Anda di halaman 1dari 14

Skenario A Blok 27

1 jam sebelum masuk RS, Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong
kayu. Bujang pingsan kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali dan melaporkan kejadian
ini ke kantor polisi terdekat. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et
repertum, di RSUD Bujang mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri
kepala hebat dan muntah.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan:
RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit, GCS: E4 M6 V5, pupil
isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif.
Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-)
Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan
dasar fraktur tukang linier.
Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung
Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan, tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri.
Dari hasil pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran didapatkan:
Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg.
Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata. Pupil
anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri reaktif/normal.
Pada saat itu Anda merupakan Dokter jaga UGD di RSUD tersebut dibantu oleh 3 orang
perawat.


Klarifikasi Istilah
1. Visum et repertum :
2. Memar : jejas pada suatu bagian karena kerusakan kulit.
3. Pupil anisokor : ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata.
4. Pupil isokor : ukuran diameter kedua pupil mata sama.
5. Hematom : pengumpulan darah setempat, umumnya menggumpal, dalam
organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya dinding
pembuluh darah.
6. Muntah : pengeluaran isi lambung melalui mulut
7. Sub-conjungtival bleeding :
Identifikasi Masalah
1. Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong kayu, Bujang pingsan
kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali.
2. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et repertum, di RSUD Bujang
mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan muntah.
3. Pemeriksaan sadar
4. Pemeriksaan saat penurunan kesadaran
Analisis Masalah
1. Apa saja mekanisme trauma yang terjadi pada kasus ini? bellin, FERRY, memey
Jawab:
Berdasarkan scenario, trauma yang dialami oleh Bujang adalah trauma mekanik tumpul
dengan jenis luka yang dialami adalah luka memar dan luka robek.

2. Apa saja kemungkinan trauma yang terjadi pada kasus ini? tafdhil, puti
3. Jenis-jenis cedera kepala? bellin, memey
4. Makna klinis pingsan 5 menit kemudian sadar lagi dan pingsan lagi? Ridhya, FERRY,
puti
Jawab:
Gejala tersebut menunjukkan adanya lucid interval yaitu tenggang waktu antara
kejadian trauma kapitis dan mulai timbulnya penurunan kesadaran. Lucid interval
merupakan gejala khas pada epidural hematoma (EDH).

Mekanisme pingsan 5 menit lalu sadar :
Benturan kepalagoncangan pada batang otakpons turun, a. basilaris
meregangperfusi ke ascending reticulo activation system (ARAS)
terganggupenurunan kesadaranpingsan selama 5 menitstabil (ARAS kembali
berfungsi) sadar kembali

Mekanisme pingsan kembali :
Trauma kepala frakturpecahnya arteri meningea media di antara duramater dan
tengkorak pembentukan hematoma di epidural TIK kompresi lobus
temporalis ke arah bawah dan dalam herniasi uncus melalui incisura tentorii
menekan batang otak (ARAS) penurunan kesadaran (pingsan) kembali

5. Apa tujuan dibuat visum et repertum? tafdhil, bellin
6. Bagaimana sistematika dalam membuat visum et repertum? memey, amel
7. Bagaimana mekanisme luka dan memar di kepala sebelah kanan, nyeri kepala hebat, dan
muntah? Tafdhil, FERRY, ridhya
Jawab:
Luka dan memar di kepala sebelah kanan
Pukulan di kepala dari arah samping dan depan penekanan kuat dan tiba-tiba pada
pada kulit kepala kulit kepala pecah atau robek luka

Pukulan di kepala dari arah samping dan depan penekanan kuat dan tiba-tiba pada
pada tulang tengkorak fraktur dan adanya pergeseran sementara pada otak
robeknya arteri meningea media pada daerah epidural darah mengisi daerah
epidural darah membeku hematom (memar)

Nyeri kepala hebat disertai muntah
Nyeri kepala dan muntah pada kasus ini disebabkan oleh peningkatan tekanan
intracranial. Mekanisme peningkatan intracranial : Pukulan dari arah
sampingfraktur di os temporalruptur a. meningea mediahematoma
epiduralketika kompensasi tidak bisa terjadi lagiTIK terjadi penekanan pada
pusat muntahterjadi reflex muntah.

