Anda di halaman 1dari 18

Spesifikasi Teknis Page 1

BAB XII
SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 01 : PEMBERI TUGAS, DIREKSI DAN PEMBORONG
1.1 Dalam persyaratan ini bertindak sebagai pemberi tugas ialah Pejabat
Pembuat Komitmen sebagai Pemilik Pekerjaan yang bertanggung
jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa yang diangkat
oleh Kuasa Pengguna Anggaran dalam hal ini adalah Kepala Dinas
Pekerjaan Umum Kabupaten Bengkayang.
1.2 Pengawas lapangan ialah petugas-petugas yang ditunjuk oleh Pejabat
Pembuat Komitmen melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Pekerjaan
Umum Kabupaten Bengkayang yang bertindak untuk dan atas nama
Pejabat Pembuat Komitmen.
1.3 Pemborong / Penyedia Jasa Ialah Perusahaan atau Badan Usaha
Berbadan Hukum yang diserahi tugas untuk melaksanakan
pembangunan Proyek atas dasar pelelangan/ penunjukan dengan
syarat-syarat sebagaimana tercantum dalam persyaratan ini.
Pasal 02 : PENJELASAN RKS DAN GAMBAR
2.1 Kontraktor Wajib meneliti semua gambar dan rencana kerja dan
syarat-syarat (RSK) termasuk tambahan dan perubahannya yang
dicantumkan dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing )
2.2 Bila Gambar tidak sesuai dengan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (
RSK ), maka yang mengikat / berlaku adalah ketentuan yang ada
dalam RKS. Bila suatu gambar yang tidak cocok dengan gambar yang
lain, maka gambar yang mempunyai skala besar yang berlaku.
2.3 Bila perbedaan-perbedaan tersebut menimbulkan keragu-raguan
sehingga dalam pelaksanaan menimbulkan kesalahan maka kontraktor
wajib menanyakan kepada Konsultan Pengawas / Direksi dan
Kontraktor wajib mengikuti keputusannya.
PASAL 03 : JADWAL PELAKSANAAN
3.1 Sebelum memulai pekerjaan yang nyata dilapangan pekerjaan ,
Kontraktor wajib membuat rencana pekerjaan pelaksanaan dan
bagian-bagian berupa Bart- Chart dan Curva S yang telah
Spesifikasi Teknis Page 2

mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Konsultan Pengawas /
Direksi Teknis.
3.2 Kontraktor wajib memberikan salinan rencana kerja rangkap 4 (
Empat ) kepada Direksi Teknis / Konsulatan Pengawas . Satu salinan
dilapangan yang selalu diikuti dengan grafik kemajuan pekerjaan (
prestasi kerja ) dilapangan.
3.3 Konsultan Pengawas/Direksi Teknis akan menilai prestasi pekerjaan
kontraktor berdasarkan rencana kerja tersebut.
3.4 Selambat-lambatnya 7 ( Tujuh ) hari setelah penandatanganan
kontrak, penyedia jasa harus mengajukan penyesuaian pelaksanaan
pekerjaan kepada Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk
mendapat persetujuan jadwal dan rencana pelaksanaan pekerjaan.
PASAL 04 : TEMPAT TINGGAL ( DOMISILI) KONTRAKTOR
4.1 Untuk menjaga kemungkinan diperlukannya kerja diluar jam kerja (
Lembur ) apabila terjadi hal hal yang mendesak, kontraktor wajib
memberitahukan secara tertulis kepada Pengelola Proyek dan Direksi
Teknis / Konsultan Pengawas.
4.2 Alamat Kontraktor atau Pelaksana diharapkan tidak berpindah
pindah selama pekerjaan , bila terjadi perubahan alamat Pelaksana/
kontraktor wajib memberitahukan secara tertulis.
PASAL 05 : PENJAGAAN KEAMANAN LAPANGAN / PEKERJAAN
5.1 Kontraktor wajib menjaga keamanan dilapangan terhadap barang
barang milik proyek , Direksi/ Konsulatan Pengawas dan dan milik
pihak ketiga yang ada dilapangan.
5.2 Apabila terjadi kehilangan bahan-bahan bangunan yang telah
dipasang atau belum , menjadi tanggung jawab Kontraktor dan tidak
diperhitungkan dalam biaya pekerjaan tambahan.
5.3 Apabila terjadi kebakaran, Kontraktor bertanggung jawab atas
akibatnya baik yang berupa barang barang maupun keselamatan
jiwa. Untuk itu kontraktor wajib menyediakan alat alat pemadam
kebakaran yang siap dipakai, yang ditempatkan pada tempat yang
mudah dijangkau.
5.4 Penyedia jasa harus membuat dan memelihara bangunan berupa
lampu isyarat/ tanda bahaya atau rintangan yang cukup dan sesuai,
Spesifikasi Teknis Page 3

serta mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk
keamanan dan keselamatan umum.

