Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Osteogenesis Imperfecta (OI) juga dikenal sebagai penyakit tulang rapuh. OI
merupakan kelainan genetik (warisan) yang ditandai dengan tulang-tulang yang mudah patah
tanpa sebab tertentu. Data UMM menunjukkan, diperkirakan 20.000 hingga 50.000 orang di
Amerika Serikat mempunyai penyakit ini. Kelainan terjadi pada satu dari 20.000 anak yang
lahir hingga satu dari 60.000 kelahiran hidup. OI dapat mempengaruhi pria dan wanita dari
semua ras. Penyebab OI diyakini karena cacat genetik yang menyebabkan tidak sempurnaan
bentuk, atau jumlah yang tidak memadai, tulang kolagen - protein yang ditemukan dalam
jaringan ikat.













2

BAB II
PEMBAHASAN
Osteogenesis Imperfecta
2.1 Definisi :
Yang dimaksut dengan Osteogenesis Imperfecta adalah suatu kelainan jaringan ikat
dan tulang yang bersifat herediter dengan manifestasi klinis berupa kerapuhan tulang,
kelmeahan persendian, kerapuhan pembuluh darah, sclera biru, serta gangguan kulit.
2.2 Patogenesis :
1. Tulang sangat rapuh sehingga bayi terlahir dengan banyak tulang yang patah
2. Selama persalinan berlangsung, bisa terjadi trauma kepala, perdarahan otak karena tulang
tengkorak sangat lunak dan bayi bisa meninggal dalam beberapa hari setelah lahir
3. Banyak yang bertahan hidup, tetapi sering kali menyebabkan kelainan bentuk dwarfisme
(cebol), jika otak tidak terkena,kesadaran normal.




3

2.3 Etiologi :
Penyebab diyakini karena cacat genetic yang menyebabkan tidak sempurnaan bentuk,
atau jumlah yang tidak memadai, tulang kolagen (terutama Kolagen Tipe I) protein yang
ditemukan dalam jaringan ikat serta proses ossifikasi yang tidak sempurna
Kolagen
Kolagen adalah suatu protein yang menyusun tubuh manusia. Kata kolagen sendiri
berasal dari bahasa Yunani yang artinya bersfat lekat atau menghasikkan pelekat. Kolagen
merupakan protein alami terbanyak dalam tubuh manusia, mencakup 30% dari seluruh
protein tubuh dan terdiri dari 29 tipe. Terdapat di tulang, tulang rawan, kulit, dan tendon.
Kolagen tersusun atas 3 zat utama dari asam amino yaitu glisin (33,5%), prolin (12,5%), dan
hidroksiprolin (10%).
[1]

Tipe tipe kolagen
Tipe tipe kolagen dari protein kolagen saat ini ada 29 macam. Berikut tipe dan
lokasinya:
Tipe kolagen Lokasi
I Kulit, tendon, tulang fibrosit dentin
II Kartilagi, badan vitreous, ulang rawan hialin, tulang rawan elastis
III Kulit, otot, pembuluh darah, urterus, limfa, ginjal, usus
IV Membran baslis
V Jaringan pada janin, kulit, tulang, plasenta, kornea
VI Ginjal, hati, korneus, urterus
VII Epitel
VIII Lamina basal tipis dari epitel kornea
IX Tulang rawan, corpus pitellus
X Tulang rawan
XI Tulang rawam
XII Tendo embryo, kulit
XIV Kulit, tendo embryo

