Anda di halaman 1dari 10

Hubungan antara Status Gizi dengan Episode Diare pada Anak Berusia 1-5 Tahun dan Faktor-

Faktor Lain yang Berhubungan


di Puskesmas Jelambar I dan Jelambar II
Juni 2014

Muhammad Adib Thaqif, Norfaizah Nadiah, Nur Anis

Abstrak
Diare masih menjadi satu masalah kesehatan pada anak balita di negara yang berkembang terutama
Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-
faktor yang berhubungan dengan episode diare pada anak balita. Penelitian ini menggunakan studi
cross sectional yang dilaksanakan di puskesmas-puskesmas Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat pada
tanggal 16 Juni hingga 20 Juni 2014. Populasi terjangkau adalah semua pengunjung Puskesmas
Kelurahan Jelambar I dan Jelambar II yang berusia 1-5 tahun. Sampel adalah 104 pengunjung yang
memenuhi kriteria inklusi dan dipilih secara metode consecutive sampling di puskesmas-puskesmas
Kelurahan Jelambar, Jakarta Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara,
kuesioner, dan mengukur status gizi anak bawah lima tahun (berat badan dan tinggi badan). Hasil
yang didapatkan menunjukkan bahwa 18.3% mempunyai episode diare 2 kali atau lebih, 33.7%
mempunyai episode diare 1 kali, dan 48.1% yang tidak pernah mengalami episode diare. Uji statistik
menunjukkan bahwa ada hubungan antara episode diare dengan status gizi anak balita, status
imunisasi, sikap ibu, perilaku ibu, sarana limbah dan jamban, hiegene perorangan ibu dan kondisi
rumah. Tidak terdapat hubungan bermakna antara episode diare dengan pendidikan ibu dan
pengetahuan ibu.

Kata Kunci : diare, episode diare, status gizi, anak balita, hiegene, imunisasi, sikap ibu, perilaku ibu

Abstract
Diarrhea has and still becomes a health issue for children age 1-5 years in deveoping countries,
especially Indonesia, according to the result from Riskesdas in the year 2007. This study is made to
identify the factors associated to the frecuencies of diarrhea on children age 1-5 years. This study
used a cross-sectional study conducted at two Puskesmas of Kelurahan Jelambar , West Jakarta on
June 16 until June 20, 2014. Affordable population is all visitors aged 1-5 years of Puskesmas
Jelambar I and Jelambar II. The samples were 104 visitors who meet the inclusion criteria and
selected by consecutive sampling method in Puskesmas of Kelurahan Jelambar, West Jakarta. Data
was collected by conducting interviews, questionnaires, and measuring the nutritional status of
children under five years old (weight and height). The results obtained showed that 18.3% had
episodes of diarrhea 2 times or more, 33.7% had 1 episodes of diarrhea, and 48.1% who have never
experienced an episode of diarrhea. Statistical tests indicate that there is a relationship between
episodes of diarrhea and nutritional status of children under five, immunisation status, maternal
attitudes, maternal behavior, sewage, mothers hygiene and condition of the house. There was no
significant association between episodes of diarrhea with maternal education and the mother's
knowledge.
Keywords : diarrhea, episodes of diarrhea, nutritional status, children under five, hygiene,
immunization, maternal attitudes, maternal behavior

e-mail: avian77camelot@yahoo.com.my

Latar Belakang

Diare hingga saat ini masih menjadi
salah satu penyebab utama kesakitan dan
kematian di hampir seluruh daerah geografis
dan semua kelompok usia di dunia. Menurut
World Health Organization (WHO) pada
tahun 2008, diare telah menjadi penyebab
kematian kedua terbesar pada bayi dan balita
dengan peratusan sebesar 15% setelah
pneumonia (18%). Di negara-negara yang
berkembang, anak-anak dapat menderita diare
sebanyak lebih dari 12 kali per tahun sehingga
dapat menjadi penyebab kematian sebesar 15-
34% dari semua penyebab kematian. Pada
survei tahun 2000 yang dilakukan oleh
Direktorat Jenderal P2MPL Departemen
Kesehatan di 10 provinsi, didapatkan hasil
bahwa dari 18.000 rumah tangga yang
disurvei, dengan pengambilan sampel sebesar
13.440 anak balita, hasil kejadian diare pada
balita rata-rata sebanyak 1,3 episode kejadian
diare pertahun. Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan
penyebab kematian bayi di Indonesia akibat
diare adalah sebesar 31.4%. Di Indonesia
dilaporkan terdapat 1,6 sampai 2 kejadian
diare per tahun pada balita, sehingga secara
keseluruhan diperkirakan kejadian diare pada
balita berkisar antara 40 juta setahun dengan
kematian sebanyak 200.000-400.000 balita.
1,2

