Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Air merupakan salah satu komponen penting yang menunjang kehidupan
manusia. Kebutuhan air semakin meningkat baik secara kuantitas maupun kualitas.
Sedangkan kualitas dan kuantitas sumber-sumber air seperti air sungai, danau, waduk
dan air tanah terus menerus mengalami penurunan [1]. Beberapa teknologi telah
dikembangkan untuk mengatasi masalah ketersediaan air bersih, salah satunya adalah
teknologi membran reverse osmosis (membran R! [2, 3].
"eknologi membran R secara luas digunakan untuk memproduksi air
dengan kualitas tinggi baik skala kecil maupun besar di berbagai belahan dunia [2].
#atatan penjualan modul membran R pada tahun $%%& mencapai angka yang cukup
besar yaitu '(( juta )S dolar [4]. "eknologi ini memiliki beberapa keunggulan
dibandingkan dengan proses pemisahan kon*ensional yaitu dapat bekerja secara
kontinyu, energi yang diperlukan lebih rendah, mudah dikombinasikan dengan proses
pemisahan yang lain, serta mudah dalam penyesuaian kapasitas [5]. +i ,ndonesia,
membran R juga telah banyak digunakan dalam proses pemurnian air skala rumah
tangga dengan tekanan operasi yang rendah [6].
-erkembangan yang pesat dalam industri membran R menuntut perbaikan
teknologi ke arah kesempurnaan, termasuk usaha untuk meminimalisasi kelemahan-
kelemahan yang dapat menurunkan kinerja membran. Salah satu kelemahan membran
R adalah terjadinya scaling .[7, 8]. Scaling dapat dide/inisikan sebagai proses
terbentuknya lapisan oleh material berupa komponen-komponen non organik yang
tidak diinginkan pada permukaan membran. Scaling yang terjadi pada permukaan
membran R secara signi/ikan dapat mengurangi e/isiensi proses yaitu mengurangi
/luks pada permeat (produk! dan mengurangi rejeksi garam-garam yang terkandung
$
pada umpan. Selain itu, scaling juga dapat menyebabkan kerusakan membran dan
akhirnya mengurangi ketahanan serta memperpendek umur membran [7, 8].
Secara umum scaling biasanya dihubungkan dengan karakteristik air umpan
[4]. Sumber-sumber air seperti air sungai, danau, waduk, air tanah, dan air payau,
mengandung senyawa non organik penyebab scaling, antara lain #a#0 (kalsium
karbonat!, #aS1 (kalsium sul/at! dan Si' (silika! [7]. Beberapa jenis air tanah dan
komposisi kimianya dapat dilihat pada "abel $.$[1].
a!el 1.1. Be!era"a #en$% A$r ana& 'an (an')ngan I*n+$*n Uta,a [1]
Para,eter
-,g.L/
#en$% A$r ana&
Magmatic
Rock
Sand
Stone
Carbonate
Rock
Gypsum Rock Salt
2a
'3
4-$4 0-0( '-$(( $(-1( hingga $(((
K
3
(.'-$.4 (.'-4 hingga $ 4-$( hingga $((
#a
'3
1-0( 4-1( 1(-%( hingga $(( hingga $(((
5g
'3
'-6 (-0( $(-4( hingga 7( hingga $(((
8e
'3
hingga 0 (.$-4 hingga (.$ hingga (.$ hingga '
#l
-
0-0( 4-'( 4-$4 $(-4( hingga $(((
20
-
(.4-4 (.4-$( $-'( $(-1( hingga $(((
9#0
-
$(-6( '-'4 $4(-0(( 4(-'(( hingga $(((
S1
'-
$-'( $(-0( 4-4( hingga $(( hingga $(((
Si0 hingga 1( $(-'( 0-& $(-0( hingga 0(
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui lebih dalam tentang
scaling yang terjadi pada membran R. Sheikholeslami ('((0! meninjau scaling dari
segi kinetika dan termodinamikanya [0], :ang ('((4! dan 5usto/a ('((7!
mengamati scaling yang diakibatkan oleh keberadaan #a#0 (kalsium karbonat!,
#aS1 (kalsium sul/at! dan Si' (silika! pada umpan dengan mempertimbangkan
adanya pengaruh ion satu dengan yang lainnya [4, 7] serta penelitian-penelitian lain
yang menyimpulkan bahwa penebalan lapisan non organik pada permukaan membran
dapat menurunkan permeabilitas dari membran dan meningkatkan tekanan operasi
sistem yang menjadikan proses membran tidak ekonomis [11, 11].
'
+alam upaya meminimalisasi scaling, beberapa metode dikembangkan untuk
memperkirakan kondisi batas operasi yang aman dan derajat saturasi garam-garam
terlarut untuk potensi scaling #a#0 seperti Langelier Saturation Index (;S,!, Stiff
Davis Stability Index dan Ryznar Stability Index [4].
Scaling yang terjadi pada membran R biasanya diawali dengan polarisasi
konsentrasi akibat rejeksi garam-garam terlarut oleh membran pada saat proses. Suatu
saat garam-garam tersebut akan mengalami keadaan supersaturasi yang diikuti oleh
pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal [4]. 5etode yang selama ini
digunakan untuk mengendalikan scaling adalah membatasi /luks permeat (produk!
selama proses pemisahan sehingga dapat menurunkan rejeksi <at terlarut dan
memperlambat larutan mencapai keadaan supersaturasi [0]. Kelemahannya, adalah
produk yang dihasilkan kuantitasnya tidak maksimal. #ara lain adalah penambahan
antiscalant sebagai penghambat proses scaling, yaitu dengan menambahkan sejumlah
chemical agent pada umpan secara berkala [12], proses ini dapat menghambat
pembentukan inti kristal [12]. Beberapa penelitian menggunakan metode
penambahan antiscalant seperti 9anson, et all ($%%&! membandingkan 4 jenis
antiscalant dan bereksperimen pada umpan yang memiliki nilai Langelier Saturation
Index (;S,! '.'-'.6. Al Shammiri, et all ('(((! membandingkan dua jenis antiscalant
dengan menganalisa parameter operasi seperti, perbedaan tekanan, kualitas produk,
rejeksi dan laju alir produk [4]. 5etoda penambahan antiscalant sangat
menguntungkan jika diterapkan di instalasi skala besar, namun untuk instalasi skala
kecil seperti rumah tangga, penambahan antiscalant merupakan metode yang
kompleks, ditinjau dari segi peralatan dan prosedur serta penakarannya.
5etode autoflush (hydraulic cleaning! cocok diterapkan untuk membran R
skala rumah tangga. 5etode ini berbasis pada teknik mekanis penghentian tekanan
operasi selama beberapa waktu sehingga pada waktu tersebut umpan akan
mendepolarisasi konsentrasi yang terdapat di permukaan membran [13]. 5etode
autoflush tidak menggunakan chemical agent dan secara otomatis bekerja saat proses
0
pemisahaan berlangsung. 5etode ini tidak dapat digunakan pada membran R
bertekanan operasi tinggi (1(-6(bar!, karena penurunan dan peningkatan tekanan
secara tiba-tiba dapat menyebabkan kerusakan pada modul membran. Beberapa
penelitian dan penemuan tentang autoflush lebih banyak ber/okus pada desain sistem
peralatannya seperti membran R sistem autoflush dengan pipa by-pass pada alat
kontrol laju alir konsentratnya yang dipatenkan oleh Bray ($%76! [13], sistem
autoflush dengan air dingin dipatenkan oleh 5ora, et all ($%%'! [14] dan sistem
autoflush yang dikontrol secara hidrostatik dengan tekanan osmosis dipatenkan oleh
Schoenmeyer ($%%7! [15], sedangkan keberhasilan metode ini secara kuantitati/
dalam menghambat terjadinya scaling belum banyak diteliti.
-ada penelitian ini akan dilakukan studi terhadap mekanisme scaling #a#0
yang terjadi pada membran R dengan mengetahui prilaku penurunan /luks permeat
yang menandai terjadinya scaling, serta meneliti pengaruh sistem autoflush sebagai
salah satu cara menghambat terjadinya scaling.
1.2. Per),)%an 2a%ala&
Scaling yang terjadi pada membran R melalui beberapa tahap yaitu
polarisasi konsentrasi, supersaturasi, pembentukan inti kristal, pertumbuhan kristal.
-ada saat proses pemisahan, membran akan merejeksi <at terlarut yang terkandung
pada umpan. Suatu saat <at terlarut akan terkonsentasi pada permukaan membran dan
menyebabkan adanya perbedaan konsentrasi <at terlarut di larutan bulk dan di
permukaan membran yang dinamakan polarisasi konsentrasi. ;ama kelamaan <at
terlarut yang terdapat dipermukaan membran akan mencapai keadaan supersaturasi
