Anda di halaman 1dari 9

Perlapisan Konvolut

Perlapisan konvolut (convolute bedding), yang disebut juga laminasi konvolut (convolute
lamination) atau slip bedding, merupakan struktur deformasi yang masih menjadi teka-teki. Rich
(1950) menamakan struktur itu sebagai kontorsi intrastrata (intra-stratal contortion). Penamaan
seperti itu agaknya lebih sesuai untuk memaparkan fenomena tersebut. Perlapisan konvolut
memang merupakan kontorsi intrastrata dan hanya melibatkan laminasi yang ada di bagian
dalam suatu lapisan, namun tidak melibatkan bidang perlapisan.
Perlipatan konvolut (convolute folding) agaknya hanya ditemukan dalam lapisan lanau kasar dan
pasir halus dengan ketebalan 225 cm. Dalam lapisan seperti itu, baik yang disusun oleh material
gampingan maupun material silikaan, terdapat himpunan lipatan yang kompleks. Individu-
individu laminasi dapat ditelusuri dari satu lipatan ke lipatan lain, meskipun banyak juga
ditemukan ketidakselarasan kecil. Secara umum, sinklin cenderung lebar dan berbentuk-U,
sedangkan antiklin yang terletak diantara dua sinklin ketat dan memperlihatkan kehadiran
puncak lipatan. Lipatan konvolut cenderung menghilang ke atas dan ke bawah lapisan. Pada
beberapa kasus, antiklin tampak terpancung oleh erosi.
Distorsi-distorsi tersebut di atas bukan merupakan lipatan biasa karena pola bidang perlapisan
tidak memperlihatkan kesinambungan puncak lapisan. Struktur itu merupakan sederetan kubah
dan cekungan yang tajam. Pola itu mengindikasikan suatu sistem pergerakan vertikal yang
kompleks, bukan displacement lateral. Geometri struktur itu, bersama-sama dengan
penyebarannya yang hanya terbatas pada suatu lapisan serta hanya terjadi pada material dengan
ukuran tertentu (lanau kasar atau pasir halus), agaknya mengindikasikan bahwa struktur itu
terbetnuk akibatinternal readjustment material tersebut ketika masih berada dalam keadaan likat
atau hampir likat.
Banyak teori diajukan untuk menjelaskan struktur itu (lihat Potter & Pettijohn, 1963) dan
agaknya tidak satupun teori itu memuaskan semua pihak. Perlapisan konvolut umumnya
berasosiasi dengan lanau dan pasir yang mengandung gelembur, dimana ripple bedding itu
sendiri tersungkupkan, bahkan mengalami pembalikan. Hal lain yang masih menjadi
permasalahan adalah perbedaan antara perlapisan konvolut yang sebenarnya dengan struktur
deformasi lain.


ARUS TURBIDIT
Turbidit didefinisikan oleh Keunen dan Migliorini (1950) sebagai suatu sedimen yang
diendapkan oleh mekanisme arus turbidit, sedangkan arus turbidit itu sendiri adalah suatu arus
yang memiliki suspensi sedimen dan mengalir pada dasar tubuh fluida, karena mempunyai
kerapatan yang lebih besar daripada cairan tersebut.
Endapan turbidit mempunyai karakteristik tertentu yang sekaligus dapat dijadikan sebagai ciri
pengenalnya. Namun perlu diperhatikan bahwa ciri itu bukan hanya berdasarkan suatu sifat
tunggal sehingga tidak bisa secara langsung untuk mengatakan bahwa suatu endapan adalah
endapan turbidit. Hal ini disebabkan banyak struktur sedimen tersebut, yang juga berkembang
pada sedimen yang bukan turbidit.

