BAB 2
Kecenderungan Lintas
Sektoral
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
24
BAB 2 Kecenderungan Lintas Sektoral
Temuan Pokok
Sejak krisis ekonomi dan pelaksanaan desentralisasi, komposisi pengeluaran sektoral telah
mengalami perubahan signifkan. Pengeluaran untuk infrastruktur masih belum kembali pada tingkat
sebelum krisis dan masih berkisar 3 persen dari PDB sejak tahun 2001. Angka ini hanya sedikit lebih tinggi
daripada pengeluaran untuk infrastruktur yang rendah saat pascakrisis tahun 2000. Sebaliknya, pengeluaran
untuk sektor sosial meningkat secara substansial. Terutama, pengeluaran untuk sektor pendidikan meningkat
hampir dua kali lipat dari 2,5 persen (2000) menjadi sekitar 4 persen (2007).
Tingkat pengeluaran saat ini untuk administrasi sangat tinggi (15 persen, terutama disebabkan oleh
pengeluaran yang tinggi di daerah) dan menunjukkan adanya pemborosan yang signifkan atas
sumber daya publik. Terdapat cukup ruang untuk perbaikan dan pemerintah harus berusaha mengurangi
pengeluaran ini menjadi hanya 5 sampai 10 persen.
Rekomendasi Utama
Ruang gerak fskal yang lebih besar di masa mendatang harus dialokasikan untuk infrastruktur, baik
di tingkat nasional maupun daerah. Tambahan investasi diperlukan untuk mengatasi hambatan yang
ada sekarang sebagai akibat dari kurangnya investasi serta melaksanakan proyek-proyek penting yang baru
untuk memenuhi permintaan yang meningkat dan mendorong pertumbuhan di masa datang.
Untuk mengurangi pengeluaran pada administrasi dan birokrasi, direkomendasikan agar
pengeluaran diarahkan kembali dari administrasi menjadi tambahan pembiayaan untuk pemberian
pelayanan dasar dengan cara:
Meminimalisasi pengeluaran yang tidak memberikan manfaat langsung kepada masyarakat. Misalnya,
mengurangi pengeluaran administrasi pemerintah dan mengalokasikan pengeluaran lebih besar untuk
pelayanan publik seperti layanan kesehatan dan pendidikan.
Menyesuaikan pengeluaran rutin kearah belanja modal yang memberikan pelayanan publik.
BAB 5
Infrastruktur
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
80
BAB 5 Infrastruktur
Temuan Pokok
Investasi Indonesia untuk infrastruktur sangat tidak memadai. Investasi infrastruktur menurun
dari 5-6 persen dari PDB sebelum tahun 1997 menjadi kurang dari 1-2 persen dari PDB pada 2000,
dan saat ini berada dalam kondisi stabil pada tingkat 3,4 persen dari PDB. Untuk menanggulangi
kemunduran investasi masa lalu, sementara pada saat yang sama juga melakukan proyek-proyek besar yang
baru untuk memenuhi permintaan yang semakin besar, dan untuk terus mendorong pertumbuhan, akan
memerlukan tambahan investasi yang cukup besar (diperkirakan tambahan sekitar 2 persen dari PDB, atau
US$6 milyar per tahun), hanya untuk mencapai tingkat pertumbuhan sebelum krisis.
Sektor air bersih dan listrik mengalami krisis.Tingkat investasi yang rendah selama satu dekade telah
menyebabkan kurangnya kapasitas dan daya listrik serta memburuknya layanan air pipa. Tingkat
tarif listrik yang berada di bawah biaya menghambat perluasan jaringan, serta pemeliharaan jaringan yang
memadai dan operasi yang lebih efsien terhadap aset yang ada. Tarif listrik yang seragam bersifat regresif
dan tidak memberikan insentif untuk menyediakan sambungan kepada konsumen di wilayah Indonesia
bagian Timur yang memerlukan biaya lebih tinggi. Layanan air pipa di wilayah perkotaan sangat memerlukan
pengaturan tarif baru dan akses terhadap pendanaan, serta menegakkan regulasi yang mencegah
pemerintah kabupaten/kota menarik keuntungan saat penyedia air pipa (PDAM) mengalami kerugian.
Investasi sektor swasta telah mengalami penurunan tajam sejak 1997, terutama di sektor air
bersih, energi, dan transportasi . Sebelum krisis ekonomi, komitmen investasi sektor swasta pada tahun
tertentu menunjukkan angka rata-rata sebesar 30 - 40 persen dari pengeluaran pembangunan untuk sektor
infrastruktur. Pada 2003 dan 2004, pengeluaran tersebut lebih kecil dari seperempat pengeluaran pemerintah,
disamping rendahnya tingkat investasi publik. Sejak tahun 2000, sebagian besar komitmen investasi sektor
swasta diserap oleh telekomunikasi (90 persen ). Sangat sulit menarik investor swasta pada sektor yang
biasanya didominasi oleh pemerintah atau BUMN. Hal ini disebabkan oleh ketidakpastian hukum, kurangnya
strategi pemerintah untuk menjamin investasi dan kewajiban bersyarat, dan isu-isu fundamental dibalik
rendahnya harga layanan sosial serta sejumlah alasan politik.
Rekomendasi Utama
Pemerintah pusat perlu lebih berprakarsa dalam penanganan krisis PDAM. Prioritas yang mendesak
adalah menghilangkan hambatan yang ada sekarang terhadap pinjaman jangka panjang PDAM. Langkah
pertama dalam proses ini adalah melakukan restrukturisasi pinjaman PDAM. Proses restrukturisasi hutang
harus diutamakan untuk PDAM yang paling layak diberi kredit, memberikan insentif kepada PDAM yang lain
untuk meningkatkan kelayakan kredit mereka dan memberikan peluang kepada mereka untuk meningkatkan
tarif dan memotong biaya dengan menangani kerugian komersial dan kerugian fsik.
Strategi nasional untuk meningkatkan akses terhadap kebutuhan sanitasi dan pelistirikan wilayah
pedesaan harus dikembangkan. Peran pemerintah pusat dan pemerintah daerah perlu diklarifkasi
dan dikoordinasikan untuk pelaksanaan strategi tersebut. Mekanisme pendanaan public yang memadai,
seperti akses pendanaan untuk wilayah pedesaan, seharusnya dipertimbangkan karena dampaknya yang
begitu besar dari kurangnya layanan infrastruktur dasar terhadap kesehatan publik secara luas dan keluaran
pendidikan.
Subsidi listrik dan struktur tarif harus ditinjau lagi. Subsidi listrik mendorong terjadinya konsumsi listrik
yang berlebihan dan sangat membantu konsumen tidak miskin ketika akses yang terbatas menguntungkan
kelompok menengah keatas. Dalam jangka panjang, tarif harus direvisi dengan kecenderungan meningkat
dan struktur tarif harus ditinjau kembali agar mencerminkan biaya sebenarnya untuk menyediakan layanan
tersebut. Tingkat tarif yang mencakup 900VA keatas dapat menjadi langkah awal dalam revisi tarif, karena
secara ekslusif hanya menguntungkan kelompok menengah keatas. Akan tetapi, rencana jangka panjang
yang koheren perlu disusun untuk menyesuaikan harga dengan biaya ekonomi dan memberikan bantuan
dengan sasaran rumah tangga pendapatan rendah dan wilayah-wilayah yang miskin. Subsidi harus dialihkan
dari konsumsi sambungan, untuk dapat menerapkan pendekatan sektor pelistrikan yang berbeda pada
setiap daerah.
Sistem anggaran Indonesia menghadapi kesulitan jika diperlukan adanya feksibilitas. Akhir-akhir ini Indonesia
menghadapi berbagai bencana alam berskala besar. Peristiwa itu menimbulkan tuntutan yang tinggi terhadap
sistem pengelolaan keuangan publik: bencana alam menuntut pemerintah untuk memberikan tanggapan cepat,
dan biasanya memerlukan realokasi dan mobilisasi sumber daya dalam skala besar untuk tahun yang bersangkutan.
Secara umum, Indonesia memiliki sistem penganggaran yang tidak feksibe berkaitan dengan realokasi anggaran
untuk tahun yang sedang berjalan. Lembaga pemerintah menerima anggaran terpisah untuk pembayaran gaji dan
pengeluaran operasional lainnya. Hanya dengan persetujuan DPR dana tersebut dapat disalurkan untuk maksud yang
berbeda atau antar pengeluaran operasional, investasi, dan program. Seperti yang terjadi di sebagian besar negara
lain, Indonesia hanya memiliki dana cadangan yang sangat kecil di tingkat pusat untuk memenuhi pengeluaran
umum yang tidak terduga (Untuk kajian tentang kinerja pengeluaran publik Indonesia setelah bencana tsunami pada
bulan Desember 2004 dibandingkan dengan negara lain, lihat makalah yang akan datang Fengler et.al, 2007 ).
Pelaksanaan Anggaran
Pada tahun 2005, pola pencairan anggaran yang menumpuk pada akhir tahun lebih terlihat daripada
biasanya dan kemajuan yang diperoleh pada tahun 2006 mengenai hal ini masih mengecewakan. Pada
akhir tahun 2005, pemerintah hanya menggunakan 68 persen dari belanja modal dan 72 persen dari belanja barang
dibandingkan dengan jumlah anggaran yang telah disetujui. Lima puluh empat persen dari total belanja modal
baru bisa dikeluarkan pada bulan Desember. Walaupun sedikit mengalami perbaikan daripada 2005, catatan realisasi
anggaran pada tahun anggaran 2006 masih memperihatinkan. Sementara agregat realisasi belanja pemerintah untuk
bulan September 2006 telah mencapai 62 persen dari anggaran yang terutama disebabkan oleh realisasi anggaran
rutin yang tepat waktu seperti gaji pegawai, komponen pengeluaran pemerintah pusat yang bersifat variabel masih
sangat dipengaruhi oleh penundaan pengeluaran. Sampai September 2006 hanya 41 persen dari target belanja
modal dan 40 persen dari anggaran untuk pengadaan barang dan jasa yang bisa direalisasikan.
Kakunya kerangka kerja pelaksanaan anggaran yang ada sekarang merupakan salah satu faktor penyebab
menumpuknya anggaran pada akhir tahun. Sebagai akibat dari upaya pemerintah untuk melakukan akselerasi
pengeluaran dalam kuartal pertama pada tahun anggaran yang sedang berjalan, dokumen pengeluaran anggaran
(DIPA) untuk 2006 dikeluarkan pada awal tahun anggaran. DIPA harus mencantumkan Pimpinan Proyek, Bendahara,
dan Staf Bagian Pengadaan yang bertanggung jawab terhadap proyek tersebut. Walaupun sebagian besar DIPA
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
111
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
dikeluarkan pada bulan Januari 2006, sebagian besar staf proyek belum ditunjuk oleh instansi pelaksana proyek.
79
Seleksi staf terjadi pada kuartal pertama dari tahun anggaran, yang mungkin menyebabkan penundaan pelaksanaan
proyek. Dilaporkan, sejumlah DIPA dikeluarkan walaupun tidak lengkap, tetapi pencairan dananya diblokir.
Masalah ini diperbesar oleh fakta bahwa alokasi dan DIPA hanya dilakukan untuk satu tahun. Kerangka
peraturan mengenai penganggaran memungkinkan adanya luncuran anggaran pada tahun berikutnya, tetapi hal itu
hanya berkaitan dengan alokasi anggaran dalam satu tahun. Dengan demikian, anggaran untuk pelaksanaan proyek
yang memerlukan waktu beberapa tahun mengalami banyak kendala. Anggaran dalam satu tahun telah menumpuk
di akhir tahun, pelaksanaan proyek tertunda pada setiap tahun anggaran dan, dalam beberapa kasus, pendanaan
untuk proyek terhenti sama sekali untuk beberapa tahun walaupun kemudian muncul lagi untuk dilanjutkan(Diagram
6.4).
80
Diagram 6.4 Profl skema pencairan proyek
Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5
Waktu
Pencairan Dana
Sumber: Staf Bank Dunia.
Pendekatan tunda lalu jalan (stop-and-go) tentang penentuan anggaran ini telah menyebabkan timbulnya
inefsiensi yang sangat besar dalam perencanaan dan pelaksanaan proyek. Fasilitas penganggaran untuk
beberapa tahun perlu dirancang dengan memperhitungkan berbagai isu kepemerintahan dalam konteks kelembagaan
di Indonesia. Pendekatan yang dapat dilakukan dengan hati-hati adalah dengan menganggarkan biaya proyek multi
tahun di satu tahun anggaran dengan uang dialokasikan pada rekening khusus dengan hak pencairan yang hanya
dimiliki oleh organisasi pelaksana proyek.
Alokasi anggaran seharusnya disesuaikan dengan kapasitas penyerapan. Pada tahun-tahun terakhir ini,
anggaran untuk hampir seluruh lembaga pelaksana anggaran telah meningkat cukup besar. Akan tetapi,
daya serap lembaga tersebut kini mendapat tekanan. Hubungan yang lemah antara perencanaan dan penentuan
anggaran sebagian merupakan penyebab dari hal tersebut. Baik rencana kerja pemerintah (RKP) maupun rencana
anggaran kementerian dan lembaga (RKA-KL) tidak memperhitungkan perencanaan proyek dan pengadaan.
Akibatnya, jumlah anggaran untuk belanja modal dari program tersebut cenderung menjadi lebih tinggi daripada
kapasitas penyerapan dari lembaga yang akan menggunakan anggaran tersebut. Penganggaran yang melebihi
kapasitas penyerapan akan menimbulkan tekanan kuat untuk menggunakan anggaran melebihi kapasitas, terutama
dalam sistem anggaran tahunan yang ketat dengan mengorbankan mutu pengeluaran tersebut. Perencanaan dan
penganggaran harus bersifat pragmatis dan mempertimbangkan secara matang kapasitas penyerapan lembaga
yang akan menggunakan anggaran tersebut.
Pengembangan kapasitas penyerapan lembaga dan keterampilan staf sangat diperlukan. Mengingat bahwa
hampir 30 persen dari anggaran dialokasikan untuk proyek (belanja modal dan barang), seharusnya lebih banyak
yang harus dikerjakan untuk mengembangkan kapasitas penyerapan kementerian dan lembaga. Keterampilan
perencanaan dan pengadaan perlu didorong dan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dapat ditugaskan untuk
memberikan layanan tersebut. LAN dapat merekrut para pelatih tambahan yang berasal dari jajaran kementerian. Jika
dipandang perlu, departemen pengguna anggaran seharusnya juga diizinkan untuk merekrut dan melatih staf demi
kepentingan pelaksanaan proyek-proyek tersebut.
79 Format DIPA baru diperkenalkan pada 2005. Pada tahun sebelumnya, pemerintah mengeluarkan DIP hanya untuk pengeluaran pembangunan.
Secara historis, dokumen anggaran baru bisa dikeluarkan pada kuartal pertama atau kedua pada tahun anggaran, dalam beberapa hal, bahkan bisa
pada kuartal berikutnya. Format DIP yang digunakan sebelumnya juga mencantumkan tim pelaksanaan proyek.
80 Dapat dikatakan bahwa masalah ini merupakan masalah besar karena kegiatan ekonomi, seperti pembangunan jalan atau gedung sekolah,
akan dapat didistribusikan lebih merata lagi pada setiap tahun anggaran. Sehingga, pembayaran untuk setiap kontrak sering dilaksanakan setelah
pekerjaan selesai yang didasarkan pada tingkat penyelesaian pekerjaan. Sehingga,pelaksanaan proyek bermasalah dan kegiatan ekonomi menjadi
tidak seimbang.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
112
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Sistem manajemen kas yang terpecah-pecah merusak transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan anggaran.
Pelaksanaan rekening perbendaharaan tunggal (TSA) dari sudut pandang UU No. 1/2004 tentang perbendaharaan
negara masih terus berjalan. Pengaturan saldo nihil dengan bank-bank komersil telah berhasil diujicobakan pada 50
kantor perbendaharaan daerah terpilih (KPPN) dan pelaksanaan lebih lanjut sedang diuji pada 178 kantor KPPN akan
mampu melakukan konsolidasi terhadap lebih dari 1.000 jenis rekening perbendaharaan pada satu TSA. Sementara
itu, sebagian besar anggaran masih dilaksanakan melalui rekening bank pada bank komersial yang dipegang oleh unit
pengeluaran dan pejabat pemerintah. Menurut laporan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK tahun 2005, ini
termasuk Rp 8,5 triliun yang disimpan dalam sekitar 1.300 rekening giro dan deposito yang tidak tercatat dalam sistem
perbendaharaan negara. Dana yang tersimpan di luar buku (of books) ini tidak saja menyebabkan distorsi terhadap
neraca konsolidasi kas pemerintah, tetapi juga sangat rentan terhadap penggelapan dan tindakan korupsi. Pelaksanaan
peraturan pemerintah mengenai pengelolaan kas akan memperluas kewenangan Menteri Keuangan untuk menutup
rekening bank tidak terotorisasi semacam itu dan akan menyediakan perangkat hukum untuk melaksanakan sensus
terhadap seluruh rekening pemerintah pada tahun 2007.
Pengadaan
Kerangka hukum dan perundang-undangan tentang pengadaan barang dan jasa untuk kepentingan publik
telah mengalami kemajuan cukup pesat dengan dikeluarkannya Keputusan Presiden (Keppres) No. 80/2003.
Keppres ini mendorong penerapan prinsip-prinsip dasar dalam proses pengadaan barang dan jasa yang transparan,
terbuka, adil, kompetitif, ekonomis, dan efsien. Dengan kata lain, hal ini memenuhi sebagian besar kelaziman yang
berlaku secara internasional, dan mengatasi berbagai kekurangan yang sangat serius yang terjadi pada sistem yang
diberlakukan sebelumnya.
Akan tetapi, pengadaan publik masih membingungkan akibat instrumen hukum yang berlapis-lapis di setiap
tingkat pemerintahan. Pelaksanaan sistem desentralisasi memungkinkan pemerintah daerah untuk melakukan
pengaturan tersendiri untuk melakukan pengadaan publik. Departemen dan BUMN dapat juga mengeluarkan
peraturan mengenai pengadaan publik. Dampak dari instrumen yang berbeda-beda terhadap pengadaan publik
belum terdokumentasikan. Akan tetapi, mungkin terjadi hal-hal yang tidak konsisten dalam aplikasinya akibat terjadi
kesalahpahaman dan/atau perbedaan penafsiran terhadap berbagai peraturan.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
113
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Kotak 6.3 Sistem Indikator Baseline (BIS) Internasional untuk pengadaan
Sistem Indikator Baseline Internasional (BIS) untuk pengadaan merupakan metodologi, yang dikembangkan bersama
antara OECD dan Bank Dunia, untuk melakukan analisis kuantitatif dan kualitatif atas sistem pengadaan publik. Penilaian
itu berdasarkan 12 indikator dasar, yang dibagi menjadi empat kelompok yang disebut pilar: (i) peraturan dan perundang-
undangan, (ii) kelembagaan dan kapasitas pengelolaan, (iii) operasional pengadaan dan praktik pasar, dan (iv) integritas sistem
pengadaan publik. Dengan menggunakan BIS, penilaian terhadap sistem pengadaan publik di Indonesia telah dilaksanakan
pada tahun 2001. Hasil analisis ini tampak seperti diagram di bawah ini. Penilaian ini akan disempurnakan lagi pada Laporan
Penilaian Pengadaan (CPAR) tahun anggaran 2007 dengan menggunakan versi 4 dari indikator ini, sebagai tambahan dari
indicator kepatuhan/kinerja yang mengukur kinerja sesungguhnya dari sistem ini.
