Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009
Diabetes Melitus Tipe 1: Penyakit Baru yang akan Makin Akrab dengan Kita Aman Pulungan, * Herqutanto ** *Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, **Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pendahuluan Di seluruh penjuru dunia jumlah penyandang Diabetes melitus (DM) terus mengalami peningkatan. Demikian pula jumlah penyandang DM pada anak, yang dikenal dengan DM tipe 1 terus meningkat. Di Amerika Serikat pada tahun 2007 dilaporkan terdapat 186 300 anak usia kurang dari 20 tahun yang menyandang DM tipe 1 atau tipe 2. Angka tersebut sama dengan 0,2% penduduk Amerika pada kelompok umur tersebut. Di Finlandia, tidak sulit menemukan DM tipe 1 karena angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia, sedangkan Jepang memiliki angka paling rendah. Di Indonesia jumlah pasti penyandang DM tipe 1 belum diketahui meskipun angkanya dilaporkan meningkat cukup tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran saja, jumlah anak DM tipe 1 dalam Ikatan Keluarga Penderita DM Anak dan Remaja (IKADAR) jumlahnya sudah mencapai 400-an or- ang. Karena belum banyaknya jumlah DM pada anak yang ditemukan di Indonesia, maka orang tua dan dokter sering tak waspada dengan penyakit tersebut. Banyak orang tua bahkan tidak percaya anaknya menyandang DM dan baru menyadari saat sakitnya sudah cukup berat. Menyadari hal tersebut, sudah saatnya berbagai pihak terkait dengan pengelolaan dan pencegahan DM tipe 1, misalnya dokter, perawat, dokter spesialis endokrinologi anak, dan departemen kesehatan, untuk menyamakan persepsi dan menyatukan langkah agar penyakit baru ini semakin dikenal dan makin akrab dengan kita. DM Tipe 1 DM tipe 1 adalah kelainan sistemik akibat gangguan metabolisme glukosa yang ditandai dengan hiperglikemia kronis. Keadaan tersebut disebabkan kerusakan sel beta pankreas baik oleh proses autoimun maupun idiopatik sehingga produksi insulin berkurang bahkan terhenti. Gangguan hormon insulin merupakan dasar terjadinya gejala pada DM. Insulin diproduksi organ pankreas yang terletak di dekat hati dan berperan dalam melepaskan dan menyimpan bahan bakar tubuh. Hormon insulin diproduksi sesuai pesanan artinya kadarnya dapat naik dan turun tergantung kebutuhan. Insulin bekerja pada keadaan makan dan puasa. Setelah makan banyak, kadar insulin akan naik dan gula (glukosa) akan disimpan oleh tubuh. Sebaliknya saat puasa, kadar insulin akan turun dan gula yang disimpan dalam or- gan tubuh seperti hati, otot, dan lemak dilepaskan untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Semakin lama puasa, energi yang 455 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 tadinya berasal dari pemecahan gula semakin habis, digantikan oleh lemak dan protein yang dapat menimbulkan efek merugikan. Pada DM, kadar insulin terus menerus rendah atau kadarnya cukup tetapi tidak efektif sehingga meskipun penyandang DM sudah makan banyak, insulin tidak meningkat dan tubuh tidak dapat menyimpan gula berlebihan. Faktor keturunan (genetik) diduga sebagai penyebab utama meskipun kebanyakan anak ternyata tidak punya riwayat DM pada keluarga. Sebaliknya, dapat pula terjadi dalam satu keluarga terdapat lebih dari satu anak yang mengidap DM tipe 1. Seseorang yang memiliki gen tertentu lebih rentan terkena DM tipe 1. Gen itu akan aktif bila dicetuskan faktor lingkungan seperti virus atau racun. En- terovirus merupakan pencetus yang paling jelas dan paling sering diteliti, salah satunya pada penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot, and mouth disease) dan polio. Diduga virus mengubah gen tersebut sehingga gen yang tadinya adem ayem menjadi aktif membentuk antibodi yang menyerang tubuh sendiri disebut autoantibodi. Defisiensi vitamin D belakangan ini juga dikaitkan dengan terjadinya DM pada anak. Organ tubuh yang diserang adalah sel beta pankreas yang kerja utamanya memproduksi