Berdasarkan Subdit Diare,
Departemen Kesehatan dari tahun 2000 hingga
2010, terlihat kecenderungan insidens naik.
Pada tahun 2000 incidence rate penyakit diare
didapatkan sebanyak 301/1000 penduduk,
menaik pada tahun 2003 menjadi 374/1000
penduduk, meningkat lagi pada tahun 2006
menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010
menjadi 411/1000 penduduk. Kejadian Luar
Biasa diare juga masih sering terjadi, dengan
CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2010
terjadi KLB di 33 Kecamatan dengan jumlah
kasus 4204 orang, dengan kematian 239 orang
(Case Fatality Rate 1.74%). Pada balita
sendiri, Departemen Kesehatan telah
mendapatkan angka kesakitan yang tinggi
walaupun tidak mempunyai pola kenaikan atau
penurunan sehingga pada tahun 2010
didapatkan angka kesakitan diare balita
mencapai 1310/1000 penduduk per tahun,
menunjukkan anak balita dapat mengalami
episode diare yang berulang.
3

Secara nasional, prevalensi berat-
kurang pada tahun 2013 adalah 19,6%, terdiri
dari 5,7% gizi buruk dan 13,9% gizi kurang,
menunjukkan peningkatan prevalensi
dibandingkan tahun 2007 (18.4%) dan 2010
(17.9%). Atas dasar sasaran MDG 2015,
terdapat tiga propinsi yang memiliki
prevalensi gizi buruk-kurang sudah mencapai
sasaran yaitu: (1) Bali, (2) DKI Jakarta dan (3)
Bangka Belitung. Di kelurahan Jelambar, tidak
didapatkan prevalensi diare dan status gizi
yang dapat diperhatikan pada tahun 2013.
3

Status gizi diperkirakan memberikan
pengaruh pada pelbagai penyakit. Status gizi
yang rendah dapat menyebabkan angka
kematian yang tinggi pada bayi dan anak-anak,
terganggunya pertumbuhan badan,
menurunnya daya kerja, gangguan
perkembangan mental dan kecerdasan serta
terdapatnya berbagai jenis penyakit tertentu
seperti infeksi saluran pernafasan atas dan
diare. Beberapa faktor lain yang berkaitan
dengan kejadian diare adalah tidak
mencukupinya sarana air bersih, pembuangan
tinja yang tidak higienis, kebersihan
perorangan dan lingkungan yang jelek.
Dampak yang dapat diakibatkan oleh keadaan
sakit termasuk diare adalah kejadian growth
faltering atau kegagalan pertumbuhan pada
bayi dan balita. Growth faltering
mengakibatkan terjadinya stunting atau
underweight yang terjadi pada periode waktu
yang singkat yaitu sebelum lahir hingga
kurang lebih umur 2 tahun.. Keadaan
malnutrisi pada bayi berhubungan dengan
tingkat keparahan diare.
4-8