4

Yang dominan, OI adalah seseorang yang mempunyai produksi kolagen tipe 1 yang sedikit
atau kualitas jelek sehingga protein pada tulang berkurang. Berkurangnya produksi kolagen
tipe 1 atau kualitas jelek, dapat juga menyebabkan mutasi gen , Protein ini (kolagen tipe 1)
adalah komponen utama yang merekatkan jaringan-jaringan tulang. Pada bagian inilah
kerangka tulang dibentuk. Hasil dari semua kasus ini adalah tulang yang mudah patah.
Kolagen tipe 1 juga sangat penting untuk membentuk sendi-sendi, gigi dan sclera (warna
putih pada mata).
Macam macam jaringan ikat
Klasifikasi jaringan ikat berdasarkan bagian sel-sel terhadap serat dan pada susunan serat
jenis serat:
A. Jaringan ikat embrional:
1. Jaringan mukosa (jeli wharton)
Jaringan ini terdapat di sebelah dalam dari kulit janin dan ditali pusat yang
mengelilingi pembuluh-pembuluh tali pusat
2. Jaringan mesenkim
Jaringan ini hanya di temukan di embrio yang terdiri atas matriks amorf seperti
jeli yang hanya sedikit mengandung serat-serat retkulin yang tersebar
B. Jaringan ikat sejati
1. Jaringan ikat jarang (jaringan areolar)
Jaringan ini adalah jaringan yang mengisi cela-cela tepat yang berada di sebelah
dalam kulit
2. Jaringan ikat padat
Diklasifikasikan oleh arah berkas serat menjadi dua jenis yaitu:
a. Jaringan ikat padat tidak beraturan
Jaringan ini khas untuk dermis dan kapsula banyak organ
b. Jaringan ikat padat beraturan
Jaingan ini hanya terdapat di tendo dan ligamen dan jaringan ini berupa kolage
atau elastis
3. Jaringan elastis
jaringan ini terdapat di dermis, paru, tulang rawan elastis, ligamen elastis, dan
pada arteri besar dimana jaringan ini membentuk jaringan yang berlubang
4. Jaringan retikular
5

Serat-serat retikular seluruhnya bercabang (kolagen tipe III) dan jaringan ini
menyusupi sinusiod hati, sel-sel otot polos, sel-sel lemak, dan membentuk stroma
organ limfatik, sumsum tulang dan kelenjar endokrin
5. Jaringan lemak
Tempat utama untuk penyimpanan energi dalam bentuk trigliserida dan
mempunyai banyak percabangan neurovaskular
a. Jaringan lemak putih
Jaringan ini terdiriatas sel-sel lemak unilkular serta menyusun seluruh jaringan
lemak orang dewasa seleuruh tubuh
b. Jaringan lemak coklat
Jaringan ini terdiri atas sel lemak multilokular yang banyak mengandung
mitokondria yang besar serta sering ditemukan pada bayi dan banyak
berkurang pada orang dewasa
C. Jaringan ikat khusus
1. Tulang rawan dan tulang
2. Darah
Sel yang memproduksi protein kolagen
Kolagen adalah salah satu protein yang menyusun tubuh manusia. Keberadaan
kolagen adalah kurang lebih mencapai 30% dari seluruh protein yang terdapat di tubuh.
Kolagen adalah struktur organik pembangun tulang, gigi, sendi, otot, dan kulit. Serat
kolagen memiliki daya tahan yang kuat terhadap tekanan.
Kolagen menjadi komponen pembangun utama pada dermis, salah satu lapisan
terendah pada kulit. Kolagen penting untuk menjaga kulit tetap kencang dan lentur. Kolagen
kerap disamakan dengan kasur, ketika masih baru, kasur masih kencang dan elastis. Lama-
kelamaan, kasur mulai kempes.
Kolagen bisa rusak karena sejumlah alasan. Pertama, dengan bertambahnya usia,
kolagen pada kulit mulai memecah dan kaku. Saat kulit kita masih sehat, helaian-helaian
kolagen meluncur dengan mudah satu sama lain sehingga kulit kembali normal setelah Anda
meregangkan wajah karena tersenyum atau mengerutkan dahi. Namun, ketika kolagen mulai
melebur, kulit kehilangan elastisitas dan tidak kembali normal.