insulin. Walhasil, pankreas tak mampu lagi memenuhi kebutuhan insulin tubuh bahkan produksinya dapat terhenti sama sekali. Sebagai per- bandingan, normalnya pankreas memproduksi 31 unit insu- lin perhari, sedangkan pasien DM tipe 1 memproduksi hanya 0-4 unit perhari; sehingga membutuhkan tambahan insulin dari luar. Faktor genetik dan lingkungan akan menentukan kapan dan seberapa parah DM yang mengenai anak. Gejala dan Tanda Gejala DM tipe 1 pada anak timbul secara tiba-tiba. Berat badan menurun secara drastis meskipun anak banyak makan, banyak minum dan banyak buang air kecil. Anak yang tadinya tidak mengompol kini mengompol lagi. Bila gejala klinis tersebut disertai hiperglikemia, diagnosis DM tidak diragukan lagi. Diagnosis Diagnosis DM dapat ditegakkan apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: 1. Ditemukannya gejala klinis poliuria, polidipsia, polifagia, berat badan menurun, dan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL. 2. Pada penderita asimtomatis ditemukan kadar glukosa darah sewaktu >200 mg/dL atau kadar glukosa darah puasa lebih tinggi dari normal dengan tes toleransi glukosa yang terganggu pada lebih dari satu kali pemeriksaan. Diagnosis DM sebaiknya dipikirkan sebagai diagnosis diferensial pada anak dengan enuresis nokturnal (anak besar) atau pada anak dengan dehidrasi sedang sampai berat tetapi masih ditemukan diuresis (poliuria), terlebih lagi jika disertai pernapasan Kussmaul dan bau keton. Penatalaksanaan Sama seperti DM pada orang dewasa, DM tipe 1 tidak dapat disembuhkan, tetapi kualitas hidup dapat diper- tahankan seoptimal mungkin dengan kontrol metabolik yang baik. HbA1c merupakan parameter kontrol metabolik standar pada DM. Nilai HbA1c yang diinginkan adalah <7% karena berarti kontrol metabolik baik Untuk itu, komponen pengelolaan DM tipe 1 meliputi pemberian insulin, pengaturan makan, olahraga, dan edukasi, yang didukung oleh pemantauan mandiri. Karena karakteristiknya yang khusus tersebut, di- perlukan pengelolaan terpadu oleh tim yang terdiri atas ahli endokrinologi anak/dokter anak/ahli gizi/ahli psikiatri/ psikologi anak, pekerja sosial, dan edukator. Kerjasama yang baik antara tim tersebut dengan pasien dan keluarganya akan lebih menjamin tercapainya kontrol metabolik yang baik. Makin Sering Ditemukan pada Anak DM tipe 1 semakin sering ditemukan pada anak yang ditandai dengan kecenderungan peningkatan kasus. Pada awal tahun 90-an, dalam kurun waktu satu tahun dijumpai tidak lebih dari 10 kasus DM Tipe 1. Sejak tahun 2000-an, hampir setiap bulan terdapat kasus baru DM tipe 1 dan pada tahun 2009 setiap bulan terdapat lebih dari 2 kasus baru yang terdaftar atau terdeteksi. Banyak faktor yang berperan dalam peningkatan kasus DM antara lain karena kesadaran masyarakat yang semakin tinggi, gaya hidup, pola makan yang cenderung berlemak ditambah aktivitas fisik yang kurang (misal karena terlalu asyik main game komputer atau sejenisnya) sehingga angka obesitas meningkat dan risiko DM juga meningkat. Belakangan ini mulai dijumpai juga double diabetes, maksudnya anak dengan DM tipe 1 yang mengalami kegemukan lalu terkena DM tipe 2. Kemungkinan lain, anak dengan DM tipe 2 memiliki gen pembawa DM tipe 1 kemudian terpajan faktor pencetus. Anak dengan DM Tipe 2 me- ngalami insulin resistance, yaitu kondisi tubuh yang tidak dapat merespons insulin yang dihasilkan oleh pankreas atau insulin yang disuntikkan dari luar. Anak dengan double dia- betes membutuhkan suntikan insulin dalam dosis tinggi untuk mengatur kadar gula dalam darah. Pada masa yang akan datang, diperkirakan jumlah kasus DM tipe 1 dan tingkat mortalitasnya akan meningkat bila kesadaran setiap kalangan tidak ditingkatkan serta kalangan kesehatan tidak dilatih manajemen DM Tipe 1. Apa yang Dapat Dilakukan ? Mempersiapkan tenaga kesehatan Sampai saat ini, masih banyak tenaga kesehatan yang belum mengetahui gejala awal DM tipe 1. Masih banyak Diabetes