Dalam manajemen perawatan luka, ada beberapa tahap yang dilakukan yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka, penutupan luka, pembalutan, pemberian antibiotik, dan pengangkatan jahitan. a. Evaluasi luka meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik (lokasi dan eksplorasi) b. Tindakan Antiseptik, prinsipnya untuk mensucihamakan kulit. Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik. c. Penutupan Luka adalah mengupayakan kondisi lingkungan yang baik pada luka sehingga proses penyembuhan berlangsung optimal. d. Pembalutan , pertimbangan dalam menutup dan membalut luka sangat tergantung pada penilaian kondisi luka. Pembalutan berfungsi sebagai pelindung terhadap penguapan, infeksi, mengupayakan lingkungan yang baik bagi luka dalam proses penyembuhan, sebagai fiksasi dan efek penekanan yang mencegah berkumpulnya rembesan darah yang menyebabkan hematom. e. Pemberian Antibiotik, prinsipnya pada luka bersih tdak perlu diberikan antibiotik dan pada luka terkontaminasi atau kotor maka perlu diberikan antibiotik. f. Pengangkatan Jahitan, jahitan diangkat bila fungsinya sudah tidak diperlukan lagi. Waktu pengangkatan jahitan tergantung dari berbagai faktor seperti lokasi, jenis pengangkatan luka, usia, kesehatan, sikap penderita dan adanya infeksi (Mansjoer, 2000: 398; Walton, 1990:44).
Tabel. Waktu pengangkatan jahitan No Lokasi Waktu 1. Kelopak mata 3 hari 2. Pipi 3-5 hari 3. Hidung, dahi, leher 5 hari 4. Telinga, kulit kepala 5-7 hari 5. Lengan, tungkai, tangan, kaki 7-10 + hari 6. Dada, punggung, abdomen 7-10 + hari Sumber. Walton, 1990:44
2
LUKA AKUT DAN KRONIK LUKA AKUT Apabila kulit mengalami injuri, maka fungsi normal bariernya menjadi terhalang. Luka akut dapat dikategorikan; karena pembedahan, bukan pembedahan, dan atau trauma, dan proses penyembuhan kira-kira sampai satu bulan. Luka akut pembedahan seperti insisi, eksisi dan skin graf. Luka akut yang bukan pembedahan misalnya luka bakar. Luka akut dapat juga dikatakan bila individu yang sehat mengalami luka seperti abrasi, laserasi, dan atau injuri pada lapisan kulit superfisial dan jaringan lunak kemudian penyembuhannya akan spontan tanpa mengalami kompllikasi. LUKA KRONIK Pada luka kronik proses penyembuhannya mengalami keterlambatan. Lazarus dkk, 1992 mendefinisikan luka kronik adalah kegagalan suatu perkembangan normal, keteraturan dan rangkaian waktu perbaikan atau luka yang melewati proses perbaikan namun tanpa memulihkan integritas anatomi dan fungsinya (Schilling J, 1983). Contoh luka kronik seperti; dekubitus, luka diabetik, dan atau leg ulcer (luka pada kaki), dan luka pada tungkai. Kalau luka pembedahan kronik seperti dehisced atau luka bedah yang terbuka dan mengaami infeksi.