6

Proses osifikasi
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau osifikasi. Osifikasi pertama kali
terjadi di diafisis, yaitu pusat osifikasi primer, pada akhir masa embrionik. Pada waktu lahir,
sebagian besar diafisis telah mengalami osifikasi, sedang epifisis masih berupa kartilago.
Osifikasi sekunder baru berlangsung pada tahun-tahun pertama usia bayi. Karena osifikasi
dari dua arah, dari epifisis dan diafisis, hanya daerah di tengah-tengah kedua daerah itulah
(lempeng epifisis) yang masih berupa kartilago. Kartilago ini akan terus berproliferasi yang
dibarengi dengan osifikasi. Saat seluruh lempeng epifisis telang mengalami osifikasi, berarti
masa pertumbuhan tulang telah berhenti. Pembentukan tulang dimulai dari perkembangan
jaringan penyambung seperti tulang rawan yang berkembang menjadi tulang keras. Jaringan
yang berkembang akan disisipi dengan pembuluh darah. Pembuluh darah ini akan membawa
mineral seperti kalsium dan menyimpannya pada jaringan tersebut. Osifikasi atau yang
disebut dengan proses pembentukan tulang telah bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan
berlangsung sampai dewasa. Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah
osifikasi, bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk
osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk kondroblas.
Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang rawan (kartilago).
Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di bagian tengah batang tulang
rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan
membentuk suatu lapisan tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum.
Bersamaan dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut
juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah sehingga terjadi
kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah
nutrisi semua sel-sel tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.
Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari
zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya pembuluh darah ke
daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum tulang.
Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah epiphise sehingga
terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang spongiosa. Dengan demikian masih
tersisa tulang rawan dikedua ujung epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan
satu tulang rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.
7

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-menerus
membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan tulang di daerah diafise,
dengan demikian tebal cakram epifise tetap sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada
pertumbuhan diameter (lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh
osteoklas sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan osteoblas di
periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah permukaan.
Osifikasi ini biasanya terjadi pada tulang-tulang pipih. Osifikasi ini terjadi pada sel-
sel mesenkim dan berlangsung dalam suatu membran yang dibentuk oleh sel-sel mesenkim
itu sendiri. Sel-sel mesenkim yang telah berkondensasi berdiferensiasi menjadi osteoblast dan
mulai mensekresikan matriks dan substansi interselular. Osteoblast yang dikelilingi oleh
matriks menjadi osteocyte. ( Osifikasi intra membran )
Pada diafisis, sel-sel kartilago mengalami tiga hal, yaitu hipertropi, kalsifikasi matriks
serta kematian sel-selnya. Selain itu, perichondrium akan mengalami vaskularisasi sehingga
sel-sel kartilago akan berubah menjadi osteoblast. Perichondrium pun sekarang disebut
periosteum. ( Osifikasi endokondral )
[2]
Faktor faktor pembentukan tulang
Faktor faktor yang berpengaruh pada pembentukan tulang adalah:
Vitamin B6: menurunkan hemosisten. Vitamin B6 berfungsi untuk mencegah
osteoporosis.
Vitamin C: mengikat kolagen. Vitamin C berfungsi untuk mengaktifkan enzim.
Vitamin K: untuk pembentukan tulang.
Kalsitonin: berfungsi untuk reasorbsi tulang dan pembentukan osteoklas.
Hubungan antara kromosom DNA dan Gen
Kromosom
Istilah kromosom mula-mula dikemukakan oleh Weldeyer (1888) yang berasal dari
kata latin kroma= warna dan soma = badan. Disebut demikian karena badan ini mudah
menyerap zat warna bila preparat diberi warna. Sebenarnya kromosom merupakan rangka
bagi inti sel.
[3]


8

DNA (Deoxyribonucleic Acid)
Molekul DNA merupakan polimer panjang dari nukleotida yang dinamakan
polinukleotid dan berdasarkan hasil penelitian Franklin dan Wilkins pada DNA dengan
menggunakan sinar-X, James Watson dan Francis Crick (1953) mengemukakan suatu model
struktur DNA yaitu double helix (tangga tali terpilin).
[3]