yang kemudian berlanjut ke tahap pembentukan inti kristal dan pertumbuhan kristal
atau kerak [4].
-ada penelitian ini metode autoflush akan diterapkan pada sistem membran
R yang ber/ungsi untuk mendepolarisasi konsentrasi yang terdapat pada permukaan
membran sebelum waktu induction time-nya sehingga tahap pembentukan inti kristal
1
tidak terjadi. +ua parameter penting yang akan diamati adalah inter*al yaitu jarak
waktu antara perlakuan autoflush yang pertama dan yang selanjutnya serta durasi atau
lama proses autoflush tersebut berlangsung.
Selain mekanismenya, scaling biasanya dihubungkan dengan karakteristik air
umpan [4]. -enelitian ini akan mencoba mencari hubungan antara karakteristik air
umpan yaitu nilai ;angelier Saturation ,nde= (;S,! terhadap inter*al dan durasi.
1.3. )3)an Penel$t$an
-enelitian ini bertujuan untuk>
$. 5enentukan prilaku penurunan /luks permeat yang terjadi pada membran R
sebagai salah satu parameter terjadinya scaling.
'. 5enentukan hubungan antara karakteristik air umpan (;S,! dengan inter*al
dan durasi autoflush.
1.4. 4)ang L$ngk)" Penel$t$an
-enelitian ini dibatasi pada penggunaan membran jenis spiral ound jenis
#S5 R?-$&$';- dengan air umpan berupa larutan model (#a#l' 3 2a9#0! yang
memiliki nilai ;S, ber*ariasi antara -' sampai dengan 3'.
1.5. 2an5aat Penel$t$an
-enelitian ini merupakan kajian eksperimental yang hasilnya berupa data-data
empirik tentang /enomena scaling pada membran R skala rumah tangga dan
optimasi penggunaan metode autoflush sebagai salah satu cara mengatasi
permasalahan scaling. 9asil dari penelitian ini dapat diterapkan pada perancangan
membran R skala rumah tangga dan dapat dijadikan re/erensi untuk penelitian
pengembangan di masa depan.
4
BAB II
IN#AUAN PU6A(A
2.1. 2e,!ran 4e7er%e 8%,*%$%
2.1.1 Perke,!angan 2e,!ran
5embran adalah lapisan tipis yang dapat digunakan untuk memisahkan
komponen yang berbeda berdasarkan si/at permeabilitasnya. -erbedaan si/at
permeabilitas inilah yang menunjang proses membran untuk diterapkan di hampir
seluruh bidang terutama industri kimia. -enelitian tentang si/at permeabilitas dan
/enomena osmosis, pertama kali dipublikasikan oleh Abbe 2olet seorang peneliti
berkebangsaan -erancis tahun $71& [2, 7, 12].
9a,!ar 2.1. 6ke,a Perke,!angan 4e7er%e 8%,*%$%
6
-erkembangan yang sangat pesat terjadi pada akhir abad $%, seperti yang
terlihat pada @ambar '.$. [4]. -erkembangan teori reverse osmosis oleh ;eob dan
Sourirajan pada tahun $%6(-an menjadikan membran sebagai salah satu teknologi
yang berkembang dari proses pemisahan skala laboratorium menjadi proses
pemisahan skala industri. -ara peneliti ini menyatakan bahwa perbedaan si/at
permeabilitas antara garam dan air yang dipisahkan oleh membran selulosa asetat
dapat menjadi dasar proses desalinasi air secara ekonomis yang disebut reverse
osmosis [16].
2.1.2. De5$n$%$ Reverse Osmosis
smosis merupakan /enomena alam yaitu peristiwa mengalirnya pelarut
(biasanya air! mengalir melewati dinding lapisan semi permeabel, dari larutan
konsentrasi <at terlarut rendah ke larutan dengan konsentrasi <at terlarut tinggi.
7
9a,!ar 2.2. 6ke,a :en*,ena 8%,*%$% 'an Reverse Osmosis
-ada @ambar '.'.a. air mengalir dari konsentrasi <at terlarut rendah ke
konsentrasi <at terlarut tinggi sampai kesetimbangan kimia pada larutan terjadi. Saat
kesetimbangan, perbedaan tekanan antara dua sisi membran sebanding dengan
tekanan osmosis larutan dan untuk membalikkan aliran air (pelarut!, maka larutan
yang memiliki konsentrasi <at terlarut tinggi harus diberi tekanan yang lebih besar
dibandingkan tekanan osmosisnya seperti yang terlihat pada @ambar '.'.b. [16].
-ada sistem pemisahan air, akan dihasilkan air murni dari konsentrasi <at terlarut
tinggi ke konsentrasi rendah rendah dengan menggunakan konsep reverse osmosis.
2.1.3. $"e 2e,!ran 4e7er%e 8%,*%$%
5embran R adalah membran dengan ukuran pori A 'nm yang terdiri dari
lapisan /ilm tebal. Air akan berpindah dari sisi umpan ke sisi permeat dengan proses
di/usi dengan tekanan sebagai driving force [7]. 5embran R bertindak sebagai
.barrier. yang bersi/at semi permeabel yang dengan mudah melewatkan komponen
secara selekti/ (pelarut, biasanya air! dan menghalangi <at terlarut secara parsial
maupun keseluruhan. @radien potensial kimia pada membran menghasilkan driving
force -BCs yaitu gradien potensial kimia <at terlarut, biasanya berupa perbedaan
konsentrasi dan -BCw yaitu gradien potensial kimia pelarut, biasanya berupa
perbedaan tekanan yang mendorong larutan untuk melewati membran [16]. -roses
yang terjadi pada membran R merupakan proses hiper/iltrasi yang dapat menahan
komponen-komponen seperti bakteri, garam, gula, protein, serta komponen lain yang
memiliki berat molekul lebih dari $4(-'4( daltons [7].
5embran R yang paling sering digunakan dalam industri pemurnian air
adalah membran yang berbahan selulose asetat (#A!, selulose triasetat (#"A!, dan
poliamida (-A!. -erbedaan diantara ketiga jenis membran R dapat dilihat pada
"abel '.$. [7].
&
a!el 2.1. #en$% ,e,!ran 48 [7]
Bata%an
2e,!ran
6el)l*%e
A%etat
2e,!ran
6el)l*%a
r$a%etat
La"$%an t$"$%
;*,"*%$te
,e!ran
p9 p9 '-& p9 1-% p9 '-$$
"emperatur 4
(
#-0(
(
# 4
(
#-04
(
# 4
(
#-4(
(
#
Ketahanan terhadap serangan
bakteri
;emah Kuat Sangat kuat
Ketahanan terhadap klorin (-$ ppm (-0 ppm (-(.$ ppm-
Rejeksi terhadap garam saat 6(
psi
&4-%'D %'-%6D %1-%&D
Rejeksi terhadap nitrat saat 6( psi 0(-4(D 1(-6(D 7(-%(D
#ost relati/ Rendah 5enengah "inggi
Selain material membran, desain modul membran juga berpengaruh pada
kee/ekti/an membran R sebagai salah satu teknologi pemisahan. Eenis modul
membran antara lain plate-and-frame, tubular, spiral-ound, dan hollo-fiber.
5odul plate-and-frame terdiri dari lembaran membran yang disusun pada rangka
yang memiliki jarak tertentu satu dengan yang lainnya. 5odul tubular terdiri dari
membran berbentuk pipa berdiameter $.0 cm, disusun pada pipa stainless steel.
5odul spiral-ound terdiri dari lembaran membran yang disusun lalu digulung
menyerupai gulungan kain. 5odul ini lebih e/ekti/ dari segi teknis dan ekonomi
apabila dibandingkan dengan modul plate-and-frame dan tubular. 5odul hollo-
fiber terdiri dari banyak membran berbentuk pipa kapiler dengan diameter F '(( Cm
yang ditempatkan pada *essel bertekanan. 5odul ini memiliki kelemahan antara lain
sangat mudah terkena fouling dan tidak dapat diterapkan pada beberapa proses
pemisahan [16].
5emban R telah banyak diterapkan diberbagai bidang termasuk desalinasi
air laut dan air payau, penanganan air limbah, industri makanan dan minuman,
separasi biomedical, puri/ikasi air untuk air minum dan kebutuhan industri. Selain itu
%
membran R juga digunakan untuk memproduksi .ultra pure ater. untuk industri
semikonduktor [17].
2.1.4. er,$n*l*g$ 'an De%kr$"%$ Pr*%e% 2e,!ran 48
-roses membran R relati/ sederhana. -roses ini terdiri dari umpan sumber
air, pretreatment umpan, pompa, dan modul membran R, seperti yang diperlihatkan
pada @ambar '.0.a. Beberapa aliran yang terdapat pada membran berikut dengan
*ariabel yang terkait diperlihatkan pada @ambar '.0.b> ($! Aliran umpan, ('! Aliran
permeat (produk!, dan (0! Aliran retentat [16].
9a,!ar 2.3. 6$%te, 2e,!ran 48 'an al$rann<a
?/ekti*itas aliran air melewati membran dapat dilihat dari parameter /luks Ew >
$(
membran area
massa atau volumetrik permeasi tingkat
!
"
! (