Tingkat pencapaian menggunakan pilar BIS
0
25
50
75
100
Kerangka kerja Legislatif
Kerangka kerja Institusional
Operasional Proc dan
Kinerja Pasar
Integritas dan
Transparansi
Indonesia Tingkat Kepuasan
Skor menunjukkan persentasi terhadap elemen baseline yang menunjukan standar praktek yang baik yang diinginkan
yang mampu dipenuhi oleh negara tertentu. Tingkat baseline untuk kinerja yang memuaskan berada pada angka 50 persen
pada setiap indikator. Walaupun umunya memiliki nilai dibawah tingkat baseline, Indonesia memiliki skor lebih baik dalam
hal indikator peraturan dan perundang-undangan serta integritas tetapi kurang baik untuk kinerja pasar dan kerangka
kelembagaan.
Sumber: Metodologi OECD 2006 untuk melakukan penilaian terhadap sistem pengadaan nasional.
Regulasi pengadaan publik melalui keputusan Presiden tidak berada pada tingkat hukum yang cukup tinggi.
Masalah utamanya adalah bahwa dalam lingkungan desentralisasi, regulasi pengadaan publik melalui keputusan
presiden tidak menetapkan prinsip-prinsip dasar dan kebijakan yang mengatur pengadaan publik pada tingkat
perundang-perundangan yang cukup tinggi. Inilah yang menyebabkan mengapa ada kebutuhan terhadap UU
pengadaan yang memperhatikan baik kelaziman yang berlaku secara internasional maupun kepentingan spesifk
Indonesia. Bappenas, melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Nasional (LKPN) sedang dalam proses penyiapan
rancangan UU tentang pengadaan. Pengesahan UU yang baru tentang pengadaan ini akan memperkuat kerangka
perundang-undangan dan mampu menyiapkan instrumen hukum dengan jangkauan yang cukup panjang.
Secara historis, tidak ada satu lembaga atau pejabat pemerintah pusat yang berwenang untuk meletakkan
kebijakan yang sama dan konsisten mengenai hal ini, serta memastikan adanya sanksi dan mekanisme
penegakan yang harus jelas. Keppres No. 80/2003 membutuhkan pembentukan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Nasional (LKPN). Tugas persiapan LKPN telah rampung dan pengaturan interim sudah dilaksanakan untuk pembentukan
LKPN di dalam Bappenas yang bertujuan untuk memperkuat lembaga baru ini dan secara perlahan akan menjadi
badan yang mandiri.
Ada kebutuhan untuk membentuk LKPN sebagai lembaga independen dan berdayaguna dengan
kelengkapan sumber daya yang memadai. Sementara LKPN yang ada dalam Bappenas memegang tanggung
jawab utama dalam hal kebijakan pengadaan, situasi kelembagaan yang ada sekarang tidak menyediakan fungsi
untuk memberikan nasihat kepada lembaga yang melakukan pengadaan, mengumpulkan data kinerja pengadaan,
membina komunitas pengadaan di antara pejabat publik, atau menentukan sistem layanan terhadap keluhan dan,
yang paling penting, pengembangan secara berkelanjutan tentang sistem pengadaan publik.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
114
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Pelaksanaan pelatihan tingkat dasar dan ujian untuk mendapatkan sertifkat bagi praktisi pengadaan
merupakan insiatif yang penting. Keahlian pengadaan hanya terbatas pada sekelompok kecil individu dalam jajaran
departemen tertentu. Tidak ada kader praktisi pengadaan, dan tidak ada jalur karir atau sistem insentif yang jelas baik
untuk manajemen proyek maupun manajemen pengadaan, Pimpro dan panitia tender kembali menduduki posisi
mereka sebelumnya setelah proyek selesai dilaksanakan. Hal ini telah menimbulkan fragmentasi dalam menghimpun
pengalaman pengadaan di kalangan PNS. Keppres No. 80/2003 telah menentukan bahwa bulan Januari 2005 sebagai
tenggat waktu untuk melakukan sertifkasi anggota panitia tender dalam hal pengadaan untuk keperluan pokok.
Tanggal ini telah diubah dua kali dan kini menjadi Januari 2008.
Sertifkasi praktisi pengadaan tingkat menengah dan tinggi akan diperkenalkan di masa yang akan datang
tetapi tanggal spesifk masih belum ada. Persentase PNS yang telah lulus ujian sertifkasi tingkat dasar pada akhir
tahun 2006 jumlahnya kurang dari 12 persen dari 168.000 orang PNS yang telah mengikuti ujian. Usulan sertifkasi bagi
praktisi pengadaan merupakan langkah awal untuk menuju ke arah yang benar tetapi ada begitu banyak permintaan
yang masih harus dipenuhi. Pemerintah seharusnya mempertimbangkan tambahan imbalan setelah mereka berhasil
memperoleh sertifkat atas tanggung jawab yang lebih besar serta mendorong para praktisi untuk meniti karir lewat
kemampuan mereka.
Regulasi sebelumnya memiliki dampak membatasi persaingan dan membagi pasar dalam negeri, dengan
memberi jaminan bahwa UKM dapat diberikan kontrak kerja pada yurisdiksi pemerintah daerah tempat
mereka berdomilisi. Keberhasilan membuka pasar berdasarkan Keppres No. 80/2003 masih harus diteliti mengingat
adanya lingkungan desentralisasi yang masih baru dan kemungkinan praktik-praktik yang dilakukan di tingkat provinsi
dan instrumen hukum yang berdampak terhadap partisipasi di tingkat daerah. Akan tetapi, ketidakhadiran UU
pengadaan dengan jangkauan yang luas pada dasarnya mengurangi efektiftas penghentian praktik-praktik semacam
itu. Penyusunan dokumen standard lelang merupakan langkah maju yang cukup besar untuk menjamin konsistensi
instrumen ini di setiap lembaga dan pemerintah tingkat daerah. Penyusunan dokumen semacam ini sedang dalam
proses dan diharapkan dapat diujicobakan pada tahun 2007.
Isu pokok yang dihadapi dalam pengadaan publik dalam rangka pelaksanaan reformasi pengadaan di
Indonesia adalah transparansi dan korupsi. Salah satu inisiatif penting untuk memperluas transparansi dan akses
terhadap peluang mengikuti tender adalah melalui e-procurement. Draft UU yang sedang disiapkan menyediakan
kerangka hukum secara keseluruhan mengenai otorisasi dan pemanfaatan tanda tangan elektronik. Langkah
penting berikutnya untuk pembentukan LKPN adalah mengembangkan sebuah rencana induk untuk melaksanakan
sistem pengadaan elektronik yang akan menentukan protokol umum yang harus dilaksanakan di seluruh Indonesia,
mengembangkan sistem pengadaan elektronik yang kokoh, dan melaksanakan draft keputusan presiden.
Dirasakan ada kebutuhan untuk memperkuat pengawasan internal terutama kapasitas penegakan
aturan dalam lembaga pemerintahan, termasuk pelaksanaan sanksi yang ketat dan tegas jika terjadi
penyalahgunaan dan kinerja yang tidak baik. Sementara Keppres No. 80/2003 memungkinkan untuk mengikuti
prosedur penyampaian keluhan, hal itu diarahkan melalui lembaga pemakai (pembeli) dan tidak bersifat independen.
Selain itu, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Komisi Pengawasan Persaingan Usaha (KPPU) memegang peran
penting terkait dengan penanganan keluhan terhadap isu korupsi yang menjadi tugas KPK dan persaingan yang
tidak adil yang menjadi wewenang KPPU. Pengaturan ini menimbulkan isu mengenai reliabilitas dan efsiensi sistem
penyampaian keluhan. Dalam hal mekanisme sanksi, ada ketentuan mengenai anti-korupsi di dalam Keppres No.
80/2003. Akan tetapi, sepanjang kapasitas itu terus-menerus pada posisi yang lemah, gaji yang rendah dan tidak ada
jalur karir yang memuaskan bagi praktisi pengadaan publik, tidak ada mekanisme penanganan keluhan yang baik,
dan tidak ada sanksi tegas untuk tindak korupsi, maka perbuatan korupsi akan tetap tumbuh subur.
Audit
Penguatan fungsi audit internal dan eksternal menjadi semakin penting sewaktu Indonesia melakukan
modernisasi pada sektor publiknya. Dengan pelaksanaan sistem desentralisasi pengeluaran publik yang
komprehensif dan kebutuhan untuk meningkatkan feksibilitas anggaran lembaga pemerintah, ditambah dengan
kebutuhan untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengeluaran publik sesuai dengan kelaziman umum
yang dapat diterima, maka reformasi di bidang pemeriksaan/audit menjadi sesuatu yang sangat penting.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
115
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Tabel 6.2 Peta Audit
Lembaga
Akuntabel
Kepada
Cakupan Kapasitas
Kehadiran di
Daerah
Jenis audit
Audit Eksternal
BPK Badan Pemeriksa
Seluruh
pemerintah
3,500
staf
16 provinsi
Umumnya audit
tentang kepatuhan,
kadang-kadang audit
kinerja
Audit Internal
BPKP
Presiden
melalui Menteri
Pemberdayaan
Paratur Negara
Kementerian
termasuk
anggaran
dekonsentrasi
6,800 staf 25 Provinsi
Umumnya untuk audit
kinerja
Inspektur Jenderal Menteri
Kementeri
termasuk
anggaran
dekonsentrasi
2,300 staf Tidak Ada Umumnya audit kinerja
Auditor pemerintah
daerah (Bawasda)
Gubernur/Bupati
Pemerintah
daerah
16,000
staf
Semua staf
bekerja di 440
kabupaten/
kota
Baik audit kepatuhan
maupun kinerja
Sumber: Penilaian staf Bank Dunia berdasarkan perundang-undangan yang berlaku dan wawancara dengan pejabat pemerintah, Profl BPK 2006.
Penentuan kelembagaan yang rumit dan kerangka peraturan yang bersifat terfragmentasi tidak mendorong
terjadinya transparansi, akuntabilitas, dan koordinasi di antara lembaga pemeriksa. Selanjutnya, tampaknya
tidak ada mekanisme informal yang berlaku untuk mengatasi hambatan struktural bagi tercapainya audit yang efsien
dan efektif . Oleh karena itu, auditor terlatih dan bersertifkat yang jumlhanya sangat terbatas di Indonesia tidak
dimanfaatkan secara efektif dan efsien sebagaimana mestinya. Di samping itu, hanya laporan dari BPK yang diteliti
oleh pejabat-pejabat yang dipilih dan tersedia untuk umum.
Laporan yang disampaikan oleh BPK kepada umum dan kepada DPR sangat bersifat umum dan tidak memiliki
karakteristik dari suatu laporan audit. Penyimpangan yang ditemukan dalam audit disampaikan dengan secara
sangat umum menggunakan klasifkasi secara garis besar, seperti (i) tidak sesuai, yang meliputi penyimpangan yang
tidak sesuai dengan ketentuan, (ii) praktik-praktik yang tidak ekonomis dan tidak efsien, dan (iii). ketidakefektifan, yang
meliputi pengeluaran yang tidak sesuai dengan tujuan semula. Kebanyakan dari penyimpangan yang dilaporkan
kepada DPR termasuk dalam kategori tidak sesuai. Tidak ada uraian lebih rinci yang dicantumkan dalam laporan itu,
walaupun laporan itu mestinya meliputi penyimpangan yang berskala luas mulai dari yang sangat serius sampai
dengan pelanggaran kecil.
BPK adalah lembaga independen tetapi dapat memperoleh manfaat dari peran DPR yang kuat untuk meminta
akuntabilitasnya jika hal ini dilakukan dengan hati-hati. Sesuai dengan UUD 1945, UU tentang Pemeriksaan
Keuangan Negara tidak mengatur tentang akuntabilitas eksternal bagi BPK. BPK hanya bertanggung jawab terhadap
anggota badan pemeriksanya, yang diangkat oleh DPR melalui keputusan presiden. Badan ini memutuskan sendiri
apakah anggota mereka harus mengundurkan diri atau tidak.
Ada sejumlah manfaat dari pemberian peran yang lebih kuat kepada DPR untuk meminta akuntabilitas BPK:
(i) keterlibatan DPR akan menciptakan tekanan yang lebih kuat untuk membuat tindakan audit menjadi relevan dan
responsif, (ii) keterlibatan DPR dapat memperkuat kesadaran publik terhadap BPK dan laporan yang dibuatnya, (iii)
penguatan peran DPR akan menjadi tekanan untuk memacu efsiensi dan efektivitas BPK.
Perhatian seharusnya diberikan untuk mendefnisikan peran DPR secara jelas sehubungan dengan
keberadaan lembaga pemeriksaan dan laporan mereka sehingga seluruh stakeholders mengetahui dan
sepakat terhadap peran mereka. Mekanisme yang baik perlu diberlakukanbaik melalui komisi yang baru atau
terpisah (Komisi Rekening Publik dan Audit), komisi yang sudah ada, sub-komisi dari komisi yang sudah ada, atau
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
116
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
organisasi khusus atau baru, Di samping itu, anggota DPR dan sekretariat mereka perlu membangun kapasitas yang
diperlukan untuk menangani laporan pemeriksaan dan informasi secara konstruktif.
Kini BPK memiliki mandat yang lebih luas tetapi masih memiliki keterbatasan terhadap perannya yang
semakin luas tersebut. UU No. 5/1973 telah menentukan BPK sebagai lembaga pemeriksa tertinggi di Indonesia.
UU tentang pemeriksaan negara baru ditetapkan pada tahun 2004 dan memberikan mandat kepada BPK untuk
melakukan pemeriksaan kepada seluruh lembaga pemerintah di setiap tingkat. BPK juga melakukan pemeriksaan
terhadap BUMN, kecuali BUMN yang memperoleh modal melalui pasar modal Indonesia, dan dalam hal itu ketentuan
yang ada mengharuskan perusahaan-perusahaan yang sudah terdaftar diaudit oleh perusahaan auditor yang
terdaftar. Lembaga militer sekarang ini tidak harus diperiksa. Menurut UU tentang Audit Negara, BPK melaksanakan
audit keuangan, audit kinerja, dan audit forensik. BPK menyampaikan laporan tahunan dan laporan semester kepada
DPR atas pemeriksaan yang dilakukan dan menyampaikan laporan pemeriksaan pemerintah daerah. Laporan ini
memberikan penilaian terhadap laporan keuangan instansi yang diaudit dan serta memberikan komentar terhadap
penyimpangan-penyimpangan yang ditemui di dalam pelaksanaan anggaran yang mungkin ditemukan. Di samping
itu, BPK juga berwenang untuk menentukan standar pemeriksaan untuk lembaga pemerintah, walaupun mereka
masih belum mengeluarkan standar tersebut untuk penggunaan internal
Tingkat staf BPK tidak sesuai dengan mandat barunya. Lembaga pemeriksaan eksternal yang hanya memiliki
sekitar 3.500 pegawai diharapkan mampu menjamin mutu pemeriksaan internal dari hampir 25.000 staf.
Sebelum penetapan UU tentang audit negara, pemeriksaan keuangan merupakan tugas BPK dan BPKP sebagai lembaga
pemeriksa internal dari pemerintah. Kini BPKP memiliki mandat yang jelas yaitu untuk melakukan pemeriksaan internal
bersama-sama dengan lembaga pemeriksa lain (seperti, Inspektur Jenderal pada setiap Departemen). Perubahan
dalam tanggung jawab ini tidak seluruhnya tercermin dalam realokasi staf dan sumber daya antara kedua lembaga
pemeriksa ini. Akibatnya adalah bahwa BPKP memiliki sumber daya yang sangat bagus dibandingkan dengan BPK.
Misalnya, BPKP kini memiliki kantor di 26 provinsi di seluruh Indonesia, sementara BPK hanya memiliki kantor di 16
provinsi pada akhir tahun 2006.
Mandat BPK relatif jelas tetapi strateginya tidak sesuai dengan kemampuan dan jumlah staf yang ada
saat ini. UU No. 15/2004 tentang audit negara telah memberikan kejelasan atas peran yang berbeda dari lembaga
pemeriksa dengan cara menyatakan BPK sebagai lembaga pemeriksa eksternal yang independen pada seluruh
tingkat pemerintahan, baik di pusat maupun daerah. Pada tahun 2001 BPK menyiapkan rencana pengembangan
institusional dan telah melaksanakan langkah praktis untuk menyiapkan diri sehubungan dengan perluasan mandat
yang dimilikinya. Strategi internal BPK untuk periode 2006-10 telah disiapkan dan rencana pelaksanaan taktisnya
sedang dalam penyelesaian tahap akhir. Mengingat tantangan yang dihadapi BPK dalam memberikan layanan
pemeriksaan eksternal dasar dalam bidang pengelolaan keuangan, dan mengingat kapasitas yang dimilikinya saat
ini, maka fokus pekerjaannya sekarang lebih baik diarahkan pada pemberian layanan audit keuangan tradisional yang
bermutu tinggi, tepat waktu, daripada menyampaikan agenda pemeriksaan yang rumit dan canggih.
Sementara UU tentang audit negara memberikan mandat yang semakin kuat kepada BPK, namun masih
belum jelas dalam hal tata pemerintahan internalnya dan struktur manajemen. UU yang terpisah mengenai
aspek-aspek semacam ini kini sedang disusun dan dipandang penting untuk mengukuhkan dasar lembaga ini
sehingga akan diakui sebagai lembaga yang kredibel dan independen.
Mandat dan pembagian tugas antara ketiga lembaga pemeriksaan yang ada sekarang tidak jelas. Audit Internal
berada dalam ruang lingkup kerja BPKP, Inspektorat Jenderal (Itjen) yang bertugas pada setiap Departemen, dan fungsi
pemeriksaan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dilakukan oleh Bawasda. BPKP didirikan berdasarkan keputusan
presiden pada tahun 1983. Selanjutnya, mandat BPKP telah berubah melalui berbagai keputusan presiden. Pada saat
ini, mandat BPKP menjadi tidak jelas, dapat membantu Itjen, pemerintah provinsi atau kabupaten/kota atas undangan
pemerintah daerah, dan mereka dapat menyediakan pelatihan bagi lembaga-lembaga ini. Walaupun mandatnya
telahberkurang secara signifkan, BPKP masih memiliki kantor-kantor dengan staf lengkap yang terdesentralisasi di 26
provinsi dan stafnya yang penuh berjumlah 6.800 orang tidak digunakan secara optimal. Jumlah staf BPKP yang masih
begitu besar belum mencerminkan pengurangan terhadap mandat yang dimiliki saat ini, terutama jika dibandingkan
dengan BPK sebagai lembaga pemeriksa eksternal. Selain itu, laporan dari BPKP tidak disampaikan kepada umum atau
DPR.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
117
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Itjen memiliki peran yang berbeda pada setiap Departemen. Mandat Itjen yang sebenarnya, staf, dan
kegiatannya ditentukan oleh kemeterian yang bersangkutan. Oleh karena itu, Itjen bertindak sebagai lembaga
tersendiri sesuai dengan jumlah menteri dan kegiatan pemeriksaan biasanya terfokus pada masalah-masalah rutin
teknis dan kinerja, termasuk ketaatan kepada standar teknis yang berlaku. Oleh karena itu, latar belakang profesi staf
Itjen, biasanya meliputi kualifkasi teknis dan bukannya akunting atau pemeriksaan keuangan. Audit mereka dilakukan
secara acak atau sesuai dengan rencana pemeriksaan tahunan yang sudah disetujui, tetapi tidak berdasarkan pada
metodologi berbasis risiko.
