Geser Yang Diijinkan
Tegangan geser yang diijinkan dapat dicari dengan persamaan :
t
a
= o
B
/ (S]
1
. S]
2
) (2.11)
Keterangan :
t
a
=Tegangan geser yang diijinkan (kg/m
2
)
o
B
=Kekuatan tarik (kg/m
2
)
S]= factor keamanan

2.6 Alat-Alat Penunjang
Berikut ini merupakan alat-alat penunjang pembangkit listrik tenaga bayu
pada tugas akhir ini :

2.6.1 Generator AC
Generator adalah suatu sistem yang menghasilkan tenaga listrik dengan
masukan tenaga mekanik. Jadi generator berfungsi untuk mengubah tenaga
mekanik menjadi tenaga listrik yang mempunyai prinsip kerja sebagai berikut :
Bilamana rotor diputar maka belitan kawatnya akan memotong gaya-gaya
magnit pada kutub magnit, sehingga terjadi perbedaan tegangan, dengan dasar
inilah timbullah arus listrik, arus melalui kabel/kawat yang ke dua ujungnya
dihubungkan dengan cincin geser. Pada cincin-cincin tersebut menggeser sikat-
sikat, sebagai terminal penghubung keluar
28


a. Bagian-bagian generator :
1. Rotor
adalah bagian yang berputar yang mempunyai bagian terdiri dari poros, inti,
kumparan, cincin geser, dan sikat-sikat.
2. Stator,
adalah bagian yang tak berputar (diam) yang mempunyai bagian terdiri dari
rangka stator yang merupakan salah satu bagian utama dari generator yang terbuat
dari besi tuang dan ini merupakan rumah dari semua bagian-bagian generator,
kutub utama beserta belitannya, kutub-kutub pembantu beserta belitannya,
b. Macam macam Generator
Berdasarkan tegangan yang dibangkitkan generator dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Generator Arus Bolak-Balik (AC)
Generator arus bolak-balik yaitu generator dimana tegangan yang dihasilkan
(tegangan out put ) berupa tegangan bolak-balik.
2. Generator Arus Searah (DC)
Generator arus searah yaitu generator dimana tegangan yang dihasilkan
(tegangan out put) berupa tegangan searah, karena didalamnya terdapat sistem
penyearahan yang bisa berupa komutator atau menggunakan dioda. Pada rancang
bangun ini digunakan jenis generator AC 3 phasa.
(Sumber http://www.masuklis.com/2014/05/pengertian-generator-prinsip-kerja.html)

2.6.2 Baterai
Baterai adalah alat elektro kimia yang dibuat untuk menyimpan arus listrik
dan juga sebagai sumber arus listrik. Alat ini menyimpan energi listrik dalam
29


bentuk energi kimia, yang dikeluarkannya bila diperlukan dan mensuplainya ke
sistem kelistrikan atau yang memerlukannya. Karena di dalam proses baterai
kehilangan energi kimia, maka alternator mensuplainya kembali ke dalam baterai.
Di pasaran ada dua jenis baterai yang umum digunakan yaitu baterai basah dan
kering.

2.6.2.1 Baterai Basah
Baterai basah adalah baterai yang paling banyak digunakan pada
kendaraan hingga saat ini. baterai ini berisi air accu (cairan asam belerang /
sulfuric acid). Pada baterai basah, terdapat lubang dengan tutup yang dapat
dibuka-tutup untuk menambah air accu. Air accu dapat berkurang saat baterai
digunakan. Hal ini terjadi karena reaksi kimia di dalam baterai antara air accu
dengan sel baterai.
Keuntungan menggunakan accu basah:
- Usia pakai baterai yang panjang.
- Harga relatif lebih murah dibandingkan jenis baterai yang lain.
Kerugian menggunakan accu basah
- Wajib memeriksa ketinggian air accu secara berkala, jika air accu berada
di bawah level low, dapat merusak sel baterai.

2.6.2.2 Baterai Kering (Accu MF)
Baterai kering/Accu Maintenence Free merupakan suatu produk baterai
yang menggunakan desain khusus sehingga dapat menekan penguapan air accu .
Dengan demikian keuntungan dari baterai kering ialah tidak diperlukannya
30


penambahan ulang air pada baterai sehingga perawatan menjadi lebih mudah akan
tetapi biasanya harga baterai kering lebih mahal jika dibandingkan dengan harga
baterai basah. Dalam tugas akhir ini menggunakan baterai jenis baterai basah
dengan pertimbangan harga yang relative lebih murah.
(sumber http://id.wikipedia.org/wiki/Baterai_mobil)



















31


BAB III
PERANCANGAN DESAIN

3.1 Perhitungan Turbin Angin
Selain melakukan perhitungan tentang pemilihan bahan juga meliputi
perhitungan fluida kerjanya seperti kecepatan angin maksimal, luas sapuan angin,
dan daya maksimal yang dihasilkan. Perhitungan disini merupakan langkah
terpenting dalam pembuatan turbin angin, agar nantinya turbin angin yang
dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan dan bisa bekerja secara maksimal.

3.1.1 Kecepatan Angin (v) [ ]
Dimaksudkan untuk menentukan kekuatan maksimum dari turbin angin,
khususnya kekuatan dan ukuran poros yang digunakan. Serta pemilihan generator
yang sesuai dengan karakterisistik turbin angin tersebut.Kecepatan angin dapat
diukur dengan menggunakan bantuan alat yaitu anemometer dan direncanakan
kecepatan angin adalah 10 .

