Hubungan antara Status Gizi dengan Episode Diare pada Anak Berusia 1-5 Tahun dan Faktor-
Faktor Lain yang Berhubungan
di Puskesmas Jelambar I dan Jelambar II Juni 2014
Muhammad Adib Thaqif, Norfaizah Nadiah, Nur Anis
Abstrak Diare masih menjadi satu masalah kesehatan pada anak balita di negara yang berkembang terutama Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan episode diare pada anak balita. Penelitian ini menggunakan studi cross sectional yang dilaksanakan di puskesmas-puskesmas Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat pada tanggal 16 Juni hingga 20 Juni 2014. Populasi terjangkau adalah semua pengunjung Puskesmas Kelurahan Jelambar I dan Jelambar II yang berusia 1-5 tahun. Sampel adalah 104 pengunjung yang memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara metode consecutive sampling di puskesmas-puskesmas Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara, kuesioner, dan mengukur status gizi anak bawah lima tahun (berat badan dan tinggi badan). Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa 18.3% mempunyai episode diare 2 kali atau lebih, 33.7% mempunyai episode diare 1 kali, dan 48.1% yang tidak pernah mengalami episode diare. Uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara episode diare dengan status gizi anak balita, status imunisasi, sikap ibu, perilaku ibu, sarana limbah dan jamban, hiegene perorangan ibu dan kondisi rumah. Tidak terdapat hubungan bermakna antara episode diare dengan pendidikan ibu dan pengetahuan ibu.
Kata Kunci : diare, episode diare, status gizi, anak balita, hiegene, imunisasi, sikap ibu, perilaku ibu
Abstract Diarrhea has and still becomes a health issue for children age 1-5 years in deveoping countries, especially Indonesia, according to the result from Riskesdas in the year 2007. This study is made to identify the factors associated to the frecuencies of diarrhea on children age 1-5 years. This study used a cross-sectional study conducted at two Puskesmas of Kelurahan Jelambar , West Jakarta on June 16 until June 20, 2014. Affordable population is all visitors aged 1-5 years of Puskesmas Jelambar I and Jelambar II. The samples were 104 visitors who meet the inclusion criteria and selected by consecutive sampling method in Puskesmas of Kelurahan Jelambar, West Jakarta. Data was collected by conducting interviews, questionnaires, and measuring the nutritional status of children under five years old (weight and height). The results obtained showed that 18.3% had episodes of diarrhea 2 times or more, 33.7% had 1 episodes of diarrhea, and 48.1% who have never experienced an episode of diarrhea. Statistical tests indicate that there is a relationship between episodes of diarrhea and nutritional status of children under five, immunisation status, maternal attitudes, maternal behavior, sewage, mothers hygiene and condition of the house. There was no significant association between episodes of diarrhea with maternal education and the mother's knowledge. Keywords : diarrhea, episodes of diarrhea, nutritional status, children under five, hygiene, immunization, maternal attitudes, maternal behavior
e-mail: avian77camelot@yahoo.com.my
Latar Belakang
Diare hingga saat ini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian di hampir seluruh daerah geografis dan semua kelompok usia di dunia. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, diare telah menjadi penyebab kematian kedua terbesar pada bayi dan balita dengan peratusan sebesar 15% setelah pneumonia (18%). Di negara-negara yang berkembang, anak-anak dapat menderita diare sebanyak lebih dari 12 kali per tahun sehingga dapat menjadi penyebab kematian sebesar 15- 34% dari semua penyebab kematian. Pada survei tahun 2000 yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal P2MPL Departemen Kesehatan di 10 provinsi, didapatkan hasil bahwa dari 18.000 rumah tangga yang disurvei, dengan pengambilan sampel sebesar 13.440 anak balita, hasil kejadian diare pada balita rata-rata sebanyak 1,3 episode kejadian diare pertahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan penyebab kematian bayi di Indonesia akibat diare adalah sebesar 31.4%. Di Indonesia dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian diare per tahun pada balita, sehingga secara keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada balita berkisar antara 40 juta setahun dengan kematian sebanyak 200.000-400.000 balita. 1,2