PASAL 06 : SITUASI DAN UKURAN
6.1 SITUASI
a. Kontraktor wajib meneliti situasi lapangan, terutama keadaan
tanah, sifat panjang dan lebar / luas pekerjaan dan hal-hal lain
yang dapat mempengaruhi harga penawarannya.
b. Kelalaian atau kurang telitian kontraktor dalam hal ini tidak
dapat dijadikan alasan untuk mengajukan tuntutan.
6.2 UKURAN
a. Ukuran satuan yang digunakan disini semuanya dinyatakan
dalam CM , kecuali ukuran ukuran untuk baja yang
diinyatakan dalam inchi atau mm.
b. Ketebalan atau ketinggian bangunan ( Tanah Timbunan )
adalah sesuai dengan gambar kerja, atau detentukan
kemudian oleh Pengelola Teknis dan Direksi atas persetujuan
kontraktor.
PASAL 07 : SYARAT-SYARAT PEMERIKSAAN BAHAN
7.1 Semua Bahan bahan / material yang didatangkan atau yang
digunakan harus memenuhi syarat - syarat yang telah ditentukan.
7.2 Pengawas berwenang menanyakan asal bahan / material, dan
kontraktor wajib memberitahukan.
7.3 Kontraktor wajib memperlihatkan contoh bahan sebelum digunakan.
Contoh contoh ini harus mendapatkan persetujuan dari Pengawas.
7.4 Bahan / material yang telah didatangkan kontraktor dilapangan
pekerjaan. Tetapi ditolak pemakaiannya oleh Pengawas, harus
dikeluarkan dan selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam
waktu 2 x 24 jam, terhitung dari jam penolakannya.
7.5 Pekerja atau bagian pekerjaan yang telah dilakukan tetapi ditolak
oleh Pengawas, maka pekerjaan tersebut harus segera dihentikan dan
selanjutnya dibongkar atas biaya kontraktor dalam waktu yang telah
ditetapkan oleh konsultan Pengawas / Direksi.
Spesifikasi Teknis Page 4

PASAL 08 : PEMERIKSAAN PEKERJAAN
8.1 Sebelum memulai pekerjaan lanjutannya yang apabila pekerjaan ini
telah selesai, akan tetapi belum diperiksa oleh pengawas, Kontraktor
wajib meminta persetujuan kepada pengawas. Baru apabila pengawas
telah menyetujui bagian pekerjaan tersebut, kontraktor dapat
meneruskan pekerjaannya.
8.2 Bila permohonan pemeriksaan itu dalam waktu 2 x 24 jam ( dihitung
dari terima Surat Permohonan Pemeriksaan, tidak dihitung hari raya /
libur) tidak dipenuhi oleh pengawas, kontraktor dapat meneruskan
pekerjaannya dan bagian yang seharusnya diperiksa, dianggap telah
setuju.
8.3 Bila Kontraktor melanggar ayat 1 pasal ini, pengawas berhak
menyuruh membongkar bagian pekerjaan sebagian atau seluruhnya
untuk diperbaiki. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali
menjadi tanggung jawab Kontraktor.
PASAL 09 : PEKERJAAN TAMBAH KURANG
9.1 Tugas mengerjakan pekerjaan tambah / kurang diberitahukan secara
tertulis dalam buku harian oleh Pengawas serta persetujuan Pemberi
Tugas.
9.2 Pekerjaan tambah / kurang hanya berlaku bila memang nyata nyata
ada perintah tertulis dari Pengawas atau atas persetujuan Pemberi
Tugas.
9.3 Biaya Pekerjaan tambah / kurang akan diperhitungakan menurut
daftar harga satuan pekerjaan, yang dimasukkan oleh Kontraktor AV.
41 artikel 50 dan 51 yang pembayarannya diperhitungkan bersama
dengan angsuran terakhir.
9.4 Untuk pekerjaan tambah yang harga satuannya tidak tercamtum
dalam harga satuan yang dimasukan dalam penawaran harga
satuannya akan ditentukan lebih lanjut oleh pengawas bersama
sama kontraktor dengan persetujuan Pemberi tugas.
9.5 Adanya pekerjaan tambah tidak dapat dijadikan alasan penyebab
kelambatan penyerahan pekerjaan, tetapi Pengawas / Bimbingan
Teknis Pembangunan ( BTP ) dapat mempertimbangkan perpanjangan
waktu karena adanya pekerjaan tambah tersebut.

Spesifikasi Teknis Page 5

PASAL 10 : GAMBAR PELAKSANAAN
10.1 Gambar yang dipakai pada pelaksanaan tercamtum dalam Spesifikasi
Khusus / Teknis.
PASAL 11 : SPESIFIKASI DASAR
11.1 Kecuali ditentukan lain bahan bahan dan hasil pekerjaan harus
sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Spesifikasi Standart
Nasional Indonesia atau Standar lainnya yang disetujui.
PASAL 12 : PERALATAN
12.1 Segera setelah penandatangan Kontrak, penyedia Jasa harus sudah
memobilasi peralatan yang akan dibawa dan digunakan dilokasi
pekerjaan kepada Direksi Lapangan, sesuai dengan jenis pekerjaan
yang akan dilaksanakan sebagaimana tertulis dalam daftar peralatan
yang telah disepakati sebelumnya.
PASAL 13 : PERUBAHAN PELAKSANAAN / REDESAIN
13.1 Bila mana selama pekerjaan ditemukan masalah teknis yang
mengharuskan terjadinya perubahan dari gambar pelaksanaan, maka
Penyedia Jasa harus membuat gambar yang diubah lengkap dengan
perhitungannyadan harus berkonsultasi dengan asisten Perencanaan
serta disetujui oleh pihak yang terkait .........................
PASAL 14 : PENGUKURAN
14.1 Penyedia jasa harus melakukan pengukuran ( uitzet ) sebelum
pekerjaan fisik dimulai . Segala biaya yang berkaitan dengan
pengukuran uitzet tersebut menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
PASAL 15 : PEMBERITAHUAN PELAKSANAAN
15.1 Penyedia jasa harus memberitahukan kepada Pengawas lapangan
sebelum suatu pekerjaan dimulai, guna diukur dan ditentukan elevasi
tanah asal dan elevasi serta dimensi dari pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Tidak boleh ada pekerjaan baru yang dapat dimulai
sebelum mendapat mendapat instruksi Pengawas lapangan ataupun
persetujuan bersama antara Pengawas lapangan dan Penyedia jasa.
15.2 Apabila menurut Pengawas Lapangan keadaan lapangan telah banyak
berubah sejak melakukan pengukuran ( Uitzet ), atau hasil
pengukuran uitzet meragukan , maka Pengawas lapangan dapat
memerintahkan kepada Penyedia Jasa untuk mengukur ulang sebagai
Spesifikasi Teknis Page 6