Menurut Watson dan Crick, DNA memiliki struktur sebagai berikut :
1) Gula pentosa (deoksiribosa)
2) Fosfat
3) Basa nitrogen
a) Purin : guanin (G) dan adenin (A)
b) Pirimidin : timin (T) dan sitosin (S
Gen
Unit hereditas dalam organisme hidup. Biasanya berada pada hamparan DNA yang
kode untuk suatu jenis protein atau untuk sebuah rantai RNA yang memiliki fungsi dalam
organisme. Semua makhluk hidup tergantung pada gen, karena mereka menentukan semua
protein dan RNA rantai fungsional. Gen menyimpan informasi untuk membangun dan
memelihara sel-sel suatu organisme dan lulus sifat genetik kepada keturunannya, meskipun
beberapa organel (mitokondria misalnya) adalah mereplikasi diri dan tidak dikode oleh DNA
organisme. .
[4]

Setiap sel dari suatu organisme mengandung sejumlah kromosom dalam nukleusnya.
Setiap kromosom mempunyai pasangan homolog. Pasangan yang satu diturunkan dari induk
betina sedangkan yang lainnya dari induk jantan. Di sepanjang kromosom terdapat ribuan
gen. Gen ini merupakan Unit Dasar Keturunan, seksi spesifikasi dari DNA yang
mengendalikan suau karakteristik fisik maupun kimiawi. Setiap gen dapat mengandung 2
atau lebih bentuk yang disebut (alleles). Tempat gen dalam kromosom yang homolog disebut
lokus.
[5]
. Gen ini terdapat di dalam DNA yang merupakan molekul yang menyimpan
informasi genetik dan merupakan makromolekul polinukleotida yang terdiri atas gula pentosa
deoksiribosa, asam fosfat, dan basa nitrogen yang tersusun rangkap membentuk DNA double
helix atau heliks ganda dan berpilin ke kanan.
9

Jadi, DNA adalah penyusun utama kromosom dan gen adalah suatu deretan basa pada
molekul DNA. Deretan ini merupakan suatu sandi yang mengarahkan urutan asam amino
yang akan disusun dalam protein.
Gen yang mempunyai hubungan dengan Osteogenesis Imperfecta
Locus
Lokus adalah letak gen pada kromosom atau bentuk gen alel yang berbeda yang
ditemukan pada posisi yang sama pada kromosom homolog
Allel
Allel adalah satu dari 2 atau lebih bentuk alternatif suatu gen yang dapat menempati lokus
kromosom tersebut dan yang menentukan karakter alternatif pada keturunan. Pada manusia
dan organisme diploid lain, terdapat dua alel, identik atau berbeda, untuk setiap lokus spesifik
dari sebuah kromosom autosomal, satu pada setiap kromosom dari sepasang kromosom
homolog
Genetik Map
Genetik map adalah penentuan posisi relatif dan penandaan tertentu relatif satu sama
lain yang didasarkan pada frekuensi tekombinasi bukan titik-titik fisik spesifik, satuan
pengukurannya adalah sentimorgan
Gen map locus dari osteogenesis imperfecta tipe I
Gen map locus 17q21.31-q22, 7q22.1 artinya bahwa gen COL1A1 berada pada
kromosom no. 17 rantai panjang ( q ) pada posisi 21.33 dan gen COL1A2 berada pada
kromosom no 7 rantai panjang ( q ) pada posisi 22.1.
[5]

Penyakit osteogenesis diturunkan ke generasi berikutnya
Cara penurunan penyakit osteogenesis imperfecta dari suatu generasi kegenerasi
berikutnya:
Adanya warisan dari orang tua
Mutasi dominan baru terjadi secara spontan
Mosaicism yang sempat menghilang

10

2.4 Klasifikasi :

Berdasarkan klinis :
o Tipe I : Mild Forms
o Tipe II : Extremely Severe
o Tipe III : Severe
o Tipe IV : Undefined
Berdasarkan genetik dan biokimia :
Tipe I : Autosomal dominant
Tipe II : New dominant autosomal
Tipe III : Some gene mutations, some recessive
Tipe IV : Autosomal recessive