8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan saat sadar?
RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit (amel, bellin, ridhya)
GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif
(puti, FERRY)
Jawab:
GCS E4M6V5 E4M6V5 Normal
pupil isokor Isokor Normal, N. III normal
reflex cahaya : pupil
kanan reaktif, pupil
kiri reaktif
Reaktif Normal, N. III normal

Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-)
(ridhya, amel, memey)
Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul
dengan dasar fraktur tulang linier. (tafdhil, FERRY, puti)
Jawab:
Regio temporal
dextra :
tampak luka ukuran
6x1 cm, tepi tidak
rata, sudut tumpul
dengan dasar fraktur
tulang
Tidak ada
jejas
Ada trauma tumpul

Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung (bella, ferdy,
kardiyus)
9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan saat terjadi
penurunan kesadaran?
Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg (syahid,
puput, raven)
Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata
(kiky, ferdy)
Pupil anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri
reaktif/normal (raven, bella, syahid)
10. Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan pemeriksaan tambahan dalam kasus ini?
(puput, kiky, ferdy)
11. Apa diagnosis banding pada kasus ini? (raven, syahid, bella)
12. Epidemiologi cedera kepala? (kiky, kardiyus, puput)
13. Bagaimana tatalaksana di UGD pada kasus ini (1 dokter jaga di UGD dan 3 orang
perawat)? (kardiyus, syahid)
14. Apa komplikasi pada kasus ini? Jelaskan! (ferdy, raven)
15. Bagaimana prognosis pada kasus ini? (puput, kardiyus)
16. Apa SKDI kasus ini? (bella, kiky)

Hipotesis
Bujang mengalami perdarahan epidural dengan fraktur basis cranii karena trauma tumpul
kepala.

LI
Anatomi kepala (FERRY, memey, ridhya)
1. Kulit Kepala
a. SCALP
Kulit kepala terdiri atas lima lapis, tiga lapisan yang pertama saling melekat dan
bergerak sebagai sebuah unit. Untuk membantu mengingat nama kelima lapisan kulit
kepala tersebut, gunakan setiap huruf dari SCALP (kulit kepala) untuk menunjukkan
lapisan kulit kepala
Skin : kulit, tebal dan berambut, dan mengandung banyak kelenjar sebacea
Connective tissue : jaringan ikat di bawah kulit, yang merupakan jaringan lemak
fibrosa. Septa fibrosa menghubungkan kulit dengan aponeurosis
m.occipitofrontalis. Pada lapisan ini terdapat banyak pembuluh arteri dan vena.
Arteri merupakan cabang-cabang dari a. carotis externa dan interna, dan terdapat
anastomosis yang luas di antara cabang-cabang ini.
Aponeurosis (epicranial), merupakan lembaran tendo yang tipis, yang
menghubungkan venter occipitale dan venter frontale m.occipitofrontalis. Pinggir
lateral aponeurosis melekat pada fascia temporalis.
Spatium subapomeuroticum adalah ruang potensial di bawah aponeurosis
epicranial. Dibatasi di depan dan belakang oleh origo m.occipitofrontalis dan
melah ke lateral sampai ke tempat perlekatan aponeurosis pada fascia temporalis
Loose areolar tissue : jaringan ikat, yang mengisi spatium subaponeuroticum dan
secara longgar menghubungkan cranium (pericranium). Jaringan areolar ini
mengandung beberapa arteri kecil, dan juga beberapa vv.emissaria yang penting.
Vv.emissaria tidak berkatup dan menghubungkan vena-vena superificial kulit
kepala dengan vv.diploicae tulang tengkorak dan dengan sinus venosus
intracranialis.
Pericranium, merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang
tengkorak. Perlu diingat bahwa sutura di antara tulang tulang tengkorak dan
periosteum pada permukaan luar tulang berlanjut dengan periosteum pada
permukaan dalam tulang-tulang tengkorak.