Metode Penelitian
Desian penelitian ini adalah bersifat
deskriptif korelasi dengan menggunakan
pendekatan cross sectional untuk mempelajari
hubungan status gizi anak dan faktor lain yang
berhubungan (pengetahuan, sikap dan perilaku
ibu dan anak, higiene ibu dan anak, sanitasi
lingkungan, sarana air bersih dan imunisasi
campak) dengan episode diare anak dalam 3
bulan terakhir pada anak balita di Kelurahan
Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat.
Penelitian ini dilakukan pada periode
16 Juni 2014 hingga 20 Juni 2014 di
puskesmas Kelurahan Jelambar, Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Populasi dalam penelitian yang
dilakukan ini adalah seluruh anak berusia 1
hingga 5 tahun yang pernah berobat di
Puskesmas Kelurahan Jelambar I dan II,
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Untuk mengelakkan resiko daripada
responden yang mengisi kuesioner secara tidak
lengkap atau tidak mahu diwawancara pada
saat wawancara, didapatkan besar sampel
sekitar 104 orang anak balita di Kelurahan
Jelambar, Kecamatan Grogol Petamburan,
Jakarta Barat. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan metode
consecutive sampling yaitu metode di mana
semua subyek yang datang secara berurutan
dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan
ke dalam penelitian sampai jumlah subjek
yang diperlukan terpenuhi.
Kriteria inklusi adalah semua anak
berusia 1 tahun hingga 5 tahun yang datang
berobat ke puskesmas atau posyandu Jelambar
I dan II dan mempunyai anak yang kooperatif.
Kriteria ekslusi termasuk anak dengan
gangguan retardasi mental, kelainan organ
saluran cerna, anak dengan penyakit penyerta
yang berat, anak dengan gangguan sistem
imun, pemakaian kortikosteroid jangka
panjang, penyakit keganasan dan ibu yang
menolak permintaan dijadikan sampel.
Dalam penelitian ini dijadikan variabel
bebas beberapa faktor seperti status gizi,
pengetahuan ibu tentang diare, pemberian ASI,
higiene perorangan, sarana jamban dan kondisi
rumah, sikap ibu terhadap tentang diare,
pemberian ASI, higiene perorangan, sarana
jamban dan kondisi rumah, perilaku ibu
berdasarkan pengetahuan tentang diare,
pemberian ASI, higiene perorangan, sarana
jamban dan kondisi rumah, imunisasi, sarana
jamban, kondisi rumah, higiene perorangan.
Variabel terikat adalah kejadian episode diare
pada anak balita di kelurahan Jelambar,
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Pengumpulan data dengan mengukur
berat badan dengan timbangan berat badan,
mengukur tinggi badan dengan meteran atau
microtoise, dan kuesioner.
Terhadap data-data yang sudah
dikumpulkan dilakukan pengolahan berupa
proses editing, verifikasi, dan koding.
Selanjutnya dimasukkan dan diolah dengan
menggunakan program SPSS. Data yang
didapat akan disajikan dalam bentuk tekstular
dan tabuler.
Terhadap data yang telah disajikan,
dilakukan analisis dengan cara uji statistik
analisis univariat dan bivariat. Kemudian data
diinterpretasikan secara deskriptif dan analitik
antar variabel-variabel yang telah ditentukan.

Hasil
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan di Puskesmas Kelurahan Jelambar I,
dan Puskesmas Kelurahan Jelambar 2
mengenai status gizi anak balita, status
imunisasi anak, pendidikan ibu, pengetahuan,
sikap dan perilaku ibu, sarana air bersih serta
air limbah dan kondisi rumah terhadap episode
diare balita dalam tiga bulan terakhir pada
Periode 16 20 Juni 2014 dengan jumlah
sampel adalah 104 responden yang diperoleh
dengan cara consecutive sampling diperoleh
hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Distribusi Episode Diare di
Puskesmas Kelurahan Jelambar I dan II,
Jakarta Barat
Episode Diare Frekuensi Persentase
0 Kali 50 48.1%
1 Kali 35 33.7%
2 Kali Atau Lebih 19 18.3%

Prevalensi diare pada anak berusia 1
hingga 5 tahun di Kelurahan Jelambar, Jakarta
Barat masih tinggi (48.1%). Hasil ini
didapatkan dengan menilai episode diare yang
terjadi sekurangnya satu kali dalam tempoh 3
bulan terakhir (April, Mei dan Juni 2014) dari
sini dapat terlihat bahawa prevalensi diare ini
sesuai dengan pernyataan DirJen P2MPL
Depkes yang memperlihatkan angka kesakitan
diare pada tahun 2007 sebanyak 423 kasus per
1000 penduduk dengan jumlah kasus yang
cukup tinggi (10.980 penderita). Di sini dapat
diperlihatkan sebanyak 19% mengalami
episode diare sebanyak 2 kali atau lebih dalam
tempoh 3 bulan terakhir.

Tabel 2. Hubungan antara Episode Diare
dengan Status Gizi
Episode Diare
0 Kali 1 Kali 2
Kali
Total
Status
Gizi
Baik 30 27 6 63
Kurang 20 8 13 41
Total 50 35 19 104

Dari perhitungan BB/TB berdasarkan grafik
WHO-NCHS, dapat diperlihatkan bahawa
status gizi anak di Kelurahan Jelambar, Jakarta
Barat mempunyai prevalensi status gizi baik
yang masih tinggi (60.6%) dibandingkan
dengan status gizi yang kurang (39.4%).
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square,
diperolehkan kesimpulan bahawa ada
hubungan yang bermakna antara episode diare
dengan status gizi balita dengan nilai P sebesar
0.005. Nilai yang didapatkan adalah sesuai
dengan penelitian Irshad pada tahun 2014,
bahwa terjadinya interaksi antara episode diare
dengan status gizi balita.