Melitus Tipe 1: Penyakit Baru yang akan Makin Akrab dengan Kita 456 Diabetes Melitus Tipe 1: Penyakit Baru yang akan Makin Akrab dengan Kita Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 kasus DM tipe 1 yang datang dengan gejala yang sebenarnya khas untuk penyakit tersebut tetapi didiagnosis sebagai penyakit lain, sehingga penatalaksanaannya menjadi tidak tepat dan pencegahan lebih lanjut tidak terlaksana. Selain itu masih banyak pula tenaga kesehatan yang beranggapan kasus DM tipe 1 tidak akan terjadi di Indonesia, karena masih ada anggapan bahwa penyakit tersebut hanya akan timbul pada anak dengan obesitas atau anak dengan tingkat sosial ekonomi tinggi yang biasa makan/jajan makanan dengan tingkat kalori dan lemak tinggi. Pengetahuan serta persepsi yang kurang tersebut dapat disebabkan: pertama, pada waktu mengikuti pendidikan for- mal, DM tipe 1 belum menjadi fokus karena masih banyak penyakit infeksi serta degeneratif lain yang jumlah kasusnya jauh lebih banyak. Kedua, DM yang banyak dipelajari oleh tenaga kesehatan adalah DM tipe 2 yang terjadi pada orang dewasa, karena jumlah kasusnya lebih banyak dan pada saat ini semakin bertambah penyebarannya. Ketiga, di kalangan tenaga kesehatan sendiri belum ada kesepakatan tentang konsep penatalaksanaan kasus mulai dari deteksi, diagnosis, sampai dengan kepada siapa rujukan harus ditujukan. Berdasarkan keadaan tersebut tindakan yang perlu dilakukan adalah mengingatkan kembali para tenaga kesehatan tentang DM tipe 1 dan perkembangannya di masyarakat. Hal tersebut dapat dilakukan misalnya dengan mengadakan simposium dan seminar dengan pembicara para pakar endokrinologi anak. Untuk mempercepat penyebaran informasi, dapat pula diterbitkan media yang memberikan informasi komprehensif tentang gejala dan tanda serta apa yang perlu dilakukan bila tenaga kesehatan menemui kasus DM tipe 1. Media tersebut dapat disebarluaskan kepada seluruh tenaga kesehatan melalui organisasi profesi masing- masing. Membangun Sistem Penatalaksanaan dan Rujukan Hal selanjutnya yang perlu dibangun adalah sistem penatalaksanaan dan sistem rujukan. Bila tenaga kesehatan menemui kasus yang dicurigai sebagai DM tipe 1, kepada siapa pasien harus dirujuk. Dokter mungkin akan mengalami kesulitan saat menatalaksana pasien, karena pasien membutuhkan terapi insulin yang harus tepat jenis dan dosisnya. Selain itu dibutuhkan peralatan dan fasilitas yang lengkap untuk menangani pasien DM tipe 1 karena kebanyakan datang dengan kondisi yang cukup berat, misalnya dengan ketoasidosis. Dokter spesialis anak yang jumlahnya sudah cukup banyak dan relatif sudah tersebar sampai tingkat kabupaten dan kotamadya mungkin lebih dapat dijadikan sebagai tulang punggung, tetapi mereka masih perlu dibekali pengetahuan dan kompetensi tambahan tentang DM tipe 1. Spesialis endokrinologi anak, pihak yang paling memiliki kompetensi tentang DM tipe 1 juga dapat dijadikan sebagai tulang punggung, namun mengingat jumlahnya masih sedikit serta belum terdistribusi sampai ke seluruh daerah, peran mereka adalah sebagai rujukan lanjut dari kasus yang masih belum tertangani oleh dokter spesialis anak. Selain soal sistem rujukan, yang tidak kalah pentingnya adalah membangun sistem penatalaksanaan, artinya dibutuhkan panduan talaksana yang komprehensif. Konsensus DM tipe 1 yang diterbitkan oleh organisasi profesi telah diperbaharui pada tahun 2009 ini, tetapi tampaknya belum banyak kalangan yang mengetahui eksistensinya. Karena itu perlu dipikirkan bagaimana agar semua tenaga kesehatan dapat mendapatkan akses terhadap panduan tersebut. Selain itu perlu pula dipikirkan sarana dan prasarana yang adekuat. Hal tersebut tidak terlalu sulit, karena sebagian besar sarana kesehatan sebenarnya sudah mampu melak- sanakan pemeriksaan awal, hanya saja sekali lagi, kesiapan tenaga kesehatan yang masih belum cukup untuk mampu menangani kasusnya. Meningkatkan Kesadaran Masyarakat untuk