Berdasarkan Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun 2000 hingga 2010, terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 incidence rate penyakit diare didapatkan sebanyak 301/1000 penduduk, menaik pada tahun 2003 menjadi 374/1000 penduduk, meningkat lagi pada tahun 2006 menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar Biasa diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2010 terjadi KLB di 33 Kecamatan dengan jumlah kasus 4204 orang, dengan kematian 239 orang (Case Fatality Rate 1.74%). Pada balita sendiri, Departemen Kesehatan telah mendapatkan angka kesakitan yang tinggi walaupun tidak mempunyai pola kenaikan atau penurunan sehingga pada tahun 2010 didapatkan angka kesakitan diare balita mencapai 1310/1000 penduduk per tahun, menunjukkan anak balita dapat mengalami episode diare yang berulang. 3
Secara nasional, prevalensi berat- kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang, menunjukkan peningkatan prevalensi dibandingkan tahun 2007 (18.4%) dan 2010 (17.9%). Atas dasar sasaran MDG 2015, terdapat tiga propinsi yang memiliki prevalensi gizi buruk-kurang sudah mencapai sasaran yaitu: (1) Bali, (2) DKI Jakarta dan (3) Bangka Belitung. Di kelurahan Jelambar, tidak didapatkan prevalensi diare dan status gizi yang dapat diperhatikan pada tahun 2013. 3
Status gizi diperkirakan memberikan pengaruh pada pelbagai penyakit. Status gizi yang rendah dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak, terganggunya pertumbuhan badan, menurunnya daya kerja, gangguan perkembangan mental dan kecerdasan serta terdapatnya berbagai jenis penyakit tertentu seperti infeksi saluran pernafasan atas dan diare. Beberapa faktor lain yang berkaitan dengan kejadian diare adalah tidak mencukupinya sarana air bersih, pembuangan tinja yang tidak higienis, kebersihan perorangan dan lingkungan yang jelek. Dampak yang dapat diakibatkan oleh keadaan sakit termasuk diare adalah kejadian growth faltering atau kegagalan pertumbuhan pada bayi dan balita. Growth faltering mengakibatkan terjadinya stunting atau underweight yang terjadi pada periode waktu yang singkat yaitu sebelum lahir hingga kurang lebih umur 2 tahun.. Keadaan malnutrisi pada bayi berhubungan dengan tingkat keparahan diare. 4-8
Metode Penelitian Desian penelitian ini adalah bersifat deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional untuk mempelajari hubungan status gizi anak dan faktor lain yang berhubungan (pengetahuan, sikap dan perilaku ibu dan anak, higiene ibu dan anak, sanitasi lingkungan, sarana air bersih dan imunisasi campak) dengan episode diare anak dalam 3 bulan terakhir pada anak balita di Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Penelitian ini dilakukan pada periode 16 Juni 2014 hingga 20 Juni 2014 di puskesmas Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Populasi dalam penelitian yang dilakukan ini adalah seluruh anak berusia 1 hingga 5 tahun yang pernah berobat di Puskesmas Kelurahan Jelambar I dan II, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Untuk mengelakkan resiko daripada responden yang mengisi kuesioner secara tidak lengkap atau tidak mahu diwawancara pada saat wawancara, didapatkan besar sampel sekitar 104 orang anak balita di Kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutive sampling yaitu metode di mana semua subyek yang datang secara berurutan dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan ke dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Kriteria inklusi adalah semua anak berusia 1 tahun hingga 5 tahun yang datang berobat ke puskesmas atau posyandu Jelambar I dan II dan mempunyai anak yang kooperatif. Kriteria ekslusi termasuk anak dengan gangguan retardasi mental, kelainan organ saluran cerna, anak dengan penyakit penyerta yang berat, anak dengan gangguan sistem imun, pemakaian kortikosteroid jangka panjang, penyakit keganasan dan ibu yang menolak permintaan dijadikan sampel. Dalam penelitian ini dijadikan variabel bebas beberapa faktor seperti status gizi, pengetahuan ibu tentang diare, pemberian ASI, higiene perorangan, sarana jamban dan kondisi rumah, sikap ibu terhadap tentang diare, pemberian ASI, higiene perorangan, sarana jamban dan kondisi rumah, perilaku ibu berdasarkan pengetahuan tentang diare, pemberian ASI, higiene perorangan, sarana jamban dan kondisi rumah, imunisasi, sarana jamban, kondisi rumah, higiene perorangan. Variabel terikat adalah kejadian episode diare pada anak balita di kelurahan Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat. Pengumpulan data dengan mengukur berat badan dengan timbangan berat badan, mengukur tinggi badan dengan meteran atau microtoise, dan kuesioner. Terhadap data-data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa proses editing, verifikasi, dan koding. Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan menggunakan program SPSS. Data yang didapat akan disajikan dalam bentuk tekstular dan tabuler. Terhadap data yang telah disajikan, dilakukan analisis dengan cara uji statistik analisis univariat dan bivariat. Kemudian data diinterpretasikan secara deskriptif dan analitik antar variabel-variabel yang telah ditentukan.
Hasil Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Jelambar I, dan Puskesmas Kelurahan Jelambar 2 mengenai status gizi anak balita, status imunisasi anak, pendidikan ibu, pengetahuan, sikap dan perilaku ibu, sarana air bersih serta air limbah dan kondisi rumah terhadap episode diare balita dalam tiga bulan terakhir pada Periode 16 20 Juni 2014 dengan jumlah sampel adalah 104 responden yang diperoleh dengan cara consecutive sampling diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi Episode Diare di Puskesmas Kelurahan Jelambar I dan II, Jakarta Barat Episode Diare Frekuensi Persentase 0 Kali 50 48.1% 1 Kali 35 33.7% 2 Kali Atau Lebih 19 18.3%
Prevalensi diare pada anak berusia 1 hingga 5 tahun di Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat masih tinggi (48.1%). Hasil ini didapatkan dengan menilai episode diare yang terjadi sekurangnya satu kali dalam tempoh 3 bulan terakhir (April, Mei dan Juni 2014) dari sini dapat terlihat bahawa prevalensi diare ini sesuai dengan pernyataan DirJen P2MPL Depkes yang memperlihatkan angka kesakitan diare pada tahun 2007 sebanyak 423 kasus per 1000 penduduk dengan jumlah kasus yang cukup tinggi (10.980 penderita). Di sini dapat diperlihatkan sebanyak 19% mengalami episode diare sebanyak 2 kali atau lebih dalam tempoh 3 bulan terakhir.
Tabel 2. Hubungan antara Episode Diare dengan Status Gizi Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Status Gizi Baik 30 27 6 63 Kurang 20 8 13 41 Total 50 35 19 104
Dari perhitungan BB/TB berdasarkan grafik WHO-NCHS, dapat diperlihatkan bahawa status gizi anak di Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat mempunyai prevalensi status gizi baik yang masih tinggi (60.6%) dibandingkan dengan status gizi yang kurang (39.4%). Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square, diperolehkan kesimpulan bahawa ada hubungan yang bermakna antara episode diare dengan status gizi balita dengan nilai P sebesar 0.005. Nilai yang didapatkan adalah sesuai dengan penelitian Irshad pada tahun 2014, bahwa terjadinya interaksi antara episode diare dengan status gizi balita.