Tabel 3. Hubungan antara Episode Diare
dengan Status Imunisasi
Episode Diare
0
Kali
1
Kali
2
Kali
Total
Status
Imunisasi
Baik 7 15 7 29
Kurang 22 16 3 41
Buruk 21 4 9 34
Total 50 35 19 104

Dari responden, diperolehkan data status
imunisasi campak anak Balita yang terbanyak
adalah dengan pengambilan imunisasi campak
sebanyak 1 kali sebesar 39.4%, imunisasi
campak sebanyak 2 kali sebesar 32.7% dan
tidak pernah mendapat imunisasi sebesar
27.9%. Setelah dilakukan uji statistik Chi
Square, diperoleh kesimpulan bahawa ada
hubungan yang bermakna antara episode diare
dengan status imunisasi campak anak dengan
nilai p sebesar 0.001. Dengan pemberian
imunisasi campak, anak mempunyai kekebalan
tubuh terhadap campak yang sering
menimbulkan gejala diare sehingga
mengakibatkan dehidrasi yang berat. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian
Cahyono pada tahun 2003 di mana
berdasarkan penelitian ini, terdapat hubungan
yang bermakna antara imunisasi campak
dengan kejadian diare pada balita.

Tabel 4. Hubungan antara Episode Diare
dengan Pendidikan Ibu
Episode Diare
0
Kali
1
Kali
2
Kali
Total
Pendidikan
Ibu
Tinggi 11 10 7 28
Sedang 24 16 8 48
Rendah 15 9 4 28
Total 50 35 19 104

Dari responden, diperoleh data status
pendidikan ibu yang terbanyak adalah pada
pendidikan ibu bertahap sedang sebesar
47.1%, pendidikan taraf tinggi sebesar 26.0%
dan pendidikan taraf rendah sebesar 26.9%.
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square,
diperoleh bahawa tidak ada hubungan yang
bermakna antara episode diare dengan taraf
pendidikan ibu dengan nilai p sebesar 0.469.
Nilai ini tidak sesuai dengan penelitian yang
dilakukan di Kecamatan Sambirejo pada tahun
2009 di mana penelitian ini menunjukkan
hubungan yang bermakna antara taraf
pendidikan ibu dengan episode diare.
Dikatakan bahawa masyarakat yang memiliki
tingkat pendidikan lebih tinggi lebih
berorientasikan pada tindakan preventif,
mengetahui lebih banyak mengenai masalah
kesehatan dan memiliki status kesehatan yang
lebih baik. Dapat diperlihatkan bahawa tingkat
kesadaran masyarakat dengan pendidikan
rendah sudah mulai meningkat sehingga tidak
memberikan hubungan bermakna antara
episode diare dengan taraf pendidikan ibu.

Tabel 5. Hubungan antara Episode Diare
dengan Pengetahuan Ibu
Episode Diare
0
Kali
1
Kali
2
Kali
Total
Pengetahuan
Ibu
Baik 22 18 7 47
Sedang 25 17 10 52
Buruk 3 0 2 5
Total 50 35 19 104

Pada pasien di Puskesmas Kelurahan Jelambar
yang berumur diantara 1 hingga 5 tahun ini,
didapatkan distribusi diantara tingkat
pengetahuan ibu dengan episode diare. Dari
104 sampel, didapatkan 45.2% (47 orang)
yang mempunyai tingkat pengetahuan baik,
kemudian didapatkan 50% (52 orang) yang
mempunyai tingkat pengetahuan sedang lalu
4.8% (5 orang) yang mempunyai tingkat
pengetahuan rendah. Data tersebut
menunjukkan bahwa penelitian ini responden
terbanyak mempunyai tingkat
pengetahuansedang.Pengetahuan
mempengaruhi pola pikir dan tingkat
kepercayaan seseorang.Pengetahuan ibu juga
menentukan keputusan dalam pemberian jenis
nutrisi yaitu jenis makanan kepada anak,
perilaku hidup sehat dan atau penggunaan obat
pencegahan.Berdasarkan penelitian Wiku
Adisasmito (2007), pada aspek pengetahuan
ibu, rendahnya pengetahuan ibu mengenai
hidup sehat merupakan faktor risiko yang
menyebabkan penyakit diare pada bayi dan
balita.
31
Hasil analisis menunjukkan tidak ada
hubungan yang bermakna antara pengetahuan
dan kejadian episode diare. Hasil uji
menggunakan Chi Square didapatkan nilai p >
yaitu nilai p sebesar 0.935, X
2
= 0,825 dan
ini memberikan hasil H
0
diterima.
Tabel 6. Hubungan antara Episode Diare
dengan Sikap Ibu
Episode Diare
0 Kali 1 Kali 2
Kali
Total
Sikap Baik 23 7 3 33
Sedang 15 10 6 31
Buruk 12 18 10 40
Total 50 35 19 104