b. Otot-otot Kulit Kepala
M.Occipitofrontalis
Origo : otot ini mempunyai empat venter, dua occipitalis dan dua frontalis, yang
dihubungkan oleh aponeurosis. Setiap venter occipitalis berasal dari linea nuchalis
suprema ossis occipitale dan berjalan ke depan untuk melekat pada aponeurosis.
Setiap venter frontalis berasal dari kulit dan fascia superficialis alis mata,
berjalan ke belakang untuk melekat pada aponeurosis.
Persarafan : venter occipitalis dipersarafi oleh ramus auricularis n.facialis, venter
frontalis dipersarafi oleh ramus temporalis n.facialis
Fungsi : ketiga lapisan pertama kulit kepala dapat bergerak ke depan dan
belakang, jaringan ikat longgar dari lapisan keempat kulit kepala memungkinkan
aponeurosis bergerak di atas pericranium. Venter frontalis dapat menaikkan alis
mata seperti pada ekspresi keheranan dan ketakutan.
c. Persarafan Sensorik Kulit Kepala
Truncus utama saraf sensorik terletak pada fascia superficialis. Dari anterior di
garis tengah menuju ke lateral ditemukan saraf-saraf berikut ini :
N.supratrochlearis, cabang dari divisi ophtalmica n.trigeminus, membelok di
sekitar margo superior orbitalis dan berjalan ke depan di atas dahi. Mempersarafi kulit
kepala ke arah belakang sampai ke vertex. N.zygomaticotemporalis, cabang dari
divisi maxillaris n.trigeminus, mempersarafi kulit kepala di atas
pipi.N.auriculotemporales, cabang dari divisi mandibula n.trigeminus, berjalan ke
atas di samping kepala dari depan aurikula. Cabang terakhirnya mempersarafi kulit
daerah temporal. N.occipitalis minor, cabang dari plexus cervicalis (C2),
mempersarafi kulit kepala di bagian lateral regio occipitale dan kulit di atas
permukaan medial auricula. N.occipitalis major, cabang dari ramus posterior
n.cervicalis kedua, berjalan ke atas di belakang kepala dan mempersarafi kulit sampai
ke depan sejauh vertex cranii.
d. Pendarahan Kulit Kepala
Kulit kepala mempunyai banyak suplai darah untuk memberi makanan ke
folikel rambut, dan oleh karena itu, luka kecil akan menyebabkan perdarahan yang
banyak. Arteri terletak di dalam fascia superficialis. Dari arah anterior ke lateral,
ditemukan arteri-arteri berikut ini :
A. supratrochlearis dari a.supraorbitalis, cabang-cabang a.ophthalmica,
berjalan ke atas melalui dahi bersama dengan n.supratrochlearis dan
n.supraorbitalis.
A.temporalis superficialis, cabang terminal kecil a.carotis externa, berjalan di
depan auricula bersama dengan n.auriculotemporalis. arteri ini bercabang dua,
ramus anterior dan posterior yang mendarahi kulit di daerah frontal dan temporal.
A.auricularis posterior cabang a.caroti externa, naik di belakang telinga dan
mendarahi kulit kepala di atas dan belakang telinga.
A.occipitalis, sebuah cabang a.carotis externa, berjalan ke atas dari puncak
trigonum posterior bersama dengan n.occipitalis major. Pembuluh ini mendarahi
kulit di belakang kepala sampai ke vertex cranii.
e. Aliran Vena Kulit Kepala
V.supratrochlearis dan v.supraorbitalis bersatu di pinggir medial orbita
untuk membentuk v.facialis. V.temporalis superficialis bersatu dengan v.maxillaris
di dalam substansi glandula parotidea untuk membentuk v.retromandibularis.
V.auricularis posterior bersatu denga divisi posterior v.retromandibularis, tepat di
bawah glandula parotidea, untuk membentuk v.jugularis externa. V.occipitalis
bermuara ke plexus venosus suboccipitalis, yang terletak di dasar bagian atas
trigonum posterior, kemudian plexus bermuara ke dalam v.vertebralis atau v.jugularis
interna. Vena-vena di kulit kepala beranastomosis luas satu dengan yang lain,
dihubungkan ke vv.diploicae tulang tengkorak dan sinus venosus intracranial oleh
Vv.emissariae yang tidak berkatup.