Bawasda melakukan pemeriksaan umum terhadap pengeluaran anggaran daerah, tetapi mereka tidak
memiliki kapasitas yang memadai. Audit terhadap transaksi keuangan masing-masing dari ke 33 pemerintah
provinsi dan lebih dari 440 pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan berdasarkan ketentuan kelembagaan yang
sangat rumit. Bawasda terdapat di setiap kabupaten/kota, tetapi staf Bawasda biasanya tidak memiliki keterampilan
untuk melaksanakan tanggung jawab pemeriksaan. Di samping itu, setiap sumber pendanaan yang berbeda pada
pemerintah daerah diperiksa oleh lembaga pemeriksa yang berbeda pula. Dengan demikian, Bawasda mendapat
dukungan dari BPKP, Itjen, BPK dan Bawasda pada kabupaten/kota lain dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan
terhadap pemerintah daerah masing-masing. BPK merupakan lembaga pemeriksa eksternal dari seluruh pemerintah
daerah. Itjen pada Departemen Dalam Negeri mengkoordinasikan seluruh kegiatan dari lembaga pemeriksaan internal
dalam melaksanakan fungsi pemeriksaan mereka untuk setiap kabupaten/kota. Bawasda menyampaikan laporan
tahunan mereka kepada masing-masing daerah dan mengirimkan salinan laporan mereka kepada Itjen Departemen
Dalam Negeri, Bawasda Provinsi, dan pihak yang diperiksa. Laporan mereka tidak disampaikan kepada publik atau
DPR. Akan tetapi, BPK menyampaikan rangkuman dan konsolidasi hasil laporan kepada DPR dan rangkuman itu
mencakup seluruh Bawasda.
Pengawasan terhadap pengeluaran dan sistem pembayaran sedang ditingkatkan, tetapi pelaksanaannya
masih belum memuaskan. Untuk meningkatkan tanggung jawab dan akuntabilitas terhadap anggaran pada jajaran
departemen, tugas pemberian perintah pembayaran telah dialihkan kepada departemen. Hal ini telah menimbulkan
pemisahan yang lebih baik antara fungsi verifkasi transaksi dan pelaksanaan pembayaran. Sementara pemisahan
tugas-tugas ini sudah dirancang dengan baik, pelaksanaan di lapangan tidak seluruhnya memuaskan karena tidak
adanya standar yang jelas mengenai bukti-bukti akuntansi, prosedur verifkasi, dan unit pemeriksa pra bayar di instansi
pembelanja. Salah satu kelemahan endemis yang perlu diperhatikan bahwa dalam praktik akuntansi berkaitan dengan
mutu bukti-bukti akuntansi yang dapat diterima oleh Ditjen Perbendaharaan
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
118
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Rekomendasi Kebijakan
Reformasi yang sedang berjalan dalam penyiapan, pelaksanaan, dan pemeriksaan anggaran dapat
mengambil manfaat dari adanya evaluasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan terhadap
sistem anggaran di Indonesia. Biasanya, kajian terhadap pengeluaran lebih berfokus pada pengeluaran sektoral dan
semakin sering menganalisis aspek-aspek kelembagaan dari pelaksanaan anggaran. Laporan pada bab ini merupakan
upaya pertama yang cukup komprehensif dalam melakukan analisis dimensi kuantitatif kinerja anggaran di Indonesia.
Beberapa kegiatan tindak lanjut masih sedang disiapkan atau dapat digali lebih jauh untuk terus memperkuat dasar
analisis dari keputusan anggaran dan membudayakan evaluasi anggaran. Kegiatan tindak lanjut ini termasuk: (i)
survei penelusuran pengeluaran publik untuk mengidentifkasi kebocoran; (ii) World Bank Country Procurement
Assessment Report (CPAR) untuk menilai kemajuan modernisasi pengadaan; dan (iii) analisis tentang peran DPR
mengenai pengawasan pra-laksana purna-laksana (ex ante dan ex post) terhadap anggaran.
Penyiapan dan pelaksanaan anggaran
Pelaksanaan Penganggaran Berbasis Kinerja (PBB) dan Kerangka Pengeluaran Jangka Menengan (MTEF).
Mengingat sifat dari perubahan itu sendiri, maka diperlukan visi jangka panjang. Perlu disusun suatu peta perjalanan
yang realistik, operasional, dan komprehensif untuk melakukan reformasi penganggaran dengan mempertimbangkan
kondisi tata pemerintahan Indonesian yang unik, lingkungan pengawasan yang lemah, dan masalah korupsi yang
sudah dikenal luas. Pada saat yang sama, perubahan yang mampu dicapai, dapat terlihat jelas bentuknya, dan
didefnisikan dengan jelas harus dilaksanakan dalam jangka waktu pendek untuk menjawab tekanan politik untuk
melakukan perubahan secara cepat dan menjaga momentum reformasi. Perubahan jangka pendek semacam itu
dapat meliputi peninjauan dan penyederhanan terhadap dokumen anggaran, pembuatan laporan tentang hasil yang
dicapai tiap tahun bagi program-program yang dilaksanakan di setiap departemen, serta otorisasi penganggaran
multi tahun bagi proyek-proyek investasi berskala besar yang memerlukan waktu penyelesaian selama beberapa
tahun.
Untuk jangka menengah, pengawasan terhadap output seharusnya secara perlahan menggantikan
pengawasan terhadap input dan pos-pos anggaran (line item). Reformasi proses anggaran, berikut isi dan struktur
dokumen anggaran, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam memperkenalkan penganggaran berbasis
kinerja. Anggaran berbasis kinerja (PBB) sering dipahami sebagai alat untuk menunjukkan bahwa pengawasan terhadap
input digantikan oleh pengawasan terhadap output dan bahwa tanggung jawab keuangan dan manajemen dari
unit pelaksana anggaran mengalami peningkatan. Manajer diberikan kebebasan untuk mengelola, tetapi pada saat
yang sama mereka harus akuntabel atas hasil yang mereka capai terhadap penggunaan dana milik publik. Mengingat
bahwa isu tentang tata pemerintahan sangat rentan di Indonesia dan mengingat adanya pengawasan ex post yang
lemah saat ini, upaya untuk melakukan perubahan dalam bidang ini seharusnya diawali dengan kehati-hatian dan
pengawasan ex post yang perlu diperkuat sebelum pengawasan terhadap input diperlunak.
Pembahasan dan persetujuan anggaran oleh DPR seharusnya disesuaikan untuk berfokus pada kebijakan
dan prioritas pengeluaran. DPR memiliki wewenang yang kuat dalam pembahasan ex ante dan persetujuan
terhadap penentuan anggaran tahunan. Anggaran berbasis input, rinci, dan memiliki peranan penting atas fokus
yang kuat terhadap pengawasan ex ante. Sehingga, pembahasan DPR cenderung berfokus pada diskusi mengenai
pos-pos pengeluaran secara rinci dan bukan alokasi anggaran secara keseluruhan, prioritas politik, dan hasil yang
hendak dicapai. Cara-cara untuk melakukan peningkatan kapasitas, serta upaya untuk melakukan reformasi
kelembagaan, seharusnya menjadi fokus untuk memperjelas peran DPR dalam penyiapan anggaran dengan tujuan
untuk memfokuskan pada pembahasan mengenai hasil dan prioritas penggunaan anggaran.
Proses untuk mobilisasi anggaran tahun berjalan dan realokasi sumber daya keuangan pada masa bencana
harus disederhanakan. Harus ada upaya untuk mengembangkan proses anggaran jalur cepat untuk digunakan
pada waktu terjadi kebutuhan yang luar biasa untuk pengeluaran publik sementara tetap memelihara kerangka
pengamanan untuk memastikan dana publik digunakan secara efektif dan efsien.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
119
BAB 6 Manajemen Keuangan Publik
Pengadaan
Pembentukan lembaga baru pengadaan merupakan kontribusi sistemik yang penting untuk memberantas
korupsi, yang pada gilirannya akan membuat harga input menjadi lebih rendah dan meningkatkan tata kelola
pengadaan. Di samping itu, diperlukan pelaksanaan strategi e-procurement secara komprehensif agar mampu
berkontribusi untuk meningkat transparansi dan kompetisi pasar.
Audit
Banyaknya peraturan terpisah yang mengatur pemeriksaan eksternal dan internal tidak memberikan ruang
koordinasi dan kejelasan. Konsolidasi terhadap peraturan di bawah satu undang-undang dan menyederhanakan
pemberian wewenang untuk mengeluarkan keputusan dan peraturan sekunder akan memberikan transparansi yang
lebih luas dan mendorong tercapainya peraturan-peraturan yang konsisten.
Ada potensi sinergi dan manfaat lain untuk melakukan konsolidasi mengenai ketiga lembaga pemeriksa
internal menjadi satu lembaga. Konsolidasi lembaga pemeriksa internal memiliki kelebihan di bawah ini:
Koordinasi yang lebih baik terhadap pemeriksaan internal tanpa terjadi duplikasi.
Akan tersedia sumber daya yang lebih banyak untuk mengembangkan produk-produk audit baru dan akan
ada potensi untuk menghemat biaya untuk mendukung layanan pendukung seperti manajemen SDM, dan
manajemen keuangan.
Koordinasi dan kerja sama yang lebih baik antara lembaga pemeriksa internal dan eksternal karena hanya
ada dua pihak yang perlu berkoordinasi.
Memperkuat kemandirian pemeriksaan internal. Hal ini sangat penting di daerah.
Pelaksanaan akuntansi berbasis akrual memiliki implikasi yang sangat luas terhadap keterampilan para
pejabat anggaran, auditor , dan pemakai anggaran dan rekening nasional, termasuk anggota DPR. Menurut
UU No. 17/2003 tentang Keuangan Negara, anggaran untuk 2006 harus sudah disampaikan berdasarkan sistem akrual
dan laporan keuangan pada tahun itu harus pula disampaikan dan diaudit dengan basis akrual. Pelaksanaan yang
dilakukan secara bertahap untuk melaksanakan reformasi tersebut harus direncanakan dengan memperhatikan tingkat
keterampilan saat ini dan harus pula meliputi kegiatan pelatihan antar lain bagi auditor internal dan eksternal.
K
u
r
a
n
g
n
y
a
t
r
a
n
s
p
a
r
a
n
s
i
d
a
n
a
k
u
n
t
a
b
i
l
i
t
a
s
d
a
l
a
m
m
a
n
a
j
e
m
e
n
h
u
t
a
n
g
.
P
i
n
j
a
m
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
i
a
t
u
r
d
e
n
g
a
n
p
e
r
a
t
u
r
a
n
y
a
n
g
b
e
r
b
e
d
a
-
b
e
d
a
.
1
)
P
e
n
y
u
s
u
n
a
n
i
n
s
t
r
u
m
e
n
b
a
r
u
(
a
n
a
l
i
s
i
s
s
k
e
n
a
r
i
o
,
d
a
n
m
o
d
e
l
r
i
s
i
k
o
)
.
2
)
M
e
n
y
i
a
p
k
a
n
l
a
p
o
r
a
n
b
e
r
k
a
l
a
t
e
n
t
a
n
g
h
u
t
a
n
g
y
a
n
g
t
e
r
t
u
n
g
g
a
k
.
3
)
S
a
t
u
k
a
n
U
U
t
e
n
t
a
n
g
s
u
r
a
t
h
u
t
a
n
g
n
e
g
a
r
a
d
e
n
g
a
n
U
U
t
e
n
t
a
n
g
p
i
n
j
a
m
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
.
J
P
D
K
/
J
M
M
e
m
b
a
n
t
u
m
e
l
a
k
u
k
a
n
k
u
a
n
t
i
f
k
a
s
i
r
i
s
i
k
o
p
a
s
a
r
d
a
n
m
e
n
d
u
k
u
n
g
a
n
a
l
i
s
i
s
b
i
a
y
a
/
r
i
s
i
k
o
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
t
r
a
n
s
p
a
r
a
n
s
i
.
M
e
m
a
s
t
i
k
a
n
K
e
m
a
m
p
u
a
n
M
e
m
b
a
y
a
r
H
u
t
a
n
g
Y
a
n
g
B
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n
(
D
e
b
t
S
u
s
t
a
i
n
a
b
i
l
i
t
y
)
.
K
e
w
a
j
i
b
a
n
K
o
n
t
i
n
j
e
n
t
i
d
a
k
t
e
r
m
a
s
u
k
d
i
d
a
l
a
m
k
e
r
a
n
g
k
a
m
a
n
a
j
e
m
e
n
.
R
e
k
e
n
i
n
g
y
a
n
g
b
e
r
b
e
d
a
-
b
e
d
a
y
a
n
g
t
i
d
a
k
t
e
r
i
n
t
e
g
r
a
s
i
d
a
n
t
r
a
n
s
a
k
s
i
d
i
l
u
a
r
a
n
g
g
a
r
a
n
y
a
n
g
t
i
d
a
k
d
i
b
u
k
u
k
a
n
.
4
)
K
e
w
a
j
i
b
a
n
K
o
n
t
i
n
j
e
n
h
a
r
u
s
t
e
r
c
a
n
t
u
m
d
i
k
e
r
a
n
g
k
a
k
e
r
j
a
m
a
n
a
j
e
m
e
n
h
u
t
a
n
g
.
5
)
P
e
m
b
u
a
t
a
n
T
r
e
a
s
u
r
y
S
i
n
g
l
e
A
c
c
o
u
n
t
(
T
S
A
)
.
J
P
D
K
/
J
M
I
n
s
t
a
b
i
l
i
t
a
s
m
a
k
r
o
e
k
o
n
o
m
i
a
k
i
b
a
t
k
e
t
i
d
a
k
m
a
m
p
u
a
n
b
a
y
a
r
h
u
t
a
n
g
a
k
a
n
b
e
r
d
a
m
p
a
k
p
a
d
a
a
n
g
g
a
r
a
n
d
a
n
r
u
a
n
g
f
s
k
a
l
.
R
e
a
l
o
k
a
s
i
s
u
b
s
i
d
i
l
i
s
t
r
i
k
y
a
n
g
t
i
d
a
k
e
f
s
i
e
n
d
a
n
y
a
n
g
b
e
r
p
i
h
a
k
p
a
d
a
o
r
a
n
g
k
a
y
a
(
A
S
$
3
m
i
l
i
a
r
)
.
S
u
b
s
i
d
i
l
i
s
t
r
i
k
y
a
n
g
t
i
d
a
k
e
f
s
i
e
n
,
m
e
n
d
o
r
o
n
g
k
o
n
s
u
m
s
i
b
e
r
l
e
b
i
h
a
n
,
d
a
n
h
a
n
y
a
m
e
n
g
u
n
t
u
n
g
k
a
n
k
o
n
s
u
m
e
n
k
a
y
a
6
)
R
e
a
l
o
k
a
s
i
s
u
b
s
i
d
i
d
a
r
i
u
n
t
u
k
k
o
n
s
u
m
s
i
(
d
i
a
t
a
s
4
5
0
V
A
)
m
e
n
j
a
d
i
u
n
t
u
k
s
a
m
b
u
n
g
a
n
,
u
n
t
u
k
m
e
m
p
e
r
l
u
a
s
j
a
r
i
n
g
a
n
l
i
s
t
r
i
k
.
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
s
u
p
l
a
i
l
i
s
t
r
i
k
d
e
n
g
a
n
b
i
a
y
a
l
e
b
i
h
m
u
r
a
h
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
d
a
n
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
r
u
a
n
g
f
s
k
a
l
u
n
t
u
k
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
s
o
s
i
a
l
.
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
s
u
b
s
i
d
i
y
a
n
g
t
i
d
a
k
e
f
s
i
e
n
d
a
n
y
a
n
g
b
e
r
p
i
h
a
k
p
a
d
a
o
r
a
n
g
k
a
y
a
(
A
S
$
5
m
i
l
i
a
r
)
.
H
a
r
g
a
B
B
M
d
a
l
a
m
n
e
g
e
r
i
m
a
s
i
h
d
i
b
a
w
a
h
h
a
r
g
a
i
n
t
e
r
n
a
s
i
o
n
a
l
,
d
a
n
t
i
d
a
k
e
f
s
i
e
n
,
s
e
r
t
a
l
e
b
i
h
b
e
r
p
i
h
a
k
p
a
d
a
o
r
a
n
g
k
a
y
a
.
S
u
b
s
i
d
i
i
t
u
m
a
s
i
h
m
e
r
u
p
a
k
a
n
p
o
s
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
a
l
i
n
g
b
e
s
a
r
d
i
d
a
l
a
m
a
n
g
g
a
r
a
n
.
7
)
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
s
u
b
s
i
d
i
B
B
M
(
U
S
$
5
m
i
l
y
a
r
)
y
a
n
g
t
i
d
a
k
e
f
s
i
e
n
d
a
n
b
e
r
p
i
h
a
k
p
a
d
a
o
r
a
n
g
k
a
y
a
.
W
a
l
a
u
p
u
n
t
e
r
j
a
d
i
k
e
n
a
i
k
a
n
h
a
r
g
a
B
B
M
p
a
d
a
2
0
0
5
,
s
u
b
s
i
d
i
B
B
M
m
a
s
i
h
m
e
r
u
p
a
k
a
n
s
a
l
a
h
s
a
t
u
p
o
s
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
a
l
i
n
g
b
e
s
a
r
d
a
l
a
m
a
n
g
g
a
r
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
d
a
n
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
r
u
a
n
g
f
s
k
a
l
u
n
t
u
k
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
s
o
s
i
a
l
.
M
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n
k
e
r
a
n
g
k
a
m
a
n
a
j
e
m
e
n
s
u
b
s
i
d
i
d
a
n
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n
t
r
a
n
s
f
e
r
y
a
n
g
k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
f
d
a
n
l
e
b
i
h
c
e
p
a
t
S
u
b
s
i
d
i
t
i
d
a
k
d
i
n
i
l
a
i
s
e
c
a
r
a
k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
f
a
k
i
b
a
t
k
u
r
a
n
g
n
y
a
k
e
r
a
n
g
k
a
p
e
r
a
t
u
r
a
n
,
d
a
n
h
a
l
i
n
i
m
e
n
g
a
k
i
b
a
t
k
a
n
p
e
n
u
n
d
a
a
n
p
e
n
y
a
l
u
r
a
n
t
r
a
n
s
f
e
r
.
8
)
M
a
n
a
j
e
m
e
n
s
u
b
s
i
d
i
y
a
n
g
k
o
m
p
r
e
h
e
n
s
i
f
m
a
n
a
g
e
m
e
n
t
p
e
r
l
u
d
i
p
a
s
t
i
k
a
n
.
9
)
S
t
a
k
e
h
o
l
d
e
r
s
h
a
r
u
s
s
e
p
a
k
a
t
m
e
n
g
e
n
a
i
m
e
k
a
n
i
s
m
e
p
e
n
y
a
l
u
r
a
n
s
u
b
s
i
d
i
(
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
a
n
B
U
M
N
)
.
J
P
D
K
M
e
m
p
e
r
b
a
i
k
i
p
e
n
e
n
t
u
a
n
w
a
k
t
u
p
e
n
y
a
l
u
r
a
n
d
a
n
a
d
a
n
p
e
r
b
a
i
k
a
n
t
r
a
n
s
p
a
r
a
n
s
i
.
B
A
B
2
.
K
E
C
E
N
D
E
R
U
N
G
A
N
L
I
N
T
A
S
S
E
K
T
O
R
A
L
B
a
g
i
a
n
l
e
b
i
h
b
e
s
a
r
d
a
r
i
r
u
a
n
g
f
s
k
a
l
m
a
s
a
d
e
p
a
n
h
a
r
u
s
d
i
a
l
o
k
a
s
i
k
a
n
u
n
t
u
k
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
d
i
p
u
s
a
t
d
a
n
d
a
e
r
a
h
.
P
e
r
b
a
n
d
i
n
g
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
u
b
l
i
k
l
i
n
t
a
s
s
e
k
t
o
r
a
l
m
e
m
p
e
r
l
i
h
a
t
k
a
n
b
a
h
w
a
a
n
g
g
a
r
a
n
u
n
t
u
k
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
m
a
s
i
h
s
a
n
g
a
t
k
u
r
a
n
g
.
S
e
k
t
o
r
i
n
i
t
a
m
p
a
k
b
e
l
u
m
p
u
l
i
h
s
e
t
e
l
a
h
t
e
r
j
a
d
i
p
e
n
u
r
u
n
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
s
e
s
u
d
a
h
k
r
i
s
i
s
.
1
0
)
B
a
g
i
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
e
s
a
r
d
a
r
i
r
u
a
n
g
f
s
k
a
l
d
i
m
a
s
a
d
a
t
a
n
g
h
a
r
u
s
d
i
a
l
o
k
a
s
i
k
a
n
u
n
t
u
k
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
,
b
a
i
k
d
i
t
i
n
g
k
a
t
p
u
s
a
t
m
a
u
p
u
n
d
a
e
r
a
h
.