Tabel 3. Hubungan antara Episode Diare dengan Status Imunisasi Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Status Imunisasi Baik 7 15 7 29 Kurang 22 16 3 41 Buruk 21 4 9 34 Total 50 35 19 104
Dari responden, diperolehkan data status imunisasi campak anak Balita yang terbanyak adalah dengan pengambilan imunisasi campak sebanyak 1 kali sebesar 39.4%, imunisasi campak sebanyak 2 kali sebesar 32.7% dan tidak pernah mendapat imunisasi sebesar 27.9%. Setelah dilakukan uji statistik Chi Square, diperoleh kesimpulan bahawa ada hubungan yang bermakna antara episode diare dengan status imunisasi campak anak dengan nilai p sebesar 0.001. Dengan pemberian imunisasi campak, anak mempunyai kekebalan tubuh terhadap campak yang sering menimbulkan gejala diare sehingga mengakibatkan dehidrasi yang berat. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Cahyono pada tahun 2003 di mana berdasarkan penelitian ini, terdapat hubungan yang bermakna antara imunisasi campak dengan kejadian diare pada balita.
Tabel 4. Hubungan antara Episode Diare dengan Pendidikan Ibu Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Pendidikan Ibu Tinggi 11 10 7 28 Sedang 24 16 8 48 Rendah 15 9 4 28 Total 50 35 19 104
Dari responden, diperoleh data status pendidikan ibu yang terbanyak adalah pada pendidikan ibu bertahap sedang sebesar 47.1%, pendidikan taraf tinggi sebesar 26.0% dan pendidikan taraf rendah sebesar 26.9%. Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square, diperoleh bahawa tidak ada hubungan yang bermakna antara episode diare dengan taraf pendidikan ibu dengan nilai p sebesar 0.469. Nilai ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Sambirejo pada tahun 2009 di mana penelitian ini menunjukkan hubungan yang bermakna antara taraf pendidikan ibu dengan episode diare. Dikatakan bahawa masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi lebih berorientasikan pada tindakan preventif, mengetahui lebih banyak mengenai masalah kesehatan dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. Dapat diperlihatkan bahawa tingkat kesadaran masyarakat dengan pendidikan rendah sudah mulai meningkat sehingga tidak memberikan hubungan bermakna antara episode diare dengan taraf pendidikan ibu.
Tabel 5. Hubungan antara Episode Diare dengan Pengetahuan Ibu Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Pengetahuan Ibu Baik 22 18 7 47 Sedang 25 17 10 52 Buruk 3 0 2 5 Total 50 35 19 104
Pada pasien di Puskesmas Kelurahan Jelambar yang berumur diantara 1 hingga 5 tahun ini, didapatkan distribusi diantara tingkat pengetahuan ibu dengan episode diare. Dari 104 sampel, didapatkan 45.2% (47 orang) yang mempunyai tingkat pengetahuan baik, kemudian didapatkan 50% (52 orang) yang mempunyai tingkat pengetahuan sedang lalu 4.8% (5 orang) yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah. Data tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini responden terbanyak mempunyai tingkat pengetahuansedang.Pengetahuan mempengaruhi pola pikir dan tingkat kepercayaan seseorang.Pengetahuan ibu juga menentukan keputusan dalam pemberian jenis nutrisi yaitu jenis makanan kepada anak, perilaku hidup sehat dan atau penggunaan obat pencegahan.Berdasarkan penelitian Wiku Adisasmito (2007), pada aspek pengetahuan ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai hidup sehat merupakan faktor risiko yang menyebabkan penyakit diare pada bayi dan balita. 31 Hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan kejadian episode diare. Hasil uji menggunakan Chi Square didapatkan nilai p > yaitu nilai p sebesar 0.935, X 2 = 0,825 dan ini memberikan hasil H 0 diterima. Tabel 6. Hubungan antara Episode Diare dengan Sikap Ibu Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Sikap Baik 23 7 3 33 Sedang 15 10 6 31 Buruk 12 18 10 40 Total 50 35 19 104
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Di Puskesmas Kelurahan Jelambar didapatkan hasil 38.5% (41 orang ) daripada 104 sampel yang diambil mempunyai sikap yang buruk. Hal ini menunjukkan bahwa responden kebanyakannya mempunyai penjagaan higiene yang kurang. Dari hasil tersebut dilakukan Chi-Square dan diperoleh nilai p = 0.035, X 2 = 10.314. uji statistik ini menunjukkan terdapatnya hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan episode diare. Menurut Novie E dkk, tahun 2010 menyatakan bahwa sikap ibu yang buruk atau tidak mendukung terhadap kebersihan balita dan sanitasi lingkungan dapat meningkatkan kejadian diare sebanyak 3.5 kali dibandingkan dengan ibu yang bersikap mendukung.