3.1.2 Luas Sapuan Angin (A) [ m
2
]
Luas sapuan angin adalah luas penampang sapuan angin terhadap diameter
rotor atau sama dengan luas sapuan dari rotor turbin (bagian yang diterpa angin).
Luas sapuan angin dapat dicari dengan menggunakan rumus luas persegi panjang
32


dimana diasumsikan diameter rotor (d) adalah 0,75 m, sedangkan tinggi sudu (h)
adalah 0,85 m, dimensi sudu turbin tersebut terlihat pada gambar 3.1
d
h

Gambar 3.1 Dimensi Sudu Turbin

A = d . h
= 0,75 . 0, 85
= 0,637 m
2


3.1.3 Laju Aliran Massa () [ ]
Bila suatu luas sapuan rotor (A) dihembuskan angin di areanya dengan
kecepatan angin (v) maka laju aliran massa udara pada saat dilakukan pengujian
di Laboraturium Energi Politeknik Negeri Semarang mempunyai massa jenis
udara () sebesar 1,108 kg/m
3
yang didapat dengan metode psikometri adalah
= . A. v
= 1,018. 0,637. 10
= 6,484

33


3.1.4 Daya Kinetik Angin Maksimum (Pkin) [Watt]
Daya kinetik angin pada kecepatan angin 10 akan diketahui dengan cara
mengalikan ketiga faktor diatas sesuai dengan persamaan (2.2)
Pkin = . . v
2
= . 6,484. 10
2

= 324,2 Watt = 0,3242 KW

3.2 Pemilihan Elemen Mesin
Pada penghitungan elemen mesin ini terdiri dari pemilihan sudu, poros,
puli, sabuk, bantalan, serta pengubah tegangan.

3.2.1 Pemilihan Sudu
Dengan perencanaan diameter sudu turbin sebesar 0,75 m dan putaran
turbin 90,7 rpm, maka kecepatan tangensial/keliling sudu bisa diketahui.
u =
=
= 3,55

Tip speed ratio (rasio kecepatan ujung) adalah rasio kecepatan ujung rotor
terhadap kecepatan angin bebas. Dengan kecepatan angin 10 , diameter rotor
0,75 m dan putaran turbin yang diasumsikan adalah 150 rpm, maka besarnya nilai
TSR adalah
34


TSR =
=
= 0,588
Berdasarkan perhitungan TSR, gaya yang lebih dominan pada turbin angin adalah
gaya dorong bila dibandingkan dengan gaya angkatnya. Hal ini dibuktikan dari
nilai Tip Speed Ratio yang mempunyai nilai kurang dari 1 (TSR<1).

3.2.2 Pemilihan Poros
Pemilihan poros bertujuan untuk mengetahui berapa ukuran poros yang
terdapat dipasaran, serta yang sesuai dengan turbin angin yang akan dibuat,
sehingga alat dapat bekerja dengan baik.
1. Bahan Poros
Poros yang digunakan terbuat dari besi baja ST 40 dengan pertimbangan
mampu menahan beban maksimal berupa 3 buah sudu yang terbuat dari
bahan plat galvalum, 6 buah pemegang sudu, dan 1 buah puli penggerak.
2. Beban Poros
Beban maksimal poros berupa berat poros itu sendiri ditambah 3 buah
sudu, 6 pemegang sudu, dan 1 buah puli penggerak.
Dimana tiap-tiap beban dapat diketahui sebagai berikut :
a. Poros
Poros terbuat dari besi dengan diameter 2,54 cm dan tinggi 148 cm.
Massa jenis besi adalah 7870 . Untuk mengetahui massa dari poros
35


yaitu dengan cara mengalikan volume dari poros itu sendiri dengan
massa jenis bahannya.
m
poros
= V
poros
.
besi

= ( r
2
t) . (7870)
= (3,14. 0,0127
2
. 1,48) . (7870)
= 5,89 kg

b. Sudu
Sudu terbuat dari bahan plat galvalum dengan ketebalan (t
sudu
) =
0,0001 m. Dimana tinggi sudu(h) = 0,85 m, panjang AB = 0,26 m, nilai
l = R = 0,49 m, = 20. Bentuk turbin Savonius tersebut merupakan
kombinasi dari profil datar dan lengkungan.Modifikasi terdapat pada
variasi sudut kelengkungan. Sudut ini diambil dari ujung profil datar
yang memiliki panjang AB, kemudian dari titik B ditarik garis
tegaklurus terhadap sisi profil datar tersebut sebesar BC. Sudut diukur
dari garis BCterhadap sisi lengkung sudu sebesar . profil ilustrasi
sudu tersebut dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 Profil Ilustrasi Sudu
36


V
sudu
= h . l. t
= 0,85 . 0,49 . 0,0001
= 0,4165 x 10
-4
m
3


Karena menggunakan 3 buah sudu, maka volume total sudu :
V
total sudu
= 3 . V
sudu

= 3 . 0,4165 x 10
-4


= 1,2495 x 10
-4
m
3


m
sudu
= V
total sudu
.
besi

= 1,2495 x 10
-4
m
3
. 7870 kg/m
3

= 0,98 kg

c. Pemegang sudu
Pemegang sudu terbuat dari bahan besi hollow berjumlah 6 buah
dengan panjang 41 cm, lebar 3,5 cm, dan tinggi 2 cm. Konstruksi
pemegang sudu terlihat pada gambar 3.3.

Gambar 3.3 Pemegang Sudu
37


Maka untuk massa dari pemegang sudu adalah
V
pemegang sudu
= [ (6 (p
1
x l
1
x t
1
p
2
x l
2
x t
2
)) +( 2 r
1
2
t - 2 r
2
2
t)]
= 6 (0,41 x 0,035 x 0,02 0,407 x 0,032 x 0,017) +
(2 . 3,14 . 0,05
2
. 0,02 - 2 . 3,14 . 0,0254
2
. 0,02)
= 0,000393 m
3


Massa dari pemegang sudu dapat diketahui dari perkalian volume
sudu dengan massa jenis bahan sebagai berikut :
m
pemegang sudu
= V
pemegang sudu
.
besi

= 0,000393 . 7870
= 3,097 kg

d. Puli penggerak
Puli penggerak terbuat dari bahan alumunium dengan diameter 149
mm dan diasumsikan mempunyai berat 1 kg.
Setelah semua massa beban poros diketahui maka massa teoritis turbin
(m
teoritis turbin
) adalah
m
teoritis turbin
= m
poros
+ m
sudu
+ m
pemegang sudu