.....................................................
('.$!
dengan E: adalah 8luks air pada aliran permeat, sedangkan untuk <at terlarut>
membran area
massa permeasi tingkat
!
S
! (

..............................................................................
('.'!
dengan ES adalah /luks <at terlarut pada aliran permeat.
-emisahan <at terlarut diketahui dengan parameter .rejection. R>
#
$
%
%
R $
..............................................................................................................
('.0!
dengan #- dan #8 adalah konsentrasi <at terlarut pada permeat dan umpan.
Kuantitas air umpan yang melewati membran (permeat! diketahui dengan
menghitung parameter reco*ery air GrG >
)ntuk sistem batch >
#
$
#
& "
'
'
'
t ( !
r

..............................................................................................
('.1!,
H- dan H8 adalah *olume permeat dan umpan, A5, luas permukaan membran dan Bt
adalah perbedaan waktu.
)ntuk sistem kontinyu >
#
$
#
& "
#
#
#
( !
r
....................................................................................................
('.4!,
8- dan 88 adalah laju alir permeat dan umpan.
$$
-ada membran sistem batch, air dari umpan akan mengalami peningkatan konsentrasi
<at terlarut #8 pada aliran umpan secara bertahap akibat proses perpindahan air, akan
tetapi pada sistem kontinyu, umpan memiliki konsentrasi yang konsisten pada setiap
waktu [16].
2.2. Scaling "a'a 2e,!ran 48
2.2.1. Pengert$an Scaling
-ada proses membran de/inisi tentang fouling dan scaling terkadang
membingungkan. #ouling dapat dide/inisikan sebagai proses terbentuknya lapisan
oleh material yang tidak diinginkan pada permukaan membran. Secara teknis, scaling
dide/inisikan sebagai akumulasi kerak (scale! dari materi non organik pada membran
yang menyebabkan penurunan kinerja membran. Sehingga de/inisi fouling sudah
termasuk scaling. +alam peggunaannya, istilah fouling lebih banyak pada materi
biologis dan koloid, sedangkan istilah scaling digunakan untuk pengendapan garam
atau mineral non organik [7].
#ouling atau scaling merupakan permasalahan umum yang selalu ditemukan
dalam proses membran. #ouling atau scaling dapat mengurangi /luks pada permeat
dan rejeksi material tidak diinginkan yang terkandung pada umpan, serta dapat
meningkatkan tekanan operasi dan menyebabkan kerusakan membran hingga pada
akhirnya mengurangi ketahanan serta memperpendek umur membran [5, 7, 8].
+ampak langsung yang dapat diamati dan cukup signi/ikan yang menandai terjadinya
scaling ini adalah menurunnya kinerja membran (/luks permeat menurun seiring
waktu!, seperti yang terlihat pada @ambar '.1. [5].
$'
flux
waktu
9a,!ar 2.4. :l)k% %e!aga$ 5)ng%$ 'ar$ =akt)
-enurunan /luks dapat terjadi akibat pengaruh dari beberapa /aktor antara lain
polarisasi konsentrasi, adsorpsi, pembentukan lapisan gel (gel layer formation! dan
penyumbatan pada pori. 8aktor-/aktor tersebut mempengaruhi resistensi total pada
umpan yang akan melewati membran [5]. 8luks dapat dide/inisikan sebagai >
total resistensi viskositas
force driving
flux

........................................................................
('.6!
atau,
total
R
$
flux