Tabel 7. Hubungan antara Episode Diare dengan Perilaku Ibu Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Perilaku Ibu Baik 25 9 3 37 Sedang 19 12 7 38 Buruk 6 14 9 29 Total 46 35 19 104
Untuk mencari hubungan antara perilaku ibu dan epsiode diare pada anak berusia satu sampi lima tahun, diberikan pertanyaan melalui kuesioner mengenai kebiasaan ibu dalam berperilaku hidup sehat. Dari kuesioner perilkau ibu dibagikan menjadi 3 jenis berdasarkan sistem skoring yaitu perilaku baik, sedang, buruk. Presentase yang diperoleh adalah pasien yang dengan perilaku baik 35.6% (37 orang), yang berperilaku sedang sebesar 36.5% (38 orang) dan yang berperilaku buruk adalah sebanyak 27.9% (29 orang). Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan bermakna antara perilaku ibu dengan episode diare dengan didapatkan nilai p 0.005 dan X 2
15.00. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mutia Imro pada tahun 2012, menunjukkan adanya hubungan antara perilaku ibu dengan episode diare pada anak p value 0.003 dan odds ratio ibu sebesar 4.3 dengan 95% CI antara 1.7-10.5.
Tabel 8. Hubungan antara Episode Diare dengan Sarana Jamban Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Sarana limbah dan jamban Baik 36 22 6 64 Buruk 14 13 13 40 Total 50 35 19 104
Dari responden, diperoleh data sarana limah dan jamban yang baik sebesar 61.5% dan yang buruk sebesar 38.5% dengan angka tertinggi pada episode diare 0 kali dengan sarana limbah dan jamban yang baik yaitu sebesar 34%. Setelah dilakukan uji statistik Chi- Square, diperoleh bahawa adanya hubungan yang bermakna antara episode diare dengan sarana limbah dan jamban dengan nilai p sebesar 0.006. Dengan menggunakan jamban serta terdapat saluran limbah yang baik, dapat terlihat bahawa tidak adanya faktor resiko infeksi bakteri atau virus pada saluran cerna sehingga mengurangi angka kejadian diare pada anak. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Koto Tengah, Kota Padan Sumatera Barat pada tahun 2003 di mana terdapat hubungan yang bermakna sebesar 0.0001 antara sarana limbah dan jamban dengan episode diare pada anak balita.
Tabel 9. Hubungan antara Episode Diare dengan Higiene Perorangan Ibu Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Higiene Perorangan Ibu Baik 39 24 6 69 Buruk 11 11 13 35 Total 50 35 19 104
Dari responden, diperoleh data higiene perorangan ibu yang baik sebesar 66.3% dan higiene perorangan ibu yang buruk sebesar 33.7% dengan memperlihatkan higiene yang baik dengan tiadanya diare yaitu sebanyak 39 Balita. Ini sesuai dengan teori di mana kebersihan yang dijaga oleh seorang ibu pada saat menguruskan anak balita dapat mencegah daripada terkena infeksi saluran cerna dengan cara membasuh tangan dengan sabun sesuai dengan 7 langkah mencuci tangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang hampir sama yang dilakukan di Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan, Kalimantan Tengah yang memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara episode diare dengan higiene perorangan ibu.