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Di
Puskesmas Kelurahan Jelambar didapatkan
hasil 38.5% (41 orang ) daripada 104 sampel
yang diambil mempunyai sikap yang buruk.
Hal ini menunjukkan bahwa responden
kebanyakannya mempunyai penjagaan higiene
yang kurang. Dari hasil tersebut dilakukan
Chi-Square dan diperoleh nilai p = 0.035, X
2
=
10.314. uji statistik ini menunjukkan
terdapatnya hubungan yang bermakna antara
sikap ibu dengan episode diare. Menurut
Novie E dkk, tahun 2010 menyatakan bahwa
sikap ibu yang buruk atau tidak mendukung
terhadap kebersihan balita dan sanitasi
lingkungan dapat meningkatkan kejadian diare
sebanyak 3.5 kali dibandingkan dengan ibu
yang bersikap mendukung.

Tabel 7. Hubungan antara Episode Diare
dengan Perilaku Ibu
Episode Diare
0
Kali
1
Kali
2
Kali
Total
Perilaku
Ibu
Baik 25 9 3 37
Sedang 19 12 7 38
Buruk 6 14 9 29
Total 46 35 19 104

Untuk mencari hubungan antara perilaku ibu
dan epsiode diare pada anak berusia satu
sampi lima tahun, diberikan pertanyaan
melalui kuesioner mengenai kebiasaan ibu
dalam berperilaku hidup sehat. Dari kuesioner
perilkau ibu dibagikan menjadi 3 jenis
berdasarkan sistem skoring yaitu perilaku baik,
sedang, buruk. Presentase yang diperoleh
adalah pasien yang dengan perilaku baik
35.6% (37 orang), yang berperilaku sedang
sebesar 36.5% (38 orang) dan yang
berperilaku buruk adalah sebanyak 27.9% (29
orang).
Setelah dilakukan uji statistik Chi-Square
diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan
bermakna antara perilaku ibu dengan episode
diare dengan didapatkan nilai p 0.005 dan X
2

15.00. Ini sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Mutia Imro pada tahun 2012,
menunjukkan adanya hubungan antara
perilaku ibu dengan episode diare pada anak p
value 0.003 dan odds ratio ibu sebesar 4.3
dengan 95% CI antara 1.7-10.5.

Tabel 8. Hubungan antara Episode Diare
dengan Sarana Jamban
Episode Diare
0 Kali 1 Kali 2
Kali
Total
Sarana
limbah
dan
jamban
Baik 36 22 6 64
Buruk 14 13 13 40
Total 50 35 19 104

Dari responden, diperoleh data sarana limah
dan jamban yang baik sebesar 61.5% dan yang
buruk sebesar 38.5% dengan angka tertinggi
pada episode diare 0 kali dengan sarana
limbah dan jamban yang baik yaitu sebesar
34%. Setelah dilakukan uji statistik Chi-
Square, diperoleh bahawa adanya hubungan
yang bermakna antara episode diare dengan
sarana limbah dan jamban dengan nilai p
sebesar 0.006. Dengan menggunakan jamban
serta terdapat saluran limbah yang baik, dapat
terlihat bahawa tidak adanya faktor resiko
infeksi bakteri atau virus pada saluran cerna
sehingga mengurangi angka kejadian diare
pada anak.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Koto
Tengah, Kota Padan Sumatera Barat pada
tahun 2003 di mana terdapat hubungan yang
bermakna sebesar 0.0001 antara sarana limbah
dan jamban dengan episode diare pada anak
balita.

Tabel 9. Hubungan antara Episode Diare
dengan Higiene Perorangan Ibu
Episode Diare
0
Kali
1
Kali
2
Kali
Total
Higiene
Perorangan
Ibu
Baik 39 24 6 69
Buruk 11 11 13 35
Total 50 35 19 104

Dari responden, diperoleh data higiene
perorangan ibu yang baik sebesar 66.3% dan
higiene perorangan ibu yang buruk sebesar
33.7% dengan memperlihatkan higiene yang
baik dengan tiadanya diare yaitu sebanyak 39
Balita. Ini sesuai dengan teori di mana
kebersihan yang dijaga oleh seorang ibu pada
saat menguruskan anak balita dapat mencegah
daripada terkena infeksi saluran cerna dengan
cara membasuh tangan dengan sabun sesuai
dengan 7 langkah mencuci tangan. Hasil
penelitian ini sesuai dengan penelitian yang
hampir sama yang dilakukan di Kelurahan
Kasongan Baru Kecamatan Kentingan Hilir
Kabupaten Kentingan, Kalimantan Tengah
yang memperlihatkan adanya hubungan yang
bermakna antara episode diare dengan higiene
perorangan ibu.

