Anda di halaman 1dari 5

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang penelitian

Penyakit hati menahun dan sirosis merupakan salah satu penyakit hati
dengan morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Banyak pasien yang meninggal
pada dekade keempat atau kelima kehidupan mereka akibat penyakit hati ini.
Sirosis hati merupakan penyebab kematian kesembilan di Amerika Serikat.
Sedangkan di seluruh dunia sirosis menempati urutan ketujuh penyebab kematian
(Kusumobroto, 2007).
Setiap tahun ada tambahan 2000 kematian pasien sirosis hati yang
disebabkan karena gagal hati fulminan. Mortalitas gagal hati fulminan sangat
tinggi sebesar 50-80% kecuali bila ditolong dengan transplantasi hati. Pengobatan
untuk penderita sirosis hati di Indonesia kebanyakan masih bersifat suportif
(Kusumobroto, 2007).
Peningkatan kejadian sirosis hati sebagian disebabkan oleh insidensi
hepatitis virus yang meningkat terutama hepatitis B dan C serta asupan alkohol
yang tinggi, meskipun di Indonesia pasien sirosis hati yang disebabkan alkohol
jumlahnya sangat sedikit. Data epidemiologi di Indonesia belum ada yang dapat
merepresentasikan jumlah penderita sirosis hati secara akurat (Indira, 2010).
Angka-angka yang berasal dari rumah sakit di kota besar di Indonesia
memperlihatkan bahwa penderita pria lebih banyak daripada wanita dengan
perbandingan antara 1,5 sampai 2 : 1. Secara umum diperkirakan angka insiden
1

penyakit sirosis hati di rumah sakit di seluruh Indonesia setiap tahun berkisar
antara 0,6-14,5% (Indira, 2010).
Jumlah pasien sirosis hati di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr.
Sardjito Yogyakarta berkisar 4,1% dari seluruh pasien yang dirawat di bagian
penyakit dalam selama 1 tahun. Sedangkan di Medan dalam kurun waktu 4 tahun
juga dijumpai pasien sirosis hati sebanyak 819 (4 %) pasien dari seluruh pasien
yang dirawat di bagian penyakit dalam (Nurdjanah, 2009).
Prognosis sirosis hati dipengaruhi sejumlah faktor yang meliputi etiologi,
berat dan luasnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Komplikasi yang sering ditemukan antara lain spontaneous bacterial peritonitis,
varises esofagus yang bila pecah menimbulkan perdarahan dan ensefalopati hati
(Cara, 2007).
Penilaian untuk derajat keparahan sirosis hati telah banyak dilakukan
diantaranya adalah dengan kriteria Child- Pugh. Kriteria ini berdasarkan tingkat
keparahan penyakit menurut tanda, gejala serta hasil pemeriksaan laboratorium.
Skor Child- Pugh ini terbukti mampu untuk menilai angka kelangsungan hidup
pasien sirosis hati dan relatif mudah dilakukan (Cara, 2007).
Sirosis merupakan proses akhir dari injuri sel-sel hati yang berubah
menjadi suatu bentuk fibrosis dan regenerasi noduler pada hampir seluruh sel-sel
hati. Sitokin merupakan kompleks molekul yang berperan dalam proses fisologis
dan patologis yang terjadi di hati seperti proses pertumbuhan, perkembangan,
regenerasi hati, proses inflamasi termasuk infeksi (Cara, 2007).
Apabila terjadi perlukaan pada hati maka akan dilepaskan sejumlah sitokin
sebagai respon inflamasi. Sitokin berperan dalam respon imunologi pada sel hati
3

akibatnya kadar sitokin-sitokin proinflamasi yang diproduksi oleh sel-sel monosit


akan meningkat termasuk TNF- (Cara, 2007).
Tumor Necrosis Factor- (TNF-) dan Interleukin-6 (IL-6) merupakan
sitokin proinflamasi yang berperan penting terhadap terjadinya proses inflamasi
pada sel hepar yang disebabkan oleh infeksi virus hepatitis maupun penyebab non
virus yang lain seperti obat-obatan, alkohol, toksin, maupun metabolik. Kadar
kedua sitokin dalam serum meningkat secara bermakna pada penderita sirosis hati
dibandingkan dengan orang normal (Cara, 2007).
Kadar TNF- dalam serum berhubungan dengan derajat keparahan sirosis
hati. Kadar TNF- yang tinggi pada sirosis hati dapat menggambarkan beratnya
disfungsi hati dan luasnya derajat inflamasi yang terjadi pada jaringan hati yang
mengakibatkan proses fibrosis (Cara, 2007).
Memahami peran sitokin pada sirosis hati sangat penting untuk membantu
menemukan modalitas terapi baru yang menurunkan kadar sitokin ini sehingga
dapat mencegah perburukan sirosis hati. Sampai saat ini terapi sirosis hati masih
bersifat suportif saja (Ghaffar et al.,2008).
Pengembangan terapi sirosis hati sampai saat ini telah banyak dilakukan.
Tujuan dari pengobatan tersebut adalah untuk mencegah proses fibrosis lebih
lanjut. Salah satunya adalah dengan antagonis reseptor sitokin proinflamasi yang
diharapkan dapat mencegah proses fibrosis hati, meskipun sampai saat ini masih
menjadi perdebatan dan masih dalam penelitian karena akan meningkatkan resiko
terjadinya infeksi akibat penekanan sitokin proinflamasi pada pasien sirosis hati
(Ghaffar et al.,2008).