Tabel 10. Hubungan antara Episode Diare dengan Kondisi Rumah Episode Diare 0 Kali 1 Kali 2 Kali Total Kondisi Rumah Baik 35 25 7 67 Buruk 15 10 12 37 Total 50 35 19 104
Dari responden, diperoleh data kondisi rumah yang baik sebesar 64.4% dan kondisi rumah yang buruk sebesar 35,6% dengan memperlihatkan jumlah terbanyak pada kondisi rumah yang baik dengan tiadanya diare yaitu sebesar 35 Balita. Kondisi rumah terutama lantai rumah yang kering, sering dibersihkan dan dibuat dari seramik lebih cenderung tidak terjadinya diare karena berkurangnya pajanan Balita terhadap bakteri dan virus. Balita yang lebih sering di atas lantai perlu diperhatikan karena cenderung mengisap tangan setelah memegang lantai sehingga mudah terpajan dengan infeksi saluran cerna. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dijalankan di Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir, Kabupaten Kentingan, Kalimantan Tengah yang memperlihatkan adanya hubungan yang bermakna antara episode diare dengan kondisi rumah.
Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kelurahan Jelambar , JakartaBarat tanggal 16 Juni 2014 sehingga 20 Juni 2014 dapat disimpulkan bahwa : Dari total sampel 104 orang yang berusia 1 hingga 5 tahun didapatkan sebanyak 48.1 % (50 orang) dengan tidak terjadi episode diare dalam kurun 3 bulan yang lalu, 33.7% (35 orang) dengan episode diare 1 kali dalam kurun 3 bulan yang lalu dan sebanyak 18.3% (19 orang) dengan 2 kali atau lebih dalam kurun 3 bulan yang lalu. Berdasarkan variable status gizi anak usia 1 sampai 5 tahun didapatkan sebanyak 60.6% (63 orang) dengan status gizi baik manakala sebanyak 39.4% (41 orang) pula mengalami gizi kurang. Didapatkan hubungan yang bermakna antara status gizi anak usia 1 sampai 5 tahun dengan episode diare dengan nilai P = 0.005. Pada status imunisasi anak didapatkan sebanyak 32.7% (34 orang) dengan status imunisasi campak yang baik, 39.4% (41 orang) dengan status imunisasi campak sedang dan selebihnya 27.9% (29 orang) adalah dengan status imunisasi buruk. Berdasarkan faktor imunisasi diperolehi nilai P = 0.002, menunjukkan adanya hubungan bermakna antara status imunisasi dengan episode diare pada anak usia 1 - 5 tahun. Pada faktor tingkat pendidikan ibu diperoleh data sebanyak 26.0% dengan tingkat pendidikan tinggi, 47.1% dengan tingkat pendidikan sedang dan 26.9% dengan tingkat pendidikan rendah. Ditemukan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan episode diare pada anak balita dengan diperolehi nilai P = 0.786 . Berdasarkan faktor pengetahuan ibu, didapatkan sebanyak 45.2% memiliki pengetahuan baik, 50% dengan pengetahuan sedang dan 4.8% dengan pengetahuan buruk. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu dengan episode diare berdasarkan nilai P = 0.435 Pada faktor sikap ibu didapatkan data sebanyak 31.7 % dengan sikap yang baik, 29.8% dengan sikap yang sedang dan 28% dengan sikap ibu yang buruk sehingga diperolehi hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan episode diare dengan hasil statistik P = 0.021 Berdasarkan perilaku ibu terhadap hidup sehat terdapat sebanyak 35.6% dengan perilaku baik, 36.5% dengan perilaku sedang dan 27.9% perilaku buruk. Terdapat hubungan yang signifikant antara tingkat perilaku ibu dengan episode diare anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Jelambar I dan II, Jakarta Barat dengan nilai P = 0.05 Berdasarkan faktor sarana limbah dan jamban terdapat hubungan yang