= 5,89 kg + 0,98 kg + 3,097 kg
= 9,97 kg

Sehingga massa total yang ditumpu oleh poros adalah massa teoritis
turbin ditambahkan dengan massa puli penggerak
38


m
total
= m
teoritis turbin
+ m
puli

= 9,97 kg + 1 kg
= 10,97 kg

3. Diameter Poros
Sebelum menentukan ukuran diameter poros yang akan digunakan ada
beberapa hal yang harus dicari terlebih dahulu, diantaranya :
a. Daya yang direncanakan (P
d
)
Diasumsikan daya yang harus ditransmisikan 0,3242 Kw, dan putaran
poros 90,7 rpm, dan faktor koreksi dalam perhitungan daya yang
direncanakan (f
c
) sebesar 2,0. Sehingga daya rencana dapat dihitung
sebagai berikut persamaan (2.7) :
P
d
= f
c
. P
= 2,0 . 0,3242
= 0,6484 KW

b. Torsi (T)
Setelah daya yang direncanakan didapat, dan mengacu pada persamaan
(2.8) maka besarnya torsi dapat dicari
T = 9,74 x 10
5

= 9,74 x 10
5

= 6962 Kg
f
. mm
= 6,962 Nm

39


c. Tegangan Geser yang Diijinkan (
a
)
Dengan bahan poros besi ST 40, maka diketahui besarnya tegangan
tariknya (
b
) adalah 40 Kg/mm
2
. Untuk bahan ST faktor keamanan
(S
f1
) diambil sebesar 5,6. Sedangkan untuk memasukkan pengaruh-
pengaruh konsentrasi tegangan dalam perhitungan perlu diambil faktor
yang dinyatakan sebagai (S
f2
) dengan harga 3,0. Dari hal tersebut maka
besarnya tegangan geser yang diijinkan (
a
) dapat dihitung

a
=
=
= 2,38

Sedangkan untuk diameter poros dipasaran adalah 1 inchi atau 2,54
cm. untuk pengkopelan pemegang sudu dengan poros tidak
menggunakan sistem pasak melainkan menggunakan pengencang baut.

3.2.3 Pemilihan Puli dan Sabuk
Peran puli dan sabuk disini sangat penting karena berfungsi untuk
mentransmisikan daya ke generator yang diperoleh dari hasil konversi energi
angin.
1. Puli
Puli penggerak dan puli yang digerakkan sama-sama terbuat dari
alumunium yang dianggap ringan dan puli tidak bergerigi untuk
mendapatkan kekuatan transmisi yang kuat. Untuk ukuran puli penggerak
40


(d
1
) adalah 149 mm, sedangkan ukuran puli yang digerakkan (d
2
) adalah
30,5 mm. Dari persamaan (2.10) maka perbandingan putarannya adalah :
u = = =

dari perhitungan diatas bisa diambil kesimpulan bahwa puli digunakan
untuk menaikkan putaran karena nilai u> 1.

2. Sabuk
Sabuk yang dipilih adalah sabuk tipe V dengan alasan sabuk ini digunakan
apabila jumlah daya yang dipindahkan dari puli satu ke puli yang lain
terbatas sedangkan jarak antara kedua puli sangat dekat, selain juga karena
mudah dalam penanganannya dan harganya relatif murah.
a. Jarak antara kedua puli (X)
Dari hasil dari pengukuran yang telah dilakukan, maka ditentukan
bahwa jarak antara kedua puli adalah 255 mm.
b. Panjang sabuk (L)
Untuk mengetahui panjang sabuk yang digunakan dapat menggunakan
persamaan (2.11)
L = [ (r
1
+ r
2
) + 2. X + ]
= [ (74,5 + 15,25) + 2. 255 + ]
= 805,58 mm 806 mm 0,806 m


41


3.2.4 Pemilihan Bantalan (Bearing)
Bantalan yang digunakan pada urbin angin ini sebanyak 3 buah yang
berfungsi sebagai penyangga. Jenis bantalan yang digunakan adalah bantalan jenis
ball bearing pada dudukan cakram, dan jenis roller bearing pada dudukan poros
penyangga bagian atas dan bawah.

3.2.5 Pemilihan Mur dan Baut
Untuk pemilihan mur serta baut tidak diadakan perhitungan lebih lanjut,
yang dibahas hanya sebatas ukuran mur dan baut saja. Baut yang digunakan pada
pemegang sudu ukuran M12.

3.3 Pemilihan Bahan
Pemilihan bahan yang baik dan tepat akan menghasilkan desain akhir yang
maksimal. Daya dan kerja yang dihasilkan maksimal serta umur alat yang tahan
lama.

3.3.1 Pemilihan Kerangka
Kerangka yang digunakan sebagai dudukan dari poros turbin, digunakan
bahan besi ST 40 dengan profil L ukuran 4x4 cm, adapun pertimbangan
penggunaan bahan tersebut sebagai berikut :
a. Kuat dan kokoh
b. Mampu menahan getaran dan dorongan yang terjadi
c. Mampu menahan beban yang cukup berat
d. Banyak terdapat dan dijual di pasaran
42


3.3.2 Pemilihan Bahan Turbin
Turbin terbuat dari bahan plat galvalum dengan ketebalan 0,1 mm. Adapun
pertimbangan pemilihan bahan tersebut sebagai berikut :
a. Kuat
b. Mudah dibentuk
c. Ringan


















43


BAB IV
BAHAN, PROSES PEMBUATAN, DAN
PERAKITAN

4.1 Bahan yang Digunakan
1. Besi ST-40
Besi ST-40 digunakan sebagai bahan untuk poros turbin. Dengan
bahan yang kuat, diharapkan mampu menopang beban dari sudu
turbin. Besi ST-40 yang digunakan yaitu berdiameter 25,4 mm,
dengan panjang 1480 mm. Untuk profil poros turbin dapat dilihat pada
gambar 4.1.