3
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN LUKA
I. Pengertian Perawatan luka adalah perawatan pada luka yang bertujuan untuk mencegah komplikasi dan meningkatkan proses penyembuhan luka
II. Tujuan 1. Meningkatkan hemostatis luka 2. Mencegah infeksi 3. Mencegah cidera jaringan yang lebih lanjut 4. Mempertahankan integritas kulit 5. Mencegah terjadinya komplikasi pada luka 6. Meningkatkan proses penyembuhan luka 7. Mendapatkan kembali fungsi normal 8. Memperoleh rasa nyaman
III. Indikasi a. Indikasi perawatan luka basah atau lembab 1. Mencegah, membatasi, atau mengontrol infeksi 2. Mengangkat jaringan nekrotik untuk meningkatkan penyembuhan luka 3. Menyerap drainase (eksudat) 4. Mempertahankan llingkungan luka yang lembab 5. Membantu menarik kelembaban dari luka kedalam balutan b. Indikasi perawatan luka kering 1. Mencegah infeksi sekunder 2. Luka bersih dan kering 3. Meminimalkan mikroorganisme 4. Meningkatkan penyembuhan luka 5. Perlindungan dari cedera lebih lanjut 6. Pencegahan penyebaran mikroorganisme 7. Pengendalian perdarahan 4
IV. Persiapan Perawat dan Lingkungan 1. Mengatur lingkungan dengan nyaman dan aman untuk pasien 2. Mempersiapkan alat-alat dan mendekatkan ke pasien 3. Memperkenalkan diri pada pasien dan keluarga 4. Menjelaskan maksud dan tujuan 5. Memberitahu pasien bahwa pasien perlu diberikan obat analgesik untuk mencegah sakit saat dirawat lukanya, kurang lebih 34 menit sebelum dilakukan perawatan. V. Persiapan Klien 1. Pastikan identitas dan kondisi klien 2. Ucapkan salam, panggil pasien sesuai nama kesukaan dan sebutkan nama perawat 3. Jelaskan tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan 4. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan jawab seluruh pertanyaan pasien 5. Posisikan pasien yang nyaman: supinasi 6. Jaga privasi klien
VI. Persiapan Alat A. Alat dan Bahan steril 1. Bak Instrument 2. Pinset Anatomi 1 buah 3. Pinset Chirurgis 1 buah 4. Gunting 1 buah 5. Handschoon 1 pasang 6. Kasa, deppers 7. Korentang dalam tempatnya B. Alat dan Bahan tidak steril 1. Skort 2. Bengkok 3. Handschoon tidak steril 4. Tempat sampah 5. Plester
5
A. Obat 1. Antiseptik 2. Analgesik 3. Tulle 4. Cairan
VII. Cara Kerja 1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya. 2. Tanyakan keluhan klien. 3. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan kepada klien. 4. Beritahu lamanya tindakan. 5. Beri kesempatan pada klien untuk bertanya sebelum kegiatan dimulai. 6. Pertahankan privasi klien selama tindakan dilakukan. 7. Atur posisi yang nyaman bagi klien dan tutupi bagian tubuh selain bagian luka. Beritahu klien untuk tidak menyentuh area luka atau paralatan steril. 8. Pasang perlak dan pengalasnya di bawah area luka. Letakkan bengkok di atas perlak. 9. Latakkan kantong sampah pada area yang mudah dijangklau. Lipat bagian atasnya membentuk mangkuk. 10. Cuci tangan. 11. Gunakan sarung tangan bersih sekali pakai. 12. Lepaskan plester, balutan atau ikatan. Lepaskan plester dengan melepas ujungnya dan menarik dengan perlahan, sejajar dengan kulit dan ke arah balutan. 13. Observasi kulit klien untuk reaksi terhadap plester. Jika perekatmasih di kulit, dapat dibersihkan dengan penghilang perekat atauaseton. 14. Dengan menggunakan tangan bersarung tangan atau dengan pinset angkat balutan kasa secara hati-hati. Jaga kotoran-kotoran pada lukaagar tidak terlihat oleh klien. Peringatkan klien tentang rasa tidak nyaman yang mungkin timbul dan angkat balutan dengan perlaha. 15. Observasi karakter, jumlah drainase pada balutan. 16. Buang balutan yang kotor ke dalam kantong sampah. 17. Lepaskan sarung tangan dengan bagian dalamnya berada di luar.Buang pada tempat yang tepat. 18. Cuci tangan. 6
