DERATING ADALAH KONDISI TAK NORMAL, MENORMALKAN KEMBALI MEMERLUKAN PENGETAHUAN,
BIAYA DAN KEJUJURAN.
Posted: April 2, 2012 in Uncategorized
Samsul Arifin
Derating adalah turunnya daya mampu suatu pembangkit akibat kondisi operasi yang tidak normal, yang bila bebannya dinaikkan akan berakibat tripnya pembangkit tersebut. Bila turunnya daya mampu akibat alam, disebut Variasi Musim. Disini bila kita memakai bahasa terang, penyebab derating adalah salah urus Pembangkit, baik dari sisi engineering ataupun financing. Alasan yang biasa kita dengar: mesin tua adalah alasan yang tidak profesional. Mesin (fisiknya, bukan teknologinya) tidak pernah tua ! Bila mesin yang umurnya 25 tahun isi perutnya diganti baru semua, kinerjanya akan seperti mesin baru ! Bila kita membangun suatu Pembangkit, seharusnya kita konsekwen dengan biaya yang seharusnya tersedia untuk memelihara sepanjang hidup yang kita rancang. Bukan seadanya dana saat itu yang tersedia, pokoke sekian, cukup gak cukup ya dicukup-cukupkan. seperti yang selama ini kita anut. Penganggaran yang kita anut selama ini ikut menyumbang adanya derating. Untuk menormalkan pembangkit yang mengalami derating berat, sebaiknya PLN Pusat mengembangkan Replacement Policy, yang akan menjustifikasi secara financial, apakah pembangkit tersebut di rehabilitasi, atau diganti pembangkit baru yang lebih efisien. Pada neraca daya suatu system kelistrikan, derating bukan satu-satunya penyebab turunnya daya mampu system. Masih banyak hal lain yang perlu mendapat perhatian secukupnya (sampai cukup, bukan dicukup-cukupkan). Yang terakhir tapi tak kalah penting adalah membangun saling percaya antara pengelola Anggaran dan pengelola Pembangkitan dalam menyusun anggaran Pembangkitan, sehingga bisa tersedia anggaran yang cukup dengan efektifitas tinggi. Saling percaya ini tidak akan tercapai tanpa kejujuran nurani semua pihak.
P L T D Pembangkit jenis ini terkenal rajanya derating. Penyebab derating yang umum adalah : 1. Keausan parts akibat gesekan. Banyak parts PLTD yang saling bergesek, oleh karena itu umur parts nya sangat pendek. Umur tersebut akan menjadi lebih pendek, premature, bila operatornya memaksakan ramping rate (kemampuan powerplant dalam menanggung loncatan/fluktuasi beban secara cepat) yang lebih tinggi dari kemampuannya. Bila keausan ini dibiarkan, tidak segera dilakukan penggantian parts yang aus, karena tidak ada dana, atau hal lain, terjadilah derating, yang bertambah lama akan bertambah besar. Derating ini akibat energy yang tersedia tidak bisa diubah menjadi kerja dalam jumlah yang seharusnya, karena bocor keluar atau kedalam, blow-by. Sebetulnya pembangkit jenis ini tidak layak untuk memikul beban dasar, hanya dipakai sebagai peakers atau emergency units. 2. Sistem air pendingin yang kurang mendapat perhatian. Kenapa kurang perhatian, itulah permasalahan terbesar PLN : pengelolanya kurang mendapat pelatihan tentang kimia air. Air pendingin PLTD, dalam hal ini yang dimaksud adalah jacket water, air yang langsung bersinggungan dengan mesin, secara kontinyu, 24 jam sehari, 7 hari seminggu bersirkulasi dalam keadaan panas. Sifat air, bila dipanaskan akan sangat aktif, beberapa unsur kimianya mudah mengendap menjadi kerak dan laju korosi logam akan menjadi tinggi. Oleh karena itu, jacket water harus bebas mineral, atau demineralized water. Memerlukan external treatment untuk memproduksi demineralized water, misalnya dengan menggunakan RO (Reverse Osmosis) dan internal treatment untuk menjaga kualitas air, agar tidak menjadi elektrolit dari proses korosi. Selain itu, pemeliharaan/pembersihan Penukar kalor dari jacket water, water-water cooler atau water-air cooler (radiator). juga harus mendapat perhatian lebih serius. Bila penukar kalor kotor, suhu jacket water naik dan agar tidak alarm/trip, terpaksa beban diturunkan, disinilah derating terjadi. 3. Karena mesin ini menggunakan udara sebagai media proses, setiap ada perubahan suhu udara luar, kinerjanya pasti terpengaruh. Bila suhu udara naik, daya mampu turun, dan sebaliknya. Disini peran intercooler sangat dominan. Pemeliharaan kebersihan tubes dari intercooler sangat penting.
P L T G Pembangkit jenis ini juga menggunakan udara dalam jumlah sangat besar sebagai media prosesnya, oleh karena itu, perubahan suhu dan tekanan udara luar sangat berpengaruh terhadap kinerjanya. Penyebab derating yang umum adalah : 1. Kenaikan suhu udara luar. Bahkan antara siang dan malam, daya mampu PLTG bisa berbeda. Bila suhu udara luar naik, kinerja akan turun. 2. Tekanan udara luar. Bila tekanan udara luar turun, kinerja juga turun. Bila cuaca mendung, tekanan udara luar turun, bila cerah, tekanan udara naik. Tekanan udara masuk kompresor juga bisa turun bila kondisi filter udara kotor. Oleh karena itu, penggantian filter juga harus konsekwen. Bila memiliki PLTG, harus konsekwen menyediakan biaya untuk filter. Bila tidak, derating ancamannya. 3. Tekanan udara keluar kompresor. Bila tekanan ini turun, kinerja PLTG akan turun. Tekanan udara keluar kompresor turun di akibatkan kotornya sudu kompresor. Memerlukan pencucian sudu kompresor dengan prosedur yang ada. 4. Suhu exhaust gas tinggi. Beban PLTG sangat dibatasi oleh suhu exhaust, karena bersangkutan dengan ketahanan material sudu turbin plus sistem pendingin sudu yang ada. Penyebab tingginya suhu exhaust ini disebabkan oleh tiga hal diatas ditambah kemungkinan sudu turbin kotor atau ujung sudu yang terbakar (overheating).