J
M
P
e
n
d
a
n
a
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
e
s
a
r
u
n
t
u
k
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
.
P
e
n
g
a
l
i
h
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
d
a
r
i
k
e
b
u
t
u
h
a
n
a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
m
e
n
j
a
d
i
p
e
n
d
a
n
a
a
n
t
a
m
b
a
h
a
n
p
e
m
b
e
r
i
a
n
l
a
y
a
n
a
n
d
a
s
a
r
.
T
i
n
g
k
a
t
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
u
n
t
u
k
k
e
b
u
t
u
h
a
n
a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
s
a
n
g
a
t
t
i
n
g
g
i
(
3
0
p
e
r
s
e
n
d
i
d
a
e
r
a
h
)
d
a
n
m
e
n
u
n
j
u
k
k
a
n
a
d
a
n
y
a
p
e
m
b
o
r
o
s
a
n
c
u
k
u
p
s
i
g
n
i
f
k
a
n
t
e
r
h
a
d
a
p
s
u
m
b
e
r
d
a
y
a
u
n
t
u
k
p
u
b
l
i
k
.
1
1
)
K
u
r
a
n
g
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
y
a
n
g
t
i
d
a
k
m
e
m
b
e
r
i
m
a
n
f
a
a
t
l
a
n
g
s
u
n
g
k
e
p
a
d
a
p
u
b
l
i
k
.
M
i
s
a
l
n
y
a
,
p
e
n
g
u
r
a
n
g
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
u
n
t
u
k
k
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
a
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
d
a
n
t
e
n
t
u
k
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
t
i
n
g
g
i
u
n
t
u
k
l
a
y
a
n
a
n
p
u
b
l
i
k
s
e
p
e
r
t
i
k
e
s
e
h
a
t
a
n
d
a
n
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
.
1
2
)
S
e
s
u
a
i
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
r
u
t
i
n
d
e
n
g
a
n
i
n
v
e
s
t
a
s
i
m
o
d
a
l
d
a
l
a
m
p
e
m
b
e
r
i
a
n
l
a
y
a
n
a
n
p
u
b
l
i
k
.
.
J
M
P
e
r
b
a
i
k
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
u
n
t
u
k
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
u
b
l
i
k
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
157
LAMPIRAN
B
i
d
a
n
g
R
e
f
o
r
m
a
s
i
T
a
n
t
a
n
g
a
n
S
o
l
u
s
i
s
p
e
s
i
f
k
K
e
r
a
n
g
k
a
w
a
k
t
u
D
a
m
p
a
k
-
d
e
r
a
j
a
t
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
B
A
B
3
.
S
E
K
T
O
R
P
E
N
D
I
D
I
K
A
N
T
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
u
n
t
u
k
m
e
m
p
e
r
b
e
s
a
r
a
k
s
e
s
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
s
e
k
o
l
a
h
m
e
n
e
n
g
a
h
p
e
r
t
a
m
a
,
s
e
m
e
n
t
a
r
a
f
o
k
u
s
p
a
d
a
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
d
a
s
a
r
h
a
r
u
s
p
a
d
a
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
d
a
n
m
u
t
u
p
e
n
g
a
j
a
r
a
n
.
T
i
n
g
k
a
t
p
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i
s
i
s
w
a
,
k
h
u
s
u
s
n
y
a
b
a
g
i
k
u
i
n
t
i
l
p
e
n
d
a
p
a
t
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
r
e
n
d
a
h
,
m
a
s
i
h
r
e
n
d
a
h
t
e
r
u
t
a
m
a
d
i
t
i
n
g
k
a
t
S
M
P
,
d
a
n
b
a
n
y
a
k
s
i
s
w
a
t
i
d
a
k
m
e
l
a
n
j
u
t
k
a
n
k
e
S
M
P
s
e
t
e
l
a
h
l
u
l
u
s
S
D
.
P
e
n
d
a
f
t
a
r
a
n
d
i
t
i
n
g
k
a
t
S
D
h
a
m
p
i
r
m
e
n
c
a
p
a
i
1
0
0
p
e
r
s
e
n
,
n
a
m
u
n
m
u
t
u
d
a
n
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
j
a
u
h
d
a
r
i
m
e
m
u
a
s
k
a
n
.
1
3
)
T
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
u
n
t
u
k
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
s
e
k
o
l
a
h
m
e
n
e
n
g
a
h
p
e
r
t
a
m
a
t
e
r
u
t
a
m
a
u
n
t
u
k
m
e
m
a
s
t
i
k
a
n
p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
g
e
d
u
n
g
s
e
k
o
l
a
h
y
a
n
g
b
a
r
u
d
a
n
p
e
m
b
u
a
t
a
n
p
r
o
g
r
a
m
y
a
n
g
m
e
n
g
h
i
l
a
n
g
k
a
n
a
n
g
k
a
d
r
o
p
o
u
t
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
l
u
l
u
s
a
n
S
D
m
e
l
a
n
j
u
t
k
a
n
k
e
j
e
n
j
a
n
g
i
n
i
.
1
4
)
K
o
m
b
i
n
a
s
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
u
n
t
u
k
s
e
k
o
l
a
h
d
a
s
a
r
h
a
r
u
s
d
i
a
r
a
h
k
a
n
k
e
p
a
d
a
m
u
t
u
p
e
n
g
a
j
a
r
a
n
d
a
n
i
n
f
r
a
s
t
r
u
k
t
u
r
S
T
/
M
T
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
t
e
p
a
t
s
a
s
a
r
a
n
,
p
a
d
a
p
r
o
g
r
a
m
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
t
i
n
g
k
a
t
p
e
n
g
e
m
b
a
l
i
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
e
s
a
r
d
a
l
a
m
h
a
l
m
u
t
u
d
a
n
e
f
e
k
t
i
v
i
t
a
s
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
t
i
n
g
k
a
t
p
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i
d
a
n
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
p
e
n
d
u
d
u
k
y
a
n
g
m
e
n
g
e
n
y
a
m
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,
y
a
n
g
b
i
s
a
b
e
r
d
a
m
p
a
k
t
e
r
j
a
d
i
n
y
a
t
i
n
g
k
a
t
p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
t
i
n
g
g
i
d
a
n
p
e
n
u
r
u
n
a
n
a
n
g
k
a
k
e
m
i
s
k
i
n
a
n
j
i
k
a
k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
k
e
b
u
t
u
h
a
n
p
a
r
a
p
e
m
b
e
r
i
k
e
r
j
a
P
e
r
t
a
h
a
n
k
a
n
t
a
r
g
e
t
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
2
0
p
e
r
s
e
n
u
n
t
u
k
s
e
k
t
o
r
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
t
e
t
a
p
i
l
a
k
u
k
a
n
p
e
n
y
e
s
u
a
i
a
n
t
e
r
h
a
d
a
p
d
e
f
n
i
s
i
u
n
t
u
k
m
e
l
i
p
u
t
i
g
a
j
i
g
u
r
u
d
a
n
g
a
b
u
n
g
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
d
a
n
d
a
e
r
a
h
.
U
U
y
a
n
g
a
d
a
s
e
k
a
r
a
n
g
m
e
m
p
e
r
s
y
a
r
a
t
k
a
n
a
g
a
r
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
u
n
t
u
k
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
d
i
t
i
n
g
k
a
t
p
u
s
a
t
d
a
n
d
a
e
r
a
h
h
a
r
u
s
m
e
n
c
a
p
a
i
2
0
p
e
r
s
e
n
d
a
r
i
s
e
l
u
r
u
h
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
d
i
l
u
a
r
g
a
j
i
g
u
r
u
.
H
a
l
i
n
i
s
a
n
g
a
t
t
i
d
a
k
m
u
n
g
k
i
n
b
i
s
a
d
i
c
a
p
a
i
d
a
n
b
e
r
t
e
n
t
a
n
g
a
n
d
e
n
g
a
n
p
r
i
n
s
i
p
d
e
s
e
n
t
r
a
l
i
s
a
s
i
d
a
n
r
e
f
o
r
m
a
s
i
k
e
p
e
g
a
w
a
i
a
n
J
u
g
a
,
d
i
l
u
a
r
g
a
j
i
m
e
m
b
e
r
i
k
a
n
d
i
s
i
n
s
e
n
t
i
f
b
a
g
i
m
a
n
a
j
e
m
e
n
k
e
p
e
g
a
w
a
i
a
n
y
a
n
g
b
a
i
k
.
1
5
)
D
e
f
n
i
s
i
y
a
n
g
l
e
b
i
h
t
e
p
a
t
m
e
n
g
e
n
a
i
k
e
t
e
n
t
u
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
2
0
p
e
r
s
e
n
a
d
a
l
a
h
:
(
i
)
t
e
r
m
a
s
u
k
g
a
j
i
g
u
r
u
;
d
a
n
(
i
i
)
g
a
b
u
n
g
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
d
i
s
e
l
u
r
u
h
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
(
p
u
s
a
t
d
a
n
r
e
g
i
o
n
a
l
d
a
e
r
a
h
)
.
J
P
D
K
A
l
o
k
a
s
i
y
a
n
g
l
e
b
i
h
r
a
s
i
o
n
a
l
u
n
t
u
k
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
S
e
k
t
o
r
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
.
K
e
s
e
i
m
b
a
n
g
a
n
a
n
t
a
r
-
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
a
i
k
.
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
k
e
s
e
n
j
a
n
g
a
n
a
k
s
e
s
d
a
n
m
u
t
u
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
.
A
n
a
k
-
a
n
a
k
d
a
r
i
k
e
l
u
a
r
g
a
m
i
s
k
i
n
d
a
n
m
e
r
e
k
a
y
a
n
g
t
i
n
g
g
a
l
d
i
d
a
e
r
a
h
t
e
r
p
e
n
c
i
l
m
e
m
i
l
i
k
i
a
k
s
e
s
y
a
n
g
l
e
b
i
h
k
e
c
i
l
d
a
n
m
u
t
u
p
e
n
g
a
j
a
r
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
r
e
n
d
a
h
d
i
S
e
k
o
l
a
h
M
e
n
e
n
g
a
h
d
i
b
a
n
d
i
n
g
k
a
n
d
e
n
g
a
n
a
n
a
k
-
a
n
a
k
l
a
i
n
.
1
6
)
A
l
o
k
a
s
i
k
a
n
d
a
n
a
t
a
m
b
a
h
a
n
b
a
g
i
P
r
o
p
i
n
s
i
d
a
n
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
y
a
n
g
t
e
r
t
i
n
g
g
a
l
.
G
u
n
a
k
a
n
D
A
K
u
n
t
u
k
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
j
u
m
l
a
h
s
e
k
o
l
a
h
s
e
h
i
n
g
g
a
k
i
t
a
b
i
s
a
m
e
n
g
a
t
a
s
i
k
e
n
d
a
l
a
d
a
r
i
s
i
s
i
s
u
p
l
a
i
.
1
7
)
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
d
a
r
i
k
a
n
t
o
n
g
o
r
a
n
g
t
u
a
s
e
c
a
r
a
l
a
n
g
s
u
n
g
m
e
l
a
l
u
i
b
a
n
t
u
a
n
t
u
n
a
i
d
a
n
a
d
a
n
m
e
n
u
r
u
n
k
a
n
S
P
P
l
e
w
a
t
p
e
m
b
e
r
i
a
n
B
O
S
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
m
e
r
a
t
a
(
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
p
e
l
u
a
n
g
b
a
g
i
r
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
)
d
a
n
a
k
h
i
r
n
y
a
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
t
a
r
a
f
h
i
d
u
p
d
a
n
p
e
r
t
u
m
b
u
h
a
n
p
a
d
a
d
a
e
r
a
h
t
e
r
t
i
n
g
g
a
l
.
T
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
g
u
r
u
d
a
n
m
u
t
u
g
u
r
u
d
e
n
g
a
n
m
e
n
y
e
d
i
a
k
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
k
e
u
a
n
g
a
n
j
i
k
a
b
e
r
t
u
g
a
s
d
i
t
e
m
p
a
t
-
t
e
m
p
a
t
y
a
n
g
k
e
k
u
r
a
n
g
a
n
g
u
r
u
,
i
n
s
e
n
t
i
f
d
a
n
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
k
e
t
e
r
a
m
p
i
l
a
n
g
u
r
u
.
A
d
a
k
e
t
i
m
p
a
n
g
a
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
g
u
r
u
,
s
e
h
i
n
g
g
a
t
e
r
j
a
d
i
k
e
k
u
r
a
n
g
a
n
g
u
r
u
d
i
d
a
e
r
a
h
t
e
r
p
e
n
c
i
l
d
a
n
k
e
l
e
b
i
h
a
n
g
u
r
u
d
i
w
i
l
a
y
a
h
p
e
r
k
o
t
a
a
n
d
a
n
b
e
b
e
r
a
p
a
w
i
l
a
y
a
h
p
e
d
e
s
a
a
n
.
G
u
r
u
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
k
u
a
l
i
f
k
a
s
i
y
a
n
g
t
i
n
g
g
i
m
a
s
i
h
m
e
n
e
r
i
m
a
g
a
j
i
t
e
r
l
a
l
u
r
e
n
d
a
h
.
U
U
G
u
r
u
y
a
n
g
b
e
r
a
k
i
b
a
t
a
n
g
g
a
r
a
n
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
p
e
r
l
u
d
i
t
i
n
g
k
a
t
k
a
n
s
e
c
a
r
a
d
r
a
s
t
i
s
h
a
n
y
a
d
e
n
g
a
n
t
a
m
b
a
h
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
,
s
a
j
a
s
e
h
i
n
g
g
a
m
e
n
d
e
k
a
t
i
j
u
m
l
a
h
a
n
g
g
a
r
a
n
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
n
a
s
i
o
n
a
l
s
a
a
t
i
n
i
.
D
i
s
t
r
i
b
u
s
i
:
1
8
)
U
b
a
h
f
o
r
m
u
l
a
p
e
n
e
r
i
m
a
a
n
d
a
r
i
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
j
u
m
l
a
h
s
i
s
w
a
,
m
e
n
j
a
d
i
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
j
u
m
l
a
h
s
e
k
o
l
a
h
.
1
9
)
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
I
n
d
o
n
e
s
i
a
h
a
r
u
s
m
a
m
p
u
m
e
n
y
a
l
u
r
k
a
n
t
e
n
a
g
a
g
u
r
u
a
n
t
a
r
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
n
u
g
a
s
a
n
d
i
w
i
l
a
y
a
h
t
e
r
p
e
n
c
i
l
d
e
n
g
a
n
m
e
m
b
e
r
i
k
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
k
e
u
a
n
g
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
a
i
k
.
2
0
)
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
k
e
l
e
b
i
h
a
n
g
u
r
u
y
a
n
g
t
e
r
j
a
d
i
d
i
p
e
r
k
o
t
a
a
n
d
a
n
g
u
n
a
k
a
n
d
a
n
a
u
n
t
u
k
i
n
p
u
t
u
n
t
u
k
p
e
r
b
a
i
k
a
n
m
u
t
u
(
g
u
r
u
y
a
n
g
m
e
m
e
n
u
h
i
p
e
r
s
y
a
r
a
t
a
n
)
.
G
u
n
a
k
a
n
o
p
s
i
p
a
y
-
o
u
t
o
p
t
i
o
n
u
n
t
u
k
m
e
n
d
o
r
o
n
g
p
e
n
s
i
o
n
d
i
n
i
.
J
u
g
a
,
k
u
r
a
n
g
i
j
u
m
l
a
h
m
a
h
a
s
i
s
w
a
y
a
n
g
d
i
t
e
r
i
m
a
d
i
l
e
m
b
a
g
a
L
P
T
K
.
M
u
t
u
:
2
1
)
L
a
k
s
a
n
a
k
a
n
U
U
G
u
r
u
d
a
n
s
e
c
a
r
a
b
e
r
s
a
m
a
a
n
t
u
r
u
n
k
a
n
a
n
g
k
a
k
e
l
e
b
i
h
a
n
g
u
r
u
u
n
t
u
k
m
e
n
u
r
u
n
k
a
n
d
a
m
p
a
k
k
e
u
a
n
g
a
n
a
k
i
b
a
t
U
U
G
u
r
u
y
a
n
g
b
a
r
u
p
a
d
a
a
n
g
g
a
r
a
n
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
m
e
r
a
t
a
a
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
g
u
r
u
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
a
i
k
d
e
n
g
a
n
d
e
m
i
k
i
a
n
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
m
u
t
u
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
.
J
u
m
l
a
h
g
u
r
u
y
a
n
g
l
e
b
i
h
k
e
c
i
l
l
e
b
i
h
b
a
n
y
a
j
d
a
n
a
u
n
t
u
k
i
n
p
u
t
k
u
a
l
i
t
a
s
.
L
e
b
i
h
b
a
n
y
a
k
g
u
r
u
y
a
n
g
m
e
m
e
n
u
h
i
s
y
a
r
a
t
,
m
u
t
u
d
a
n
t
i
n
g
k
a
t
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
a
k
a
n
s
e
m
a
k
i
n
t
i
n
g
g
i
.
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
d
a
m
p
a
k
p
a
d
a
a
n
g
g
a
r
a
n
p
e
n
d
i
d
i
k
a
n
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
158
LAMPIRAN
B
i
d
a
n
g
R
e
f
o
r
m
a
s
i
T
a
n
t
a
n
g
a
n
S
o
l
u
s
i
s
p
e
s
i
f
k
K
e
r
a
n
g
k
a
w
a
k
t
u
D
a
m
p
a
k
-
d
e
r
a
j
a
t
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
B
A
B
4
.
S
E
K
T
O
R
K
E
S
E
H
A
T
A
N
T
i
n
g
k
a
t
k
a
n
i
n
v
e
s
t
a
s
i
p
u
b
l
i
k
u
n
t
u
k
k
e
s
e
h
a
t
a
n
.
I
n
v
e
s
t
a
s
i
k
e
s
e
h
a
t
a
n
s
a
a
t
i
n
i
d
a
n
k
e
l
u
a
r
a
n
d
a
r
i
s
e
k
t
o
r
i
n
i
m
a
s
i
h
l
e
b
i
h
r
e
n
d
a
h
d
a
r
i
p
a
d
a
t
i
n
g
k
a
t
y
a
n
g
t
e
l
a
h
d
i
c
a
p
a
i
o
l
e
h
n
e
g
a
r
a
-
n
e
g
a
r
a
A
s
i
a
T
i
m
u
r
l
a
i
n
n
y
a
.
2
2
)
S
e
c
a
r
a
p
e
r
l
a
h
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
s
a
m
p
a
i
s
e
k
i
t
a
r
2
p
e
r
s
e
n
d
a
r
i
P
D
B
.
2
3
)
G
u
n
a
k
a
n
s
u
m
b
e
r
d
a
y
a
y
a
n
g
a
d
a
l
e
b
i
h
s
e
c
a
r
a
e
f
s
i
e
n
d
a
n
m
e
r
a
t
a
.
J
P
J
S
u
m
b
e
r
d
a
y
a
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
a
n
y
a
k
u
n
t
u
k
s
e
k
t
o
r
k
e
s
e
h
a
t
a
n
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
k
e
l
u
a
r
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
.
T
i
n
g
k
a
t
k
a
n
a
k
s
e
s
t
e
r
h
a
d
a
p
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
b
a
g
i
r
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
d
e
n
g
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
s
u
p
l
a
i
d
a
n
m
e
n
d
o
r
o
n
g
p
e
r
m
i
n
t
a
a
n
.
A
k
s
e
s
y
a
n
g
s
a
n
g
a
t
r
e
n
d
a
h
p
a
d
a
d
a
e
r
a
h
m
i
s
k
i
n
d
a
n
t
e
r
p
e
n
c
i
l
.
R
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
m
e
m
i
l
i
k
i
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
a
k
a
i
a
n
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
s
e
k
u
n
d
e
r
y
a
n
g
r
e
n
d
a
h
.