Gambar 4.1 Profil Poros turbin

44


2. Plat galvalum
Bahan plat galvalum digunakan untuk pembuatan sudu turbin. Dengan
bahan yang kuat serta mudah untuk dibentuk. Untuk dimensi sudu
turbin yang digunakan dapat dilihat pada gambar 4.4 (b).
3. Besi siku 4x4
Bahan besi siku 4x4 digunakan sebagai pembuatan rangka turbin.
Dengan dimensi rangka yang diperkirakan mampu menopang beban
turbin beserta komponen pendukungnya. Gambar konstruksi rangka
turbin dapat dilihat pada gambar 4.2.

4.2 Proses Pembuatan
Proses pembuatan diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik
bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana)
yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Proses pembuatan adalah kegiatan
untuk menciptakan atau menambah kegunaan barang atau jasa (Assauri, 1995).

4.2.1 Alat yang Digunakan
Proses pembuatan serta perakitan komponen turbin angin dalam tugas
akhir tersebut, diperlukan alat-alat sebagai berikut :
1. Mesin gerinda potong
2. Mesin bubut dan perlengkapannya
3. Mesin bor
4. Mesin gerinda
5. Mesin las listrik dan perlengkapannya
45


6. Senai dan tap
7. Kikir
8. Palu
9. Mistar baja
10. Rol meter
11. Gergaji besi
12. Gunting baja
13. Amplas
14. Kunci pas
15. Kunci ring
16. Kabel rol
17. Pemotong plat
18. Penekuk plat
19. Kunci pas 8,10,12
20. Kunci ring 8,10,12
21. Kunci sok 8,10,12
22. Kunci L
23. Obeng(+) dan (-)
24. Tang kombinasi
25. Tuang potong
26. Kuas cat



46


4.2.2 Pengerjaan Rangka Turbin
1. Bentuk rangka
Rangka dibuat dari bahan besi siku 4x4 dengan ukuran seperti pada
gambar 4.2

Gambar 4.2 Konstruksi rangka turbin

2. Langkah pengerjaan :
a) Mempersiapakan peralatan yang akan digunakan, seperti gerinda
tong, rol meter, mistar baja, gerinda tangan, kikir, mesin bor, dan
las listrik.
b) Memotong besi siku 4x4 sesuai dengan ukuran yang sudah
ditenukan.
c) Menghaluskan bekas potongan dengan kikir / gerinda tangan agar
bekas potongan rata.
d) Membuat penyangga mendatar bagian bawah dengan ukuran (80cm
x 80cm ), dengan menglas tiap sudutnya dan membentuk persegi.
47


e) Kemudian mengelas penyangga mendatar bagian atas pada tiap
sudutnya dengan mengelas titik terlebih dahulu, ukuran yang
digunakan (40cm x 40cm). Tinggi rangka 60cm.
f) Membuat dudukan generator dengan mengelas besi siku 4x4 pada
penyangga mendatar bagian bawah.
g) Membuat dudukan roda dengan mengelas pada bagian kaki-kaki
rangka utama.
h) Memasang roda pada dudukan roda yang sudah dibuat.

4.2.3 Pengerjaan Komponen Turbin
1. Poros
Poros menggunakan besi profil bulat pejal dengan jenis ST-40
kemudian dibubut menggunakan mesin bubut sesuai dengan ukuran
perhitungan dan menyesuaikan ukuran bearing yang digunakan yaitu
25 mm.
2. Puli
Puli yang digunakan terbuat dari bahan seperti pipa besi dan dibuat v
dengan tujuan supaya umur lebih lama, dan untuk mempercepat
putaran maka dibuat puli yang diameternya disesuaikan dengan
perbandingan transmisi yang diinginkan yaitu 1:4.
3. Sabuk
Sabuk yang digunakan yaitu dengan bahan karet campuran yang
sudah tersedia dipasaran.
4. Bearing (bantalan)
48


Bantalan yang digunakan terdapat tiga buah yaitu 2 bantalan atas dan
bawah menggunkan jenis bantalan payung dipasang pada dudukan
poros, sedangkan 1 bantalan pada cakram menggunakan bantalan
biasa.
5. Pemegang Sudu
Menggunakan besi hollow dengan ukuran 410 mm x 35 mm x 20 mm.
Kemudian dibubut sesuai dengan ukuran dan bentuk yang telah
ditentukanlalu dibor untuk memasang baut M12 dan lakukan
pengelasan. Konstruksi pemegang sudu dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 Konstruksi pemegang sudu

6. Sudu
Bahan suduterbuat dari plat galvalum dengan ketebalan 1 mm, ukuran
Sudu digambar menggunakan spidol diatas plat galvalum sesuai
49


dengan ukuran yang ditentukan dari kelengkungan sudut sudu masing-
masing dibuat sama. Setelah itu dilakukan proses pemotongan plat
galvalum sesuai dengan ukuran dengan menggunakan alat pemotong
plat. Setelah itu dilanjutkan dengan pengerolan untuk membentuk
sudu yang melengkung dan menggabungkan tiap-tiap sisi
sudu,sedangkan untuk penyambungan tiap plat digunakan pengelasan,
selanjutnya dihaluskan dan didempul. Gambar konstruksi sudu dapat
dilihat pada gambar 4.4.

Gambar 4.4 Konstruksi sudu
(a) Konstruksi sudu tampak tiga dimensi (b) Konstruksi sudu tampak atas
dan tampak depan




850
200
(a)
(b)
490
50


7. Komponen Beban
Untuk beban yang digunakan yaitu lampu hemat energi dengan
berbagai macam kapasitas daya lampu. Dan dirangkai pada suatu
rangkaian listrik yang diletakkan di atas papan.

4.3 Proses Perakitan
Proses perakitan merupakan satu proses penyusunan beberapa bagian
komponen menjadi satu alat yang siap digunakan sesuai dengan yang
diperhitungkan dan tujuan yang telah direncanakan. Langkah awal yang perlu
diperhatikan untuk melakukan perakitan adalah melakukan pengecekan terhadap
komponen-komponen yang akan dirakit, menyiapkan alat bantu untuk proses
perakitankomponen-komponen dan juga mempersiapkan langkah-langkah
perakitan. Dengan menyiapkan langkah-langkah perakitan yang tepat terlebih
dahulu tentu akan mempermudah dan mempercepat proses perakitan tersebut serta
manjamin keberhasilan dari satu rancangan.