......................................................................................................
('.7!
-ada keadaan ideal resistensi yang berpengaruh pada membran hanya
resistensi membran itu sendiri, Rm, tetapi membran memiliki batas resistensi tertentu
terhadap <at terlarut maka akan terjadi akumulasi <at terlarut yang tertahan oleh
membran di sekitar permukaan membran. 9al ini menyebabkan terbentuknya lapisan
<at terlarut yang terkonsentrasi, sehingga menimbulkan resistensi baru terhadap
proses perpindahan massa yaitu resistensi polarisasi konsentrasi Rcp. Iat terlarut yang
$0
terkonsentrasi ini memiliki kecenderungan yang besar untuk membentuk lapisan gel
dipermukaan membran dan menghasilkan resistensi lapisan gel Rg. -ada kasus
membran berpori, terdapat kemungkinan <at terlarut masuk kedalam pori membran
dan menyumbat pori sehingga timbul pore blocking resistance Rp. Akhirnya,
resistensi total bertambah akibat /enomena adsorpsi Ra. 9al-hal tersebut terjadi pada
semua jenis membran, baik yang berpori maupun yang tidak berpori [5]. Eenis-jenis
resistensi yang berpengaruh pada membran terlihat pada @ambar '.4.
9a,!ar 2.5. $"e re%$%ten%$ "a'a ,e,!ran %aat "er"$n'a&an ,a%%a
,ele=at$ ,e,!ran 'engan driving force tekanan.
2.2.2. 2ekan$%,e Scaling
Scaling diawali oleh polarisasi konsentrasi yang akan dibahas tersendiri.
5ekanisme selanjutnya adalah> ($! Induction time untuk proses inisiasi kristalJ ('!
"ransportasi kristal (crystal transportation!J (0! -engikatan kristal (crystal
attachement!J (1! RemovalJ (4! (geing seperti yang terlihat pada @ambar '.6 [4, 18].
$1
9a,!ar 2.6. 2ekan$%,e Scaling
Induction time dide/inisikan sebagai waktu yang diperlukan untuk mencapai
pembentukan kristal dari keadaan supersaturasi. Induction time sangat dipengaruhi
oleh derajat supersaturasi dan temperatur. -erpindahan komponen-komponen <at
terlarut ke permukaan membran (crystal transportation! dipengaruhi oleh berbagai
macam proses seperti di/usi, sedimentasi, turbulen, dan thermoporesis. Sedangkan
pengikatan kristal mengacu pada proses terikatnya <at terlarut pada permukaan
membran yang dipengaruhi gaya 'an der "alls, elektrostatik, tegangan permukaan,
dan properties dari <at terlarut seperti densitas, elastisitas serta kondisi
permukaannya. Saat pertumbuhan kristal pada permukaan membran konstan, maka
akan terjadi kesetimbangan antara deposisi dan perpindahan kristal (removal!. -roses
ageing akan terjadi sesaat setelah proses deposisi. -ada tahap ini dimungkinkan
terjadi perubahan struktur kimia atau kristal yang akan menaikkan atau menurunkan
kekuatan dari deposisi tersebut.
Scaling adalah proses fouling akibat akumulasi garam-garam non organik.
-ada kondisi tersebut, garam yang terlarut dalam umpan terkonsentrasi melebihi
batas kelarutannya. -ada saat scaling, terjadi pembentukan kristal garamKmineral
$4
pada permukaan membran. @aramKmineral yang umumnya terendapkan berupa ion
di*alen seperti kalsium, besi, barium, magnesium dan silika dan ion-ion tersebut
hampir tidak larut apabila berbentuk ion sul/at, phosphat atau karbonat [2].
Kerak yang umumnya terbentuk dalam membran saat proses pemurnian air
adalah kalsium karbonat, kalsium sul/at, kalsium posphat, barium sul/at, strontium
sul/at, 8e(9!', silikon dioksida (Silika! [2, 10], dan garamKmineral tersebut dapat
diurutkan sesuai dengan kecepatan pengendapannya [2]>
#a#0 L #aS1 L Silika L Sr#0 L BaS1 L SrS1 L #a8' L #aSi1 L 5gSi0 L
5gSi0 L #a0(-1! ' L 8e(9!'.
2.2.3. P*lar$%a%$ (*n%entra%$
Scaling pada sistem membran diawali dengan terjadinya polarisasi konsentrasi
pada permukaan membran [5]. -olarisasi konsentrasi (#-! adalah akumulasi ion yang
direjeksi saat proses pemisahaan yang membentuk lapisan pada permukaan membran.
Akibat tingginya konsentrasi dipermukaan membran, maka tekanan osmotik
meningkat dan menurunkan /luks permeat melewati membran. 8enomena ini juga
berdampak pada derajat supersaturasi komponen-komponen yang terlarut, sehingga
dapat meningkatkan potensi terjadinya scaling (S-,! pada permukaan membran. leh
karena itu, #- harus dihitung secara akurat untuk penentuan S-,. #- dan fouling
(scaling! sangat berpengaruh pada umur membran dan /luks permeat [7]. #- dapat
dihubungkan dengan derajat supersaturasi seperti pada persamaan berikut>
s
b
s
m
%
%
%$
%
%
SS asi Supersatur ! (
...........................................................................
('.&!
dengan
#m M konsentrasi <at terlarut pada permukaan membran (gKcm
0
!
#b M konsentrasi <at terlarut pada larutan bulk (gKcm
0
!
$6
#s M konsentrasi <at terlarut pada saat jenuh (saturation le*el! (gKcm
0
!
Beberapa model teoritis dikembangkan untuk menganalisa /enomena
polarisasi konsentrasi. 5ichaels mengajukan teori model pertama yang menjelaskan
e/ek dari proses polarisasi konsentrasi pada sistem ultra/iltrasi dan dikenal dengan
teori gel-polarization (film theory model!. Selain itu terdapat pula model polarisasi
konsentrasi berdasarkan tekanan osmotiknya seperti teori Spiegler-Kedem dan
solution-diffusion models [7]. "eori-teori tersebut dan rele*asinya terhadap penelitian
ini akan dibahas sebagai berikut>
A. e*r$ 2*'el :$l, -Film Theory Model/
5odel /ilm yang sederhana melibatkan persamaan perpindahan massa di/usi-
kon*eksi dapat dilihat pada @ambar '.7.
9a,!ar 2.7. (*n%e" Da%ar Pe,$%a&an 'engan 2e,!ran 'an P*lar$%a%$
(*n%entra%$ "a'a k*n'$%$ )nak
-ada keadaan tunak dalam sistem membran, kesetimbangan <at terlarut dapat
dide/inisikan dalam bentuk persamaan di/erensial sebagai berikut>
1
]
1

,
_


dx
d%
D ! % ! % !
v v p S
..............................................................................
('.%!
dengan
ES M /luks netto <at terlarut yang melewati membran (grKcm
0
.s!
$7
#p M konsentrasi <at terlarut pada permeat (gKcm
0
!
EH M /luks permeat (grKcm
0
.s!
# M konsentrasi <at terlarut pada boundary layer (gKcm
0
!
+ M koe/isien di/usi <at terlarut dalam air (cm
'
Ks!
-ersamaan '.% dapat diintegrasikan pada kondisi batas misalnya batas atas
adalah konsentrasi <at terlarut pada permukaan membran dan batas bawah adalah
konsentrasi <at terlarut pada larutan bulk serta boundary layer ketebalan, N.
-enyelesaian persamaan '.% menghasilkan persamaan teori polarisasi konsentrasi
model teori /ilm.
! ( e=p
k
!
% %
% %
%$
v
p b
p m