2
4
)
S
i
s
i
p
e
r
m
i
n
t
a
a
n
:
l
a
k
u
k
a
n
i
n
v
e
s
t
a
s
i
d
a
l
a
m
k
e
g
i
a
t
a
n
y
a
n
g
d
a
p
a
t
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
d
a
n
m
u
t
u
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
b
a
g
i
r
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
.
S
i
s
t
e
m
k
u
p
o
n
y
a
n
g
m
e
m
u
n
g
k
i
n
k
a
n
r
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
m
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n
a
k
s
e
s
t
e
r
h
a
d
a
p
l
a
y
a
n
a
n
b
e
r
m
u
t
u
s
e
c
a
r
a
g
r
a
t
i
s
.
2
5
)
S
i
s
i
s
u
p
l
a
i
:
g
u
n
a
k
a
n
D
A
K
u
n
t
u
k
m
e
n
j
a
m
i
n
b
a
h
w
a
d
a
n
a
t
e
r
s
e
b
u
t
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
a
k
s
e
s
k
e
p
a
d
a
r
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
.
J
M
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
a
k
s
e
s
,
p
e
n
g
g
u
n
a
a
n
l
a
y
a
n
a
n
,
d
a
n
k
u
a
l
i
t
a
s
l
a
y
a
n
a
n
b
a
g
i
r
a
k
y
a
t
m
i
s
k
i
n
.
L
a
k
u
k
a
n
I
d
e
n
t
i
f
k
a
s
i
t
e
r
h
a
d
a
p
k
o
m
p
o
s
i
s
i
i
n
v
e
s
t
a
s
i
y
a
n
g
b
e
n
a
r
u
n
t
u
k
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
e
f
e
k
t
i
v
i
t
a
s
s
e
k
t
o
r
k
e
s
e
h
a
t
a
n
d
a
l
a
m
m
e
n
g
a
t
a
s
i
b
e
b
a
n
g
a
n
d
a
a
k
i
b
a
t
m
u
n
c
u
l
n
y
a
p
e
n
y
a
k
i
t
b
a
r
u
.
K
i
n
e
r
j
a
y
a
n
g
r
e
n
d
a
h
d
i
s
e
k
t
o
r
k
e
s
e
h
a
t
a
n
t
a
m
p
a
k
d
a
l
a
m
i
n
d
i
k
a
t
o
r
I
M
R
d
a
n
M
M
R
y
a
n
g
r
e
n
d
a
h
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
m
a
s
a
l
a
h
d
a
l
a
m
p
e
n
y
a
k
i
t
y
a
n
g
t
i
d
a
k
m
e
n
u
l
a
r
.
M
u
n
c
u
l
n
y
a
k
a
s
u
s
H
I
V
/
A
I
D
S
d
a
n
f
u
b
u
r
u
n
g
.
2
6
)
I
n
t
e
n
s
i
f
k
a
s
i
p
r
o
g
r
a
m
u
n
t
u
k
m
e
n
a
n
g
a
n
i
p
e
n
y
a
k
i
t
m
e
n
u
l
a
r
.
2
7
)
P
e
n
g
u
a
t
a
n
s
i
s
t
e
m
s
u
r
v
e
i
l
a
n
s
d
a
n
p
r
o
g
r
a
m
u
n
t
u
k
m
e
n
c
e
g
a
h
m
u
n
c
u
l
n
y
a
p
e
n
y
a
k
i
t
b
a
r
u
M
T
J
M
P
P
e
n
c
e
g
a
h
a
n
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
y
a
k
i
t
m
e
n
u
l
a
r
d
a
n
y
a
n
g
t
i
d
a
k
m
e
n
u
l
a
r
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
k
a
p
a
s
i
t
a
s
u
n
t
u
k
m
e
n
c
e
g
a
h
t
i
m
b
u
l
n
y
a
p
e
n
y
a
k
i
t
b
a
r
u
.
S
e
k
t
o
r
p
u
b
l
i
k
h
a
r
u
s
l
e
b
i
h
a
k
t
i
f
u
n
t
u
k
m
e
n
e
n
t
u
k
a
n
a
t
u
r
a
n
,
p
e
r
i
z
i
n
a
n
,
d
a
n
a
k
r
e
d
i
t
a
s
i
b
a
g
i
p
e
n
y
e
d
i
a
s
e
k
t
o
r
s
w
a
s
t
a
.
K
o
n
t
r
o
l
y
a
n
g
t
e
r
b
a
t
a
s
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
y
e
d
i
a
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
o
l
e
h
s
e
k
t
o
r
s
w
a
s
t
a
.
2
8
)
P
e
n
e
n
t
u
a
n
a
t
u
r
a
n
,
p
e
r
i
z
i
n
a
n
,
d
a
n
a
k
r
e
d
i
t
a
s
i
s
e
k
t
o
r
s
w
a
s
t
a
,
u
n
t
u
k
m
e
n
j
a
m
i
n
m
u
t
u
d
a
n
k
o
n
t
r
o
l
y
a
n
g
m
e
m
a
d
a
i
.
J
P
D
K
/
J
M
I
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
m
u
t
u
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
s
e
k
t
o
r
s
w
a
s
t
a
.
I
d
e
n
t
i
f
k
a
s
i
k
o
m
b
i
n
a
s
i
y
a
n
g
b
e
n
a
r
m
e
n
g
e
n
a
i
k
e
t
e
n
t
u
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
j
a
m
i
n
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
d
i
s
t
r
i
b
u
s
i
d
a
n
i
n
v
e
s
t
a
s
i
y
a
n
g
l
e
b
i
h
e
f
s
i
e
n
u
n
t
u
k
t
e
n
a
g
a
k
e
s
e
h
a
t
a
n
.
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
k
e
s
e
n
j
a
n
g
a
n
d
a
n
i
n
e
f
s
i
e
n
s
i
y
a
n
g
b
i
s
a
m
e
n
u
r
u
n
k
a
n
m
u
t
u
d
a
n
t
i
n
g
k
a
t
l
a
y
a
n
a
n
.
2
9
)
I
d
e
n
t
i
f
k
a
s
i
t
e
n
a
g
a
k
e
s
e
h
a
t
a
n
y
a
n
g
a
d
a
s
e
k
a
r
a
n
g
d
a
n
a
p
a
k
a
h
s
u
d
a
h
m
e
m
a
d
a
i
u
n
t
u
k
m
e
n
c
a
p
a
i
t
a
r
g
e
t
p
r
i
o
r
i
t
a
s
s
a
a
t
i
n
i
.
.
.
3
0
)
d
e
n
t
i
f
k
a
s
i
c
a
r
a
-
c
a
r
a
u
n
t
u
k
m
e
m
o
t
i
v
a
s
i
p
e
n
y
e
d
i
a
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
d
i
d
a
e
r
a
h
t
e
r
p
e
n
c
i
l
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
m
u
t
u
t
e
n
a
g
a
d
a
n
l
a
y
a
n
a
n
k
e
s
e
h
a
t
a
n
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
a
k
s
e
s
d
i
p
e
d
e
s
a
a
n
d
a
n
d
a
e
r
a
h
y
a
n
g
k
e
k
u
r
a
n
g
a
n
l
a
y
a
n
a
n
.
B
A
B
5
.
I
N
F
R
A
S
T
R
U
K
T
U
R
P
e
r
l
u
a
s
s
u
p
l
a
i
l
i
s
t
r
i
k
u
n
t
u
k
m
e
m
e
n
u
h
i
p
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
p
e
r
m
i
n
t
a
a
n
.
I
n
v
e
s
t
a
s
i
b
e
s
a
r
d
i
p
e
r
l
u
k
a
n
u
n
t
u
k
m
e
m
e
n
u
h
i
p
e
r
m
i
n
t
a
a
n
l
i
s
t
r
i
k
y
a
n
g
s
e
m
a
k
i
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
.
K
e
p
u
t
u
s
a
n
m
e
n
g
e
n
a
i
k
o
m
p
o
s
i
s
i
b
a
h
a
n
b
a
k
a
r
m
a
s
i
h
m
e
n
g
a
l
a
m
i
d
i
s
t
o
r
s
i
a
k
i
b
a
t
p
e
m
b
e
r
i
a
n
s
u
b
s
i
d
i
B
B
M
y
a
n
g
m
a
s
i
h
b
e
r
j
a
l
a
n
d
a
n
k
e
s
e
n
j
a
n
g
a
n
a
n
t
a
r
a
h
a
r
g
a
B
B
M
u
n
t
u
k
e
k
s
p
o
r
d
a
n
d
o
m
e
s
t
i
k
.
3
1
)
G
u
n
a
k
a
n
p
e
n
d
e
k
a
t
a
n
e
k
s
p
a
n
s
i
b
i
a
y
a
p
a
l
i
n
g
m
u
r
a
h
.
S
u
b
s
i
d
i
h
a
r
u
s
d
i
a
l
o
k
a
s
i
k
a
n
d
a
r
i
k
o
n
s
u
m
s
i
(
y
a
n
g
h
a
n
y
a
m
e
n
g
u
n
t
u
n
g
k
a
n
k
o
n
s
u
m
e
n
d
e
n
g
a
n
k
a
p
a
s
i
t
a
s
d
i
a
t
a
s
4
5
0
V
A
)
m
e
n
u
j
u
s
u
b
s
i
d
i
s
a
m
b
u
n
g
a
n
,
u
n
t
u
k
m
e
m
p
e
r
l
u
a
s
j
a
r
i
n
g
a
n
l
i
s
t
r
i
k
.
J
P
D
K
/
J
M
I
n
c
r
e
a
s
e
d
a
c
c
e
s
s
t
o
e
l
e
c
t
r
i
c
i
t
y
a
n
d
a
m
o
r
e
e
f
c
i
e
n
t
t
a
r
g
e
t
i
n
g
o
f
S
u
b
s
i
d
i
b
e
n
e
f
t
s
t
o
w
a
r
d
s
t
h
e
p
o
o
r
.
P
e
n
y
e
d
i
a
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
f
s
k
a
l
k
e
p
a
d
a
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
a
e
r
a
h
u
n
t
u
k
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
j
a
l
a
n
r
a
y
a
.
S
e
b
a
g
i
a
n
b
e
s
a
r
j
a
l
a
n
r
a
y
a
t
i
d
a
k
d
i
p
e
l
i
h
a
r
a
d
e
n
g
a
n
m
e
m
a
d
a
i
d
a
n
a
k
s
e
s
t
e
r
h
a
d
a
p
j
a
l
a
n
r
a
y
a
m
a
s
i
h
s
a
n
g
a
t
r
e
n
d
a
h
.
P
e
n
y
a
l
u
r
a
n
d
a
n
a
d
a
r
i
p
u
s
a
t
u
n
t
u
k
j
a
l
a
n
r
a
y
a
t
i
d
a
k
d
i
t
a
r
g
e
t
k
a
n
s
e
c
a
r
a
e
f
s
i
e
n
k
e
L
o
k
a
s
i
y
a
n
g
m
e
m
i
l
i
k
i
a
k
s
e
s
y
a
n
g
r
e
n
d
a
h
.
3
2
)
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
h
a
r
u
s
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
n
d
a
n
a
a
n
b
e
r
s
a
m
a
d
e
n
g
a
n
P
e
m
k
a
b
/
p
e
m
k
o
t
u
n
t
u
k
p
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
j
a
l
a
n
d
a
e
r
a
h
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
w
i
l
a
y
a
h
y
u
r
i
s
d
i
k
s
i
P
e
m
k
a
b
/
p
e
m
k
o
t
y
a
n
g
b
e
r
s
a
n
g
k
u
t
a
n
.
3
3
)
P
e
n
i
l
a
i
a
n
y
a
n
g
c
e
r
m
a
t
h
a
r
u
s
d
i
l
a
k
u
k
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
c
a
p
a
i
t
i
n
g
k
a
t
e
f
s
i
e
n
s
i
t
a
r
g
e
t
i
n
g
d
a
r
i
D
A
K
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
r
u
b
a
h
a
n
m
e
n
g
e
n
a
i
m
e
k
a
n
i
s
m
e
a
l
o
k
a
s
i
D
A
K
.
J
P
D
K
I
n
c
r
e
a
s
e
d
r
o
a
d
a
c
c
e
s
s
.
I
m
p
r
o
v
e
d
r
o
a
d
q
u
a
l
i
t
y
a
n
d
r
e
d
u
c
e
d
t
r
a
n
s
p
o
r
t
c
o
s
t
s
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
159
LAMPIRAN
B
i
d
a
n
g
R
e
f
o
r
m
a
s
i
T
a
n
t
a
n
g
a
n
S
o
l
u
s
i
s
p
e
s
i
f
k
K
e
r
a
n
g
k
a
w
a
k
t
u
D
a
m
p
a
k
-
d
e
r
a
j
a
t
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
P
e
n
c
a
b
u
t
a
n
s
e
m
u
a
h
a
m
b
a
t
a
n
t
e
r
h
a
d
a
p
p
i
n
j
a
m
a
n
j
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
b
a
g
i
P
D
A
M
.
P
D
A
M
m
e
n
g
a
l
a
m
i
k
e
s
u
l
i
t
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
d
a
p
a
t
k
a
n
a
k
s
e
s
p
i
n
j
a
m
a
n
j
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
s
e
m
e
n
t
a
r
a
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
t
e
t
a
p
m
e
m
i
n
t
a
b
a
g
i
a
n
d
i
v
i
d
e
n
w
a
l
a
u
p
u
n
P
D
A
M
s
e
d
a
n
g
m
e
n
g
a
l
a
m
i
k
e
r
u
g
i
a
n
.
3
4
)
e
s
t
r
u
k
t
u
r
i
s
a
s
i
p
i
n
j
a
m
a
n
y
a
n
g
t
e
r
t
u
n
g
g
a
k
d
a
n
s
e
d
i
a
k
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
u
n
t
u
k
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
k
e
m
a
m
p
u
a
n
b
a
y
a
r
h
u
t
a
n
g
P
D
A
M
(
m
e
n
a
i
k
k
a
n
t
a
r
i
f
d
a
n
m
e
m
o
t
o
n
g
b
i
a
y
a
)
.
3
5
)
K
e
m
a
m
p
u
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
k
a
p
a
s
i
t
a
s
p
i
n
j
a
m
a
n
d
e
n
g
a
n
m
e
m
i
s
a
h
k
a
n
k
e
u
a
n
g
a
n
P
D
A
M
d
e
n
g
a
n
k
i
n
e
r
j
a
k
e
u
a
n
g
a
n
p
e
m
k
a
b
.
3
6
)
M
e
n
d
o
r
o
n
g
r
e
g
u
l
a
s
i
u
n
t
u
k
m
e
n
c
e
g
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
k
l
a
i
m
d
i
v
i
d
e
n
p
a
d
a
h
a
l
l
a
y
a
n
a
n
P
D
A
M
s
e
d
a
n
g
m
e
n
d
e
r
i
t
a
k
e
r
u
g
i
a
n
.
J
P
D
K
J
P
J
I
n
c
r
e
a
s
e
d
a
c
c
e
s
s
t
o
p
i
p
e
d
w
a
t
e
r
t
h
r
o
u
g
h
m
o
r
e
t
r
a
n
s
p
a
r
e
n
t
a
n
d
e
a
s
i
e
r
l
o
n
g
t
e
r
m
b
o
r
r
o
w
i
n
g
.
E
n
h
a
n
c
e
d
c
o
r
p
o
r
a
t
e
i
n
d
e
p
e
n
d
e
n
c
e
o
f
P
D
A
M
s
.
P
e
n
g
e
m
b
a
n
g
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
f
s
k
a
l
b
a
g
i
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
a
e
r
a
h
y
a
n
g
m
a
m
p
u
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
k
i
n
e
r
j
a
P
D
A
M
.
M
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
k
i
n
e
r
j
a
P
e
m
k
a
b
/
p
e
m
k
o
t
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
r
e
f
o
r
m
a
s
i
P
D
A
M
d
a
n
a
k
h
i
r
n
y
a
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
s
a
m
b
u
n
g
a
n
r
u
m
a
h
t
a
n
g
g
a
.
3
7
)
D
a
n
a
p
u
b
l
i
k
h
a
r
u
s
d
i
s
e
d
i
a
k
a
n
k
e
p
a
d
a
P
e
m
k
a
b
/
p
e
m
k
o
t
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
k
i
n
e
r
j
a
,
i
d
e
a
l
n
y
a
m
e
l
a
l
u
i
D
A
K
,
d
i
h
i
t
u
n
g
s
e
h
u
b
u
n
g
a
n
d
e
n
g
a
n
k
e
b
u
t
u
h
a
n
i
n
v
e
s
t
a
s
i
P
D
A
M
.
3
8
)
B
i
a
r
k
a
n
a
g
a
r
l
a
p
o
r
a
n
p
e
m
b
u
k
u
a
n
y
a
n
g
t
e
l
a
h
d
i
a
u
d
i
t
d
a
n
i
n
d
i
k
a
t
o
r
f
s
i
k
P
D
A
M
b
i
s
a
t
e
r
s
e
d
i
a
u
n
t
u
k
u
m
u
m
J
P
D
K
/
J
M
I
m
p
r
o
v
e
d
p
e
r
f
o
r
m
a
n
c
e
.
I
n
c
r
e
a
s
e
d
c
o
n
n
e
c
t
i
o
n
s
.
B
e
t
t
e
r
i
n
f
o
r
m
a
t
i
o
n
t
h
r
o
u
g
h
a
u
d
i
t
s
a
n
d
i
n
d
i
c
a
t
o
r
s
w
i
l
l
i
m
p
r
o
v
e
t
a
r
g
e
t
i
n
g
.
B
A
B
6
.
P
E
N
G
E
L
O
L
A
A
N
K
E
U
A
N
G
A
N
P
U
B
L
I
K
S
e
c
a
r
a
p
e
r
l
a
h
a
n
b
e
r
g
e
r
a
k
d
a
r
i
a
n
g
g
a
r
a
n
b
e
r
b
a
s
i
s
i
n
p
u
t
m
e
n
u
j
u
a
n
g
g
a
r
a
n
b
e
r
b
a
s
i
s
k
i
n
e
r
j
a
(
P
B
B
)
.
P
r
o
s
e
s
a
n
g
g
a
r
a
n
b
e
r
t
u
m
p
u
p
a
d
a
k
o
n
t
r
o
l
i
n
p
u
t
y
a
n
g
s
a
n
g
a
t
k
e
t
a
t
y
a
n
g
m
e
m
b
a
t
a
s
i
f
e
k
s
i
b
i
l
i
t
a
s
y
a
n
g
d
i
p
e
r
l
u
k
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
c
a
p
a
i
h
a
s
i
l
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
a
i
k
.
3
9
)
P
e
n
g
u
a
t
a
n
k
o
n
t
r
o
l
e
x
-
p
o
s
t
,
a
u
d
i
t
k
i
n
e
r
j
a
,
d
a
n
k
a
p
a
b
i
l
i
t
a
s
p
e
l
a
p
o
r
a
n
.
4
0
)
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
p
e
n
g
a
n
g
g
a
r
a
n
l
i
n
e
i
t
e
m
d
a
n
m
e
l
a
k
u
k
a
n
i
n
t
e
g
r
a
s
i
p
r
o
s
e
s
p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
d
a
n
p
e
n
g
a
n
g
g
a
r
a
n
J
M
R
e
f
o
r
m
a
s
i
i
n
i
s
a
n
g
a
t
p
e
n
t
i
n
g
u
n
t
u
k
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
d
a
n
e
f
e
k
t
i
v
i
t
a
s
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
u
b
l
i
k
u
n
t
u
k
m
e
n
c
a
p
a
i
k
e
l
u
a
r
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
b
a
i
k
.
M
e
n
g
a
i
t
k
a
n
p
r
o
s
e
s
a
n
g
g
a
r
a
n
d
e
n
g
a
n
t
u
j
u
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
j
a
n
g
k
a
m
e
n
e
n
g
a
h
(
K
a
i
t
a
n
a
n
t
a
r
a
R
K
P
R
K
K
L
R
K
A
K
L
)
.