4.3.1 Langkah Perakitan
Langkah perakitan turbin angin adalah sebagai berikut :
1. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dan komponen yang
akan dirakit.
2. Mengecat kerangka turbin dengan menggunakan perabotan
pengecatan dan tunggu hingga cat kering.
3. Memasang roda pada kerangka turbin.
51


4. Memasang bearing (bantalan) pada rangka utama pada turbin dengan
cara mengelas. Pada bagian atas menggunakan bantalan jenis payung,
sama halnya pada bagian bawah juga menggukan bantalan yang sama.
5. Memasang sudu turbin pada pemegang sudu dengan cara mengunci
dengan baut M6 menggunakan kunci pas.Gambar konstruksi perakitan
sudu dapat dilihat pada gambar 4.5. Untuk gambar (a) merupakan
gambar konstruksi pemegang sudu, sedangkan gambar (b) merupakan
gambar sudu yang akan digunakan, sehingga apabila gambar (a)
dipasangkan pada gambar (b) akan menjadi profil sudu yang telah
dipasangkan pada pemegang sudu, terlihat pada gambar (c)

Gambar 4.5 Perakitan sudu dengan pemegang sudu
(a) Pemegang sudu (b) Sudu turbin (c) Sudu turbin yang telah dipasangkan
pada pemegang sudu

6. Memasang poros pada turbin dengan mengencangkan baut M12yang
terletak pada lubang poros di kedua pemegang sudu. Langkah tersebut
dapat dilihat pada gambar 4.6 perakitan poros pada pemegang sudu
dan sudu turbin. Gambar (a) merupakan poros pejal, gambar (b) sudu
(a) (b) (c)
52


turbin dengan pemegang sudu, gambar (c) hasil perakitan poros pada
sudu turbin.

Gambar 4.6 Perakitan poros, pemegang sudu dengan sudu turbin
(a) Poros turbin (b) Sudu turbin dan pemegang sudu (c) Hasil perakitan
poros, pemegang sudu dengan sudu turbin

7. Memasang turbin pada rangka ( gambar 4.2 ) dengan menggabungkan
hasil perakitan poros, pemegang sudu dengan sudu turbin ( gambar 4.6
(c) ) dapat dilihat pada gambar 4.7

Gambar 4.7 Perakitan turbin dengan rangka penyangga
(a) Konstruksi turbin hasil perakitan poros, pemegang sudu dengan sudu
turbin (b) Rangka turbin
(a)
(b) (c)
(b)
(a)
53


Pada gambar 4.7.dapat dilihat bahwa konstruksi turbin pada gambar
(a), yang dipasangkan pada rangka penyangga turbin pada gambar (b).
8. Memasang generator pada rangka utama turbin dengan cara mengunci
mur dan baut M12 menggunakan kunci pas dan kunci ring.
9. Memasang sabuk pada puli penggerak dan puli alternator, serta
menyetel kelurusan posisi sabuk dengan puli. Apabila tidak lurus,
maka atur puli penggerak naik atau turun sampai posisi sabuk benar-
benar lurus lalu kencangkan baut pengunciannya.
10. Memutar turbin, jika terlalu berat putarannya maka kendurkan sedikit
sabuknya dengan cara menggerakkan generator maju atau mundur dari
dudukannya setelah itu kencangkan baut penguncianya kembali.
11. Merangkai rangkaian kabel dari generator ke beban sesuai yang
direncanakan.
12. Memeriksa rangkaian terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian.

4.4 Masalah yang Dihadapi
Pengujian alat tidak lancar seperti yang diharapkan, dalam prosesnya
terdapat beberapa masalah yang harus diselesaikan. Berikut ini adalah masalah
yang timbul ketika dalam proses pengujian.Beberapa masalah yang dihadapi dapat
dilihat pada tabel 4.1.




54


Tabel 4.1 Permasalah yang timbul pada proses pengujian
No
Bagian
Yang Diuji
Masalah Yang
Muncul
Solusi Hasil
1 Generator
Tidak bisa
menghasilkan
tegangan output
sesuai yang
diharapkan (1- 8
Volt)
Ganti
generator
putaran rendah
Sudah bisa
menghasilakan
tegangan output
sesuai yang
diharapkan (8 Volt)
2 Sudu
Sudu tidak bisa
berputar dengan
maksimal
Dimensi sudu
diperkecil
Sudu dapat
berputar dengan
maksimal


4.5 Biaya Pembuatan
Perincian biaya pembuatan bertujuan untuk menentukan biaya keseluruhan
yang diperlukan dalam pembuatan Rancang Bangun Model Pembangkit Tenaga
Bayu Skala Kecil Sebagai Penggerak Mula Turbin Tipe Savonius Dengan Sudu
Elips.
Perincian biaya yang digunakan dalam pembuatan rancang bangun
tersebut meliputi :
1. Biaya bahan baku
2. Biaya pembuatan
3. Biaya komponen standar
4. Biaya perjalanan
5. Biaya lain-lain
Anggaran biaya yang digunakan dalam Tugas Akhir ini dapat dilihat
secara terperinci pada tabel 4.2 sebagai berikut :

55


Tabel 4.2 Rincian biaya pembuatan tugas akhir
Jenis Pengeluaran Jumlah Harga (Rp)
1. Biaya Pembuatan Alat

Pembuatan sudu turbin dari galvalum 1 set 1.000.000
Profil baja L 4 cm x 4 cm 1 250.000
Poros Pejal ST-40 1 800.000
Cat besi 1 75.000
Accu/baterai 1 210.000
Generator 1 1.500.000
Power inverter 2 50.000
Pembuatan rangka 1 1.000.000
Lampu 5 200.000
Fitting lampu 5 20.000
Sakelar 5 12.500
Tinner 1 25.000
Amperemeter 1 50.000
Voltmeter 3 150.000
Roda kaki 4 300.000
Bearing 2 150.000
Bearing house 1,18 2 200.000
Mur baut secukupnya 35.000
Amplas 10 10.000
Jumlah 6.037.500
2. Dana Operasional

Transport observasi dan survei

200.000
Rental, pengetikan, penggandaan dan jilid

200.000
Rental mobil

250.000
Lain-lain

200.000
Jumlah 750.000
Jumlah Total 6.787.500







56


BAB V
PENGUJIAN DAN ANALISA

5.1 Pengujian
Pengujian merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengetahui
kinerja dan karakteristik dari turbin angin tipe savonius sudu elips atau sudu tipe
L, berdasarkan tujuan dan fungsinya sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB).