OOOOOOOOOOO..OOOOO....OO..O
('.$(!
dengan
#m M konsentrasi <at terlarut pada permukaan membran (gKcm
0
!
#b M konsentrasi <at terlarut pada larutan bulk (gKcm
0
!
#p M konsentrasi <at terlarut pada permeat (gKcm
0
!
k M +K N, koe/isien perpindahan massa yang bergantung pada berat molekul dari
komponen.
#- sangat bergantung pada dua parameter, yaitu E* dan k seperti yang
ditunjukkan pada pada persamaan '.$(. 8luks permeat dapat dengan mudah diukur
dan koe/isien perpindahan massa yang hanya dipengaruhi oleh aliran geometri,
Reynold number dan Schmidt number dapat dihitung dengan menggunakan korelasi
teoritis. -ersamaan '.$( juga dapat dinyatakan dengan rejeksi membran. Rejeksi
aktual R bergantung pada konsentrasi <at terlarut pada permukaan membran.
m
p m
%
% %
R

OOOOOOOOOOOOOOOOOO...OO.OOOOO.
('.$$!
$&
8raksi rejeksi yang teramati (Robs! yang menyatakan kinerja membran berdasarkan
konsentrasi <at terlarut pada larutan bulk dapat dihitung dengan persamaan >
b
p b
obs
%
% %
R

OOOOOOOOOOOOOOOOOOOO.....OOOO
('.$'!
Berikut persamaan konsentrasi polarisasi apabila dihubungkan dengan rejeksi >
R
R
R
R
k
!
atau
k
!
R
R
R
R
obs
obs v v
obs
obs


,
_

$
ln
$
ln e=p
$ $
OOOOOOO......
('.$0!
B. 2*'el (*,!$na%$ 6*l)t$*n+D$55)%$*n.5$l,
5odel ini menyatakan bahwa <at terlarut yang berpindah dinyatakan pada
persamaan berikut>
( )
p m s ' p S
% % $ ! % !
......................................................................................
('.$1!
-s adalah koe/isien overal permeability (cmKs! yang menandai adanya <at terlarut
yang berpindah melewati membran.
Kombinasi antara persamaan '.$'J '.$0 dan '.$1 dapat dinyatakan dalam persamaan
berikut dan parameter yang belum diketahui yaitu #m dan R dapat dieliminasi.

,
_

,
_

v
s
obs
obs v
!
$
R
R
k
!
ln
$
ln
.................................................................................
('.$4!
>. 2*'el (*,!$na%$ 6"$egler+(e'e,
5odel Kombinasi Spiegler-Kedem merupakan salah satu model berdasarkan
tekanan osmotik>
( ) $ L !
p v ...............................................................................................('.$6!
$%
( )
( ) #
#
R

$
$
..........................................................................................................
('.$7!
dan
( )
1
]
1



s
v
$
! #
$
e=p
......................................................................................('.$&!
dengan,
R M rejeksi aktual
B- M pressure drop across membran
BP M osmotic pressure drop across membran
Q M koe/isien re/leksi yang merepresentasikan kemampuan rejeksi membran
-erbedaan yang mendasar antara model solution-diffusion dan model tekanan
osmotik adalah adanya parameter perpindahan Q. -ada model solution-diffusion
parameter perpindahan berada pada range (A QA$. Sedangkan pada model Kombinasi
Spiegler-Kedem sama dengan solution-diffusion models apabila Q M$.
Kombinasi persamaan '.$7 dan '.$& dengan teori model /ilm akan menghasilkan
persamaan sebagai berikut>
1
]
1

,
_

1
]
1

,
_

k
!
$s
!
R
R
v
v
abs
abs
e=p
$
e=p $
$ $

..............................................('.$%!
+engan menggunakan metode estimasi parameter non linier dan data eksperimental
dari rejeksi yang teramati (Robs! serta /luks pelarut saat tekanan yang ditentukan, laju
alir umpan dan konsentrasi, parameter membran Q, -s, dan k dapat diestimasi secara
simultan.
2.2.4. P*ten%$ Scaling "a'a Lar)tan U,"an
'(
-ada proses pemurnian air menggunakan membran R, garam-garam seperti
#a#0, #aS1 dan silika adalah jenis garam yang mudah membentuk scale (kerak!.
leh karena itu, untuk menghindari penurunan kinerja dari membran akibat scaling
perlu diketahui seberapa besar potensi scaling dan batasan-batasan pada saat proses
pemisahan terjadi [7, 21]. Beberapa metode dikembangkan untuk memprediksikan
potensi scaling, khususnya scaling potential index untuk kalsium karbonat #a#0
yang sering diterapkan dalam industri adalah Langelier Saturation Index (;S,!, Stiff
Davis Stability Index (SR+S,! dan Ryznar Stability Index (RS,! [7].
A. Langelier Saturation nde! "LS#
;angelier Saturation ,nde= (;S,! adalah metode yang digunakan untuk
memprediksi stabilitas kalsium karbonat dalam air. ;S, ini dapat memprediksikan
keadaan kalsium karbonat apakah membentuk endapan, larut atau berada pada
kesetimbangan dengan air [21].
;angelier mengembangkan metode untuk memprediksi p9 saat kalsium
karbonat berada dalam kondisi jenuh yang disebut p9s. 5etode ini dapat digunakan
pada sistem air yang mengandung "+S kurang dari $(.((( mgK;. ;S, dide/inisikan
sebagai delta antara p9 aktual sistem dengan p9 saturasi pada keadaan jenuh [7, 21].
"abel '.'. menunjukkan nilai ;S, berdasarkan potensi scaling yang terdapat dalam
larutan.
a!el 2.2. P*ten%$ Scaling Ber'a%arkan N$la$ L6I [10]
L6I P*ten%$al Scaling
(-! "idak ada potensi terjadinya scaling dan air akan melarutkan
#a#0
(3! Scaling dapat terjadi dan #a#0 akan terendapkan
5endekati nol Ambang batas dari potensi scaling. Kualitas air dan perubahan
temperatur dapat mengubah indeks
'$
)ntuk menghitung ;S,, perlu diketahui data-data seperti jumlah kalsium #a
'3
(mgK;
sebagai #a#0!, alkalinity (mgK; sebagai #a#0!, "+S (mgK;!, p9 dan temperatur
sistem [7, 21].
-ersamaan>
p)s p) LSI
.................................................................................................
('.'(!
( ) ( ) D % * ( p)s + + + 0 . %
..............................................................................
('.'$!
[ ] ( )
( )
[ ]
[ ] alkalinity D
%a %
% + *
+DS
(
ana
o
$(
'
$(
$(
$(
log
1 . ( log
44 . 01 '70 log $' . $0
$(
$ log
> dim