19. Siapkan plester baru, perban atau pengikat bila diperlukan. 20. Letakkan set balutan steril pada meja tempat tidur atau sisi pasien. Buka set balutan steril. Balutan, gunting dan pinset harus tetap pada tempat set steril. 21. Buka botol larutan dan tuangkan ke dalam baskom steril. 22. Gunakan sarung tangan steril. 23. Inspeksi luka. Peerhatikan kondisinya, tempat drain, integritas jahitan atau penutupan kulit dan karakter drainase. 24. Bersihkan luka dengan larutan antisptik yang diresepkan atau salinnormal. Jika tidak ada bisa diganti dengan larutan steril seperti air hangat. Pegang kasa yang basah dengan pinset. Gunakan kasa lainuntuk tiap usapan. Bersihkan dari area yang kurang terkontaminasi ke area yang paling terkontaminasi. Gerakan dalam tekanan progresif menjauh dari insisi atau tepi luka. Ulangi membilas luka2-3x, sampai luka terlihat bersih. 25. Keringkan dengan menggunakan kassa. 26. Jika ada obat topikal yang sesuai dengan indikasi, maka oleskan tipis obat topikal secara merata pada luka sesuai dengan indikasi obat. Misalnya untuk penyakit skabies, dapat diberikan salep topikal Scabimite dengan kandungan permethrin 5% (harus dengan resep dokter). Cara penggunaan : a.Bersihkan luka dan keringkan. b.Oleskan secara menyeluruh secara merata pada permukaan kulit,termasuk daerah luka pada malam hari sebelum tidur. c.Biarkan selama 8-12 jam.d.Bilas sampai bersih dengan mandi. 27. Pasang kasa langsung pada tepi luka. Bila luka dalam, kemas kasa secara perlahan dengan menekuk tepi kasa dengan pinset. Secara bertahap, masukkan kasa sedalam luka hingga seluruh permukaan luka bersentuhan dengan kasa basah. Berikan kasa steril kering(4x4) di atas kasa basah. 28. Pasang plester, perban atau pengikat. 29. Rapikan peralatan. 30. Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah. 31. Kembalikan klien ke posisi 32. Cuci tangan
7
VIII. Evaluasi a. Pasien: 1. Luka terawat dengan aseptik 2. Pasien tidak kesakitan 3. Pasien mengatakan puas dengan perawatan yang dilakukan b. Lingkungan: 1. Sketsel dikembalikan ke tempat semula 2. Lingkungan kembali rapi, tidak terdapat kassa tercecer di ruang perawatan c. Peralatan dan Bahan: 1. Alat dan bahan dikembalikan ke tempat semula 2. Peralatan siap dikirim ke CSSD untuk disterilkan
IX. Hal- hal yang perlu diperhatikan: 1. Pertahankan teknik steril selama perawatan luka. 2. Pantau tanda dan gejala infeksi lokal atau sistemik. 3. Perhatikan kenyamanan klien selama perawatan luka, perhatikan adanya nyeri. 4. Jika drainase luka meningkat, tingkatkan frekuensi pergantian balutan. 5. Jika drai lepas, jangan memasang ulang drain
8
PROSEDUR MENGGANTI BALUTAN Prosedur mengganti balutan yang harus menjadi perhatian adalah memperhatikan kondisi luka, dan tipe luka Persiapan alat: 1. Macam dressing untuk luka yang dibutuhkan 2. Plester dengan ukuran besar dan kecil 3. Alat atau korentang steril dan atau sarung tangan steril untuk mengambil alat-alat atau bahan steril. 4. Sarung tangan bersih untuk mengangkat balutan 5. Sarung tangan steril 6. Dressing set berisi : gunting tajam, pinset anatomi besar dan kecil, pinset chirurgis, arteri klem bila perlu dan bisturi 7. Kasa steril yang lembut 8. Obat luka bila ada atau dressing kemasan 9. Bahan larutan normal salin atau NaCl 10. Larutan antiseptik untuk pembersih luka 11. Air hangat steril dalam tempatnya 12. Spuit besar untuk irigasi atau alat khusus untuk irigasi, selang yang akan dimasukkan dalam kantong, fistula atau rongga 13. Gunting plester 14. Kantong plastik untuk tempat kotoran 15. Pengalas Prosedur 1. Mencuci tangan 2. Persiapkan alat yang dibutuhkan sesuai hasil identifikasi luka 3. Identifikasi pasien dan jelaskan prosedur 4. Pengaturan posisi pasien 5. Bila luka pada area lengan atau kaki, tempatkan pengalas 6. Ingatkan untuk tidak menyentuh area luka dan berbicara di atas area luka 7. Buka set dressing 8. Gunakan alat steril untuk mengambil bahan dan alat yang dibutuhkan 9