5.1.1 Data yang Diperlukan
Data yang diperlukan dalam proses pengujian turbin angin tersebut adalah
1. Kecepatan angin (v)
2. Putaran poros turbin angin (n
poros
)
3. Putaran poros generator (n
gen
)
4. Tegangan keluaran generator (V
gen
)
5. Arus keluaran generator (I
gen
)

5.1.3 Peralatan yang Digunakan
Peralatan yang digunakan pada saat pengujian turbin angin tersebut adalah
1. Alat uji turbin angin tipe savonius dengan sudu elips beserta
kelengkapannya
2. Blower (motor Hp : 4 Hp, 380 V) (1buah)
57


3. Multimeter digital (Appa 95) (1 buah)
4. Voltmeter digital (Delorenzo) (2 buah)
5. Amperemeter digital (Delorenzo) (2 buah)
6. Anemometer digital (Am 4200) (1 buah)
7. Tachometr digital (Range 100-100.000 rpm) (1 buah)
8. Beban lampu 7,9, 11,15, 18 watt (1 buah)
9. Power inverter (2 buah)
10. Baterai multipole (Yuasa 12N10-3B-A) (1 buah)
11. Kabel banana (secukupnya)
12. Kabel spade (secukupnya)
13. Kabel crocodile (secukupnya)

5.2 Langkah Pengujian
Pelaksanaan langkah pengujian adalah sebagai berikut :
1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan antara lain blower, kabel,
voltmeter, ampermeter, baterai, inverter, tachometer, beban lampu,
anemometer.
2. Mengecek alat ukur, dan kabel yang akan digunakan.
3. Memasang beban lampu pada panel
4. Menyiapkan turbin angin dan blower, turbin angin dihadapkan pada
blower dengan jarak tertentu.
5. Mengukur tegangan phasa dengan netral pada power supply yang
digunakan untuk menghubungkan blower (380 Volt).
58


6. Menyalakan blower, kemudian megukur kecepatan angin (v) dengan cara
mengatur jarak antara blower dan turbin angin menggunakan anemometer
yang diposisikan antara blower dan turbin, kecepatan angin yang
digunakan 10 m/s-13 m/s.
7. Mengambil data temperatur udara kering dengan ternometer digital dan
temperatur udara basah denganhygrometer.
8. Setelah mendapatkan kecepatan angin 10 m/s, kemudian mencatat putaran
turbin, putaran generator, tegangan, dan arus keluar generator.
9. Mengukur tegangan dan arus yang keluaran dari generator menggunakan
multimeter. Tegangan dan arus keluaran generator ini digunakan untuk
pengisian baterai.
10. Mengukur lamanya waktu pengisian baterai dengan menggunakan
stopwatch, hingga baterai terisi penuh.
11. Setelah baterai terisi penuh menyalakan beban lampu 7 watt yang ada pada
panel kemudian mencatat putaran turbin, putaran generator, tegangan, dan
arus keluar generator, tegangan beban lampu dan arus beban lampu.
12. Setelah selesai pengambilan data tersebut, mengulangi langkah 8 sampai
13 dengan beban lampu 9 watt, 11 watt, 15 watt. dan 18 watt dan
kecepatan angin 11-13 m/s.
13. Kemudian setelah semua data di dapatkan mengembalikan peralatan
ketempat semula.



59


5.3 Data Pengujian
Data pengujian turbin angin savonius sudu tipe elips untuk pembangkit
listrik tenaga angin sebagai berikut :
Pengujian dilakukan pada : 15 Juli 2014
Tempat : Laboratorium Mesin Fluida Teknik Konversi
Energi.
Waktu : 08:00 WIB
Luas Sapuan Angin : 0,637m
2
(A = d . h= 0,75m . 0,85m)
Beban lampu : 7,9,11,15,18 Watt
Kecepatan Angin : 10-13 m/s
Kondisi Lingkungan : Temperatur udara kering : 28C
Temperatur udara basah : 24 C
Berdasarkan temperatur udara kering dan udara basah maka nilai dapat
dicari menggunakan persamaan berikut:
=( + )
Keterangan: = di dapat dari tabel psikometri
= di dapat dari tabel psikometri
Data hasil pengujian pengisian baterai dengan variasi kecepatan angin,
tegangan awal baterai 7 volt menjadi 8 volt dan setiap 600 detik (10 menit)
dilakukan pengukuran kenaikan tegangan dapat dilihat pada tabel 5.1. Pada tabel
5.2 adalah data hasil pengujian turbin savonius sudu elips atu sudu L dengan
variasi kecepatan angin dan variasi beban.