+ +

+
B. Stiff $avis Stability nde! "S%$S#
Stiff Davis Stability Index berusaha memperkuat prediksi Langelier
Saturation Index (;S,! yang mendasarkan perhitungan prediksi pada "+S (total
dissolved solid! dengan menambahkan parameter baru yaitu e/ek dari ion-ion tertentu
terhadap driving force yang mendorog terjadinya scaling. Secara teknis, Stiff Davis
Stability Index diterapkan pada aliran umpan dengan konsentrasi diatas $(.(((mgK;
[7].
Sama seperti ;S,, SR+S, ini menggunakan konsep saturasi (keadaan jenuh!.
Stiff Davis Stability Index memprediksi potensi scaling pada air lebih rendah
dibandingkan dengan perhitungan prediksi ;S, untuk keadaan yang sama. -erbedaan
perhitungan ini akibat e/ek dari ion-ion tertentu terhadap driving force yang
mendorong terjadinya scaling [7].
-ersamaan>
''
p)s p) +S, R S
OOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOOO..
('.''!
p9 adalah p9 sistem dan p9s adalah p9 saturasi berdasarkan keberadaan kalsium
karbonat >
, (lk %a p)s + +
OOOOO.OOOOOOOOOOOOOOOO..
('.'0!
S#a adalah /ungsi dari konsentrasi kalsium (#a
'3
! sedangkan SAlk merupakan /ungsi
dari 9#0
-
dan K.
2.2.5. :akt*r+5akt*r <ang ,e,"engar)&$ Scaling
-ada membran R, terdapat beberapa /aktor yang mempengaruhi terjadinya
penurunan /luks dan scaling yaitu psychochemical properties, psychochemical
interaction, membrane psychochemical properties, dan parameter operasi (operating
parameter! [7].
$. $sychochemical properties dari <at terlarut pada umpan
$sychochemical properties dari <at terlarut pada umpan dapat
dide/inisikan sebagai kandungan koloid, p9, derajat supersaturasi,
nukleasi dan tekanan osmotik. 5enurut Sheikholeslami ('((1! diantara
psychochemical properties dari <at terlarut tersebut, kelarutan dan derajat
supersaturasi merupakan hal yang paling berpengaruh terhadap scaling
[22].
'. $sychochemical interaction
#ontohnya> gaya 'an der "alls dan gaya elektrostatik.
0. $sychochemical properties dari membran
'0
#ontohnya> mor/ologi dan muatan dari permukaan membran. Seperti yang
dinyatakan oleh Rahardianto, et all ('((6! bahwa adanya pengaruh
topologi dan muatan permukaan membran terhadap potensi scaling [11].
1. -arameter perasi
-arameter operasi seperti> temperatur, perbandingan permeat dengan
umpan (recovery!, /luks permeat dan hidrodinamika dari sistem dapat
berpengaruh terhadap scaling. Seperti penelitian yang dilakukan 9anson,
et all ('((0! pada membran R dengan air umpan yang mengandung
#aS1 menyatakan bahwa adanya pengaruh dari D recovery (D
produkKumpan! terhadap potensi terjadinya scaling pada membran R.
Recovery tertinggi 7&D, memiliki induction time (waktu yang dibutuhkan
untuk membentuk inti kristal! paling pendek dibandingkan dengan
recovery yang lebih rendah [23].
9al yang sama juga dinyatakan oleh 9amrouni, et all ('(($!, bahwa /aktor-/aktor
yang berpengaruh terhadap scaling adalah konsentrasi garam-garam yang terlarut
dalam air umpan, temperatur operasi, kecepatan aliran /luida, p9 sistem dan waktu
operasi [24].
2.2.6. 2et*'e )nt)k 2engata%$ Scaling
Banyak penelitian telah di/okuskan untuk mencari cara yang paling e/ekti/
dan e/isien untuk mencegah dan meminimalisasi terjadinya proses scaling, mengingat
mekanisme dan proses scaling ini sangat kompleks dan bergantung pada jenis air
umpan dan membran yang digunakan. Beberapa diantaranya adalah penelitian
menggunakan antiscalant seperti 9anson et all ($%%&! membandingkan lima jenis
antiscalant dan bereksperimen pada umpan yang memiliki nilai Langelier Saturation
Index (;S,! '.'-'.6. Al Shammiri et all ('(((! membandingkan dua jenis antiscalant
dengan menganalisa parameter operasi, kualitas produk, rejeksi, laju alir produk [4].
'1
Beberapa metode yang selama ini telah diterapkan untuk mengatasi
permasalahan scaling di industri antara lain pretreatment air umpan, pengaturan
kondisi proses, dan cleaning [5, 25].
$. $retreatment air umpan
5etode pretreatment air umpan meliputi> treatment temperatur,
pengaturan p9, penambahan complexing agent (?+"A, dll!, klorinasi,
adsorpsi dengan karbon akti/, klari/ikasi, dll.
-enambahan antiscalant merupakan salah satu dari bentuk pretreatment
air umpan. #ara kerja antiscalant dalam mencegah terjadinya proses
scaling adalah dengan menginter/ensi proses pembentukan kristal saat
/ase pertumbuhan kristal seperti yang terlihat pada @ambar '.&. [26]>
- +hreshold -ffect> menjadi inhibitor yang dapat mencegah presipitasi
garam yang kelarutannya telah melampaui hasil kali kelarutannya (Ksp!.
- %rystal Distortion -ffect> menginter/ensi pembentukan kristal sehingga
bentuk dan struktur kristal tidak beraturan sehingga menurunkan
kemampuannya untuk membentuk kerak (scale!.
- Dispersancy> membentuk selaput bermuatan disekeliling kristal sehingga
kristal saling menolak satu sama lain untuk bergabung.
9a,!ar 2.8. 2ekan$%,e &ntiscalant 'ala, ,en;ega& "r*%e% scaling
'4
'. Kondisi proses
Scaling dapat diminimalisasi apabila polarisasi konsentrasi menurun.
-olarisasi konsentrasi dapat diturunkan dengan cara meningkatkan
koe/isien perpindahan massa dan menurunkan /luks membran.
0. %leaning
%leaning merupakan proses yang paling praktis yang digunakan untuk
mereduksi scaling. "erdapat beberapa metode cleaning>
a. )ydraulic %leaning
5etode ini meliputi> back flusing yang biasa digunakan pada sistem
membran mikro/iltrasi dan ultra/iltrasi, mengubah tekanan dan arah
aliran pada /rekuensi tertentu [5].
5edote yang akan diterapkan pada penelitian kali ini, yaitu
autoflushing juga termasuk metode hydraulic cleaning. 5etode
autoflushing berbasis pada pada penghentian tekanan operasi selama
beberapa waktu pada saat operasi pemisahan berlangsung sehingga
pada waktu tersebut konsentrasi <at terlarut yang terakumulasi pada
permukaan membran terbawa atau terbilas oleh umpan yang mengalir
dan polarisasi konsentrasi dapat dikontrol sebagaimana yang terlihat
pada @ambar '.%. Karena saat tekanan dihentikan tidak akan ada aliran
produk (permeat!. 5etode ini tidak dapat digunakan pada membran
R bertekanan operasi besar (1(-6(bar!, karena penurunan dan
peningkatan tekanan secara tiba-tiba dapat menyebabkan kerusakan
pada modul membran.
'6
-a/
-!/
9a,!ar 2.0. (*n%e" 6$%te, &utoflush "a'a 8"era%$ 2e,!ran. -a/
(*n'$%$ %aat *"era%$ ,e,!ran? -!/ (*n'$%$ %aat %$%te, '$ autoflush
Seperti yang telah disebutkan pada bab sebelumnya, beberapa
penelitian dan penemuan tentang autoflush lebih ber/okus pada desain
sistem peralatannya seperti membran R sistem autoflush dengan pipa