2. Cavum Cranii
Cavum cranii berisi otak dan meningen yang membungkusnya, bagian saraf otak,
arteri, vena dan sinus venosus.
a. Calvaria
Permukaan dalam calvaria memperlihatkan sutura coronalis, sagitalis,
lambdoidea. Pada garis tengah terdapat sulcus sagittalis yang dangkal untuk tempat sinus
sagittalis superior. Di kanan dan kiri sulcus terdapat beberapa lubang kecil, disebut
foveae granulares yang menjadi tempat lacunae laterales dan granulationes
arachnoidales. Didapatkan sejumlah alur dangkal untuk divisi anterior dan poesterior a.
et v.meningea media sewaktu keduanya berjalan di sisi tengkorak menuju calvaria.
b. Basis Cranii
Bagian dalam basis cranii dibagi dalam tiga fossa yaitu fossa cranii anterior,
media, dan posterior. Fossa cranii anterior dipisahkan dari fossa cranii media oleh ala
minor ossis sphenoidalis, dan fossa cranii media dipisahkan dari fossa cranii posterior
oleh pars petrosa ossis temporalis.
1) Fossa Cranii Anterior
Fossa cranii anterior menampung lobus frontalis cerebri. Dibatasi di anterior oleh
permukaan dalam os.frontale, dan di garis tengah terdapat crista untuk tempat melekatnya
falx cerebri. Batas posteriornya adalah ala minor ossis sphenoidalis yang tajam dan
bersendi di lateral dengan os frontale dan bertemu dengan angulus anteroinferior os
parietale atau pterion.Ujung medial ala minor ossis sphenoidalis membentuk processus
clinoideus anterior pada masing-masing sisi, yang menjadi tempat melekatnya
tentorium cerebelli. Bagian tengah fossa cranii media dibatasi di posterior oleh alur
chiasma opticum.
Dasar fossa dibentuk oleh pars orbitalis ossis frontale di lateral dan oleh lamina
cribriformis ossis ethmoidalis di medial. Crista galli adalah tonjolan tajam ke atas dari
os ethmoidale di garis tengah dan merupakan tempat melekatnya falx cerebri. Di antara
crista galli dan crista ossis frontalis terdapat apertura kecil, yaitu foramen cecum, untuk
tempat lewatnya vena kecil dari mucosa hidung menuju ke sinus sagittalis superior.
Sepanjang crista galli terdapat celah sempit pada lamina cribriformis untuk tempat
lewatnya n.ethmoidalis anterior menuju ke cavum nasi. Permukaan atas lamina
cribriformis menyokong bulbus olfactorius, dan lubang-lubang halus pada lamina
cribrosa dilalui oleh n.olfactorius.