P
r
o
s
e
s
P
e
n
g
e
l
o
l
a
a
n
K
e
u
a
n
g
a
n
P
u
b
l
i
k
(
P
K
P
)
d
i
l
a
k
u
k
a
n
s
e
c
a
r
a
k
e
t
a
t
s
e
t
i
a
p
t
a
h
u
n
d
a
n
m
e
n
g
h
a
m
b
a
t
v
i
s
i
j
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
d
a
n
k
e
b
e
r
l
a
n
j
u
t
a
n
k
e
b
i
j
a
k
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
u
b
l
i
k
.
R
e
n
c
a
n
a
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
L
i
m
a
T
a
h
u
n
(
R
K
P
)
b
e
r
i
s
i
t
u
j
u
a
n
n
a
s
i
o
n
a
l
d
a
n
s
e
k
t
o
r
a
l
,
k
e
b
i
j
a
k
a
n
,
d
a
n
p
r
o
y
e
k
s
p
e
s
i
f
k
,
t
e
t
a
p
i
t
i
d
a
k
c
u
k
u
p
t
e
r
k
a
i
t
d
e
n
g
a
n
a
l
o
k
a
s
i
s
u
m
b
e
r
d
a
y
a
.
4
1
)
B
e
r
i
k
a
n
k
e
m
u
n
g
k
i
n
a
n
u
n
t
u
k
m
e
m
p
e
r
o
l
e
h
f
a
s
i
l
i
t
a
s
a
n
g
g
a
r
a
n
m
u
l
t
i
t
a
h
u
n
d
a
n
m
e
n
y
e
d
e
r
h
a
n
a
k
a
n
f
a
s
i
l
i
t
a
s
u
n
t
u
k
m
e
l
a
n
j
u
t
k
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
s
e
b
e
l
u
m
n
y
a
y
a
n
g
t
e
r
s
i
s
a
(
l
u
n
c
u
r
a
n
)
.
4
2
)
L
a
k
s
a
n
a
k
a
n
K
e
r
a
n
g
k
a
K
e
r
j
a
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
J
a
n
g
k
a
M
e
n
e
n
g
a
h
.
J
M
K
e
m
a
m
p
u
a
n
u
n
t
u
k
m
e
n
e
r
j
e
m
a
h
k
a
n
t
u
j
u
a
n
p
o
l
i
t
i
k
j
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
k
e
d
a
l
a
m
a
l
o
k
a
s
i
a
n
g
g
a
r
a
n
d
a
n
i
n
v
e
s
t
a
s
i
p
u
b
l
i
k
y
a
n
g
b
e
r
k
e
l
a
n
j
u
t
a
n
.
M
e
l
a
k
u
k
a
n
r
e
f
o
r
m
a
s
i
p
e
r
b
e
n
d
a
h
a
r
a
a
n
m
e
l
a
l
u
i
r
e
k
a
y
a
s
a
u
l
a
n
g
p
r
o
s
e
s
b
i
s
n
i
s
d
a
l
a
m
p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
.
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
,
t
e
r
u
t
a
m
a
u
n
t
u
k
p
r
o
y
e
k
p
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
s
a
n
g
a
t
l
a
m
b
a
t
d
a
n
c
e
n
d
e
r
u
n
g
m
e
n
u
m
p
u
k
d
i
a
k
h
i
r
t
a
h
u
n
a
n
g
g
a
r
a
n
.
D
a
n
a
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
i
c
a
i
r
k
a
n
m
e
l
a
l
u
i
s
e
j
u
m
l
a
h
b
e
s
a
r
r
e
k
e
n
i
n
g
y
a
n
g
b
e
r
b
e
d
a
s
e
h
i
n
g
g
a
r
e
n
t
a
n
t
e
r
h
a
d
a
p
m
a
n
a
j
e
m
e
n
k
a
s
y
a
n
g
t
i
d
a
k
t
r
a
n
s
p
a
r
a
n
d
a
n
t
i
d
a
k
e
f
s
i
e
n
.
4
3
)
M
e
l
a
k
u
k
a
n
r
e
f
o
r
m
a
s
i
t
e
r
h
a
d
a
p
f
u
n
g
s
i
p
e
r
b
e
n
d
a
h
a
r
a
a
n
d
a
n
p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
m
e
l
a
l
u
i
p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
T
S
A
.
4
4
)
T
i
n
g
k
a
t
u
r
a
i
a
n
r
i
n
c
i
d
a
l
a
m
d
o
k
u
m
e
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
(
D
I
P
A
)
h
a
r
u
s
d
i
k
u
r
a
n
g
i
d
a
n
p
r
o
s
e
s
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
n
y
a
h
a
r
u
s
d
i
s
e
d
e
r
h
a
n
a
k
a
n
s
e
b
a
g
a
i
b
a
g
i
a
n
d
a
r
i
r
e
f
o
r
m
a
s
i
u
n
t
u
k
m
e
n
u
j
u
P
B
B
.
J
M
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
o
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
,
t
r
a
n
s
p
a
r
a
n
s
i
d
a
n
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n
y
a
n
g
l
e
b
i
h
c
e
p
a
t
.
M
e
n
y
e
s
u
a
i
k
a
n
p
e
r
a
n
D
P
R
d
a
l
a
m
p
r
o
s
e
s
a
n
g
g
a
r
a
n
.
P
e
n
g
a
w
a
s
a
n
o
l
e
h
D
P
R
d
a
l
a
m
s
i
k
l
u
s
a
n
g
g
a
r
a
n
b
e
l
u
m
b
e
r
f
u
n
g
s
i
e
f
e
k
t
i
f
.
D
P
R
k
i
n
i
l
e
b
i
h
b
e
r
f
o
k
u
s
p
a
d
a
h
a
l
-
h
a
l
r
i
n
c
i
d
a
n
b
u
k
a
n
p
a
d
a
o
u
t
c
o
m
e
d
a
n
p
r
i
o
r
i
t
a
s
p
o
l
i
t
i
k
.
4
5
)
M
e
n
g
e
m
b
a
n
g
k
a
n
k
a
p
a
s
i
t
a
s
k
e
l
e
m
b
a
g
a
a
n
d
i
D
P
R
d
a
n
p
a
d
a
s
e
m
u
a
t
a
h
a
p
a
n
f
o
r
m
u
l
a
s
i
a
n
g
g
a
r
a
n
d
a
n
a
u
d
i
t
.
4
6
)
M
e
n
g
g
e
s
e
r
p
e
r
a
n
D
P
R
d
a
r
i
f
o
k
u
s
p
a
d
a
p
o
s
-
p
o
s
a
n
g
g
a
r
a
n
s
e
c
a
r
a
r
i
n
c
i
k
e
p
a
d
a
a
l
o
k
a
s
i
s
e
c
a
r
a
u
m
u
m
d
a
n
p
r
i
o
r
i
t
a
s
p
o
l
i
t
i
k
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
r
b
a
i
k
a
n
t
a
t
a
k
e
l
o
l
a
,
s
a
l
i
n
g
u
j
i
,
a
k
u
n
t
a
b
i
l
i
t
a
s
,
d
a
n
m
e
n
j
a
m
i
n
b
a
h
w
a
a
n
g
g
a
r
a
n
a
k
a
n
r
e
s
p
o
n
s
i
f
k
e
p
a
d
a
k
e
b
u
t
u
h
a
n
r
a
k
y
a
t
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
160
LAMPIRAN
B
i
d
a
n
g
R
e
f
o
r
m
a
s
i
T
a
n
t
a
n
g
a
n
S
o
l
u
s
i
s
p
e
s
i
f
k
K
e
r
a
n
g
k
a
w
a
k
t
u
D
a
m
p
a
k
-
d
e
r
a
j
a
t
K
e
p
e
n
t
i
n
g
a
n
T
e
r
u
s
m
e
n
d
o
r
o
n
g
r
e
f
o
r
m
a
s
i
s
i
s
t
e
m
p
e
n
g
a
d
a
a
n
.
K
a
p
a
s
i
t
a
s
y
a
n
g
t
e
r
b
a
t
a
s
u
n
t
u
k
m
e
n
y
e
l
e
s
a
i
k
a
n
p
e
n
g
a
d
a
a
n
s
e
c
a
r
a
t
e
p
a
t
w
a
k
t
u
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
a
t
u
r
a
n
y
a
n
g
d
i
p
e
r
k
e
t
a
t
t
e
l
a
h
m
e
n
g
h
a
m
b
a
t
j
a
l
a
n
n
y
a
p
r
o
y
e
k
d
a
n
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
.
4
7
)
M
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
l
a
t
i
h
a
n
t
i
n
g
k
a
t
d
a
s
a
r
d
a
n
u
j
i
a
n
u
n
t
u
k
s
e
r
t
i
f
k
a
s
i
b
a
g
i
p
a
r
a
p
r
a
k
t
i
s
i
p
e
n
g
a
d
a
a
n
.
4
8
)
M
e
n
g
u
a
t
k
a
n
k
e
m
a
n
d
i
r
i
a
n
K
a
n
t
o
r
P
e
n
g
a
d
a
a
n
N
a
s
i
o
n
a
l
.
4
9
)
M
e
n
g
e
m
b
a
n
g
k
a
n
d
a
n
m
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n
s
t
r
a
t
e
g
i
y
a
n
g
b
e
r
l
a
k
u
d
i
s
e
l
u
r
u
h
I
n
d
o
n
e
s
i
a
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n
p
r
o
s
e
d
u
r
e
-
p
r
o
c
u
r
e
m
e
n
t
.
J
M
H
a
r
g
a
i
n
p
u
t
y
a
n
g
l
e
b
i
h
r
e
n
d
a
h
d
a
n
m
e
n
g
u
r
a
n
g
i
t
i
n
d
a
k
k
o
r
u
p
s
i
.
M
e
n
g
u
a
t
k
a
n
f
u
n
g
s
i
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
i
n
t
e
r
n
a
l
d
a
n
e
k
s
t
e
r
n
a
l
.
K
a
p
a
s
i
t
a
s
,
s
t
a
f
,
d
a
n
s
u
m
b
e
r
d
a
y
a
B
P
K
d
a
n
B
P
K
P
t
i
d
a
k
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
p
e
r
a
n
m
e
r
e
k
a
.
L
e
m
b
a
g
a
p
e
m
e
r
i
k
s
a
i
n
t
e
r
n
a
l
y
a
n
g
b
e
r
s
i
f
a
t
t
e
r
f
r
a
g
m
e
n
t
a
s
i
d
a
n
t
i
d
a
k
a
d
a
n
y
a
s
t
a
n
d
a
r
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
y
a
n
g
k
o
n
s
i
s
t
e
n
d
i
s
e
t
i
a
p
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
.
5
0
)
B
P
K
h
a
r
u
s
t
e
r
u
s
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
k
a
p
a
s
i
t
a
s
m
e
r
e
k
a
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
k
e
h
a
d
i
r
a
n
m
e
r
e
k
a
u
n
t
u
k
m
e
m
e
n
u
h
i
m
a
n
d
a
t
y
a
n
g
d
i
b
e
r
i
k
a
n
,
s
e
m
e
n
t
a
r
a
l
e
m
b
a
g
a
p
e
m
e
r
i
k
s
a
i
n
t
e
r
n
a
l
h
a
r
u
s
d
i
g
a
b
u
n
g
.
5
1
)
B
P
K
h
a
r
u
s
l
e
b
i
h
b
e
r
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
k
e
p
a
d
a
D
P
R
.
5
2
)
L
e
m
b
a
g
a
p
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
i
n
t
e
r
n
a
l
y
a
n
g
u
t
a
m
a
d
a
p
a
t
d
i
k
o
n
s
o
l
i
d
a
s
i
k
a
n
k
e
d
a
l
a
m
s
e
b
u
a
h
l
e
m
b
a
g
a
p
e
m
e
r
i
k
s
a
i
n
t
e
r
n
a
l
d
e
n
g
a
n
k
e
w
a
j
i
b
a
n
y
a
n
g
j
e
l
a
s
u
n
t
u
k
b
e
k
e
r
j
a
d
e
n
g
a
n
B
P
K
.
J
M
P
e
m
e
r
i
k
s
a
a
n
y
a
n
g
e
f
e
k
t
i
f
s
a
n
g
a
t
p
e
n
t
i
n
g
u
n
t
u
k
m
e
n
c
e
g
a
h
p
e
n
y
a
l
a
h
g
u
n
a
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
p
u
b
l
i
k
d
a
n
m
e
n
g
u
r
a
n
g
i
r
i
s
i
k
o
p
e
n
y
a
l
a
h
g
u
n
a
a
n
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
n
y
a
f
e
k
s
i
b
i
l
i
t
a
s
y
a
n
g
t
e
r
j
a
d
i
k
a
r
e
n
a
r
e
f
o
r
m
a
s
i
P
B
B
.
B
A
B
7
.
D
E
S
E
N
T
R
A
L
I
S
A
S
I
F
I
S
K
A
L
D
A
N
K
E
S
E
N
J
A
N
G
A
N
D
A
E
R
A
H
M
e
m
b
u
a
t
t
r
a
n
s
f
e
r
D
A
U
s
e
t
i
a
p
t
a
h
u
n
n
y
a
l
e
b
i
h
b
i
s
a
d
i
p
e
r
k
i
r
a
k
a
n
,
m
e
n
g
g
u
n
a
k
a
n
D
A
U
s
e
c
a
r
a
p
e
n
u
h
,
d
a
n
m
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
u
n
t
u
k
P
e
m
k
a
b
/
p
e
m
k
o
t
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
r
e
f
o
r
m
a
s
i
k
e
p
e
g
a
w
a
i
a
n
.
T
i
d
a
k
a
d
a
i
n
s
e
n
t
i
f
u
n
t
u
k
m
e
n
g
u
r
a
n
g
i
k
e
l
e
b
i
h
a
n
j
u
m
l
a
h
P
N
S
s
e
p
a
n
j
a
n
g
D
A
U
m
e
n
u
t
u
p
s
e
m
u
a
k
e
b
u
t
u
h
a
n
g
a
j
i
p
e
g
a
w
a
i
.
D
A
U
t
i
d
a
k
m
a
m
p
u
m
e
l
a
k
u
k
a
n
m
e
n
g
a
t
a
s
i
k
e
s
e
n
j
a
n
g
a
n
f
s
k
a
l
d
i
a
n
t
a
r
a
P
e
m
k
a
b
/
p
e
m
k
o
t
s
e
c
a
r
a
e
f
e
k
t
i
f
.
S
t
r
a
t
e
g
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
j
a
n
g
k
a
p
a
n
j
a
n
g
k
i
n
i
s
u
l
i
t
u
n
t
u
k
d
i
r
u
m
u
s
k
a
n
d
a
n
d
i
l
a
k
s
a
n
a
k
a
n
k
a
r
e
n
a
j
u
m
l
a
h
y
a
n
g
d
i
s
a
l
u
r
k
a
n
s
u
l
i
t
d
i
p
e
r
k
i
r
a
k
a
n
.
5
3
)
H
a
p
u
s
k
a
n
c
a
k
u
p
a
n
p
e
n
u
h
a
t
a
s
p
e
m
b
a
y
a
r
a
n
g
a
j
i
d
e
n
g
a
n
D
A
U
.
5
4
)
A
l
o
k
a
s
i
k
a
n
D
A
U
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
a
l
o
k
a
s
i
t
a
h
u
n
s
e
b
e
l
u
m
n
y
a
u
n
t
u
k
m
e
n
g
h
i
n
d
a
r
i
f
u
k
t
u
a
s
i
a
n
g
g
a
r
a
n
.
5
5
)
D
o
r
o
n
g
a
g
a
r
t
e
r
j
a
d
i
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
d
e
n
g
a
n
m
e
n
d
a
s
a
r
k
a
n
p
e
n
y
a
l
u
r
a
n
d
a
n
a
p
a
d
a
f
o
r
m
u
l
a
k
e
s
e
n
j
a
n
g
a
n
f
s
k
a
l
.
J
P
D
K
/
J
M
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
a
e
r
a
h
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
.
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
F
u
n
g
s
i
b
e
r
b
a
g
a
i
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
p
e
r
l
u
d
i
p
e
r
j
e
l
a
s
.
A
d
a
k
e
t
i
d
a
k
p
a
s
t
i
a
n
m
e
n
g
e
n
a
i
t
a
n
g
g
u
n
g
j
a
w
a
b
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
g
a
n
g
g
a
r
a
n
d
a
n
p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
n
y
a
.
5
6
)
5
6
)
P
i
s
a
h
k
a
n
f
u
n
g
s
i
-
f
u
n
g
s
i
d
a
r
i
b
e
r
b
a
g
a
i
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
;
p
u
s
a
t
,
P
r
o
p
i
n
s
i
,
k
a
b
u
p
a
t
e
n
,
p
e
n
y
e
d
i
a
l
a
y
a
n
a
n
,
d
a
n
m
a
s
y
a
r
a
k
a
t
.
J
P
J
P
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
p
r
o
s
e
s
p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
y
a
n
g
r
a
s
i
o
n
a
l
d
i
s
e
l
u
r
u
h
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
.
M
e
n
g
u
r
a
n
g
i
f
a
k
t
o
r
k
e
t
i
d
a
k
p
a
s
t
i
a
n
d
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
r
o
s
e
s
p
e
l
a
k
s
a
n
a
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
.
M
e
n
c
i
p
t
a
k
a
n
i
n
s
e
n
t
i
f
d
a
n
m
e
m
b
a
n
g
u
n
k
a
p
a
s
i
t
a
s
u
n
t
u
k
m
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
d
a
n
p
e
n
g
a
n
g
g
a
r
a
n
d
i
t
i
n
g
k
a
t
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
.
A
n
g
g
a
r
a
n
t
i
d
a
k
m
e
n
c
e
r
m
i
n
k
a
n
p
e
r
e
n
c
a
n
a
a
n
d
a
n
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
y
a
n
g
e
f
s
i
e
n
.
S
u
r
p
l
u
s
y
a
n
g
b
e
s
a
r
t
e
r
j
a
d
i
d
i
t
i
n
g
k
a
t
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
a
e
r
a
h
.
5
7
)
B
u
a
t
s
i
s
t
e
m
p
e
n
i
l
a
i
a
n
b
e
r
b
a
s
i
s
k
i
n
e
r
j
a
d
e
n
g
a
n
s
e
j
u
m
l
a
h
i
n
d
i
k
a
t
o
r
t
e
r
p
i
l
i
h
y
a
n
g
d
a
p
a
t
d
i
p
a
n
t
a
u
d
e
n
g
a
n
m
u
d
a
h
.
K
a
i
t
k
a
n
k
i
n
e
r
j
a
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
t
e
r
h
a
d
a
p
a
l
o
k
a
s
i
s
u
m
b
e
r
d
a
y
a
.
5
8
)
S
e
d
e
r
h
a
n
a
k
a
n
l
a
n
g
k
a
h
u
n
t
u
k
m
e
l
a
k
u
k
a
n
p
e
r
s
e
t
u
j
u
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
d
a
e
r
a
h
.
5
9
)
L
a
k
u
k
a
n
i
n
t
e
g
r
a
s
i
p
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
d
i
l
u
a
r
a
n
g
g
a
r
a
n
(
o
f
b
u
d
g
e
t
)
k
e
d
a
l
a
m
a
n
g
g
a
r
a
n
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
J
M
P
e
r
b
a
i
k
a
n
a
n
g
g
a
r
a
n
m
e
n
g
u
r
a
n
g
i
s
u
r
p
l
u
s
,
k
e
t
e
p
a
t
a
n
w
a
k
t
u
M
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
e
f
s
i
e
n
s
i
,
p
e
m
e
r
a
t
a
a
n
,
d
a
n
e
f
e
k
t
i
v
i
t
a
s
p
e
n
g
u
m
p
u
l
a
n
p
a
j
a
k
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
.