4

B. Pertanyaan penelitian
Apakah terdapat korelasi antara peningkatan kadar TNF- serum dengan
peningkatan skor Child -Pugh pada penderita sirosis hati?
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi antara peningkatan
kadar TNF- serum dengan peningkatan skor Child- Pugh pada penderita sirosis
hati.
D. Manfaat penelitian
1. Bagi pasien
Pasien mampu memahami penyakit yang dideritanya serta mendapatkan
informasi mengenai gambaran progresifitas penyakitnya tanpa harus menjalani
pemeriksaan yang invasif. Setelah mengetahui progresifitas penyakitnya,
diharapkan pasien dapat melakukan langkah-langkah antisipasi untuk mencegah
perburukan lebih lanjut.
2. Bagi peneliti
Diharapkan dapat menambah pengetahuan peneliti tentang pengaruh kadar
TNF- yang merupakan sitokin proinflamasi dalam progresifitas sirosis hati.
3. Bagi institusi
Pengetahuan mengenai kadar TNF- yang dapat mempengaruhi derajat
keparahan sirosis hati diharapkan dapat meningkatkan pelayanan di laboratorium
rumah sakit pada perawatan penderita-penderita dengan sirosis hati sebagai salah
satu upaya pencegahan perburukan penyakit dan memperpanjang harapan hidup.
Pemeriksaan kadar TNF- khususnya pada penderita sirosis hati diharapkan dapat
disediakan di laboratorium RSUP DR Sardjito.
5

E. Keaslian penelitian
Tabel 1. Keaslian penelitian

Judul Penelitian Kesimpulan
Roucloux et al., 1993
Metode : studi potong
lintang.
Jumlah sampel
masing-masing 14.
Tumor necrosis factor
alpha and IL-6 plasma
levels in infected
cirrhotic patients.
Kadar TNF- dan IL- 6 pada
pasien sirosis hati yang
terinfeksi,lebih tinggi
dibandingkan pasien tidak
terinfeksi (p <0,001)


Ataseven et al., 2006
Metode : studi potong
lintang.
Jumlah sampel 23

The levels of Ghrelin,
Leptin, TNF- and IL-6
in liver cirrhosis and
hepatocelluler carcinoma
due to HBV and HDV
infection

Terdapat peningkatan kadar
TNF- yang bermakna pada
penderita sirosis hati
dibanding subyek normal (p
<0,05)


Goral et al., 2010
Metode : studi potong
lintang.
Jumlah sampel
masing-masing 30.

Relation between
pathogenesis of liver
cirrhosis, hepatic
encephalopathy and
serum cytokine levels-
what is the role of tumor
necrosis factor alpha?

Terdapat perbedaan rerata
kadar TNF- pada penderita
sirosis hati Child A dengan
Child B (p=0,003), Child A
dengan Child C (p=0,0001)
serta Child B dengan Child C
(p=0,048).

Jagiello et al., 2011
Metode : studi potong
lintang.
Jumlah sampel
masing-masing 41 .

Advanced oxidation
protein products and
inflamatory markers in
liver cirrhosis : a
comparison between
alcohol related and HCV
related cirrhosis.

Kadar TNF- pasien sirosis
hati dekompensata (Child B
dan C) lebih tinggi
dibandingkan sirosis hati
kompensata (Child A) pada
sirosis hati alkoholik (p
<0,001) dan sirosis karena
hepatitis C (p<0,05).

Penelitian tentang sirosis hati sepengetahuan peneliti selama ini belum ada
yang melakukan penelitian yang mengkorelasikan antara peningkatan kadar TNF-
dengan peningkatan skor Child- Pugh pada penderita sirosis hati yang dilakukan
terutama di Indonesia dan RSUP Dr. Sardjito khususnya.

Anda mungkin juga menyukai