atau seluruhnya. Pengukuran harus dilakukan pada seluruh rencana
panjang seluruh bangunan.
15.3 Potongan melintang harus diambil pada setiap jarak sekitar
maksimum 50 meter ,kecuali ditentukan lain. Seluruh hasil
pengukuran harus disetujui oleh Direrksi Lapangan secara tertulis
sebelum dipakai untuk keperluan perhitungan dan pembayaran.
PASAL 16 : URAIAN PEKERJAAN
A.UMUM
Sebelum pekerjaan dimulai Kontraktor harus mempelajari Gambar asli untuk
dikonsultasikan dengan Direksi Pekerjaan, dan harus memastikan dan
memperbaiki setiap kesalahan atau perbedaan yang terjadi, terutama yang
perhubungan dengan dimensi lebar dan tebal jalan lama, lokasi setiap
pelebaran dan struktur drainase atau bangunan pendukung lainnya.
Kontraktor dan direksi Pekerjaan harus mencapai kesepakatan dalam
menentukan ketepatan setiap perubahan yang dibuat dalam gambar ini.
Kuantitas dalam Daftar Kwantitas dan harga dapat diubah oleh Direksi
Pekerjaan setelah revisi terhadap seluruh rancangan telah selesai, dimana
revisi ini harus berdasarkan data survey lapangan yang dikumpulkan oleh
kontraktor sebagai dari cakupan pekerjaan dalam Kontrak.
B.PEKERJAAN PERSIAPAN
1) Kantor Sementara Dilapangan
Penyedia Jasa harus menyediakan dan memelihara kantor sementara
dilapangan ,lengkap dengan alat alat untuk Pengawas Lapangan
beserta Stafnya sesuai dengan yang ditetapkan pada Spesifikasi
khusus.
Penyedia jasa boleh menyewa rumah penduduk sebagai kantor
Direksi Lapangan, lengkap dengan alat alat untuk Pengawas
Lapangan yang sesuai dan atas persetujuan Direksi Lapangan. Kantor
dan perlengkapannya harus disiapkan dalam waktu paling lama 7
( Tujuh ) hari dari tanggal Surat Perintah Mulai Kerja ( SPMK )
diterbitkan.
Jika penyedia jasa belum menyiapkan kantor Pengawas Lapangan
dalam waktu diatas, maka Direksi Lapangan akan menyewa rumah
penduduk sebagai kantor Pengawas Lapangan, sewa tersebut
Spesifikasi Teknis Page 7

dibebankan kepada penyedia jasa dan berlaku selama waktu
pelaksanaan.
2) Bantuan Tenaga Kerja untuk Direksi Lapangan
Penyedia jasa harus memberi bantuan kepada Pengawas Lapangan
berupa tenaga kerja yang diperlukan sehubungan dengan
pelaksanaan pekerjaan apabila dibutuhkan dari waktu ke waktu.
3) Peralatan Pengukuran
Penyedia jasa harus menyediakan dan memelihara peralatan
pengukuran beserta tenaga ukur yang baik dan handal untuk dipakai
sendiri oleh Direksi Lapangan Seperti Terdaftar dalam Spesifikasi
Khusus
Alat dan perlengkapanbeserta tenaga yang digunakan dilapangan
pengukuran terlebih dahulu mendapat persetujuan Pengawas
Lapangan, semua alat dan perlengkapan tetap menjadi milik penyedia.