2) Fossa Cranii Media
Fossa cranii media terdiri dari bagian medial yang sempit dan bagian lateral yang
lebar. Bagian medial yang agak tinggi dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis, dan
bagian lateral yang luas membentuk cekungan di kanan dan kiri, yang menampung lobus
temporalis cerebri. Di anterior dibatasi oleh ala minor ossis sphenoidalis dan di posterior
oleh batas atas pars petrosa ossis temporalis. Di lateral terletak pars squamosa ossis
temporalis, ala major ossis sphenoidalis dan os parietale. Dasar dari masing-masing
bagian lateral fossa cranii media dibentuk leh ala major ossis sphenoidalis dan pars
squamosa dan petrosa ossis temporalis.
Os sphenoidale mirip kelelawar dengan corpus terletak di bagian tengah dan ala
major dan minor terbentang kanan dan kiri. Corpus ossis sphenoidalis berisi sinus
sphenoidalis yang berisi udara, yang dibatasi oleh membrana mucosa dan berhubungan
dengan rongga hidung. Sinus ini berfungsi sebagai resonator suara. Di anterior, canalis
opticus dilalui oleh n.opticus dan a.ophthalmica, sebuah cabang dari a.carotis interna,
menuju orbita. Fissura orbitalis superior, yang merupakan celah di antara ala major dan
minor ossis sphenoidalis, dilalui oleh n.lacrimalis, n.frontalis, n.trochlearis,
n.oculomotorius, n.nasociliaris, dan n.abducens, bersama dengan v.ophthalmica superior.
Sinus venosus sphenoparietalis berjalan ke medial sepanjang pinggir posterior ala minor
ossis sphenoidalis dan bermuara ke dalam sinus cavernosus.
Foramen rotundum, terletak di belakang ujung medial fissura orbitalis superior,
menembus ala major ossis sphenoidalis dan dilalui oleh n.maxillaris dari ganglion
trigeminus menuju fossa pterygopalatina. Foramen ovale terletak posterolateral terhadap
foramen rotundum dan menembus ala major ossis sphenoidalis dan dilalui oleh radix
sensorik besar dan radix motorik kecil dari n.mandibularis menuju ke fossa
infratemporalis n.petrosus minus juga berjalan melalui foramen ini.
Foramen spinosum yang kecil terletak posterolateral terhadap foramen ovale dan
juga menembus ala major ossis sphenoidalis. Foramen ini dilalui oleh a.meningea media
dari fossa infratemporalis menuju ke cavum cranii. Kemudian arteri berjalan ke depan
dan lateral di dalam alur pada permukaan atas pars squamosa ossis temporalis dan ala
major ossis sphenoidalis. Pembuluh ini berjalan dalam jarak yang pendek, kemudian
terbagi dalam ramus anterior dan posterior. Ramus anterior berjalan ke depan dan atas, ke
angulus anteroinferior ossis temporalis. Di sini, arteri membuat saluran yang pendek dan
dalam, kemudian berjalan ke belakang dan atas pada os parietale. Pada tempat ini, arteri
paling mudah cedera akibat pukulan pada kepala. Ramus posterior berjalan ke belakang
dan atas, melintasi pars squamosa ossis temporalis untuk sampai os parietale.
Foramen laserum besar dan iregular terletak antara apeks pars petrosa osis
temporalis dan os sphenoidale. Muara inferior foramen laserum terisi kartilago dan
jaringan fibrosa, dan hanya sedikit pembuluh darah melalui jaringan tersebut dari rongga
tengkorak ke leher. Canalis caroticus bermuara pada sisi foramen lacerum di atas muara
inferior yang tertutup. A.carotis interna masuk ke foramen dari canalis ini dan segera
melengkung ke atas untuk sampai pada sisi corpus ossis sphenoidalis. Di sini, arteri ini
membelok ke depan dalam sinus cavernosus untuk mencapai daerah processus clinoideus
anterior. Pada tempat ini, a.carotis interna membelok vertikal ke atas, medial terhadap
processus clinoideus anterior, dan muncul dari sinus cavernosus.
Lateral terhadap foramen lacerum terdapat lekukan pada apeks pars petrosa ossis
temporalis untuk ganglion temporalis. Pada permukaan anterior os petrosus terdapat dua
alur saraf, alur medial yang lebih besar untuk n.petrosus major, sebuah cabang
n.facialis, dan alur lateral yang lebih kecil untuk n.petrosus minor, sebuah cabang dari