by-pass pada alat kontrol laju alir konsentratnya yang dipatenkan oleh
Bray ($%76! [13], 5ora et al ($%%'! yang mematenkan sistem
autoflush dengan air dingin [14] dan sistem autoflush yang dikontrol
secara hidrostatik dengan tekanan osmosis dipatenkan oleh
Schoenmeyer ($%%7! [15], sedangkan kee/ekti/an metode ini secara
kuantitati/ dalam menghambat terjadinya scaling belum banyak
diteliti.
b. &echanical %leaning
5etode ini hanya dapat digunakan pada sistem tubular dengan
menggunakan oversized sponge balls.
c. %hemical %leaning
%hemical cleaning merupakan metode yang paling banyak digunakan
untuk mereduksi scaling dihampir semua industri yang menggunakan
'7
membran. -oin penting dalam mengaplikasikan metode ini adalah
pemilihan chemical agent yang akan digunakan dan waktu cleaning
itu sendiri.
Beberapa chemical agent yang biasa digunakan adalah sebagai
berikut> asam seperti asam kuat 90-1 atau asam lemah asam sitrat,
basa seperti 2a9, detergen, complexing agent seperti ?+"A,
polyacrylates, dll
d. -lectric %leaning
-lectric cleaning adalah metode yang sangat spesial. #ara kerjanya
yaitu menambahkan bidang listrik pada membran sehingga partikel
yang semula menempel pada membran akan berpindah kebidang
listrik tersebut. 5etode ini dapat dilakukan tanpa menghentikan proses
membran. Kelemahan dari metode ini adalah kebutuhan akan
membran khusus dan module khusus yang dilengkapi elektroda.
BAB III
2E8D8L89I PENELIIAN
3.1. Ba&an <ang D$g)nakan
'&
-ada penelitian ini akan digunakan larutan model berupa larutan yang
mengandung kalsium bikarbonat. ;arutan tersebut dibuat dengan mencampurkan air
R dan bahan-bahan kimia berupa #a#l' dan 2a9#0 sesuai konsentrasi yang telah
ditentukan. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini dari &erck.
3.2. 4an;angan Penel$t$an 'an 4angka$an Alat
Rancangan $enelitian
-enelitian ini menggunakan larutan sebanyak '; tiap *ariabel dengan
konsentrasi seperti pada tabel 0.$. disesuaikan dengan keragaman konsentrasi #a
maupun bikarbonat yang terkandung dalam air tanah>
a!el 3.1. (*n%entra%$ Lar)tan 2*'el
N*.
@ar.
L6I
e,"
-
1
>/
"H >a>l2 -"",/
NaH>83
-"",/
D6
-"",/
$ -$ '7.4 6.% 6( %( $4(
' -(.4 '7.4 6.% $(( $4$ '4$
0 -(.'4 '7.4 7 $4( ''7 077
1 3(.'4 '7.4 7.$ '(( 0(' 4('
4 3(.4 '7.4 7.' '6( 0%0 640
6 3$ '7.4 7.0 1(( 6(4 $((4
7 3' '7.4 7.4 &(( $'$( '$$(
-otensi scaling pada larutan sangat penting untuk diketahui agar e/ek autoflush
sebagai pengendali scaling dapat diamati. -ada penelitian ini dicoba dengan larutan
yang memiliki nilai ;S, yang berbeda yaitu ;S, dengan nilai (3! dimana terdapat
potensi scaling, (-! artinya, tidak terdapat potensi scaling, ((! merupakan keadaan
netral yang memungkinkan adanya scaling apabila terdapat inter/ensi dari luar sistem
yang telah ditentukan. p9 diukur berdasarkan p9 aktual sistem untuk digunakan
sebagai salah satu parameter dalam menentukan ;S,.
-ercobaan dirancang dalam dua model. Rancangan pertama yaitu
menggunakan larutan model sebagai umpan tanpa menggunakan sistem autoflush
yang dilaksanakan untuk mendapatkan tujuan penelitian yang pertama yakni
'%
mengetahui perilaku penurunan /luks pada membran akibat scaling. Rancangan
kedua yaitu menggunakan larutan model sebagai umpan dengan menggunakan sistem
autoflush yang dilaksanakan untuk mendapatkan tujuan penelitian yang kedua yakni
mempelajari pengaruh parameter autoflush (inter*al dan durasi! terhadap proses
scaling dan mencari hubungan antara karakteristik air umpan (;S,! dengan parameter
autoflush. -ada penelitian ini dua parameter tersebut dirancang seperti ditunjukkan
tabel 0.'.
a!el 3.2. Perlak)an 2et*'e &utoflush )nt)k %et$a" Lar)tan 2*'el
Inter7al =akt) -'et$k/
D)ra%$ -'et$k/
$4 0( 6(
$4( A A A
6(( T T T
$'(( T T T
$&(( T T T
06(( T T T
Rangkaian (lat
-ada penelitian ini rangkaian alat yang akan digunakan terdiri dari satu unit
membran spiral ound jenis #S5 R?-$&$';- yang dilengkapi dengan pompa, dan
tangki untuk menampung air umpan serta pengukur waktu (timer! untuk autoflush
controller yang diset secara otomatis sesuai dengan *ariabel penelitian.
0(
9a,!ar 3.1. 4angka$an Alat
3.3. Pr*%e')r Penel$t$an
-rosedur percobaan terdiri dari pembuatan larutan model, conditioning
membran, percobaan dengan *ariabel yang telah ditentukan seperti yang terlihat pada
@ambar 0.'.
$. Pe,!)atan lar)tan ,*'el
;arutan model dibuat dengan melarutkan #a#l' dan 2a9#0 dengan air R
sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan sesuai tabel "abel 0.$.
'. >*n'$t$*n$ng ,e,!ran
%onditioning membran pada membran terutama membran baru sangat perlu
dilakukan untuk menstabilkan aliran /luks permeat. Kestabilan dapat dicapai
0$
dengan cara mengoperasikan membran R dengan umpan air R dan
mensirkulasikannya selama t 6 jam dengan tekanan operasi 4.4 kgKcm
'
.
0. Per;*!aan 'engan 7ar$a!el <ang tela& '$tent)kan
Rancangan -ertama>
-enelitian diawali dengan mengukur "+S, p9 dan kandungan #a pada
umpan. Sistem autoflush diterapkan pada rancangan ini, yaitu dengan
mengatur timer sesuai dengan *ariabel autoflush yang telah ditentukan,
kemudian sistem dijalankan selama 6 jam dengan tekanan operasi 4.4
kgKcm
'
. +alam operasinya, setiap '( menit sampel permeat dianalisa dengan
menggunakan gelas ukur. Analisa berupa "+S, p9 dan laju alir dari permeat
itu sendiri. 9al yang sama dilakukan untuk setiap *ariabel sesuai dengan
rancangan penelitian yang telah ditentukan.
Rancangan Kedua>
Rancangan kedua hampir sama dengan rancangan yang pertama akan tetapi
pada percobaan ini tidak menggunakan sistem autoflush. -enelitian diawali
dengan mengukur "+S, p9 pada umpan, kemudian sistem dijalankan
selama 6 jam dengan tekanan operasi 4.4 kgKcm
'
. +alam operasinya, setiap
'( menit sampel permeat diambil untuk dianalisa dengan menggunakan
gelas ukur. Analisa berupa "+S, p9 dan laju alir dari permeat itu sendiri.
9al yang sama dilakukan untuk setiap *ariabel sesuai dengan rancangan
penelitian yang telah ditentukan.
0'
9a,!ar 3.2. D$agra, Al$r Penel$t$an
3.4. 2et*'e Anal$%a
+alam penelitian ini digunakan beberapa metode analisa sesuai dengan output data
yang dibutuhkan yaitu>
$. Analisa kadar #a menggunakan metode titrasi substitusi.
'. -engukuran p9 menggunakan p9 meter.
0. -engukuran "+S (total dissolved solid! menggunakan "+S meter.
1. 8luks permeat diukur dengan cara menampung air yang mengalir dalam
gelas ukur dengan *olume tertentu, pada saat yang sama waktu yang
00
dibutuhkan untuk mendapatkan *olume tersebut dicatat sehingga /luks
dapat dihitung dengan persamaan>
t (
'
#luks