4). Transportasi.
Penyedia jasa harus menyediakan kendaraan untuk di pakai oleh
pengawas lapangan dan stafnya pada setiap waktu yang dikehendaki,
seperti yang terdaftar dalam spesifikasi khusus untuk tugas yang
berhubungan dengan pekerjaan dalam kontrak ini. Apabila menurut
Direksi lapangan kendaraan tersebut tidak biasa dipakai, penyedia jasa
harus menggantinya dengan tanpa penundaan.
Penyedia jasa harus menyediakan pengemudi yang baik serta
keperluan yang lainnya sepeerti bahan baker, oli dan sebagainya dan
harus menanggung biaya yang berhubungan dengan jalannya,
pemeliharaan, perijinan, dan asuransi. Setelah selesainya pekerjaan
kendaraan tersebut dapat di kembalikan pada penyedia jasa.
Kendaraan tersebut tidak boleh di tukar dalam waktu pelaksanaan
kecuali dengan ijin dari Direksi Lapangan.
5). Dokumentasi
Penyedia jasa harus melakukan pemotretan untuk laporan progress
pekerjaan pada lokasi yang di tentukan oleh pengawas. Minimal tiga
buah foto yang harus diambil pada setiap lokasi yang memperlihatkan
keadaan yang sebelum dimulai pekerjaan, sedangkan pelaksanaan
Spesifikasi Teknis Page 8

kontruksi, serta selesai pelaksanaan. Foto pada setiap lokasi diambil
dengan arah tertentu dengan dalam dan arah tertentu dan dalam
posisi dan latar belakang yang tetap dan mudah dikenali sebagai
tanda.
Ketiga foto dalam tahapan tersebut harus disusun dalam album yang
diserai dengan negative dan album.
Album foto tersebut harus dibuat dua rangkap (2) harus diserahkan
kepada Direksi Lapangan pada penyelesaian pelaksanaan.
6). Pembuatan As Built Drawing
As Built Drawing menjadi tanggung jawab penyedia jasa, As Built
Drawing harus mendapat persetujuan dari pimpinan bagian proyek
atas usulan pengawas usulan pengawas lapangan dan diketahui
pemimpin proyek, serta harus diserahkan sebelum serah terima
pekerjaan selesai.
7). Pembersihan Lapangan / Lokasi
Sebelum melalui pekerjaan utama (Peninbunan Badan Jalan),
Penyedia jasa harus membersihkan lokasi kerja / lapangan dari
rumput rumput, kayu kayu / bekas tebangan kayu dan kotoran
yang dianggap tidak perlu dalam pelaksanaan pekerjaan ini. Rumput-
rumput. Kayu-kayu / bekas tebangan kayu dan kotoran tersebut
dibuang / diangkut keluar lokasi pekerjaan atau dibakar agar tidak
mengganggu pelaksanaan pekerjaan.
8) Papan Nama Proyek
Penyedia harus membuat Papan Nama Proyek dilokasi yang strategis
dan mudah dibaca.
Papan Nama Proyek tersebut harus lengkap, minimal meliputi :
Nama Proyek
Jenis Pekerjaan
Waktu Pelaksanaan
Total Biaya
Sumber Dana
Nama Pelaksana / Kontraktor




Spesifikasi Teknis Page 9

9) Pelaporan
9.1 Laporan Harian
Penyedia jasa berkewajiban membuat laporan harian untuk
setiap bagian pekerjaan yang ditetapkan oleh pengawas
lapangan, Laporan ini memuat antara lain :
a. Kondisi Cuaca
b. Peralatan, material dan tenaga kerja
c. Hambatan-hambatan pelaksanaan pekerjaan
d. Kemajuan Pekerjaan
e. Data pengujian laboratorium ( Jika ada )
f. Kecelakaan dalam pekerjaan
g. Semua informasi mengenai kemajuan pekerjaan
h. Persiapan-persiapan pekerjaan berikutnya
i. Hal-hal lain yang dianggap perlu

9.2 Laporan Kemajuan Mingguan dan Bulanan
Penyedia jasa harus membuat Laporan kemajuan pekerjaan
mingguan untuk diserahkan pada Pengawas Lapangan sebanyak
2 ( Dua ) rangkap.

C. PEK TANAH DAN PONDASI
1. Penggalian Tanah
1.1. Pada pekerjaan penggalian tanah termasuk juga pembuangan semua benda
dalam bentuk apapun yang dapat mengganggu pelaksanaan pembuangan.
1.2. Pekerjaan galian tanah untuk pondasi sebelum bouplank serta tanda tinggi
dasar 0.00, sumbu dinding dan tiang di setujui oleh direksi.
1.3. Kemiringan pada penggalian harus harus pada sudut kemiringan yang aman.
1.4. Galian dan penyanggah harus sedemikian rupa sehingga terdapat ruang yang
cukup untuk bekerja, bekisting dan hal lainnya selain untuk produksi.
1.5. kontraktor harus menyediakan, menempatkan dan menjaga penyangga dan
penumpukan yang mungkin di perlukan untuk bagian samping bagian.
1.6. Kontraktor harus menjaga agar seluruh galian agar tidak di genangi air
dengan jalan menimba, memompa atau dengan cara-cara lain yang di anggap
baik atas beban dan biaya kontraktor.
Spesifikasi Teknis Page 10

1.7. Galian tanah tidak boleh di biarkan sampai lama, tetapi setelah galian di
setujui dirksi segera mulai dengan tahap yang berikutnya.

2. Pengurugan Kembali
2.1. Pengurungan kembali tidak boleh dijatuhkan langsung pada struktur pondasi.
2.2. Bahan pengurugan kmbali harus bahan terpilih yaitu bahan galian semula
yang tidak terdiri batu atau benda padat yang lebih besar dari 5 Cm dan juga
tidak mengandung bahan organik seperti rumput, akar dan bahan lainnya.
2.3. pengurugan kembali dilakukan sampai ke permukaan tanah asal galian.