Litologi dan Struktur
Karakteristik endapan turbidit pada dasarnya dapat dikelompokan ke dalam dua bagian besar
berdassarkan litologi dan struktur sedimen, yaitu :
Karakteristik Litologi
Terdapat perselingan tipis yang bersifat ritmis antar batuan berbutir relatif kasar dengan batuan
yang berbutir relatif halus, dengan ketebalan lapisan beberapa milimeter sampai beberapa puluh
centimeter. Umumnya perselingan antar batupasir dan serpih. Batas atas dan bawah
lapisan planar, tanpa adanya scouring.
Pada lapisan batuan berbutir kasar memiliki pemilahan buruk dan mengandung mineral-mineral
kuarsa, feldspar, mika, glaukonit, juga banyak didapatkan matrik lempung. Kadang-kadang
dijumpai adanya fosilrework, yang menunjukan lingkungan laut dangkal.
Pada beberapa lapisan batupasir dan batulanau didapatkan adanya fragmen tumbuhan.
Kontak perlapisan yang tajam, kadang berangsur menjadi endapan pelagik.
Pada perlapisan batuan, terlihat adanya struktur sedimen tertentu yang menunjukan proses
pengendapannya, yaitu antara lain perlapisan bersusun, planar, bergelombang, konvolut, dengan
urut-urutan tertentu.
Tak terdapat struktur sedimen yang memperlihatkan ciri endapan laut dangkal maupun fluvial.
Sifat-sifat penunjukan arus akan memperlihatkan pola aliran yang hampir seragam saat suplai
terjadi.
Karakteristik Struktur sedimen
Menurut Bouma (1962) dalam hal pengenalan endapan turbidit salah satu ciri yang penting
adalah struktur sedimen, karena mekanisme pengendapan arus turbidit memberikan karakteristik
sedimen tertentu. Banyak klasifikasi struktur sedimen hasil mekanisme arus turbid, salah satunya
karakteristik genetik dari Selly (1969). Selly (1969) mengelompokan struktur sedimen menjadi 3
berdasarkan proses pembentukannya :
Struktur Sedimen Pre-Depositional
Merupakan struktur sedimen yang terjadi sebelum pengendapan sedimen, yang berhubungan
dengan proses erosi oleh bagian kepala (head) dari suatu arus turbid (Middleton, 1973).
Umumnya pada bidang batas antara lapisan batupasir dan serpih. Beberapa struktur sedimen
yang antara lain flute cast, groove cast.
Struktur Sedimen Syn-Depositional
Struktur yang terbentuk bersamaan dengan pengendapan sedimen, dan merupakan struktur yang
penting dalam penentuan suatu endapan turbidit. Beberapa struktur sedimen yang penting
diantaranya adalah perlapisan bersusun,planar, dan perlapisan bergelombang.
Struktur Sedimen Post-Derpositional
Struktur sedimen yang dibentuk setelah terjadi pengendapan sedimen, yang umumnya
berhubungan dengan proses deformasi. Salah satunya struktur load cast.
Karakteristik-karakteristik tersebut tidak selalu harus ada pada suatu endapan turbidit. Dalam hal
ini lebih merupakan suatu alternatif, mengingat bahwa suatu endapan turbidit juga dipengaruhi
oleh faktor-faktor lainnya yang akan memberikan ciri yang berbeda dari suatu tempat ke tempat
lain.Umumnya struktur sedimen yang ditemukan pada endapan turbidit adalah struktur sedimen
yang terbentuk karena proses sedimentasi, terutama yang terjadi karena proses pengendapan
suspensi dan arus.
Sekuen Bouma
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Sekuen Bouma.
Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval (Ta-Te), peralihan antara satu interval ke
interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu

Gradded Interval (Ta)
Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir
kadang-kadang sampai kerikil atau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau
hilang sama sekali apabila batupasirnya memiliki pemilahan yang baik. Tanda-tanda struktur
lainnya tidak tampak.
Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval
dibawahnya umumnya secara berangsur.
Interval of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20
cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya. (Interval Tb).
Upper Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan.
Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan lempung,
kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.

Pelitic Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke arah
tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang foraminifera makin
sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini
sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik.
Kipas bawah laut
Dari penelitian fasies turbidit, maka dilakukan pembuatan suatu model kipas
bawah laut (sebagai contoh gambar diatas merupakan kipas bawah laut tipe eagle), yang
merupakan asosiasi dari beberapa fasies. Dari model tersebut diharapkan dapat diketahui arah
pengendapan serta letak dari suatu endapan turbidit. Walker dan Mutti (1973) telah
mengemukakan suatu model, yaitu model kipas laut dalam dan hubungannya dengan fasies
turbidit. Walker (1978) kemudian menyedehanakannya menjadi 5 fasies, yaitu :
Fasies Turbidit Klasik (Classical Turbidite, CT)
Fasies ini pada umumnya terdiri dari perselingan antara batupasir dan serpih/batulempung
dengan perlapisan sejajar tanpa endapan channel. Struktur sedimen yang sering dijumpai adalah
perlapisan bersusun, perlapisan sejajar, dan laminasi, konvolut. Lapisan batupasir menebal ke
arah atas. Pada bagian dasar batupasir dijumpai hasil erosi akibat penggerusan arus turbidit (sole
mark) dan dapat digunakan untuk menentukan arus turbidit purba.
Fasies Batupasir masif (Massive Sandstone, MS)
Fasies ini terdiri dari batupasir masif, kadang-kadang terdapat endapan channel, ketebalan 0,5-5
meter, struktur mangkok/dish structure. Fasies ini berasosiasi dengan kipas laut bagian tengah
dan atas.