plexus tymphanicus. N. petrosus major ke dalam foramen lacerum dibawah ganglion
trigeminus dan bergabung dengan n.petrosus profundus (serabut symphatis dari sekitar
a.carotis interna), untuk membentuk n.canalis pterygoidei. N. petrosus minor berjalan ke
depan ke foramen ovale.
N.abducens melengkung tajam ke depan, melintasi apeks os petrosus, medial
terhadap ganglion trigeminus. Di sini, saraf ini meninggalkan fossa cranii posterior dan
masuk ke dalam sinus cavernosus. Eminentia arcuata adalah penonjolan bulat yang
terdapat pada permukaan anterior os petrosus dan ditimbulkan oleh canalis
semicircularis superior yang terletak di bawahnya. Tegmen tympani adalah lempeng
tipis tulang, yang merupakan penonjolan ke depan pars petrosa ossis temporalis dan
terletak berdampingan dengan pars squamosa tulang ini. Dari belakang ke depan,
lempeng ini membentuk atap antrum mastoideum, cavum tympani dan tuba auditiva.
Lempeng tipis tulang ini merupakan satu-satunya penyekat utama penyebaran infeksi dari
dalam cavum tympani ke lobus temporalis cerebri.
Bagian medial fossa cranii media dibentuk oleh corpus ossis sphenoidalis. Di
depan terdapat sulcus chiasmatis, yang berhubungan dengan chiasma opticum dan
berhubungan ke lateral dengan canalis opticus. Posterior terhadap sulcus terdapat
peninggian, disebut tuberculum sellae. Di belakang peninggian ini terdapat cekungan
dalam, yaitu sella turcica, yang merupakan tempat glandula hypophisis. Sella turcica
dibatasi di posterior oleh lempeng tulang bersegi empat yang disebut dorsum sellae.
Angulus superior dorsum sellae mempunyai dua tuberculum disebut processus
clinoideus posterior, yang menjadi tempat perlekatan dari pinggir tetap tentorium
cerebelli.
3) Fossa Cranii Posterior
Fossa cranii posterior dalam dan menampung bagian otak belakang, yaitu
cerebellum, pons dan medulla oblongata. Di anterior fossa dibatasi oleh pinggir superior
pars petrosa ossis temporalis dan di posterior dibatasi oleh permukaan dalam pars
squamosa ossis occipitalis. Dasar fossa cranii posterior dibentuk oleh pars basillaris,
condylaris, dan squamosa ossis occipitalis dan pars mastoideus ossis temporalis. Atap
fossa dibentuk oleh lipatan dura, tentorium cerebelli, yang terletak di antara cerebellum
di sebelah bawah dan lobus occipitalis cerebri di sebelah atas.
Foramen magnum menempati daerah pusat dari dasar fossa dan dilalui oleh
medulla oblongata dengan meningen yang meliputinya, pars spinalis ascendens
n.accessories, dan kedua a.vertebralis. Canalis hypoglossi terletak di atas pinggir
anterolateral foramen magnum dan dilalui oleh n.hypoglossus. Foramen jugularis
terletak di antara pinggir bawah pars petrosa ossis temporalis dan pars condylaris ossis
occipitalis. Foramen ini dilalui oleh struktur berikut ini dari depan ke belakang : sinus
petrosus inferior, n.IX, n.X dan n.XI, dan sinus sigmoideus yang besar. Sinus petrosus
inferior berjalan turun di dalam alur pada pinggir bawah pars petrosa ossis temporalis
untuk mencapai foramen. Sinus sigmoideus berbelok ke bawah melalui foramen dan
berlanjut sebagai v.jugularis interna.
Meatus acusticus internus menembus permukaan superior pars petrosa ossis
temporalis. Lubang ini dilalui oleh n.verstibulocochlearis dan radix motorik dan senorik
n.facialis. Crista occipitalis interna berjalan ke atas di garis tengah, posterior terhadap
foramen magnum, menuju ke protuberantia occipitalis interna. Pada crista ini melekat
falx cerebelli yang kecil, yang menutupi sinus occipitalis.
Kanan dan kiri dari protuberantia occipitalis interna terdapat alur lebar untuk sinus
transversus. Alur ini terbentang di kedua sisi, pada permukaan dalam os occipitale,
sampai ke angulus inferior atau sudut os parietale. Kemudian alur berlanjut ke pars
mastoideus ossis temporalis, dan di sini sinus transversus berlanjut sebagai sinus
sigmoideus. Sinus petrosus superior berjalan ke belakang sepanjang pinggir atas os