S
a
a
t
i
n
i
,
t
i
d
a
k
a
d
a
P
a
j
a
k
P
r
o
p
e
r
t
i
d
a
e
r
a
h
,
y
a
n
g
t
i
d
a
k
m
e
r
a
n
g
s
a
n
g
t
e
r
j
a
d
i
n
y
a
p
e
r
s
a
i
n
g
a
n
d
i
d
a
e
r
a
h
.
J
u
g
a
,
j
u
m
l
a
h
p
e
n
g
u
m
p
u
l
a
n
p
a
j
a
k
s
a
n
g
a
t
k
e
c
i
l
.
M
a
s
i
h
a
d
a
b
e
b
e
r
a
p
a
p
a
j
a
k
d
a
e
r
a
h
t
e
r
t
e
n
t
u
y
a
n
g
m
e
n
i
m
b
u
l
k
a
n
i
k
l
i
m
i
n
v
e
s
t
a
s
i
y
a
n
g
b
u
r
u
k
.
6
0
)
L
a
k
u
k
a
n
d
e
s
e
n
t
r
a
l
i
s
a
s
i
t
e
r
h
a
d
a
p
p
a
j
a
k
b
u
m
i
d
a
n
b
a
n
g
u
n
a
n
,
s
e
h
i
n
g
g
a
d
a
e
r
a
h
b
i
s
a
m
e
n
e
n
t
u
k
a
n
t
i
n
g
k
a
t
p
a
j
a
k
m
e
r
e
k
a
s
e
n
d
i
r
i
d
a
n
b
e
r
s
a
i
n
g
d
e
n
g
a
n
d
a
e
r
a
h
l
a
i
n
.
6
1
)
M
e
n
i
n
g
k
a
t
k
a
n
p
e
r
o
l
e
h
a
n
p
a
j
a
k
s
e
h
i
n
g
g
a
s
e
c
a
r
a
r
a
t
a
-
r
a
t
a
m
e
n
c
a
p
a
i
s
e
t
e
n
g
a
h
d
a
r
i
j
u
m
l
a
h
p
e
n
e
r
i
m
a
a
n
d
a
e
r
a
h
.
6
2
)
P
e
n
g
e
n
a
a
n
r
e
t
r
i
b
u
s
i
d
a
n
p
a
j
a
k
p
e
r
l
u
d
i
a
t
u
r
u
n
t
u
k
m
e
m
b
a
t
a
s
i
d
a
m
p
a
k
n
e
g
a
t
i
f
n
y
a
t
e
r
h
a
d
a
p
i
k
l
i
m
i
n
v
e
s
t
a
s
i
.
J
P
D
K
/
J
M
I
P
e
n
i
n
g
k
a
t
a
n
p
e
n
d
a
p
a
t
a
n
d
a
e
r
a
h
d
a
n
i
k
l
i
m
i
n
v
e
s
t
a
s
i
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
161
LAMPIRAN
Section A.2. Sumber Data, Metodologi, dan Defnisi
Dataset statistik dan anggaran utama yang digunakan untuk memproses laporan ini diambil dari sumber-sumber
berikut ini:
Pengeluaran Pemerintah Propinsi dan Kab/Kota: data untuk tahun 2000-04 diproses dari Sistem Informasi
Keuangan Daerah (SIKD) Departemen Keuangan. Staf Bank Dunia menghitung perkiraan untuk pengeluaran
2005-2007 berdasarkan pangsa historis setiap sektor, dan transfer agregat dari pemerintah pusat. Rincian
lebih lanjut mengenai karakteristik dataset ini dan jumlah kab/kota yang tercakup tersedia dalam Tabel
Lampiran C.11
Survey Sosial Ekonomi Rumah Tangga Nasional (SUSENAS) BPS adalah sumber dari informasi mengenai
ekonomi dan demografs rumah tangga 2000-05
Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dari 2004 sampai dengan Februari 2006 adalah sumber dari
statistik tenaga kerja.
Data Statistik Potensi Desa (PODES) 2004-2005 menjadi sumber dari informasi mengenai karakteristik
infrastruktur desa. Survey ini dilaksanakan dalam konteks sensus periodic (pertanian, ekonomi dan
pedesaaan)
Survey Governance and Decentralization (GDS) 1+ memberikan data mengenai indikator tata pemerintahan
dan desentralisasi dari rumah tangga dan non rumah tangga pada tingkat kab/kota dan desa, maupun
informasi yang diperoleh dari titik penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan (Puskesmas dan Sekolah).
World Development Indicators (WDI) Bank Dunia digunakan untuk serangkaian indikator ekonomi dan
anggaran internasional untuk periode 1994-2005.
Beberapa dataset primer lainnya diambil dari publikasi statistik, studi oleh lembaga penelitian dan akademis, dan
laporan dari organisasi internasional.
Komposisi Ekonomi dari Pengeluaran: Dalam hal jenis, atau karakteristik ekonomi dari transaksi-transaksi
pengeluaran sumberdaya, pengeluaran publik diklasifkasikan sebagai:
Pengeluaran Rutin termasuk: (i) Belanja Pegawai; (ii) Belanja Bunga (DN & LN); (iii) Subsidi, (iv) Belanja Bahan
Barang dan Jasa; (v) Belanja Rutin Lainnya
Pengeluaran Pembangunan didefnisikan sebagai belanja Negara yang ditujukan untuk membiayai
proyek pembangunan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional baik yang bersifat materiil maupun
non materiil (UU 2/2000 mengenai APBN). Jumlah yang dilaporkan sebagai belanja pembangunan juga
mencakup beberapa belanja gaji dan bahan yang secara teknis seharusnya masuk kedalam pengeluaran
rutin. Pos Pengeluaran Pembangunan dihapuskan pada tahun 2004 dengan diperkenalkannya anggaran
terpadu (unifed budget) dan diperkenalkannya pos belanja modal.
Pengeluaran Modal efektif sejak tahun 2005, mengikuti UU 17/2003 mengenai Keuangan Negara. Kategori
ini didefnisikan sebagai pengeluaran untuk membayar penyediaan barang tahan lama dengan masa hidup
lebih dari satu tahun yang baru maupun yang sudah ada, untuk digunakan bagi maksud-maksud produktif
seperti, jembatan, jalan, sekolah, klinik, dll. Pemetaan anggaran 2004 dari sistem anggaran terdahulu ke
anggaran terpadu memperlihatkan bahwa belanja modal mencakup 56 % dari belanja yang dulunya
dilaporkan sebagai pengeluaran pembangunan, sementara sisanya diklasifkasikan dalam berbagai pos
anggaran rutin dan bantuan sosial.
Transfer ke Daerah terdiri dari Bagi Hasil, Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana
Otonomi Khusus dan Dana Penyesuaian.
Catatan Teknis untuk Analisis Lintas Sektor. Angka yang disajikan dalam bab 2 diagregasikan berdasarkan data
anggaran pusat dan daerah sebagaimana diuraikan diatas. Tabel Lampiran C. 14 menyajikan pemetaan sektoral
dari berbagai sub-sektor yang diagregasikan kedalam suatu sektor dan sub komponen dari pengeluaran rutin dan
pembangunan. Perlu dicatat bahwa terdapat sedikit perbedaan antara angka yang terdapat dalam Lampiran D
dan yang terdapat dalam bab Kesehatan dan Pendidikan. Hal ini disebabkan angka agregat pada bab-bab tersebut
dimutakhirkan pada bulan Januari 2007 berdasarkan rincian APBN sektoral terbaru. Tabel yang terdapat dalam lampiran
lintas sektoral belum dimutakhirkan untuk memelihara konsistensi dengan sektor-sektor lain yang dilaporkan dalam
tren lintas sektoral.
l
)
0
1
,
9
9
1
1
1
,
3
1
9
3
2
,
3
2
7
4
7
,
3
7
3
6
9
,
1
0
4
i
i
.
A
m
o
r
t
i
s
a
s
i
h
u
t
a
n
g
d
a
l
a
m
n
e
g
e
r
i
0
-
3
,
9
3
1
-
6
,
1
6
6
-
2
4
,
4
5
7
-
1
9
,
6
9
2
-
2
8
,
4
9
8
i
i
i
.
B
e
l
i
k
e
m
b
a
l
i
-
8
,
2
5
8
-
1
,
0
0
0
-
5
,
6
7
3
0
d
.
F
a
s
i
l
i
t
a
s
M
o
r
t
g
a
g
e
/
p
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i
m
o
d
a
l
-
7
,
4
4
4
-
2
,
0
0
0
-
2
,
0
0
0
I
I
.
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
L
u
a
r
N
e
g
e
r
i
,
n
e
t
t
o
1
0
,
4
5
7
8
3
5
4
8
-
2
8
,
4
9
0
-
9
,
0
6
2
-
1
9
,
3
3
0
-
1
4
,
5
5
5
1
.
P
i
n
j
a
m
a
n
L
u
a
r
N
e
g
e
r
i
2
6
,
3
4
2
1
8
,
8
8
7
2
0
,
3
6
0
1
8
,
0
0
1
2
8
,
0
5
0
3
3
,
3
9
2
4
0
,
2
7
5
a
.
P
i
n
j
a
m
a
n
P
r
o
g
r
a
m
6
,
4
1
6
7
,
1
7
0
1
,
7
9
2
5
,
0
5
9
1
2
,
2
6
5
1
3
,
5
8
0
1
6
,
2
7
5
b
.
P
i
n
j
a
m
a
n
P
r
o
y
e
k
1
9
,
9
2
6
1
1
,
7
1
7
1
8
,
5
6
8
1
2
,
9
4
2
1
5
,
7
8
5
1
9
,
8
1
3
2
4
,
0
0
0
2
.
A
m
o
r
t
i
s
a
s
i
-
1
5
,
8
8
5
-
1
8
,
8
0
4
-
1
9
,
8
1
2
-
4
6
,
4
9
1
-
3
7
,
1
1
2
-
5
2
,
7
2
2
-
5
4
,
8
3
0
F
.
P
E
M
B
I
A
Y
A
A
N
K
O
T
O
R
5
7
,
7
8
6
3
9
,
8
4
1
6
9
,
3
4
5
9
5
,
2
9
6
7
6
,
8
6
4
8
4
,
8
0
3
1
2
3
,
8
4
1
S
u
m
b
e
r
:
p
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
S
I
K
D
d
a
n
d
a
t
a
d
a
r
i
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
169
LAMPIRAN
T
a
b
e
l
C
.
7
.
R
e
a
l
i
s
a
s
i
A
n
g
g
a
r
a
n
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
P
u
s
a
t
(
%
G
D
P
)
F
Y
0
1
(
%
)
F
Y
0
2
(
%
)
F
Y
0
3
(
%
)
F
Y
0
4
(
L
K
P
P
)
(
%
)
F
Y
0
5
(
L
K
P
P
)
(
%
)
F
Y
0
6
(
P
r
e
l
i
m
i
n
a
r
y
)
(
%
)
F
Y
0
7
(
A
P
B
N
)
(
%
)
A
.
P
E
N
D
A
P
A
T
A
N
N
E
G
A
R
A
&
H
I
B
A
H
1
7
.
8
1
6
.
0
1
6
.
7
1
7
.
7
1
8
.
1
2
0
.
7
2
0
.
5
I
.
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
D
a
l
a
m
N
e
g
e
r
i
1
7
.
8
1
6
.
0
1
6
.
7
1
7
.
7
1
8
.
1
2
0
.
7
2
0
.
4
1
.
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
p
a
j
a
k
1
0
.
9
1
1
.
3
1
1
.
8
1
2
.
3
1
2
.
7
1
3
.
3
1
4
.
4
a
.
P
a
j
a
k
D
a
l
a
m
N
e
g
e
r
i
1
0
.
4
1
0
.
7
1
1
.
3
1
1
.
8
1
2
.
2
1
2
.
9
1
4
.
0
i
.
P
a
j
a
k
P
e
n
g
h
a
s
i
l
a
n
5
.
6
5
.
5
5
.
6
5
.
3
6
.
4
6
.
8
7
.
4
-
N
o
n
-
M
i
n
y
a
k
&
g
a
s
4
.
2
4
.
5
4
.
7
4
.
2
5
.
1
5
.
4
6
.
2
-
M
i
n
y
a
k
&
g
a
s
1
.
4
0
.
9
0
.
9
1
.
0
1
.
3
1
.
4
1
.
2
i
i
.
P
a
j
a
k
P
e
n
j
u
a
l
a
n
(
V
A
T
)
3
.
3
3
.
5
3
.
8
4
.
5
3
.
7
4
.
0
4
.
6
i
i
i
.
P
a
j
a
k
B
u
m
i
d
a
n
B
a
n
g
u
n
a
n
0
.
3
0
.
3
0
.
4
0
.
5
0
.
6
0
.
7
0
.
6
i
v
.
B
e
a
B
a
l
i
k
N
a
m
a
T
a
n
a
h
d
a
n
B
a
n
g
u
n
a
n
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
2
v
.
C
u
k
a
i
1
.
0
1
.
2
1
.
3
1
.
3
1
.
2
1
.
2
1
.
2
v
i
.
P
a
j
a
k
l
a
i
n
-
l
a
i
n
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
b
.
P
a
j
a
k
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
I
n
t
e
r
n
a
s
i
o
n
a
l
0
.
6
0
.
6
0
.
5
0
.
6
0
.
6
0
.
4
0
.
4
i
.
P
a
j
a
k
I
m
p
o
r
0
.
5
0
.
6
0
.
5
0
.
5
0
.
5
0
.
4
0
.
4
i
i
.
P
a
j
a
k
E
k
s
p
o
r
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
2
.
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
N
o
n
-
P
a
j
a
k
6
.
8
4
.
7
4
.
8
5
.
4
5
.
4
7
.
4
6
.
0
a
.
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
d
a
r
i
S
u
m
b
e
r
D
a
y
a
A
l
a
m
5
.
1
3
.
5
3
.
3
4
.
0
4
.
0
5
.
4
4
.
1
-
M
i
g
a
s
4
.
8
3
.
2
3
.
0
3
.
8
3
.
8
5
.
1
4
.
0
i
.
M
i
n
y
a
k
3
.
5
2
.
6
2
.
1
2
.
8
2
.
7
4
.
1
3
.
0
i
i
.
G
a
s
1
.
3
0
.
7
0
.
9
1
.
0
1
.
1
1
.
1
1
.
0
-
N
o
n
-
m
i
g
a
s
0
.
3
0
.
3
0
.
3
0
.
3
0
.
2
0
.
2
0
.
2
i
i
i
.
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
U
m
u
m
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
0
.
1
i
v
.
K
e
h
u
t
a
n
a
n
0
.
1
0
.
2
0
.
2
0
.
2
0
.
1
0
.
1
0
.
1
v
.
P
e
r
i
k
a
n
a
n
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
b
.
L
a
b
a
B
U
M
N
0
.
5
0
.
5
0
.
6
0
.
4
0
.
5
0
.
7
0
.
5
c
.
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
n
o
n
-
p
a
j
a
k
l
a
i
n
-
l
a
i
n
(
P
N
B
P
)
1
.
2
0
.
7
0
.
9
0
.
9
0
.
8
1
.
3
1
.
3
I
I
.
H
i
b
a
h
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
0
0
.
1
0
.
1
B
.
P
E
N
G
E
L
U
A
R
A
N
2
0
.
3
1
6
.
9
1
8
.
4
1
8
.
8
1
8
.
6
2
1
.
8
2
1
.
6
I
.
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
1
5
.
5
1
1
.
7
1
2
.
5
1
3
.
1
1
3
.
1
1
4
.
4
1
4
.
3
1
.
B
e
l
a
n
j
a
P
e
g
a
w
a
i
2
.
3
2
.
1
2
.
3
2
.
3
2
.
1
2
.
3
2
.
9
2
.
B
e
l
a
n
j
a
B
a
r
a
n
g
0
.
6
0
.
7
0
.
7
0
.
7
1
.
1
1
.
5
2
.
0
3
.
M
o
d
a
l
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
1
.
2
1
.
9
2
.
1
4
.
P
e
m
b
a
y
a
r
a
n
B
u
n
g
a
5
.
2
4
.
4
3
.
2
2
.
7
2
.
1
2
.
6
2
.
4
a
.
D
a
l
a
m
n
e
g
e
r
i
3
.
5
3
.
3
2
.
3
1
.
7
1
.
6
1
.
8
1
.
7
b
.
L
u
a
r
N
e
g
e
r
i
1
.
7
1
.
0
0
.
9
1
.
0
0
.
5
0
.
8
0
.
8
5
.
S
u
b
s
i
d
i
4
.
6
2
.
3
2
.
1
4
.
0
4
.
4
3
.
5
2
.
9
a
.
B
B
M
4
.
1
1
.
7
1
.
5
3
.
0
3
.
5
2
.
1
1
.
8
b
.
N
o
n
-
B
B
M
0
.
5
0
.
7
0
.
7
1
.
0
0
.
9
1
.
4
1
.
2
6
.
H
I
b
a
h
0
.
0
0
.
0
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
170
LAMPIRAN
(
%
G
D
P
)
F
Y
0
1
(
%
)
F
Y
0
2
(
%
)
F
Y
0
3
(
%
)
F
Y
0
4
(
L
K
P
P
)
(
%
)
F
Y
0
5
(
L
K
P
P
)
(
%
)
F
Y
0
6
(
P
r
e
l
i
m
i
n
a
r
y
)
(
%
)
F
Y
0
7
(
A
P
B
N
)
(
%
)
7
.
B
a
n
t
u
a
n
S
o
s
i
a
l
1
.
0
1
.
4
1
.
5
8
.
L
a
i
n
-
l
a
i
n
0
.
3
0
.
2
0
.
7
0
.
6
1
.
1
1
.
1
0
.
5
9
.
T
r
a
n
s
f
e
r
k
e
D
a
e
r
a
h
1
0
.
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
2
.
5
2
.
0
3
.
4
2
.
7
0
.
0
0
.
0
a
.
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
R
u
p
i
a
h
1
.
3
1
.
4
2
.
5
2
.
1
0
.
0
0
.
0
T
r
a
n
s
f
e
r
M
o
d
a
l
k
e
D
a
e
r
a
h
0
.
0
A
n
g
g
a
r
a
n
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
1
.
3
1
.
4
2
.
5
2
.
1
0
.
0
b
.
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
P
r
o
y
e
k
d
n
g
P
i
n
j
a
m
a
n
A
s
i
n
g
1
.
2
0
.
6
0
.
9
0
.
6
0
.
0
I
I
.
T
T
r
a
n
s
f
e
r
k
e
D
a
e
r
a
h
4
.
8
5
.
3
5
.
9
5
.
7
5
.
6
7
.
4
7
.
3
1
.
D
a
n
a
p
e
r
i
m
b
a
n
g
a
n
4
.
8
5
.
1
5
.
4
5
.
4
5
.
3
7
.
2
7
.
1
a
.
B
a
g
i
H
a
s
i
l
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
1
.
2
1
.
3
1
.
5
1
.
6
1
.
9
2
.
1
1
.
9
b
.
D
a
n
a
A
l
o
k
a
s
i
U
m
u
m
3
.
6
3
.
7
3
.
8
3
.
6
3
.
3
4
.
7
4
.
7
c
.
D
a
n
a
A
l
o
k
a
s
i
K
h
u
s
u
s
0
.
0
0
.
0
0
.
1
0
.
2
0
.
2
0
.
4
0
.
5
2
.
D
a
n
a
o
t
o
n
o
m
i
k
h
u
s
u
s
&
p
e
n
y
e
s
u
a
i
a
n
0
.
2
0
.
5
0
.
3
0
.
3
0
.
1
0
.
2
C
.
S
A
L
D
O
P
R
I
M
E
R
2
.
7
3
.
4
1
.
5
1
.
7
1
.
6
1
.
5
1
.
3
D
.
S
U
R
P
L
U
S
/
D
E
F
I
S
I
T
-
2
.
5
-
0
.
9
-
1
.
7
-
1
.