1. Tipe fetal : Patah tulang multiple telah terjadi di dalam kandungan dan
lebih banyak terjadi fraktur waktu kelahiran sehingga angka
kematian pada tipe ini tinggi.
2. Tipe infatil : Anak sering mengalami fraktur yang mengakibatkan deformitas
tulang, pertumbuhan yang terlambat dan kepala anak lebih
besar untuk usianya.
3. Tipe juvenile : fraktur patologik terjadi pada usia lebih tua serta bisa terjadi
autosklerosis sehingga timbul ketulian, kulit tipis, kelemahan
sendi dan sclera biru sehingga disebut sindrom kerapuhan
tulang dan sclera biru

11


Gambaran radiologis osteogenesis imperfecta

2.5 Manifestasi Klinis :
Tulang mudah patah , perawakan pendek, dada burung, sklera biru, gigi rapuh, wajah
segitiga (Triangular Face), bermasalah pada pernafasan dan hilangnya pendengaran.

12





Blue sclera Osteogenesis I mperfecta pada dewasa


13


Tipe I
o Kelainan tulang tanpa deformitas (kelainan bentuk tubuh)
o Sklera berwarna kebiruan
o Dentinogenesis imperfecta (kelainan gigi)
o Sering mengalami fraktur selama infant, bahkan sepanjang hidup penderita
mengalami fraktur 1-60 kali
o Kadang-kadang disertai gangguan pendengaran
o Mudah memar (sehingga sering di diagnosa hemofilia atau ITP)
Tipe II
o Biasanya letal
o Mengalami fraktur sejak dalamuterus (bisa terjadi pada tulang tengkorak, tulang
panjang atau vertebrae)
o Wajah khas, hidung kecil, micrognathia
o Sklera biru mungkin ditemukan
o Kelainan bentuk anggota gerak,karena deformitas berat tulang panjang
Tipe III
o Kelemahan otot
o Deformitas tungkai atas yang mengganggu fungsi dan mobilitas
o Pasien punya triangular face dengan penonjolan frontal
o Sering mengalami vertigo


14

o Hiperkalsiuria (pada 36% pasien)
o Komplikasigangguan respirasi skunder dari kifoskoliosis yang dideritanya
o Konstipasi dan hernia juga sering ditemukan
Tipe IV
o Tidak bisa didefinisikan dengan jelas
o Fraktur biasanya terjadi ketika bayi, tapi ada kemungkinan telah terjadi sejak
intrauterine
2.6 Pemeriksaan penunjang :
1. Pengukuran Antropometri-dalam grafik, meliputi TB, BB, tinggi duduk, arm span,
lingkar kepala, panjang lengan dan panjang kaki.
2. Jumlah fraktur dan nyeri-dalam grafik setelah pemberian obat periode sebebumnya.
Terlihat fraktur multiple , jika berat disertai deformitas bentuk.
3. Pencitraan meliputi : BMD (Bone Mineral Density) setiap 6 bulan menggunakan
dual energy X-Ray, apsorptiometry (DEXA)
4. Radiologi : terlihat penipisan korteks tulang, diafisis tulang mengecil tetapi ujung-
ujung epifisis melebar
4. Kimia darah meliputi : kreatin, ureum, elektrolit, fosfat, alkali fosfatase, SGOT,
SGPT, pada bulan ke 3, 6, 12, 18 dan 24. Juga kalsium pada periode sama.
5. Hematologi, meliputi DPL dan trombosit pada periode yang sama dengan kimia
darah.
6. Analisis sintesis kolagen dengan mengkultur fibroblast dermal yang diperoleh dari
hasil biopsy kulit
7. Pemeriksaan rehabilitasi medik dilakukan pada pemeriksaan awal dan kemudian
tiap 6 bulan dengan instruksi latihan/terapi otot dan tulang berkesinambungan.