Tabel 10. Hubungan antara Episode Diare
dengan Kondisi Rumah
Episode Diare
0 Kali 1 Kali 2
Kali
Total
Kondisi
Rumah
Baik 35 25 7 67
Buruk 15 10 12 37
Total 50 35 19 104

Dari responden, diperoleh data kondisi rumah
yang baik sebesar 64.4% dan kondisi rumah
yang buruk sebesar 35,6% dengan
memperlihatkan jumlah terbanyak pada
kondisi rumah yang baik dengan tiadanya
diare yaitu sebesar 35 Balita. Kondisi rumah
terutama lantai rumah yang kering, sering
dibersihkan dan dibuat dari seramik lebih
cenderung tidak terjadinya diare karena
berkurangnya pajanan Balita terhadap bakteri
dan virus. Balita yang lebih sering di atas
lantai perlu diperhatikan karena cenderung
mengisap tangan setelah memegang lantai
sehingga mudah terpajan dengan infeksi
saluran cerna. Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian yang dijalankan di
Kelurahan Kasongan Baru Kecamatan
Kentingan Hilir, Kabupaten Kentingan,
Kalimantan Tengah yang memperlihatkan
adanya hubungan yang bermakna antara
episode diare dengan kondisi rumah.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di
Puskesmas Kelurahan Jelambar , JakartaBarat
tanggal 16 Juni 2014 sehingga 20 Juni 2014
dapat disimpulkan bahwa :
Dari total sampel 104 orang yang berusia
1 hingga 5 tahun didapatkan sebanyak
48.1 % (50 orang) dengan tidak terjadi
episode diare dalam kurun 3 bulan yang
lalu, 33.7% (35 orang) dengan episode
diare 1 kali dalam kurun 3 bulan yang lalu
dan sebanyak 18.3% (19 orang) dengan 2
kali atau lebih dalam kurun 3 bulan yang
lalu.
Berdasarkan variable status gizi anak usia
1 sampai 5 tahun didapatkan sebanyak
60.6% (63 orang) dengan status gizi baik
manakala sebanyak 39.4% (41 orang)
pula mengalami gizi kurang. Didapatkan
hubungan yang bermakna antara status
gizi anak usia 1 sampai 5 tahun dengan
episode diare dengan nilai P = 0.005.
Pada status imunisasi anak didapatkan
sebanyak 32.7% (34 orang) dengan status
imunisasi campak yang baik, 39.4% (41
orang) dengan status imunisasi campak
sedang dan selebihnya 27.9% (29 orang)
adalah dengan status imunisasi buruk.
Berdasarkan faktor imunisasi diperolehi
nilai P = 0.002, menunjukkan adanya
hubungan bermakna antara status
imunisasi dengan episode diare pada anak
usia 1 - 5 tahun.
Pada faktor tingkat pendidikan ibu
diperoleh data sebanyak 26.0% dengan
tingkat pendidikan tinggi, 47.1% dengan
tingkat pendidikan sedang dan 26.9%
dengan tingkat pendidikan rendah.
Ditemukan tidak terdapat hubungan
bermakna antara tingkat pendidikan ibu
dengan episode diare pada anak balita
dengan diperolehi nilai P = 0.786 .
Berdasarkan faktor pengetahuan ibu,
didapatkan sebanyak 45.2% memiliki
pengetahuan baik, 50% dengan
pengetahuan sedang dan 4.8% dengan
pengetahuan buruk. Tidak ditemukan
hubungan yang signifikan antara
pengetahuan ibu dengan episode diare
berdasarkan nilai P = 0.435
Pada faktor sikap ibu didapatkan data
sebanyak 31.7 % dengan sikap yang baik,
29.8% dengan sikap yang sedang dan
28% dengan sikap ibu yang buruk
sehingga diperolehi hubungan yang
bermakna antara sikap ibu dengan
episode diare dengan hasil statistik P =
0.021
Berdasarkan perilaku ibu terhadap hidup
sehat terdapat sebanyak 35.6% dengan
perilaku baik, 36.5% dengan perilaku
sedang dan 27.9% perilaku buruk.
Terdapat hubungan yang signifikant
antara tingkat perilaku ibu dengan
episode diare anak usia 1-5 tahun di
Puskesmas Jelambar I dan II, Jakarta
Barat dengan nilai P = 0.05
Berdasarkan faktor sarana limbah dan
jamban terdapat hubungan yang
bermakna dengan episode diare pada anak
usia 1-5 tahun di Puskesmas Jelambar 1
dan II, Jakarta Barat dengan nilai P =
0.008.
Berdasarkan faktor higiene perorangan
ibu ditemukan adanya hubungan yang
bermakna antara episode diare pada anak
usia 1-5 tahun di Puskesmas Jelambar I
dan II, Jakarta Barat dengan nilai P=
0.001
Berdasarkan fakor kondisi rumah terdapat
hubungan yang bermakna antara episode
diare pada anak usia 1-5 tahun di
Puskesmas Jelambar 1 dan II, Jakarta
Barat dengan didapatkan nilai P= 0.021