60


Tabel 5.1 Data hasil pengujian pengisian pada baterai dengan variasi kecepatan angin

Tabel 5.2 Data hasil pengujian turbin dengan variasi kecepatan angin dan variasi
beban.

t
pengisian
m/s kg/m3 kg/s rpm rpm volt sekon volt ampere Nm
1
600 7.32
2
1200 7.8
3
1800 8.02
4
2400 8.06
5
3000 8.12
1
600 7.46
2
1200 7.88
3
1800 8.04
4
2400 8.12
5
3000 8.16
1
600 7.59
2
1200 7.98
3
1800 8.04
4
2400 8.14
5
3000 8.18
1
600 7.47
2
1200 8.14
3
1800 8.16
4
2400 8.19
5
3000 8.22
No
1.018
1.018
1.018
1.018
0.02
0.054
0.12
0.25
7
7.573
9.167
11.185
90.7
111
119
124
362.8
444
472
496
9.1
9.26
9.5
10.3
10
11
12
13
6.484
7.133
7.781
8.43
torsi I pengisian n poros Vout gen v angin
udara
n gen V pengisian
v angin Beban V dc V ac I ac n poros n gen
m/s (watt) (volt) (volt) (ampere) rpm rpm
7 0.2
9 0.2
11 0.22
15 0.24
18 0.26
7 0.2
9 0.2
11 0.22
15 0.24
18 0.26
7 0.2
9 0.2
11 0.22
15 0.24
18 0.26
7 0.2
9 0.2
11 0.22
15 0.24
18 0.26
362.8
444
472
496
220
220
220
220
90.7
111
119
124
10
11
12
13
8
8
8
8
61


5.4 Perhitungan
Berdasarkan data hasil pengujian yang diperoleh seperti pada tabel 5.1,
maka dapat dihitung harga dari daya kinetik , daya mekanik , daya
generator (P
gen
), Coefficient of Power , efisiensi listrik, efisiensi turbin dan
efisiensi sistem.
Pada sampel perhitungan mengambil data sebagai berikut :


= 10 m/s

udara
= 1,018 kg/m
3

n
poros
= 90,7 rpm
n
generator
= 326,8 rpm
V
generator
= 9,1 volt
I
generator
= 0,02 Ampere
Torsi =7 Nm
Penyelesaian :
P
Kin
= A v
3

= 1,018 . 0,637 m
3
. (10 )
3
= 324,2 Watt
P
mek
=
=
= 66,0921 Watt
P
gen
= V. I. Cos
62


= 9,1 V. 0,02 A . 1
= 0,182 Watt

turbim
= x 100%
= x 100%
= 20,38 %

sistem
= x 100%
= x 100%
= 0,0561 %
Data hasil perhitungan daya kinetik , daya mekanik , daya
generator (P
gen
), Coefficient of Power , efisiensi turbin dan efisiensi sistem.
selengkapnya dapat dilihat pada tabel 5.3
Tabel 5.3 Data hasil perhitungan , , (P
gen
), , efisiensi
turbin dan efisiensi sistem.



Berdasarkan data hasil pengujian yang diperoleh seperti pada tabel 5.2 dan
data perhitungan seperti tabel 5.3 maka dapat dihitung harga dari efisiensi listrik

Listrik
= x 100%
vangin Pkin Pgen Pmek turbin sistem
m/s watt watt watt watt %
10 324 0.18 66.073 66.073 0.056 0.20384
11 432 0.5 87.983 87.983 0.049 0.20387
12 560 1.14 114.178 114.178 0.203 0.20378
13 712 2.57 145.166 145.1663 0.361 0.20378
Cp
63


= x 100%
= 10,15 %
Keterangan: beban lampu = 7,9,11,15,18 wat
P
mek
= 66,073 watt ( tabel 5.3 )
Tabel 5.3 Data perhitungan efisiensi listrik dengan variasai kecepatan angin dan
variasi beban lampu




v angin Beban P mek listrik
m/s watt watt %
7 10.59
9 13.62
11 16.64
15 22.7
18 27.24
7 7.95
9 10.22
11 12.5
15 17.04
18 20.45
7 6.13
9 7.88
11 9.63
15 13.13
18 15.76
7 4.82
9 6.19
11 7.57
15 10.33
18 12.39
66.073
87.983
114.18
145.17
10
11
12
13
64


Grafik hubungan tegangan pengisian baterai dengan waktu pengisian
baterai dapat dilihat pada gambar 5.1.

Gambar 5.1 Grafik hubungan tegangan pengisian baterai dengan waktu pengisian
baterai

Berdasarkan gambar grafik hubungan tegangan pengisian baterai dengan
waktu pengisian dengan kecepatan angin 10
s
m
, 11
s
m
, 12
s
m
, dan 13
s
m
menujukan
bahwa waktu pengisian pada saat angin berkecepatan 10
s
m
dengan waktu 3000
detik dapat menaikan tegangan baterai dari 7 volt menjadi 8,12 volt. Dan waktu
pengisian pada saat angin berkecepatan 11
s
m
dengan waktu 3000 detik dapat
menaikan tegangan baterai dari 7 volt menjadi 8,16 volt. Untuk kecepatan angin
12
s
m
dengan waktu 3000 detik dapat menaikan tegangan baterai dari 7 volt
menjadi 8,18 volt. Dan waktu pengisian pada saat angin berkecepatan 13
s
m
dengan
0
500
1000
1500
2000
2500
3000
3500
7.2 7.4 7.6 7.8 8 8.2 8.4
W
a
k
t
u

P
e
n
g
i
s
i
a
n

(
s
e
k
o
n
)
Tegangan Pengisian (volt)
v angin 10 m/s v angin 11 m/s v angin 12 m/s v angin 13 m/s
65


waktu 3000 detik dapat menaikan tegangan baterai dari 7 volt menjadi 8,22 volt.
Dapat dilihat bahwa semakin besar kecepatan angin, maka nilai tegangan
pengisian baterai akan semakin besar.
Grafik hubungan kecepatan angin dengan efisiensi sistem dapat dilihat
pada gambar 5.2.