3. Perkuatan tanah dengan cerucuk Kayu Bulat
a) Perkuatan Tanah dengan cerucuk adalah susunan kayu cerucuk baik yang di
susun horizontal di atas tanah dasar apapun cerucuk yang di tanah dasar.
Kegiatan yang dilaksakan adalah mengadaan material, mengangkut,
menyusun, merancang cerucuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi yang di
butuhkan.
b) Konstruksi perkuatan tanah dasar ini di maksudkan untuk perbaikan tanah
dasar yang kondisinyasecara teknis memerlukan perbaikan, baik pada tanah
dasar maupun lerang badan jalan dan bangunan jalan lainnya juga
memerlukan perkuatan tanah.
Kegiatan yang di laksanakan adalah :
1) Menyiapkan cerucuk sesuai dengan keperluan perencanaan
2) Tiang cerucuk :
o Menyiapkan cerucuk dan menempatkan pada sesuai
gambar rencana.
o Memancang cerucuk dengan peralatan yang sesuai
dengan kondisi lapangan.
o Merapikan dan merapikan permukaan atas cerucuk
yang berada di atas permukaan tanah.
c). Jenis material
Cerucuk kayu bulat dengan diameter minimal 10 Cm, panjang sesuai
keperluan teknis sebagaimana di terntukan di dalam gambar rencana.

Spesifikasi Teknis Page 11

d). Persyaratan material.
Cerucuk yang di gunakan relative harus lurus, dengan jenis kayu yang
mempunyai kekuatan dan daya tahan terhadap pengauh lingkungan/cuaca
relative baik.
e). Pelaksanaan
1. Cerucuk di runcingkan pada bagian ujung yang akan di
tanamkan di dalam tanah
2. Cerucuk yang telah di runcingkan, di letakan pada posisinya
dengan jarak antara cerucuk sesuai ketentuan dalam
gambar rencana.
3. Cerucuk di pancang dengan peralatan yang sesuai sampai
kedalaman yang di syaratkan, pemancang di lakukan
sedemikian rupa sehingga tiang terpasang tegak dengan
jarak sesuai yang di rencanakan.
4. Setelah selesai di pancang, agar tidak tajam di bagian atas
cerucuk diratakan dengan cara memotong bagian yang
runcing dan pecah akibat pemancangan.

4. Pengurugan Pasir Bawah Pondasi.
a) Pengurukan pasir harus sesuai dengan syarat-syarat yang telah di tetapkan
dan tercantum pada gambar rencana untuk mendapatkan kedudukan,
kemiringan pada bagian-bagian dimensi-dimensi berdasarkan petunjuk
Direksi/Konsultan.
b) Material untuk timbunan harus berkualitas baik, dengan persetujuan
Direksi.
c) Material untuk pengurungan lapis demi lapis secara horizontal dengan tebal
yang sama dengan meliputi lebar yang sesuai dengan gambar rencana.
d) Urungan di dapatkan dengan membasahi atau menyiram dengan air sampai
di capai kepadatan dengan setebal sesuai gambar.

5. Pekerjaan Lantai Kerja
a) Pekerjaan lantai kerja harus sesuai dengan syarat-syarat pekerjaan beton yang di
tetapkan dan tercantum pada gambar rencana berdasarkan peetunjuk
direksi/konsultan pengawas.
b) Digunakan batu beton K.225 camp 1:3:5. diaduk dengan molen atau manual dengan
terlebih dahulu memberikan data-data spesifikasi mutu beton.
Spesifikasi Teknis Page 12


6. Pekerjaan Pondasi Batu / Batu Pasangan
6.1. Persyaratan Bahan.
Lingkup pekerjaan pada pondasi lajur sebagai dinding penutup kolong dengan
bentuk dan dimensi sesuai gambar.
1. Portland Cemen (PC)
a) Semen yang dipakai harus semen yang telah disetujui oleh
konsultan perencana, dan memenuhi syarat standard Indonesia
(SNI - 8 1972).
b) Untuk seluruh pekerjaan beton harus menggunakan mutu
semen yang baik dari satu jenis merk.
c) Semen yang telah mengeras sebagian / seluruhnya tidak di
perkenankan dipergunakan.
d) Penyimpanan semen Portland harus di usahakan sedemikian
rupa sehingga bebas dari kelembapan dimana gudang tempat
penyimpanan mempunyai ventilasi cukup dan tidak kena air,
diletakan pada tempat yang di tinggikan paling sedikit 30cm dari
lantai, tidak boleh ditumpukan sampai tingginya melampaui 2 M
sesuai dengan syarat penumpukan semen dan setiap pengiriman
semen baru harus di pisahkan dari semen yang lama dan diberi
tanda dengan maksud agar pemakaian semen di lakukan
menurut urutan pengirimannya.