15

2.7 Tatalaksana
O Untuk mencegah terjadinya kelainan bentuk setiap patah tulang harus diperbaiki
o Gizi yang baik (kalsium,vit. D dalam jumlah adekuat), perawatan berat badan dan
latihan (berenang, terapi air, dan berjalan) yang teratur bisa membantu
meningkatkan kekuatan tulang dan otot
o Terapi dan rehabilitasi fisik juga diperlukan
o Hindari aktifitas otot dan tulang (merokok, alcohol, kafein dan pengobatan steroid
merupakan larangan keras)

o Pengobatan non bedah : Bisphosphonates, intravenously, dan resorption
dilakukan secara perlahan-lahan dapat mengurangi kepatahan dan sakit pada
tulang. Bifosfonat (BPs), terutama yang mengandung nitrogen , diberikan untuk
meningkatkan massa tulang dan mengurangi insiden fraktur. BPs dapat diobati
secara oral (misalnya alendronate ) atau melalui suntikan intravena / infus
(misalnya pamidronat ,

zoledronat asam ).

o Mencegah deformitas yang tidak perlu terjadi melalui penggunaan bidai yang
baik (contoh : casting, bracing dan splinting tulang)
o Tindakan pembedahan terdiri dari pemasangan batang logam pada tulang agar
tulang-tulang lebih kuat dan untukmencegah terjadinya kelainan bentuk.
o Beberapa penderita mungkin memerlukan bantuan braces atau tongkat penyangga.

16

\

Pemasangan Batang Logam pada pasien OI



















17

BAB III

KESIMPULAN

Yang dimaksut dengan Osteogenesis Imperfecta adalah suatu kelainan
jaringan ikat dan tulang yang bersifat herediter dengan manifestasi klinis berupa
kerapuhan tulang, kelemahan persendian, kerapuhan pembuluh darah, sclera biru, serta
gangguan kulit. Penyebab diyakini karena cacat genetic yang menyebabkan tidak
sempurnaan bentuk, atau jumlah yang tidak memadai, tulang kolagen (terutama Kolagen
Tipe I) protein yang ditemukan dalam jaringan ikat serta proses ossifikasi yang tidak
sempurna. Manifestasi klinis Tulang mudah patah , perawakan pendek, dada burung,
wajah segitiga (Triangular Face), bermasalah pada pernafasan dan hilangnya
pendengaran. Klasifikasi Osteogenesis Imperfecta terbagi menjadi 4 (Mild Forms,
Extremely Severe, Severe, Undefined). Sampai saat ini pengobatan khusus tidak ada,
Gizi yang baik (kalsium,vit. D dalam jumlah adekuat), perawatan berat badan dan
latihan (berenang, terapi air, dan berjalan) yang teratur bisa membantu meningkatkan
kekuatan tulang dan otot.










18

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Aihara, M.; Lindsey, J. D.; Weinreb, R. N: Ocular hypertension in mice with a
targeted type I collagen mutation. Invest. Ophthal. Vis. Sci. 44: 1581-1585, 2003.
[2] News Medical. Available at : http://www.news-medical.net/health/Genes-What-are-
Genes-(Indonesian).aspx
[3] Sartono, Sartono LM. Biologi : Biologi Sel Molekuler Variasi dan Keturunan. Jakarta
: Penerbit Universitas Trisakti, 2005
[4] Wim de Jong, R. Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah, edisi 2. Jakarta : Penerbit
EGC, 2005
[5] Prof. Chairuddin Rasjad MD, Ph. D. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta : PT.
Yarsif Watampone, 2007
[6] Sabiston C David jr. Buku Ajar Bedah. Edisi II. Jakarta. Penerbit buku
kedokteran EGC. 1995
[7] Schorock Theodore R. Ilmu Bedah (handbook of surgery). Edisi VII. Jakarta. Penerbit
buku kedokteran EGC. 1991
[8] Jarrell E Bruce, Carabasy R Anthony. 1996. National Medical Series for Independent
Study-Surgery, 3 rd Edition. Philadelphia : Williams & Wilkins.









19

Anda mungkin juga menyukai