Saran
Penelitian ini hanya dilakukan di
kelurahan Jelambar pada periode April
hingga Juni 2014, diharapkan peneliti lain
dapat melakukan penelitian pada masa
akan datang dapat menitikberatkan faktor
tempatdan waktu untuk menggambarkan
hubungan status gizi dan faktor resiko
lainnya dengan episode diare dengan
lebih meluas.
Untuk mendapatkan hasil kuesioner yang
benar tentang variabel-variabel yang
diukur, maka setiap pertanyaan haruslah
mampu dijawab dan dimengerti oleh
responden.
Puskesmas Jelambar I dan II dapat
melakukan promosi kesehatan melalui
puskesmas maupun posyandu. Promosi
kesehatan berupa penyeluhan kelompok,
penyeluhan massa atau konseling
mengenai perilaku hidup bersih dan sehat
untuk semua anggota keluarga terutama
dengan anak bawah lima tahun. Mealui
kegiatan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan dan perbaikan
sikap serta perilaku masyarakat sehingga
menurukan episode diare.
Bekerjasama dengan kader-kader
posyandu agar melaporkan status gizi
anak yang kurang dan buruk serta kasus
diare ke Puskesmas Jelambar I dan II
sehingga kasus anak kurang gizi dan
kasus diare dapat terdata.