2. Pasir / Split
a) Pasir harus keras, tahan lama dan bebas dari bahan bahan
organik, Lumpur, zat zat alkalidan substansi tersebut lebih dari
5%
b) Pasir laut tidak boleh di gunakan untuk beton
c) memenuhi SNI 1978 1989 F
d) Menggunakan batu pecah Uk.5/7

3. Air
Air harus bersih dari bahan organik, alkali, garam, dan kotoran lain dalam jumlah
yang cukup besar sebaiknya dipakai air yang dapat di minum.
Spesifikasi Teknis Page 13


6.2. Pedoman Pelaksanaan
Sebelum pondasi dipasang terlebih dahulu diadakan pengukuran. Pengukuran
untuk as as pondasi sesuai dengan gambar konstruksi dan dimintakan persetujuan
tentang kesempurnaan galian. Campuran yang di gunakan 1 : 4

7. Beton Bertulang
1. Lingkup Pekerjaan
Termasuk didalamnya adalah pekerjaan pembetonan struktur bangunan maupun
struktur praktis yang menggunakan beton bertulang dengan spesifikasi sesuai dengan
gambar kerja yaitu pondasi, sloof, balok, dan kolom.
2. Persyaratan Bahan
a) Beton ; beton yang di gunakan dalam pekerjaan ini adalah beton dengan kuat
tekan karakteristik 225 kg/cm2 atau K.225.
b) Tulang ; tulang yang digunakan untuk struktur bangunan adalah baja dengan
mutu U24, Tulangan pokok BJTP diameter 8-15cm atau ssesuai dengan gambar
atau petunjuk dari konsultan pengawas..
c) Bekisting ; adalah cetakan untuk beton dengan ukuran dan bentuk sesuai
dengan ukuran struktur bentuk beton yang di inginkan, bekesting terbuat dari
kayu, dan papan kayu kelas III. Bekesting harus kuat dan kokoh serta tidak
bocor. Pemasangan bekesting harus sedah direncanakan untuk kmudahan
pembongkarannya agar tidak merusak beton yang telah dicor.
3. Pedoman Pelaksanaan
a) Pekerjaan ini dilaksanakan sesuai dengan standard spesifikasi dari bahan
dan campuran yang digunakan sesuai dengan petunjuk direksi / konsultan
pengawas.
b) Pekerjaan ini dapat dilaksanakan apabila bidang yang akan dikerjakan telah
disetujui oleh direksi. Dan pelaksanaan pekerjaan ini harus mengikuti
petunjuk dalam gambar, terutama pada gambar detil dan gambar potongan
mengenai ukuran tebal / tinggi peil dan bentuk profilnya.
c) Pengecoran Kolom menerus antara lantai harus diukur dengan alat
waterpass atau unting-unting agar pengecoran kolom dapat tegak lurus
bidang lantai dan letak as kolom antara lantai sama.
d) Pengecoran lantai harus rata dan tidak bergelombang untuk itu diperlukan
alat pengontrol.
Spesifikasi Teknis Page 14

e) Kontraktor bersama konsultan pengawas memeriksa dengan teliti semua
sisi cor beton, bagian yang tidak rat a harus diisi dengan baik agar diperoleh
permukaan yang licin, seragam dan merata.
f) Beton yang menunjukkan rongga, lubang, keropos atau cacat harus
dibongkar dan diganti. Pembongkaran dan penggantian harus dilakukan
secepatnya oleh kontraktor dengan biaya sendiri.
4. Pencampuran.
a) Beton harus dicampur dalam mesin yang dijalankan secara mekanis dari
jenis dan ukuran yang disetujui sehingga dapat menjamin distribusi yang
merata dari seluruh bahan.
b) Pencampur harus dilengkapi dengan tangki air yang memadai dan alat ukur
yang akurat untuk mengukur dan mengendalikan ju lah air yang digunakan
dalam setiap penakaran.
c) Pertama-tama alat pencampur harus diisi dengan agregat dan semen yang
telah ditakar, dan selanjutnya alat pencampur dijalankan sebelum air
ditambahkan.
d) Waktu Pencampuran harus diukur pada saat air mulai dimasukkan kedalam
campuran bahan kering. Seluruh air yang diperlukan harus dimasukkan
sebelum waktu pencampuran telah berlangsung seperempat bagian. Waktu
pencampuran untuk mesin berkapasitas m atau kurang haruslah 1,5
menit, untuk mesin yang lebih besar waktu harus ditingkatkan 15 detik
untuk tiap penambahan 0,5 m.
e) Bila tidak memungkinkan penggunaan mesin pencampur, Direksi Pekerjaan
dapat menyetujui pencampuran beton dengan cara manual, sedekat
mungkin dengan cara manual harus dibatasi pada beton non-struktural.
5. Pelaksanaan Pengecoran
1) Penyiapan Tempat kerja
a) Kontraktor harus membongkar struktur lama yang akan diganti dengan
beton yang baru atau yang harus dibongkar untuk dapat memungkinkan
pelaksanaan pekerjaan beton yang baru. Pembongkaran tersebut harus
dilaksanakan sesuai dengan syarat yang diisyaratkan dalam seksi 7.15 dari
Spesifikasi ini.
b) Kontraktor harus menggali atau menimbun kembali pondasi atau formasi
untuk pekerjaan beton sesuai dengan garis yang ditunjukkan dalam
Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan
sesuai dengan ketentuan dalam Seksi 3.1 dan 3.2 dari spesifikasi ini, dan
harus membersihkan dan menggaruk tempat disekeliling pekerjaan beton
yang cukup luas sehingga dapat menjamin dicapainya seluruh sudut
Spesifikasi Teknis Page 15