9. Siapkan kantong plastik 10. Bila menggunakan antiseptik yang belum siap pakai, tuangkan pada tempat yang steril 11. Siapkan plester agar siap pakai 12. Buka balutam dengan sarung tangan atau pinset (pastikan tidak ada kontaminasi), hindari rasa nyeri pasien, dengan menekan kulit.. 13. Masukkan gunting yang terkontaminasi dalam cairan antiseptik ( Seperti: chlorhexidine atau yang lainnya ) 14. Kaji balutan luka dan kemudian masukkan dalam kantong plastik 15. Observasi kondisi luka 16. Lakukan pemeriksaan swab bila perlu untuk kultur dan ditempatkan pada tabung steril 17. Bersihkan dengan larutan antiseptik atau sabun mulai dari luar kemudian bagian dalam atau pusat luka 18. Lakukan irigasi dengann air hangat steril 19. Ganti sarung tangan steril 20. Lakukan irigasi dengan NaCl 21. Keringkan luka dengan kasa lembut 22. Lekatkan dressing steril dan atau obat 23. Plester balutan 24. Buka sarung tangan dan masukkan dalam kantong 25. Mengatur posisi pasien 26. Beri label pada tabung pemeriksaan 27. Mencuci tangan 28. Tempatkan alat dan bahan pada tempatnya
10
TEKNIK YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENGGANTI BALUTAN Mengangkat balutan : Mengenakan sarung tangan bersih Lepaskan plester; hindari rasa nyeri pasien, dengan menekan kulit, bila perlu memakai gunting dan gunakan gunting yang tidak steril. Masukkan gunting yang terkontamiasi dalam cairan antiseptik (Seperti: chlorhexidine atau yang lainnya) Angkat balutan dan hindari kontaminasi Masukkan balutan dalam kantong plastik Lepaskan sarung tangan
Bila ada tindakan debriment: Kenakan sarung tangan bersih kalai debriment mekanik atau kimia. Kenakan sarung tangan steril bila tindakan debriment bedah Catatan: intrumen tetap steril
Bila ada tindakan debriment: Kenakan sarung tangan bersih kalai debriment mekanik atau kimia. Kenakan sarung tangan steril bila tindakan debriment bedah Catatan: intrumen tetap steril Dressing pada luka Letakkan dressing steril pada luka dan yakin tidak ada kontaminasi. Agar dressing penempatannya paten, harus diplester. Angkat alat dan bahan yang telah digunakan kemudian masukkan ke dalam kantong plastik, gunting dan alat lainnya yang terkontaminasi dengan luka dimasukkan ke dalam tempat yang ada disinfektanya. Lepaskan sarung tangan. Mencuci tangan.
Aseptik universal precaution: Teknik dan sikap provider adalah peran utama dalam kontaminasi luka. Teknik aseptik menurunkan risiko bertambahnya jumlah mikroba pada luka. 11
Teknik bersih/steril adalah tidak sepenting dengan penggunaan teknik aseptik yang tepat. Asepsis universal adalah sesuai dan esensial untuk perawatan luka.
Teknik perawatan luka kronik
Intervensi Cuci tangan Sarung tangan Bahan persediaan (termasuk dressing dan larutan) instrument Pembersihan luka Ya Bersih Normal salin atau larutan lainnya, bahan untuk pencuci luka; steril dan memperhatikan standard; tanggal kadaluarsa, biaya rekomendasi seperti penggunaan Steril, dan memperhatikan standard; tanggal kadaluarsa, biaya, rekomendasi seperti penggunaan Mengganti balutan secara rutin tanpa debriment Ya Bersih Memperhatikan standard; tanggal kadaluarsa, biaya, rekomendasi seperti penggunaan Steril, dan memperhatikan standard; tanggal kadaluarsa, biaya, rekomendasi seperti penggunaan Mengganti balutan dengan debriment; mekanik, kimia, dan atau enzim Ya Bersih Memperhatikan standard; tanggal kadaluarsa, biaya, rekomendasi seperti penggunaan Steril, dan memperhatikan standard; tanggal kadaluarsa, biaya, rekomendasi seperti penggunaan Mengganti balutan dengan debriment; bedah Ya Bersih Steril Steril