+engan H M *olume permeat, A M luas membran dan t M waktu


3.5. Inter"reta%$ Data
,nterpretasi data yang digunakan adalah dalam bentuk gra/ik dan tabel.
01
#ADBAL PENELIIAN
04
DA:A4 PU6A(A
U$V ?//endi, 9., '((0, +elaah ,ualitas (ir *agi $engelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan $erairan., ?disi ketiga, Wogyakarta, Kanisius, $$, 11-1%.
U'V Singh, R., '((6, )ybrid &embrane Systems for "ater $urification/ +echnology
Systems Design and 0perations., ?lse*ier Science R "echnology Books, $-0,
&7-&&.
U0V "ay, K.@., Song, ;., '((4, 1( &ore -ffective &ethod for #ouling
%haracterization in a #ull Scale Reverse 0smosis $rocess.2, +esalination, Hol
$77, %4-$(7.
U1V :ang, W., '((4. %omposite #ouling of %alcium Sulfate and %alcium %abonate
in Dynamic Seaater Reverse 0smosis 3nit. School o/ #hemical ?ngineering
and ,ndustrial #hemistry. )ni*ersity o/ 2ew South :ales.
U4V 5ulder, 5., $%%6, *asic $rinciples of &embrane +echnology. '
nd
edition.,
;ondon, Kluwer Academic -ublishers, 6, 11&, 1$6-1$&, 140-146.
U6V 9idayat, :., '((7, +eknologi &embran. &a4ari &agazine, www.majari.com, 1
+ecember '((& (6.(( pm.
U7V 5usto/a, @.5., '((7, +he Study of $retreatment 0ptions for %omposite #ouling
of Reverse 0smosis &embrane 3sed in "ater +reatment and $roduction. School
o/ #hemical Science and ?ngineering. )ni*ersity o/ South :ales.
U&V Song, ;., 9u, E.W., ng, S.;., 2g, :.E., ?limelech, 5., :il/, 5., '((0,
1$erformance Limitation of +he #ull-Scale Reverse 0smosis $rocess.2, Eournal
o/ 5embrane Science, Hol '$1, '0%-'11.
U%V Sheikholeslami, R., ng, 9.:.K., '((0, 1,inetics and +hermodynamics of
%alcium %arbonate and %alcium Sulfate at Salinities up to 5.6 &.2,
+esalination, Hol $47, '$7-'01.
U$(V Rahardianto, A., Shih, :.W., ;ee, R.:., #ohen, W., '((6, 1Diagnostic
%haracterization 0f 7ypsum Scale #ormation (nd %ontrol In Ro &embrane
Desalination 0f *rackish "ater.2, Eournal o/ 5embrane Science, Hol '7%, 644X
66&.
U$$V Ieiher, ?.9.K., 9o, B., :illiam, K.+., '((0, 18ovel (ntiscalant Dosing
%ontrol.2, +esalination, Hol $47, '%%-0$6
U$'V Sagle, A., 8reeman, B., '((1, #undamentals of &embranes for "ater
+reatment., )ni*ersity o/ "e=as at Austin.
U$0V Bray, +."., $%76, Reverse 0smosis System ith (utomatic #lushing., )S -atent
0%4%$16.
U$1V 5ora, 9.8., hara, R.E., 9ills, A., $%%', %ompact Reverse 0smosis System ith
%old "ater #lush., )S -atent 4$'''64.
U$4V Schoenmeyr, ,., $%%7, )ydrosticcaly Driven 0smotic &embrane #lush System
for a Reverse 0smotic "ater $urification System., )S -atent 464&147.
U$6V :illiam, 5.?., '((0, ( *rief Revie of Reverse 0smosis &embrane
+echnology., ??" #orporation and :illiams ?ngineering Ser*ices #ompany.
U$7V +echnical &anual #ilmtec/ Reverse 0smosis &embranes., +ow ;iYuid
Separations, $$-$'.
U$&V #ohen, W., '((', Scale #ormation %ontrol., +R,- :orkshop, ;os Angeles, #A.
===."*l<%e".)n;le.e'). '& 2o*ember '((& $(>$%am.
U$%V Eohnson, @., #ulkin, B., 5onroe, 5., '((0, ,inetics of &ineral Scale
&embrane #ouling/ ( %omparison of %onventional %rossflo &embranes and
'S-$, a 'ibratory &embrane System., "echnical Article /rom 2ew ;ogic
Research, ,ncorporated.
U'(V Drak, A., Glucina, K., Busch, M., Hasson, D. Lane, J.M., Semiat,
R., '(((, 1Laboratory +echni9ue for $redicting +he Scaling $ropensity of R0
#eed "aters.2, -roceedings o/ the #on/erence on 5embranes in +rinking and
,ndustrial :ater -roduction, Hol.', 1&0-1%'.
U'$V ?dstrom ,ndustries, '((0, Scale-#orming +endency of "ater., ?dstrom
,ndustries, ,nc. or www.edstrom.com 2o*ember '((& $(>0$am.
U''V Sheikholeslami, R., '((1, 1(ssesment of +he Scaling $otential for Sparingly
Soluble Salts in R0 and 3# 3nits.2, +esalination, Hol $67, '17-'46.
U'0V 9anson, +., +rak, A., Semiat, R., '((0, 1Induction +imes Induced in an R0
System by (ntiscalant Delaying %aS0: $recipitation.2, +esalination, Hol $47,
$%0-'(7.
U'1V 9amrouni, B., +hahbi, 5., '(($, 1+hermodynamic Description of Saline
"aters-$rediction of Scaling Limits in Desalination $rocess.2, +esalination,
Hol. $07, '74-'&1.
U'4V ;ueck, S., '(((, &embrane %leaning., R+, Systems #orp.
===.r*')%<%te,%.;*, , '& 2o*ember '((& $(>$4am.
U'6V +arton, ?. @., '(((, Scale Inhibition +echni9ues 3sed in membrane Systems.
-erma#are )SA, ,nc.

Anda mungkin juga menyukai