Gambar 5.2 Grafik hubungan kecepatan angin dengan efisiensi sistem

Dari grafik hubungan kecepatan angin dengan efisiensi sistem dapat dilihat
bahwa semakin besar kecepatan angin, maka nilai efisiensi sistem akan semakin
besar. Hal ini terlihat pada gambar grafik, pada titik kecepatan angin 13 m/s
adalah titik tertinggi efisiensi sistem yaitu sebesar 0,36148 %. Nilai efisiensi
sistem terendah yaitu sebesar 0,05613 % dan pada kecepatan angin 10 m/s.
Grafik hubungan kecepatan angin dengan daya kinetik dapat dilihat pada
gambar 5.3.
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
8 9 10 11 12 13 14

s
i
s
t
e
m

(
%
)
v angin (m/s)
66



Gambar 5.3 Grafik hubungan kecepatan angin dengan daya kinetik

Untuk grafik hubungan kecepatan angin dengan daya kinetik terlihat
bahwa semakin besar nilai kecepatan angin maka nilai daya kinetik akan semakin
besar pula. Hal tersebut juga ditunjukkan garis pada grafik tersebut yang semakin
naik. Untuk nilai daya kinetik tertinggi yaitu pada kecepatan angin 13 m/s, yaitu
sebesar 712,34 watt, sedangkan nilai daya kinetik terendah yaitu pada kecepatan
angin 10 m/s sebesar 324,233 watt.
Grafik hubungan hubungan kecepatan angin dengan daya generator dapat
dilihat pada gambar 5.4.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 12.5 13 13.5
P
k
i
n

(
w
a
t
t
)
v angin (m/s)
67



Gambar 5.4 Grafik hubungan kecepatan angin dengan daya generator

Gambar 5.4 yaitu untuk grafik hubungan hubungan kecepatan angin
dengan daya generator, dari grafik tersebut juga tampak bahwa semakin besar
kecepatan angin maka nilai daya generator yang dihasilkan akan semakin besar,
terlihat dari garis yang semakin meningkat.Nilai daya generator tertinggi yaitu
pada kecepatan angin 13 m/s sebesar 2,575 watt, sedangkan daya generator
terendah yaitu pada kecepatan angin 10 m/s sebesar 0,182 watt.
Grafik grafik hubungan putaran turbin dengan daya mekanik, ditunjukkan
pada gambar 5.5.
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 12.5 13 13.5
D
a
y
a

G
e
n
e
r
a
t
o
r

(
w
a
t
t
)
Kecepatan Angin (m/s)
68



Gambar 5.5 Grafik hubungan putaran turbin dengan daya mekanik

Gambar hubungan putaran turbin dengan daya mekaik, yang ditunjukkan
pada gambar 5.5, pada gambar tersebut juga tampak bahwa nilai daya mekanik
semakin besar seiring dengan besarnya nilai putaran turbin. Hal ini dapat
dikatakan bahwa hubungan antara putaran turbin dengan daya generator dan daya
kinetik berbanding lurus. Nilai daya mekanik tertinggi yaitu pada putaran turbin
124 rpm pada kecepatan 13 m/s yaitu sebesar 145,166 watt. Nilai daya mekanik
terendah pada putaran turbin 90,7 rpm pada kecepatan angin 10 m/s yaitu sebesar
66,0921 watt.
Untuk grafik hubungan beban dengan efisiensi listrik, dapat dilihat pada
gambar grafik 5.6.
60
70
80
90
100
110
120
130
140
150
80 90 100 110 120 130
P
m
e
k

(
w
a
t
t
)
n turbin (rpm)
69



Gambar 5.6 Grafik hubungan beban dengan efisiensi listrik

Gambar 5.6, dapat dilihat bahwa pada kecepatan angin 10 m/s didapatkan
nilai efisiensi listrik tertinggi pada beban 18 watt, dengan nilai efisiensi listrik
27,24 %, dan efisiensi listrik terendah pada beban 7 watt dengan nilai efisiensi
listrik 10,59 %. Untuk kecepatan angin 11 m/s didapatkan nilai efisiensi listrik
tertinggi pada beban 18 watt sebesar 20,46 %, dan nilai efisiensi listrik terendah
pada beban 7 watt sebesar 7,95 %. Pada kecepatan angin 12 m/s, didapatkan nilai
efisiensi listrik tertinggi pada beban 18 watt sebesar 15,76 %, dan efisiensi listrik
terendah pada beban 7 watt sebesar 6,13 %. Untuk kecepatan angin 13 m/s
didapatkan nilai efisiensi listrik tertinggi pada beban 18 watt sebesar 12,39 %, dan
efisiensi listrik terendah pada beban 7 watt sebesar 4,82 %.


0
5
10
15
20
25
30
5 7 9 11 13 15 17 19

l
i
s

(
%
)
Beban (watt)
v angin 10 m/s v angin 11 m/s v angin 12 m/s v angin 13 m/s
70


BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setelah melakukan pengujian pada turbin angin savonius dengan sudu
elips atu sudu tipe L, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin tinggi kecepatan angin maka efisiensi sistem, efisiensi turbin,
daya mekanik, daya kinetik dan daya generator akan meningkat. Hal ini
berarti turbin angin mengalami trend peningkatan kinerja apabila
kecepatan angin semakin tinggi.
2. Pada turbin angin ini apabila diberi beban berupa lampu dengan kapasitas
daya 7,9,11,15 dan 18 watt, dengan kecepatan angin dari 10-13 m/s akan
didapatkan efisiensi listrik pada kecepatan 10 m/s lebih tinggi jika pada
kecepatan 11 m/s dan kecepatan 11 m/s lebih tinggi daripada kecepatan
angin 12 m/s dan kecepatan angin 12 m/s lebih tinggi dibanding kecepatan
angin 13 m/s. Efisiensi listrik yang paling tinggi pada kecepatan angin 10
m/s.
3. Pada proses pengisian baterai dengan turbin ini, dengan kecepatan angin
dari 10-13 m/s maka tagangan yang paling tinggi dihasilkan oleh generator
pada kecepatan angin 13 m/s yaitu 10,3 v dengan waktu pengisian 3000
detik dan putaran poros turbin 124 rpm.


71


6.2 Saran
1. Pemilihan bahan dan perancangan penyangga poros turbin harus
diperhatikan agar tidak terjadi vibrasi yang begitu besar pada putaran
poros yang dapat mempengaruhi putaran turbin.
2. Gunakan generator putaran rendah yang dapat menghasilkan tegangan
yang sesuai dengan putaran turbin angin.
3. Konstruksi rangka turbin dibuat sekuat mungkin supaya pada saat
pengujian dapat menopang turbin dan akibat dari putaran turbin yang
berupa getaran.
4. Dimensi turbin angin disesuaikan dengan dimensi blower supaya angin
hembusan blower dapat menumbuk sudu dengan maksimal..

Anda mungkin juga menyukai