bermakna dengan episode diare pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Jelambar 1 dan II, Jakarta Barat dengan nilai P = 0.008. Berdasarkan faktor higiene perorangan ibu ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara episode diare pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Jelambar I dan II, Jakarta Barat dengan nilai P= 0.001 Berdasarkan fakor kondisi rumah terdapat hubungan yang bermakna antara episode diare pada anak usia 1-5 tahun di Puskesmas Jelambar 1 dan II, Jakarta Barat dengan didapatkan nilai P= 0.021
Saran Penelitian ini hanya dilakukan di kelurahan Jelambar pada periode April hingga Juni 2014, diharapkan peneliti lain dapat melakukan penelitian pada masa akan datang dapat menitikberatkan faktor tempatdan waktu untuk menggambarkan hubungan status gizi dan faktor resiko lainnya dengan episode diare dengan lebih meluas. Untuk mendapatkan hasil kuesioner yang benar tentang variabel-variabel yang diukur, maka setiap pertanyaan haruslah mampu dijawab dan dimengerti oleh responden. Puskesmas Jelambar I dan II dapat melakukan promosi kesehatan melalui puskesmas maupun posyandu. Promosi kesehatan berupa penyeluhan kelompok, penyeluhan massa atau konseling mengenai perilaku hidup bersih dan sehat untuk semua anggota keluarga terutama dengan anak bawah lima tahun. Mealui kegiatan tersebut diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan perbaikan sikap serta perilaku masyarakat sehingga menurukan episode diare. Bekerjasama dengan kader-kader posyandu agar melaporkan status gizi anak yang kurang dan buruk serta kasus diare ke Puskesmas Jelambar I dan II sehingga kasus anak kurang gizi dan kasus diare dapat terdata.
Daftar Pustaka 1. Zubir, Juffrie M, Wibowo T. 2006. Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare Akut pada Anak 0-35 Bulan (BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006. ISSN 1411-6197 : 319-332. 2. Soebagyo. Diare Akut pada Anak. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Press. 2008. 3. Jane S, Vensya S, Nancy D. A., Farida S. Buletin jendela data dan informasi kesehatan: Situasi diare di Indonesia. Kementerian Kesehatan RI; 2011. 4. Sander MA. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika; Vol 2 No.2. 2005. Pp.163-193 5. Depkes RI. Pedoman Pembanterasan Penyakit Diare. Ditjen PPM dan PL. Jakarta. 2005. 6. Mosley W.H, Chen L.C. An analytical framework for the study of child survival in developing countries. Bull World Health Organ. 2003; 81(2): 140145. 7. Fikawati S, Syafiq A, Kusharisupeni, Irawati A, Karima K. Comparison of Lactational Performance of Vegetarian and non-vegetarian Mothers in Indonesia. Faculty of Public Health, University of Indonesia. Mal J Nutr 20(1);15-25, 2014. 8. Hamisah I. Association between nutrition status and the prevalence of acute diarrhea in underfives at district of Klaten. Faculty of Medicine Gajah Mada University Yogyakarta. 2011. 9. Almatsier,S. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama : 2004 10. Jahari, A.B. Review data berat badan dan tinggi badan penduduk Indonesia : 2004 11. Depkes RI. Pemantauan pertumbuhan balita. Jakarta : Direktorat Jenderal bina kesehatan masyarakat. 2002 12. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC. 2002 13. WHO. UNICEF-WHO-The World Bank joint child malnutrition estimates. 