12
PROSEDUR MELAKUKAN DEBRIDEMENT CARA BEDAH Definisi: Metode debridement dan pembersihan pada luka adalah suatu prosedur untuk pembasmian luka terhadap kontaminasi. Persiapan alat 1. Normal salin 2. Kasa steril 3. Set instrumen steril 4. Bisturi atau gunting tajam steril 5. Arteri klem 6. Set pengangkat jahitan 7. Sarung tangan steril 8. Sarung tangan bersih 9. Pinset anatomi/ chirugis 10. Spuit besar Prosedur 1. Verifikasi order 2. Jelaskan prosedur ke pasien 3. Pemberian obat untuk nyeri ; - Lidokain topikal (xylocain spray atau larutan) - Benzocain spry (lidocain spray dapat dikompres selama 10 menit. Dapat pula dengan anastesi lokal, juga dengann pemberian obat oral, intramuskular atau intravena) 4. Siapkan instrumen 5. Perlu ada asisten 6. Penerangan yang cukup 7. Mengatur posisi pasien 8. Mencuci tangan 9. Setting tempat yang bersih dan peralatan 10. Gunakan sarung tangan bersih 11. Angkat balutan yang kotor dan letakkan dalam kantong plastik 13
12. Bersihkan luka dengan larutan pencuci luka yang hangat kuku, gunakan spuit dan jarum yang besar untuk pembersihan luka langsung ke luka atau alat lainnya, kemudian bersihkan dengan NaCl 13. Evaluasi keadaan luka 14. Lepaskan sarung tangan 15. Gunakan sarung tangan steril 16. Gunakan gunting tajam atau bisturi dan vinset, kemudian lakukan debridement dan perhatikan jaringan yang sehat. Tanda nyeri dan perdarahan adalah jaringan sehat 17. Angkat semua jaringan yang nekrosis dan atau tidak berguna, ingat waktu perlu diperhitungkan 15-30 menit 18. Perlu direevaluasi bila ada, peningkatan suhu tubuh, tidak ada perbaikan luka lebih dari beberapa minggu, selulitis atau infeksi purulen, area abses, luasnya rongga. 19. Agresif debridement bila terjadi, jumlah nekrotik yang berlebihan, nyeri pasien dapat ditolerir, namun perlu perhatikan kondisi pasien 20. Lakukan penghentian debridement bila, hingga hampir mengenai tulang atau tendon, dekat dengan fascia atau struktur lainnya, anda merasa tremor 21. Pembersihan luka setelah debridement, bersihkan luka dengan normal salin, pemberian dressing atau obat luka pilihan 22. Letakkan alat-alat yang dipakai ke kantong plastik 23. Lakukan dokumentasi
14
MANAJEMEN KOMPLIKASI LUKA BAKAR
Fokus pada penangan luka adalah pencegahan terjadinya infeksi. Hal yang akan menjadi fokus pertimbangan adalah debriment luka, penggunaan antibakterial tropikal dan dressing biologic dan penutupan luka. Hal penting dalam penanganan luka : Luka harus dibersihkan normal salin atau bahan pembersih antibakterial. Eskar harus diangkat dapat dengan metoda enzimatik, mekanik, dan debriment secara bedah. Apabila pada saat akan melakukan pembersihan luka dan ternyata didapatkannya adanya perlengketan balutan, perlu di basahi dengan normal salin. Hindari pengompresan basah pada luka bakar luas karena dapar menurunkan secara drastis suhu tubuh. Eskar pada luka bakar akan mulai memisahkan dengan proses alami oleh pertumbuhan bakteri yang menyebabkan lisis protein antar rongga jaringan hidup dengan jaringan mati. Eskar juga terangkat melalui penggantian dressing ataupun pada saat pembersihan luka. Pengangkatan eskar sampai dengan dasar jaringan hidup kemudian ditutup dengan dressing bilogic, heterograft, homoterograf atau autograph. Mungkin dressing ini sering digunakan oleh negara-negara maju atau di Indonesia hanya di rumah sakit tertentu. Tropikal antimikorbial (silver sulphadiazine) diberikan untuk menutup luka dalam rangka menurunkan jumlah mokroorganisme. Perlu diingat pula bahwa beberapa gram negative dapat resisten terhadapi antimikrobial. Antibiotik spektrum luas diperlukan untuk melawan infeksi oleh gram negative dan positif dan beberapa infeksi akibat jamur.