P L T A PLTA menggunakan air alam secara sekali lewat. Derating pada PLTA umumnya disebabkan oleh alam yaitu curah hujan dan kondisi catchment area. Bila curah hujan tinggi daya mampu tinggi, bila curah hujan rendah , daya mampu PLTA bisa tinggal 20%. Bila catchment area baik, daya mampu tinggi tadi bisa lebih lama, bila tidak, air cepat habis, seperti sawah tadah hujan.
P L T U Karena PLTU menggunakan air olahan sebagai media prosesnya, hampir tidak ada material yang bergesekan, maka PLTU sebenarnya bebas dari ancaman derating. Yang diperlukan hanyalah pelatihan intensif personelnya dan konsistensi tinggi tanpa lelah dari manajemennya.
P L T G U Karena PLTGU adalah gabungan dari PLTG dan PLTU, maka sifat-sifat merupakan gabungan dari keduanya.
SOLUSI DERATING Apabila suatu pembangkit mengalami derating berat yang memerlukan biaya besar untuk menormalkannya, kita memerlukan tools untuk justifikasi finansial, apakah pembangkit tersebut di rehabilitasi atau diganti baru. Tools tersebut biasanya memakai replacement policy yang sebaiknya dibakukan oleh PLN Pusat. Untuk kondisi PLN, bisa juga dilakukan : pembangkit yang derating diganti pembangkit baru yang lebih efisien dengan unit size lebih besar, sedangkan pembangkit lama di rehabilitasi dan di relokasi ke sistem yang lebih kecil. Kondisi PLN yang kurang sehat secara financial seperti saat ini, hendaknya bukan menjadi halangan untuk melakukan ini semua.
DERATING PADA SISTEM Istilah derating pada sistem sangat menyesatkan. Sama sekali berbeda dengan derating yang telah kita bahas diatas. Banyak pertanyaan masyarakat awam diluar sana yang dari dulu sampai sekarang mempertanyakan kenapa PLN yang memiliki daya terpasang 25.000 MW (misalnya), baru dibebani 20.000 MW (misalnya lagi), sudah mengalami pemadaman bergilir, kemudian timbul pernyataan menyesatkan berikutnya : ada ketidak efektifan pengelolaan assets di PLN.
Seperti yang kita pahami bersama bahwa data agregat seperti diatas, baik data daya terpasang maupun beban puncak, tidak bisa dijumlahkan, selain dalam sistem yang sama. Data agregat yang biasa disajikan daerah ataupun pusat, bila di analisa, tidak memiliki arti yang benar, tidak bisa ditarik kesimpulan apapun. Untuk konsumsi masyarakat awam, perlu dicari data ataupun cara analisa yang khusus, yang tidak terlalu menyesatkan.
Ada lagi kebiasaan PLN yang banyak membingungkan orang, yaitu tentang kapasitas pembangkit. Di PLN, bila orang bertanya tentang kapasitas pembangkit, kawan kita pasti menyebut daya terpasang, gross capacity, name plate capacity, sedangkan orang dari negara lain menangkapnya sebagai daya mampu, nett capacity. Sudah waktunya PLN merubah terminology menjadi : daya = daya netto (daya terpasang pemakaian sendiri).
Untuk keperluan analisa harus dibahas setiap sistem kelistrikan, baik besar ataupun kecil. Kita sebaiknya melakukan edukasi kepada masyarakat tentang seluk beluk kelistrikan dan cara evaluasinya, secara terus menerus, tidak mengenal bosan.
Selain beban puncak dan daya terpasang, selisih dari keduanya memiliki komposisi : pemakaian sendiri, cadangan operasi dan pembangkit tak siap. Sebagai gambaran selengkapnya dibawah ini contoh neraca daya (potret sesaat rincian kondisi supply-demand) dari suatu sistem.
Contoh (typical) neraca daya suatu sistem 1. Beban Puncak . 100 % 2. Pembangkit tak siap . 22 % Derating .. 2% 6 % Maintenance outages .. 2% 6% Forced outages 2% 7% Planned outages .. 5% 8% Variasi musim 1% 10% 3. Cadangan operasi ( = daya kit terbesar) . 9 % 4. Pemakaian sendiri .. 5 % ________________________________________________ Daya terpasang yang diperlukan . 136 %
Untuk melayani beban puncak dengan baik, diperlukan daya terpasang sebesar 1,36 kali beban puncak. Angka-angka diatas sangat kondisional.
Keterangan (detilnya perlu kesepakatan antara pengelola pembangkitan dengan operator sistem) : Derating : penurunan daya mampu dari yang seharusnya (hasil commissioning). Maintenance outages : keluar sistem dengan pemberitahuan sebelumnya, karena perlu perbaikan. Forced outages : keluar sistem karena trip ataupun pemberitahuan mendadak. Planned outages : keluar sistem yang telah direncana diawal tahun. Variasi musim : penurunan daya mampu karena alam, musim, suhu ambient.