2012 14. Depkes, R. I. Buku Pedoman Pelaksanaan Program P2 Diare. Jakarta : Ditjen PPM dan PL. 2000 15. Juffrie M., Soenarto SSY., Oswari H., Arief S., Rosalina I., Mulyani NS. Diare akut. Buku Ajar Gastroenterologi Hepatologi. Jilid 1. Badan Penerbit IDAI. Jakarta; 2010. Hal 87 117. 16. Depkes 2005. Pedoman Pemberantasan Penyakit Diare . Jakarta : Ditjen PPM dan PL. 17. Kliegman Robert, Behrman, Arvin. Acute gastroenteritis. Nelson Textbook of Pediatrics, 18 th edition, Pennyslvania,WB Saunders Company, 2007. Pg 512-17 18. Ghani L. Faktor faktor risiko diare persisten pada anak balita. Pusat penelitan dan pengembangan pemberantasan penyakit tak menular, Badan penelitian dan pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan R.I. 2004 19. Irshad M, Hayat M, Ahmad A, Khalil B, Hussain M. Case fatality rate and Etiological factors of malnutrition in children less than 5 years of age. J Postgrad Med Inst 2014; 28(1):42-8. 20. Heyman MB. Lactose ntolerance in infants, children, and adolescent. Ped. J. 2006: 118, 3, 1279 21. Sinuhaji AB. Intoleransi laktosa. Majalah kedokteran nusantara. 2006: 39, 4, 424 429 22. Lembaga Demografi FE UI. 2000. Dasar-Dasar Demografi . Jakarta : Lembaga Penerbit FE UI. 2000 Sander, M. A.. Hubungan Faktor Sosio Budaya dengan Kejadian Diare di Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika . Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005: 163-193. 23. Widyastuti, P. Epidemiologi Suatu Pengantar , edisi 2. Jakarta : EGC. 2005 24. Wulandri AP. Hubungan Antara Factor Lingkungan Dan Factor Sosiodemografi Dengan Kejadian Diare Pada Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009. 25. Yulisa. Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak balita (studi pada masyarakat ethis dayak kelurahan Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir Kabupaten Kentingan Klaimantan Tengah). Fakultas kesehatan masyarakat universitas Diponegoro. 2008 26. Kasman. Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare pada Balita di Puskesmas Air Dingin Kecamatan Koto Tengah Kota Padan Sumatera Barat Tahun 2003. Medan. Skripsi Universitas Sumatera Utara. 2004 27. Novie E., Angga R. Hubungan sikap ibu tentang sanitasi botol susu dengan kejadian diare pada anak usia 1 - 5 tahun di wilayah kerja Puskesmas Cimahi Selatan. Jurnal Kesehatan Kartika. 2011 28. Soejtningsih. Tumbuh kembang anak. Edisi 2. EGC. Jakarta; 2007 : hal 38 29. Murtianmo WA. Hubungan antara motor ability, tinggi badan, dan panjang lengan terhadap ketrampilan lay up shoot bolabasket siswa putra SMA N1 Depok Slemen, Yogyajakarta. 2008: 32 30. James A et all. Defining Episodes of Diarrhoea: Results from aThree- country Study in Sub-Saharan Africa.J HEALTH POPUL NUTR 2006 Mar;24(1):8-16 2006 ICDDR,B: Centre for Health and Population Research. ISSN 1606-0997 31. Atikah P. Gambaran imunisasi dasar pada bayi umur 0-9 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kassi-kassi, kelurahan Mappala, Kota Makassar. 2010: 48 32. Adisasmito W. Faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia. MAKARA, Kesehatan. Vol 11. No 1. Juni 2007: 1-10 33. Mutia I.A. Hubungan antara status gizi, ASI ekslusif dan faktok lain terhadap frekuensi diare pada anak usia 10-23 bulan Puskesmas Tugu, Depok. Fakultas ilmu kesehatan masyarakat UI. Juni 2012 34. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. Jakarta: 2013. 35. Ringkasan kajian. Gizi Ibu dan Anak. UNICEF Indonesia. Jakarta: Oktober 2012. http://www.unicef.org/indonesia/id/A6 _-_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf Diunduh tanggal 23 Juni 2014.