petrosus di dalam sebuah alur sempit dan bermuara ke dalam sinus sigmoideus. Sewaktu
berjalan turun ke foramen jugulare, sinus sigmoideus membuat alur yang dalam pada
bagian belakang os petrosus dan pars mastoideus ossis temporalis. Di sini, sinus
sigmoideus terletak tepat posterior terhadap antrum amstoideum.
3. Meningen
Selaput meningen menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan
yaitu : duramater, araknoid dan piamater.
Duramater adalah selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang
melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Karena tidak melekat pada selaput
araknoid di bawahnya, maka terdapat suatu ruang potensial (ruang subdural) yang
terletak antara duramater dan araknoid, dimana sering dijumpai perdarahan subdural.
Pada cedera otak, pembuluh-pembuluh vena yang berjalan pada permukaan otak
menuju sinus sagitalis superior di garis tengah atau disebut Bridging Veins, dapat
mengalami robekan dan menyebabkan perdarahan subdural. Sinus sagitalis superior
mengalirkan darah vena ke sinus transversus dan sinus sigmoideus. Laserasi dari sinus-
sinus ini dapat mengakibatkan perdarahan hebat. Arteri-arteri meningea terletak antara
duramater dan permukaan dalam dari kranium (ruang epidural). Adanya fraktur dari
tulang kepala dapat menyebabkan laserasi pada arteri-arteri ini dan dapat menyebabkan
perdarahan epidural. Yang paling sering mengalami cedera adalah arteri meningea media
yang terletak pada fosa temporalis (fosa media).
Dibawah duramater terdapat lapisan kedua dari meningen, yang tipis dan tembus
pandang disebut lapisan araknoid. Lapisan ketiga adalah piamater yang melekat erat
permukaan korteks serebri. Cairan serebrospinal bersirkulasi dalam ruang sub araknoid.
4. Otak
Otak manusia terdiri dari serebrum, serebelum, dan batang otak. Serebrum terdiri
atas hemisfer kanan dan kiri yang dipisahkan oleh falks serebri yaitu lipatan duramater
dari sisi inferior sinus sagitalis superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara
manusia. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut sebagai hemisfer
dominan.
Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fiungsi motorik, dan pada sisi
dominan mengandung pusat ekspresi bicara. Lobus parietal berhubungan dengan fungsi
sensorik dan orientasi ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori. Lobus oksipital
bertanggung jawab dalam proses penglihatan. Batang otak terdiri dari mesensefalon (mid
brain), pons, dan medula oblongata. Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem
aktivasi retikular yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medula
oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang sampai medulla
spinalis dibawahnya. Lesi yang kecil saja pada batang otak sudah dapat menyebabkan
defisit neurologis yang berat. Serebelum bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan
keseimbangan, terletak dalam fosa posterior, berhubungan dengan medula spinalis,
batang otak, dan juga kedua hemisfer serebri.
5. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal (CSS) dihasilkan oleh pleksus khoroideus dengan
kecepatan produksi sebanyak 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral melalui
foramen monro menuju ventrikel III kemudian melalui aquaductus sylvii menuju
ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan masuk ke dalam ruang
subaraknoid yang berada di seluruh permukaan otak dan medula spinalis. CSS akan
direabsorbsi ke dalam sirkulasi vena melalui vili araknoid.
6. Tentorium
Tentorium serebelli membagi rongga tengkorak menjadi ruang supra tentorial
(terdiri atas fossa kranii anterior dan fossa kranii media) dan ruang infratentorial (berisi
fosa kranii posterior).

Cedera kepala (bella, puput, kardiyus, ferdy)
Visum et repertum (tafdhil, amel, bellin)
Initial assesment (syahid, raven, puti, kiky)

Anda mungkin juga menyukai