pekerjaan. Jalan kerja yang stabil juga harus disediakan jika diperlukan
untuk menjamin bahwa seluruh sudut pekerjaan dapat diperiksa dengan
mudah dan aman.
c) Seluruh telapak pondasi, pondasi dan galian untuk pekerjaan beton
harusdijaga senantiasa kering dan beton tidak boleh dicor didalam air
dengan dengan cara dan peralatan khusus untup menutup kebocoran
seperti pada dasar sumuran atau cofferdam.
d) Sebelum pengecoran beton dimulai, seluruh acuan, tulangan dan benda
lain yang harus dimasukkan ke dalam beton ( seperti Pipa atau selongsong
) harus sudah dipasang dan diikat kuat sehingga tidak bergeser pada saat
pengecoran.
e) Bila diisyaratkan atau diperlukan oleh Direksi Pekerjaan , bahan landasan
untuk pekerjaan beton harus dihampar sesuai dengan kektentuan dari
Seksi 2.4 dari spesifikasi ini.
f) Direksi pekerjaan akan memeriksa seluruh galian yang disiapkan untuk
pondasi sebelum menyetujui pemasangan acuan atau baja tulangan atau
pengecoran beton dan dapat meminta kontraktor untuk melaksanakan
pengujian penetrasi kedalaman tanah keras, pengujian kepadatan atau
penyidikan lainnya untuk memastikan cukup tidaknya daya dukung dari
tanah di bawah pondasi. Bilamana dijumpai kondisi tanah dasar pondasi
yang tidak memenuhi ketentuan, kontraktor dapat diperintahkan untuk
mengubah dimensi atau kedalaman dari pondasi dan/atau menggali dan
mengganti bahan ditempat yang lunak, memadatkan tanah pondasi atau
melakukan tindakan stabilisasi lainnya sebagai mana yang diperintahkan
oleh Direksi Pekerjaan.
2) Acuan
a) Acuan dari tanah, bilamana disetujui oleh Direksi Pekerjaan harus dibentuk
dari galian dan sisi-sisi samping serta dasarnya harus dipangkas secara
manual sesuai dimensi yang diperlukan . Seluruh kotoran tanah yang lepas
harus dibuang sebelum pengecoran beton.
b) Acuan yang dibuat dapat dari kayu atau baja dengan sambungan dari adukan
yang kedap dan kaku untuk mempertahankan posisi yang diperlukan selama
pengecoran, pemadatan, dan perawatan.
c) Kayu yang tidak diserut permukaannya dapat digunakan untuk permukaan
akhir struktur yang tidak terekspos, tetapi kayu yang diserut dengan tebal
yang merata harus digunakan untuk permukaan beton yang terekspos.
Seluruh sudut-sudut tajam acuan harus dibulatkan.
d) Acuan harus dibuat sedemikian sehingga dapat dibongkar tanpa merusak
beton.
Spesifikasi Teknis Page 16

3) Pengecoran
a) Kontraktor harus memberitahukan Direksi Pekerjaan sevcara tertulis paling sedikit
24 jam sebelum memulai pengecoran beton, atau meneruskan pengecoran beton
bilamana pengecoran beton telah ditunda lebih dari 24 jam. Pemberitahuan harus
meliputi lokasi, kondisi pekerjaan, mutu beton dan tanggal serta waktu
pencampuran beton.
Direksi pekerjaan akan memberi tanda terima atas pemberitahuan tersebut dan
akan memeriksa acuan, dan tulangan dan dapat mengeluarkan persetujuan tertulis
maupun tidak untuk memulai pelaksanaan pekerjaan seperti yang direncanakan.
Kontraktor tidak boleh melaksanakan pengecoran beton tanpa persetujuan tertulis
dari Direksi Pekerjaan.
b) Tidak Bertentangan dengan diterbitkannya suatu persetujuan untuk memulai
pengecoran. Pengecoran beton tidak boleh dilaksanakan bilamana Direksi Pekerjaan
atau Wakilnya tidak hadir untuk menyaksikan operasi pencampuran dan pengecoran
secara keseluruhan.
c) Segera sebelum pengecoran beton dimulai, acuan harus dibasahi dengan air atau
minyak di sisi dalamnya dengan minyak yang tidak meninggalkan bekas.
d) Tidak ada campuran beton yang boleh digunakan bilamana beton tidak dicor sampai
posisi akhirdalam cetakan dalam waktu 1 jam setelah pencampuran, atau dalam
waktu yang lebih pendek sebagaimana yang dapat diperintahkan oleh Direksi
Pekerjaan Berdasarkan pengamatan lkarekteristik pada saat pengerasan ( setting
Time ) semen yang digunakan, kecuali diberikan bahan tambah ( aditif ) untuk
memperlambat proses pengerasan ( retarder ) yang disetujui oleh Direksi.
e) Pengecoran beton harus dilanjutkan tanapa berhenti sampai dengan sambungan
kontruksi ( construction joint ) yang telah disetujui sebelumnya atau dampai
pekerjaan selesai.
f) Beton harus dicor sedemikian rupa hingga terhindar dari segregasi partikel kasar dan
halus dari campuran. Beton harus dicor dalam cetakan sedekat mungkin dengan
yang dapat dicapai pada posisi akhir beton untuk mencegah pengaliran yang tidak
boleh melampui satu meter dari tempat awal pengecoran.
g) Bilamana beton dicor dalam acuan struktur yang memiliki bentuk yang rumit dan
penulangan yang rapat, maka beton harus dicor dalam lapisan-lapisan horisontal
dengan tebal tidak melampaui 15 cm. Untuk dinding beton, tinggi pengecoran dapat
30 cm menerus sepanjang seluruh keliling struktur.
h) Beton tidak boleh jatuh bebas ke cetakan dengan ketinggian lebih dari 150 cm.
Beton tidak boleh dicor langsung dalam air.
Bilamana beton dicor didalam air dan pemompaan tidak dapat dilakukan alam waktu
48 jam setelah pengecoran, maka beton harus dicor dengan metode Tremi atau
metode drop-bottom-bucket, dimana bentuk dan jenis yang khusus digunakan untuk
tujuan ini harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjaan.
Spesifikasi Teknis Page 17