Daftar Pustaka
1. Zubir, Juffrie M, Wibowo T. 2006.
Faktor-faktor Resiko Kejadian Diare
Akut pada Anak 0-35 Bulan
(BATITA) di Kabupaten Bantul. Sains
Kesehatan. Vol 19. No 3. Juli 2006.
ISSN 1411-6197 : 319-332.
2. Soebagyo. Diare Akut pada Anak.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret
Press. 2008.
3. Jane S, Vensya S, Nancy D. A., Farida
S. Buletin jendela data dan informasi
kesehatan: Situasi diare di Indonesia.
Kementerian Kesehatan RI; 2011.
4. Sander MA. Hubungan Faktor Sosio
Budaya dengan Kejadian Diare di
Desa Candinegoro Kecamatan
Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika;
Vol 2 No.2. 2005. Pp.163-193
5. Depkes RI. Pedoman Pembanterasan
Penyakit Diare. Ditjen PPM dan PL.
Jakarta. 2005.
6. Mosley W.H, Chen L.C. An analytical
framework for the study of child
survival in developing countries. Bull
World Health Organ. 2003; 81(2):
140145.
7. Fikawati S, Syafiq A, Kusharisupeni,
Irawati A, Karima K. Comparison of
Lactational Performance of Vegetarian
and non-vegetarian Mothers in
Indonesia. Faculty of Public Health,
University of Indonesia. Mal J Nutr
20(1);15-25, 2014.
8. Hamisah I. Association between
nutrition status and the prevalence of
acute diarrhea in underfives at district
of Klaten. Faculty of Medicine Gajah
Mada University Yogyakarta. 2011.
9. Almatsier,S. Prinsip dasar ilmu gizi.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama :
2004
10. Jahari, A.B. Review data berat badan
dan tinggi badan penduduk Indonesia :
2004
11. Depkes RI. Pemantauan pertumbuhan
balita. Jakarta : Direktorat Jenderal
bina kesehatan masyarakat. 2002
12. Supariasa, dkk. Penilaian Status Gizi.
Jakarta : Penerbit Kedokteran EGC.
2002
13. WHO. UNICEF-WHO-The World
Bank joint child malnutrition
estimates. 2012
14. Depkes, R. I. Buku Pedoman
Pelaksanaan Program P2 Diare.
Jakarta : Ditjen PPM dan PL. 2000
15. Juffrie M., Soenarto SSY., Oswari H.,
Arief S., Rosalina I., Mulyani NS.
Diare akut. Buku Ajar
Gastroenterologi Hepatologi. Jilid 1.
Badan Penerbit IDAI. Jakarta; 2010.
Hal 87 117.
16. Depkes 2005. Pedoman
Pemberantasan Penyakit Diare .
Jakarta : Ditjen PPM dan PL.
17. Kliegman Robert, Behrman, Arvin. Acute
gastroenteritis. Nelson Textbook of Pediatrics,
18
th
edition, Pennyslvania,WB Saunders
Company, 2007. Pg 512-17
18. Ghani L. Faktor faktor risiko diare
persisten pada anak balita. Pusat
penelitan dan pengembangan
pemberantasan penyakit tak menular,
Badan penelitian dan pengembangan
kesehatan Departemen Kesehatan R.I.
2004
19. Irshad M, Hayat M, Ahmad A, Khalil
B, Hussain M. Case fatality rate and
Etiological factors of malnutrition in
children less than 5 years of age. J
Postgrad Med Inst 2014; 28(1):42-8.
20. Heyman MB. Lactose ntolerance in
infants, children, and adolescent. Ped.
J. 2006: 118, 3, 1279
21. Sinuhaji AB. Intoleransi laktosa.
Majalah kedokteran nusantara. 2006:
39, 4, 424 429
22. Lembaga Demografi FE UI. 2000.
Dasar-Dasar Demografi . Jakarta :
Lembaga Penerbit FE UI. 2000
Sander, M. A.. Hubungan Faktor
Sosio Budaya dengan Kejadian Diare
di Desa Candinegoro Kecamatan
Wonoayu Sidoarjo. Jurnal Medika .
Vol 2. No.2. Juli-Desember 2005:
163-193.
23. Widyastuti, P. Epidemiologi Suatu
Pengantar , edisi 2. Jakarta : EGC.
2005
24. Wulandri AP. Hubungan Antara
Factor Lingkungan Dan Factor
Sosiodemografi Dengan Kejadian
Diare Pada Balita Di Desa Blimbing
Kecamatan Sambirejo Kabupaten
Sragen Tahun 2009.
25. Yulisa. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kejadian diare pada
anak balita (studi pada masyarakat
ethis dayak kelurahan Kasongan Baru
Kecamatan Kentingan Hilir
Kabupaten Kentingan Klaimantan
Tengah). Fakultas kesehatan
masyarakat universitas Diponegoro.
2008
26. Kasman. Faktor - Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Diare
pada Balita di Puskesmas Air Dingin
Kecamatan Koto Tengah Kota Padan
Sumatera Barat Tahun 2003. Medan.
Skripsi Universitas Sumatera Utara.
2004
27. Novie E., Angga R. Hubungan sikap
ibu tentang sanitasi botol susu dengan
kejadian diare pada anak usia 1 - 5
tahun di wilayah kerja Puskesmas
Cimahi Selatan. Jurnal Kesehatan
Kartika. 2011
28. Soejtningsih. Tumbuh kembang anak.
Edisi 2. EGC. Jakarta; 2007 : hal 38
29. Murtianmo WA. Hubungan antara
motor ability, tinggi badan, dan
panjang lengan terhadap ketrampilan
lay up shoot bolabasket siswa putra
SMA N1 Depok Slemen,
Yogyajakarta. 2008: 32
30. James A et all. Defining Episodes of
Diarrhoea: Results from aThree-
country Study in Sub-Saharan Africa.J
HEALTH POPUL NUTR 2006
Mar;24(1):8-16 2006 ICDDR,B:
Centre for Health and Population
Research. ISSN 1606-0997
31. Atikah P. Gambaran imunisasi dasar
pada bayi umur 0-9 bulan di wilayah
kerja Puskesmas Kassi-kassi,
kelurahan Mappala, Kota Makassar.
2010: 48
32. Adisasmito W. Faktor risiko diare
pada bayi dan balita di Indonesia.
MAKARA, Kesehatan. Vol 11. No 1.
Juni 2007: 1-10
33. Mutia I.A. Hubungan antara status
gizi, ASI ekslusif dan faktok lain
terhadap frekuensi diare pada anak
usia 10-23 bulan Puskesmas Tugu,
Depok. Fakultas ilmu kesehatan
masyarakat UI. Juni 2012
34. Riset Kesehatan Dasar 2013. Badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Jakarta: 2013.
35. Ringkasan kajian. Gizi Ibu dan Anak.
UNICEF Indonesia. Jakarta: Oktober
2012.
http://www.unicef.org/indonesia/id/A6
_-_B_Ringkasan_Kajian_Gizi.pdf
Diunduh tanggal 23 Juni 2014.

Anda mungkin juga menyukai