Deteksi Dini Sampai saat ini pengetahuan masyarakat tentang DM tipe 1 masih rendah, terbukti dari banyaknya kasus yang datang ke sarana pelayanan kesehatan dalam kondisi yang sudah lanjut, misalnya dengan ketoasidosis. Kondisi tersebut biasanya juga ditandai oleh tingginya kadar gula darah yang dapat mencapai 500 mg/dL. Tentu saja bila sudah terjadi kondisi seperti itu dibutuhkan perawatan yang sangat intensif. Sayangnya, sekali lagi, tidak semua fasilitas kesehatan mampu menanganinya, sehingga kasus yang berujung dengan kematian sangat mungkin terjadi. Selain itu sering juga terjadi, anak yang sudah didiagnosis menyandang DM tipe 1 tidak terkontrol gula darahnya. Agak berbeda dengan pasien dewasa yang sudah dapat diberikan tanggung jawab untuk merawat dirinya, pasien anak seringkali bergantung kepada pihak lain agar kondisi penyakitnya dapat terkontrol, misalnya orang tua. Karena itu kerjasama yang baik antara berbagai pihak di masyarakat amat dibutuhkan. Meningkatkan kesadaran masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai hal. Masyarakat perlu diberikan informasi yang cukup bahwa masalah DM pada anak merupakan masalah yang nyata Seiring dengan berubahnya gaya hidup dan pola makan pada anak yang cenderung banyak meng- konsumsi karbohidrat dan lemak, risiko terjadinya DM juga semakin tinggi. Kampanye untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dapat dimulai dengan menyediakan media yang isinya mudah dimengerti awam, memberikan informasi yang lengkap tentang DM melitus tipe 1 dan mudah didapatkan di seluruh sarana kesehatan. Bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut, dukungan nomor telepon yang dapat dihubungi setiap saat (hotline) serta website yang dapat memberikan informasi secara interaktif amat dibutuhkan. Informasi tentang DM tipe 1 juga dapat diberikan melalui media massa cetak dan elektronik karena jauh lebih efektif untuk menjangkau lebih banyak anggota masyarakat. Hanya 457 Maj Kedokt Indon, Volum: 59, Nomor: 10, Oktober 2009 Diabetes Melitus Tipe 1: Penyakit Baru yang akan Makin Akrab dengan Kita saja dibutuhkan dana yang cukup besar agar informasi dapat sampai ke masyarakat tidak hanya satu kali, tetapi berulang- ulang. Inti beberapa kegiatan di atas adalah agar masyarakat mendapatkan informasi yang lebih banyak tentang DM melitus tipe 1 karena selama ini dirasakan masih amat kurang. Bila masyarakat sudah tahu, diharapkan semakin waspada atas gejala dan tanda penyakit tersebut. Selain itu, diharapkan pula agar keluarga yang memiliki anggota (anak) dengan gejala yang menyerupai kondisi tersebut dapat me- meriksakannya ke sarana kesehatan terdekat. Semakin dini anak terdeteksi, semakin besar peluang DM tipe 1 dapat terkontrol. Anak dengan DM terkontrol dapat hidup seperti anak-anak lain, masih dapat menggapai semua cita-cita dan prestasi, tumbuh dan berkembang sampai mencapai usia dewasa, menikah, dan memiliki keluarga. Kualitas hidup pun dapat tetap terpelihara, layaknya mereka yang tidak memiliki penyakit ini. Daftar Pustaka 1. Pulungan AB, Dharmawan T. DM in children and adolescent: one thing that parents should be aware of. The Jakarta Post: 14 November 2008. 2. UKK Endokrinologi Anak dan Remaja. Konsensus Nasional Pengelolaan DMTipe 1. Jakarta; Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2009. 3. Craig ME, Hattersley A, Donaghue K, ISPAD. Clinical practice consensus guidelines 2006-2007: definition, epidemiology and classification. Pediatric Diabetes 2006:7:343-51. 4. Sperling MA. Pediatric clinics of North America: diabetes melli- tus in children. Philadelphia: Saunders; 2005. 5. Raine JE, Donaldson MD, Gregory JW, Savage MO, Hintz RL. Practical endocrinology and DM in children. 2 nd edition. Oxford: Blackwell Publishing;2006. 6. Tridjaja B. Diabetes Mellitus pada anak, dulu, kini dan masa datang. 50 Tahun Ikatan Dokter Anak Indonesia: untuk mereka kita bekerja. Jakarta: IDAI; 2005. SS 458