Perawatan pada pasien dengan luka bakar akan tergantung pada tipe dan berat ringannya luka bakar. Pada umumnya perawatan luka bakar akan memperhatikan faktor penyebab dan faktor lain yang mungin akan memperberat kondisi pasien seperti; penyakit. Dalam 15
melakukan penanganan luka bakar secara umum pengobatan yang diberikan adalah; mengurangi nyeri, mengangkat benda kotor, debris, dan jaringan yang mati.
MANAJEMEN LUKA VENOUS
Pengkajian Diagnosa pasien dengan luka venous tergantung pada riwayat dan pemeriksaan fisik. Data-data yang perlu dikumpulkan dapat sesuai dengan penyebabnya. Lakukan pengkajian dengan menyanyakann tentang riwayat penyakit, vena, trombosis, kehamilan, gagal jantung, faktor kegemuka, dan usia. Karakterisitik klinik dapat dilihat pada manifestasi luka pada venous.
Dalam venous infusesiensi, sel darah merah, cairan dan fibrin keluar dala jaringan. Catat warna kulit pada pasien, hiperpigmentasi adalah sering pada pasien dengan luka venous. Perubahan warna ini karena timbulnya hemosiderin dalam jaringan interstisial hasil dari sel darah merah yang rusak dan keluar ke dalam jaringan. Fibrin menyebabkan kulit dan jaringan subkuteneus menebal dan menjadi fibrotik, kondisi ini disebut lipodermatosclerosis.
Adapun komplikasi kemungkinan yang terjadi, seperti dermatis dan luka yang mengalami infeksi. Kemudian perhatikan sekeliling luka yang mungkin terdapat hemosiderin pada jaringan.
I ntervensi: 1. Meningkatkan integritas kulit dan mencegah infeksi. 2. Kaji kondisi luka. 3. Manajemen edema; elastis verban, stoking, dan lain lain . 4. Ganti balutan dengan teknik steril. 5. Bersihkan luka dengan larutan normal salin. 6. Bila terdapat jaringan yang nekrotik lakukan debriment. 7. Lakukan terapi kompresi. Tujuannnya adalah untuk memperlancar aliran limpatik, reduksi tekanan vena superfisial dan mengurangi aliran balik ke pembuluh vena yang dalam. 16
8. Pemberian obat tropikal tergantung pada jumlah eksudat dan ukuran luka, ada tidaknya infeksi dan karakteristik sekeliling luka. 9. Pemberian antibiotik sistemik diperluka, pada klien dengan infeksi luka pemberian antibiotik lokal biasanya kurang efektif. 10. Apabila menggunakan balutan untuk kelembaban lingkungan luka dapat menggunakan hidrokoloid, transparant film, dan foam. Dan bila luka terdapat eksudat dari ringan sampai berat dapat menggunakan foam dressing, dan alginates. Mungkin obat ini tidak semua rumah sakit memiliki karena mahal. Bila tidak ada dapat menggunakan yang lain yang sifatnya menyerap eksudat. 11. Lakukan peninggian posisi pada daerah kaki, hal yang dapat meingkatkan sensivitas pada sekeliling luka; hindari larutan antimikrobial, hindari bahan-bahan yang sifatnya lengket. 12. Prinsif; yaitu meningkatkan pengisian kembali ke venous, menurunkan statis venous, verban elastis yang sesuai dan kondisi lingkungan luka. 13. Nyeri akan berkurang bila kaki ditinggikan. 14. Latiha yang dianjurkan; berjalan, mengendarai sepeda, renang bila tidak ada risiko. 15. Manajemen pada kulit yang kering.
17
DAFTAR PUSTAKA
Suriadi, MSN. 2007. Manajemen Luka. STIKEP MUHAMMADIYAH PONTIANAK: Pontianak Morison, J.M. 2004. Manajemen Luka. EGC: Jakarta Uliyah M, dan Aziz A.H.A. 2008. Praktikum Keterampilan Dasar Praktik Klinik: Aplikasi Dasar-dasar Praktik Kebidanan. . Salemba Medika: Jakarta Stevens, P.J.M, Bordui .F, dan Van der Weyde J.A.G. 1999. Ilmu Keperawatan jilid 2, Edisi 2. . EGC: Jakarta