Tremi harus kedap air dan mempunyai ukuran yang cukup sehingga memungkinkan
pengaliran beton. Tremi harus selalu diisi penuh selama pengecoran, bilamana
aliran beton terhambat maka Tremi harus ditarik sedikit dan diisi penuh terleih
dahulu sebelum pengeoran dilanjutkan.
Baik Tremi atau Drop-Bottom-Bucket harus mengalirkan campuran beton dibawah
permukaan beton yang telah dicor sebelumnya.
i) Pengecoran harus dilakukan pada kecepatan sedemikian rupa sehingga campuran
beton yang telah dicor masih plastis sehingga dapat menyatu dengan campuran
beton yang baru.
j) Bidang-bidang beton lama yang akan disambung dengan beton yang akan dicor,
harus terlebih dahulu dikasarkan, dibersihkan dari bahan-bahan yang lepas dan
rapuh dan telah disiram dengan air hingga jenuh. Sesaat sebelum pengecoran beton
baru ini , bidang-bidang kontak beton lama harus disapu dengan adukan semen
dengan campuran yang sesuai dengan betonnya.
k) Air tidak boleh dialirkan diatas atau dinaikkan ke permukaan pekerjaan beton selam
24 jam setelah pengecoran.
4) Sambungan Konstruksi ( Construction Joint )
a) Jadwal pengecoran beton yang berkaitan harus disiapkan untuk setiap jenis struktur
yang diusulkan dan Direksi Pekerjaan harus menyetujui lokasi sambungan konstruksi
pada jadwal tersebut, atau sambungan konstruksi tersebut harus diletakkan seperti
yang ditunjukkan pada gambar. Sambungan Konstruksi tidak boleh ditempatkan
pada pertemuan elemen-elemen struktur terkecuali diisyararkan demikian.
b) Sambungan konstruksi pada tembok sayap harus dihindari. Semua sambungan
konstruksi harus tegak lurus terhadap sumbu memanjang dan pada umumnya harus
diletakkan pada titik dengan gaya geser minimum.
c) Bilamana sambungan Vertikal diperlukan , baja tulangan harus menerus melewati
sambungan sedemikian rupa sehingga membuat struktur lebih monolit.
d) Lidah alur harus disediakan pada sambungan konstruksi dengan kedalaman paling
sedikit 4 cm untuk dinding, pelat dan antara telapak pondasi dan dinding. Untuk
pelat yang terletak di atas permukaan, sambungan konstruksi harus diletakkan
sedemikian sehingga pelat-pelat mempunyai luas tidak melampaui 40m, dengan
dimensi yang lebih besar tidak melampaui 1,2 kali dimensi yang lebih kecil.
e) Kontraktor harus menyediakan pekerja dan bahan tambahan sebagaimana yang
diperlukan untuk membuat sambungan konstruksi tambahan bilaman pekerjaan
terpaksa mendadak harus dihentikan akibat hujan atau terhentinya pasokan beton
atau penghentian pekerjaan oleh direksi pekerjaan.
f) Atas Persetujuan Direksi Pekerjaan, bahan tambah ( aditif ) dapat digunakan untuk
pelekatan pada sambungan konstruksi, cara pengerjaannya harus sesuai dengan
petunjuk pabrik pembuatnya.
Spesifikasi Teknis Page 18

g) Pada air asin atau mengandung garam, sambungan konstruksi tidak diperkenankan
pada tempat-tempat 75 cm dibawah muka air terendah atau 75 cm diatas muka air
tertinggi kecuali ditentukan lain dalam Gambar.
5) Pembongkaran Acuan
a) Acuan tidak boleh dibongkar dari bidang vertikal dinding, kolom yang tipis dan
struktur yang sejenis lebih awal 30 jam setelah pengecoran beton. Cetakan yang
ditopang oleh perancah dibawah pelat, balok, gelegar, atau struktur busur, tidak
boleh dibongkar hingga pengujian menunjukkan bahwa paling sedikit 85 % dari
kekuatan rancangan beton telah dicapai
b) Untuk memungkinkan pengerjaan akhir, acuan yang digunakan untuk pekerjaan
ornamen, sandaran ( Railing ), dinding pemisah ( Parapet ), dan permukaan Vertikal
yang terekspos harus dibongkar dalam waktu paling sedikit 9 jam setelah
pengecoran dan tidak lebih dari 30 jam, tergantung pada keadaan cuaca.

Anda mungkin juga menyukai