Fasies Batupasir Kerakalan (Pebbly Sandstone, PS)
Fasies ini terdiri dari batupasir kasar, kerikil-kerakal, struktur sedimen memperlihatkan
perlapisan bersusun, laminasi sejajar, tebal 0,5 5 meter. Berasosiasi dengan channel,
penyebarannya secara lateral tidak menerus, penipisan lapisan batupasir ke arah atas dan urutan
Bouma tidak berlaku.
Fasies Konglomeratan (Clast Supported Conglomerate, CGL)
Fasies ini terdiri dari batupasir sangat kasar, konglomerat, dicirikan oleh perlapisan bersusun,
bentuk butir menyudut tanggung-membundar tanggung, pemilahan buruk, penipisan lapisan
batupasir ke arah atas, tebal 1-5 m. Fasies ini berasosiasi dengan sutrafanlobes dari kipas tengah
dan kipas atas.
Fasies Lapisan yang didukung oleh aliran debris flow dan lengseran (Pebbly mudstone, debris
flow, slump and slides, SL).
Fasies ini terdiri dari berbagai kumpulan batuan, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah-bongkah
yang terkompaksi. Fasies ini berasosiasi dengan lingkungan pengendapan kipas atas.
Berikut merupakan salah satu contoh sekuen sedimentasi yang digenerasi oleh arus turbidit
densitas tinggi pasir-gravel :






Pada gambar ini, menjelaskan bahwa pada lapisan batuan terjadi gaya tekanan dari arah
samping(Convensional), yang mengakibatkan terbentuk lipatan pada batuan, akibat adanya
lipatan tersebut material yang terdapat dibagian atas lipatan tersebut otomatis mengikuti gaya
gravitasi sehingga material yang diatasnya ikut runtuh kebawah, kemudian pada gambar ini
adanya gaya tektonik yaitu sesar atau pergeseran pada lapisan batuan yang mengakibatkan
material-material batuan tersebut terkikis atau runtuh, runtuhan material batuan tersebut
kemudian terendapkan dan terlitifikasi seiring berjalannya waktu, pada saat itulah terbentuk
batuan sedimen breksi. Struktur ini termasuk struktur sekunder.
n
Gambar .A

Pada gambar A menunjukan bahwa gambar ini termasuk dalam struktur sekunder.Di gambar
juga terlihat adanya perlapisan




Gambar .B
Pada gambar B menjelaskan bahwa pada lapisan batuan ini terdapat struktur convolute bedding
( lapisan konvolut ) yang biasanya berada pada batuan lanauan dan batu pasir, pada struktur di
atas terlihat adanya proses erosi yang terjadi akibat pasang surut air laut sehingga terbentuknya
lapisan yang tidak selaras (unconformity), struktur diatas juga disebabkan adanya gaya
compression sehingga lapisan tersebut mengalami perlipatan pada lapisan tersebut. Struktur ini
termasuk struktur sedimen primer.






Gambar c.
Bouma (1962) memberikan urutan ideal endapan turbidit yang dikenal dengan Sekuen Bouma.
Bouma Sequence yang lengkap dibagi 5 interval (Ta-Te), peralihan antara satu interval ke
interval berikutnya dapat secara tajam, berangsur, atau semu, yaitu
Gradded Interval (Ta)
Merupakan perlapisan bersusun dan bagian terbawah dari urut-urutan ini, bertekstur pasir
kadang-kadang sampai kerikil atau kerakal. Struktur perlapisan ini menjadi tidak jelas atau
hilang sama sekali apabila batupasirnya memiliki pemilahan yang baik. Tanda-tanda struktur
lainnya tidak tampak.
Lower Interval of Parallel Lamination (Tb)
Merupakan perselingan antara batupasir dengan serpih atau batulempung, kontak dengan interval
dibawahnya umumnya secara berangsur.
Interval of Current Ripple Lamination (Tc)
Merupakan struktur perlapisan bergelombang dan konvolut. Ketebalannya berkisar antara 5-20
cm, mempunyai besar butir yang lebih halus daripada kedua interval dibawahnya. (Interval Tb).
Upper Interval of Parallel Lamination (Td)
Merupakan lapisan sejajar, besar butir berkisar dari pasir sangat halus sampai lempung lanauan.
Interval paralel laminasi bagian atas, tersusun perselingan antarabatupasir halus dan lempung,
kadang-kadang lempung pasirannya berkurang ke arah atas. Bidang sentuh sangat jelas.

Pelitic Interval (Te)
Merupakan susunan batuan bersifat lempungan dan tidak menunjukan struktur yang jelas ke arah
tegak, material pasiran berkurang, ukuran besar butir makin halus, cangkang foraminifera makin
sering ditemukan. Bidang sentuh dengan interval di bawahnya berangsur. Diatas lapisan ini
sering ditemukan lapisan yang bersifat lempung napalan atau yang disebut lempung pelagik.

Anda mungkin juga menyukai