0
-
0
.
5
-
1
.
0
-
1
.
1
E
.
P
E
M
B
I
A
Y
A
A
N
B
E
R
S
I
H
2
.
5
1
.
4
1
.
6
0
.
9
0
.
4
1
.
1
1
.
1
I
.
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
D
a
l
a
m
N
e
g
e
r
i
,
n
e
t
t
o
1
.
9
1
.
4
1
.
6
2
.
1
0
.
7
1
.
7
1
.
6
1
.
P
e
r
b
a
n
k
a
n
D
a
l
a
m
N
e
g
e
r
i
0
.
0
0
.
0
0
.
4
1
.
0
-
0
.
1
0
.
5
0
.
4
2
.
N
o
n
-
p
e
r
b
a
n
k
a
n
1
.
9
1
.
4
1
.
2
1
.
1
0
.
8
1
.
2
1
.
2
a
.
P
r
i
v
a
t
i
s
a
s
i
0
.
2
0
.
4
0
.
4
0
.
2
0
.
0
0
.
0
0
.
1
b
.
R
e
s
t
r
u
k
t
u
r
i
s
a
s
i
P
e
r
b
a
n
k
a
n
&
p
e
n
j
u
a
l
a
n
a
s
e
t
1
.
7
1
.
0
1
.
0
0
.
7
0
.
2
0
.
1
0
.
0
c
.
P
e
n
j
u
a
l
a
n
o
b
l
i
g
a
s
i
0
.
0
-
0
.
1
-
0
.
2
0
.
3
0
.
8
1
.
2
1
.
1
i
.
S
u
r
a
t
U
t
a
n
g
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
(
t
e
r
m
a
s
u
k
O
b
l
i
g
a
s
i
I
n
t
l
)
0
.
0
0
.
1
0
.
6
1
.
4
1
.
7
2
.
0
i
i
.
A
m
o
r
t
i
s
a
s
i
h
u
t
a
n
g
d
a
l
a
m
n
e
g
e
r
i
0
.
0
-
0
.
2
-
0
.
3
-
1
.
1
-
0
.
7
-
0
.
8
i
i
i
.
B
e
l
i
k
e
m
b
a
l
i
-
0
.
4
0
.
0
-
0
.
2
0
.
0
d
.
F
a
s
i
l
i
t
a
s
M
o
r
t
g
a
g
e
/
p
a
r
t
i
s
i
p
a
s
i
m
o
d
a
l
-
0
.
3
-
0
.
1
-
0
.
1
I
I
.
P
e
m
b
i
a
y
a
a
n
L
u
a
r
N
e
g
e
r
i
,
n
e
t
t
o
0
.
6
0
.
0
0
.
0
-
1
.
3
-
0
.
3
-
0
.
6
-
0
.
4
1
.
P
i
n
j
a
m
a
n
L
u
a
r
N
e
g
e
r
i
1
.
6
1
.
0
1
.
0
0
.
8
1
.
0
1
.
1
1
.
1
a
.
P
i
n
j
a
m
a
n
P
r
o
g
r
a
m
0
.
4
0
.
4
0
.
1
0
.
2
0
.
4
0
.
4
0
.
5
b
.
P
i
n
j
a
m
a
n
P
r
o
y
e
k
1
.
2
0
.
6
0
.
9
0
.
6
0
.
6
0
.
6
0
.
7
2
.
A
m
o
r
t
i
s
a
s
i
-
0
.
9
-
1
.
0
-
1
.
0
-
2
.
0
-
1
.
4
-
1
.
7
-
1
.
6
F
.
P
E
M
B
I
A
Y
A
A
N
K
O
T
O
R
3
.
4
2
.
1
3
.
4
4
.
2
2
.
8
2
.
8
3
.
5
S
u
m
b
e
r
:
p
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
S
I
K
D
d
a
n
d
a
t
a
d
a
r
i
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
171
LAMPIRAN
T
a
b
e
l
C
.
8
.
A
n
g
g
a
r
a
n
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
P
u
s
a
t
,
P
r
o
v
i
n
s
i
,
d
a
n
K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
K
o
t
a
(
R
p
m
i
l
y
a
r
)
1
9
9
4
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
(
E
)
2
0
0
6
(
P
)
2
0
0
7
(
P
)
I
.
P
E
M
E
R
I
N
T
A
H
P
U
S
A
T
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
1
6
4
,
4
1
2
7
0
,
8
5
2
8
7
,
6
3
0
1
1
2
,
2
7
5
1
4
6
,
8
7
2
2
0
4
,
4
2
2
2
0
5
,
3
3
5
2
9
9
,
6
6
1
2
9
8
,
5
2
8
3
4
1
,
3
9
6
4
0
0
,
5
8
9
4
9
5
,
4
4
6
6
3
7
,
7
9
9
7
2
3
,
0
5
8
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
2
6
2
,
5
0
1
6
5
,
3
4
1
8
2
,
2
2
0
1
0
9
,
3
0
1
1
7
2
,
6
7
0
2
0
1
,
9
4
3
1
8
8
,
3
9
1
3
4
1
,
5
6
3
3
1
5
,
5
2
9
3
7
6
,
5
0
5
4
2
3
,
9
7
5
5
0
8
,
9
3
8
6
6
9
,
8
8
0
7
6
3
,
5
7
1
T
r
a
n
s
f
e
r
k
e
D
a
e
r
a
h
3
2
0
,
2
9
5
2
0
,
9
2
6
2
4
,
6
9
8
2
8
,
4
3
6
4
0
,
2
2
5
4
2
,
3
8
7
5
0
,
1
3
9
8
1
,
0
5
4
9
8
,
2
0
4
1
2
0
,
3
1
4
1
3
0
,
0
4
5
1
5
1
,
9
6
8
2
2
6
,
3
7
1
2
5
8
,
7
9
5
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
S
e
n
d
i
r
i
4
4
2
,
2
0
6
4
4
,
4
1
5
5
7
,
5
2
2
8
0
,
8
6
6
1
3
2
,
4
4
5
1
5
9
,
5
5
6
1
3
8
,
2
5
3
2
6
0
,
5
0
8
2
1
7
,
3
2
5
2
5
6
,
1
9
1
2
9
3
,
9
3
0
3
5
6
,
9
7
0
4
4
3
,
5
0
9
5
0
4
,
7
7
6
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
5
1
9
,
6
8
3
2
2
,
9
8
9
3
0
,
6
2
5
5
3
,
0
7
9
9
0
,
8
7
8
1
1
4
,
3
6
9
1
1
2
,
4
3
8
2
1
8
,
9
2
3
1
8
0
,
1
0
6
1
8
6
,
9
4
4
2
3
2
,
9
5
1
2
9
6
,
0
5
9
3
4
0
,
6
5
0
3
7
7
,
2
7
7
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
6
2
2
,
5
2
3
2
1
,
4
2
6
2
6
,
8
9
7
2
7
,
7
8
7
4
1
,
5
6
7
4
5
,
1
8
7
2
5
,
8
1
5
4
1
,
5
8
5
3
7
,
2
2
0
6
9
,
2
4
7
6
0
,
9
7
9
6
0
,
9
1
1
1
0
2
,
8
6
0
1
2
7
,
4
9
9
S
a
l
d
o
7
1
,
9
1
1
5
,
5
1
1
5
,
4
1
0
2
,
9
7
4
-
2
5
,
7
9
8
2
,
4
7
9
1
6
,
9
4
4
-
4
1
,
9
0
2
-
1
7
,
0
0
1
-
3
5
,
1
0
9
-
2
3
,
3
8
6
-
1
3
,
4
9
2
(
3
2
,
0
8
1
)
(
4
0
,
5
1
3
)
I
I
.
P
R
O
V
I
N
S
I
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
8
9
,
0
0
5
1
0
,
2
5
8
1
1
,
3
5
4
1
2
,
0
9
3
8
,
5
8
6
1
1
,
6
9
3
8
,
8
3
0
2
5
,
4
8
5
3
2
,
9
7
2
3
9
,
7
0
3
4
6
,
0
0
1
5
4
,
2
5
4
7
5
,
5
7
8
8
3
,
8
4
8
T
r
a
n
s
f
e
r
s
d
a
r
i
p
u
s
a
t
9
6
,
0
0
0
6
,
4
0
9
7
,
0
4
3
7
,
4
4
5
5
,
4
9
2
7
,
3
2
4
5
,
8
6
3
1
4
,
4
4
7
1
6
,
6
0
7
1
8
,
8
4
3
1
9
,
8
2
3
2
3
,
1
6
5
3
4
,
5
0
6
3
9
,
4
4
8
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
A
s
l
i
1
0
3
,
0
0
5
3
,
8
4
9
4
,
3
1
1
4
,
6
4
8
3
,
0
9
4
4
,
3
6
9
2
,
9
6
7
1
1
,
0
3
8
1
6
,
3
6
5
2
0
,
8
6
1
2
6
,
1
7
8
3
1
,
0
8
9
4
1
,
0
7
2
4
4
,
4
0
0
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
1
1
8
,
9
8
6
1
0
,
6
0
0
1
2
,
3
8
4
1
2
,
8
9
5
8
,
0
0
3
1
1
,
5
6
2
7
,
7
3
9
2
3
,
1
0
9
3
2
,
2
5
2
3
9
,
7
5
1
4
3
,
3
3
5
5
1
,
1
0
9
7
1
,
1
9
8
7
8
,
9
8
9
T
r
a
n
s
f
e
r
k
e
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
b
a
w
a
h
a
n
1
2
0
0
0
0
0
0
0
2
,
4
5
8
3
,
0
2
9
5
,
8
5
4
1
0
,
9
3
0
0
-
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
s
e
n
d
i
r
i
1
3
8
,
9
8
6
1
0
,
6
0
0
1
2
,
3
8
4
1
2
,
8
9
5
8
,
0
0
3
1
1
,
5
6
2
7
,
7
3
9
2
0
,
6
5
1
2
9
,
2
2
2
3
3
,
8
9
7
3
2
,
4
0
4
3
8
,
2
1
8
5
3
,
2
4
0
5
9
,
0
6
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
1
4
5
,
9
3
8
6
,
7
6
0
7
,
5
8
1
8
,
0
4
4
4
,
7
7
9
6
,
7
3
9
3
,
7
4
8
1
2
,
2
0
8
1
4
,
5
3
0
1
3
,
1
6
0
1
2
,
8
7
3
1
5
,
1
8
3
2
1
,
1
5
1
2
3
,
4
6
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
1
5
3
,
0
4
8
3
,
8
4
0
4
,
8
0
3
4
,
8
5
1
3
,
2
2
4
4
,
8
2
3
3
,
9
9
1
8
,
4
4
3
1
4
,
6
9
3
2
0
,
7
3
8
1
9
,
5
3
1
2
3
,
0
3
5
3
2
,
0
8
9
3
5
,
6
0
0
S
a
l
d
o
1
6
1
9
-
3
4
2
-
1
,
0
3
0
-
8
0
2
5
8
3
1
3
0
1
,
0
9
1
2
,
3
7
5
7
2
0
-
4
8
2
,
6
6
6
I
I
I
.
K
A
B
U
P
A
T
E
N
/
K
O
T
A
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
1
7
9
,
6
6
9
1
1
,
3
0
7
1
3
,
1
3
6
1
5
,
4
7
1
2
0
,
8
2
8
2
7
,
1
5
3
2
7
,
1
0
2
7
8
,
6
9
9
9
3
,
3
8
1
1
1
5
,
2
3
6
1
2
2
,
1
2
1
1
4
4
,
3
0
2
2
0
6
,
8
4
3
2
3
6
,
4
7
9
T
r
a
n
s
f
e
r
s
d
a
r
i
p
u
s
a
t
1
8
8
,
3
8
8
9
,
7
1
8
1
1
,
2
6
0
1
3
,
3
7
4
1
8
,
4
0
4
2
4
,
0
8
2
2
4
,
1
1
8
7
0
,
6
0
9
8
1
,
2
1
7
9
7
,
1
5
3
1
0
1
,
9
3
5
1
1
9
,
1
1
9
1
7
7
,
4
4
0
2
0
2
,
8
5
5
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
A
s
l
i
1
9
1
,
2
8
0
1
,
5
8
9
1
,
8
7
6
2
,
0
9
7
2
,
4
2
3
3
,
0
7
1
2
,
9
8
4
8
,
0
8
9
1
2
,
1
6
4
1
8
,
0
8
3
2
0
,
1
8
6
2
5
,
1
8
3
2
9
,
4
0
4
3
3
,
6
2
5
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
2
0
9
,
7
0
1
1
1
,
4
3
2
1
3
,
2
9
5
1
5
,
6
4
9
2
0
,
2
3
3
2
7
,
2
0
3
2
9
,
5
8
1
7
1
,
6
2
5
8
9
,
8
8
8
1
1
5
,
2
7
9
1
1
8
,
9
5
9
1
4
0
,
5
6
6
2
0
1
,
4
8
7
2
3
0
,
3
5
6
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
2
1
5
,
0
2
7
6
,
1
7
9
7
,
2
8
9
8
,
7
3
2
1
3
,
6
9
0
1
8
,
6
9
5
1
8
,
7
7
7
4
9
,
1
7
0
5
8
,
7
3
8
7
2
,
1
2
8
7
9
,
1
1
5
9
3
,
4
8
5
1
3
4
,
0
0
2
1
5
3
,
2
0
1
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
2
2
4
,
6
7
4
5
,
2
5
2
6
,
0
0
7
6
,
9
1
7
6
,
5
4
3
8
,
5
0
8
1
0
,
8
0
4
2
2
,
4
5
4
3
1
,
1
5
0
4
3
,
1
5
1
3
9
,
8
4
4
4
7
,
0
8
1
6
7
,
4
8
6
7
7
,
1
5
5
S
a
l
d
o
2
3
-
3
2
-
1
2
4
-
1
5
9
-
1
7
8
5
9
5
-
5
0
-
2
,
4
7
9
7
,
0
7
4
3
,
4
9
3
-
4
4
3
,
1
6
2
3
,
7
3
7
5
,
3
5
6
6
,
1
2
3
1
8
,
6
8
6
2
2
,
0
3
1
2
5
,
6
8
0
2
8
,
5
4
4
2
8
,
2
3
6
3
8
,
7
6
6
3
7
,
3
2
0
9
4
,
7
3
4
1
2
2
,
1
3
9
1
5
5
,
0
3
1
1
6
2
,
2
9
3
1
9
1
,
6
7
5
2
7
2
,
6
8
5
3
0
9
,
3
4
5
I
V
.
A
G
R
E
G
A
T
A
N
G
G
A
R
A
N
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
1
6
8
,
6
9
7
7
6
,
2
9
0
9
3
,
8
1
8
1
1
9
,
0
2
0
1
5
2
,
3
8
9
2
1
1
,
8
6
2
2
1
1
,
2
8
5
3
1
8
,
7
8
8
3
2
7
,
0
5
7
3
8
0
,
3
3
9
4
4
6
,
9
5
3
5
5
1
,
7
1
9
7
0
8
,
2
7
5
8
0
1
,
0
8
3
P
r
o
v
i
n
s
i
1
0
6
4
,
4
1
2
7
0
,
8
5
2
8
7
,
6
3
0
1
1
2
,
2
7
5
1
4
6
,
8
7
2
2
0
4
,
4
2
2
2
0
5
,
3
3
5
2
9
9
,
6
6
1
2
9
8
,
5
2
8
3
4
1
,
3
9
6
4
0
0
,
5
8
9
4
9
5
,
4
4
6
6
3
7
,
7
9
9
7
2
3
,
0
5
8
K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
1
9
3
,
0
0
5
3
,
8
4
9
4
,
3
1
1
4
,
6
4
8
3
,
0
9
4
4
,
3
6
9
2
,
9
6
7
1
1
,
0
3
8
1
6
,
3
6
5
2
0
,
8
6
1
2
6
,
1
7
8
3
1
,
0
8
9
4
1
,
0
7
2
4
4
,
4
0
0
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
1
,
2
8
0
1
,
5
8
9
1
,
8
7
6
2
,
0
9
7
2
,
4
2
3
3
,
0
7
1
2
,
9
8
4
8
,
0
8
9
1
2
,
1
6
4
1
8
,
0
8
3
2
0
,
1
8
6
2
5
,
1
8
3
2
9
,
4
0
4
3
3
,
6
2
5
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
6
0
,
8
9
3
6
6
,
4
4
6
8
3
,
2
0
1
1
0
9
,
4
0
9
1
6
0
,
6
8
1
1
9
8
,
3
2
2
1
7
5
,
5
7
2
3
5
2
,
7
8
4
3
3
6
,
4
3
5
4
0
5
,
3
6
8
4
4
5
,
2
9
3
5
3
5
,
7
5
4
6
9
8
,
2
3
7
7
9
4
,
1
9
8
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
3
0
,
6
4
7
3
5
,
9
2
8
4
5
,
4
9
4
6
9
,
8
5
4
1
0
9
,
3
4
7
1
3
9
,
8
0
4
1
3
4
,
9
6
2
2
8
0
,
3
0
2
2
5
3
,
3
7
3
2
7
2
,
2
3
2
3
2
4
,
9
3
9
4
0
4
,
7
2
7
4
9
5
,
8
0
2
5
5
3
,
9
4
4
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
4
3
0
,
2
4
5
3
0
,
5
1
8
3
7
,
7
0
7
3
9
,
5
5
5
5
1
,
3
3
3
5
8
,
5
1
8
4
0
,
6
1
0
7
2
,
4
8
2
8
3
,
0
6
2
1
3
3
,
1
3
6
1
2
0
,
3
5
4
1
3
1
,
0
2
7
2
0
2
,
4
3
4
2
4
0
,
2
5
4
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
172
LAMPIRAN
(
R
p
m
i
l
y
a
r
)
1
9
9
4
1
9
9
5
1
9
9
6
1
9
9
7
1
9
9
8
1
9
9
9
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
2
0
0
5
(
E
)
2
0
0
6
(
P
)
2
0
0
7
(
P
)
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
5
4
2
,
2
0
6
4
4
,
4
1
5
5
7
,
5
2
2
8
0
,
8
6
6
1
3
2
,
4
4
5
1
5
9
,
5
5
6
1
3
8
,
2
5
3
2
6
0
,
5
0
8
2
1
7
,
3
2
5
2
5
6
,
1
9
1
2
9
3
,
9
3
0
3
5
6
,
9
7
0
4
4
3
,
5
0
9
5
0
4
,
7
7
6
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
6
1
9
,
6
8
3
2
2
,
9
8
9
3
0
,
6
2
5
5
3
,
0
7
9
9
0
,
8
7
8
1
1
4
,
3
6
9
1
1
2
,
4
3
8
2
1
8
,
9
2
3
1
8
0
,
1
0
6
1
8
6
,
9
4
4
2
3
2
,
9
5
1
2
9
6
,
0
5
9
3
4
0
,
6
5
0
3
7
7
,
2
7
7
P
r
o
v
i
n
s
i
1
3
2
2
,
5
2
3
2
1
,
4
2
6
2
6
,
8
9
7
2
7
,
7
8
7
4
1
,
5
6
7
4
5
,
1
8
7
2
5
,
8
1
5
4
1
,
5
8
5
3
7
,
2
2
0
6
9
,
2
4
7
6
0
,
9
7
9
6
0
,
9
1
1
1
0
2
,
8
6
0
1
2
7
,
4
9
9
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
1
4
8
,
9
8
6
1
0
,
6
0
0
1
2
,
3
8
4
1
2
,
8
9
5
8
,
0
0
3
1
1
,
5
6
2
7
,
7
3
9
2
0
,
6
5
1
2
9
,
2
2
2
3
3
,
8
9
7
3
2
,
4
0
4
3
8
,
2
1
8
5
3
,
2
4
0
5
9
,
0
6
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
1
5
5
,
9
3
8
6
,
7
6
0
7
,
5
8
1
8
,
0
4
4
4
,
7
7
9
6
,
7
3
9
3
,
7
4
8
1
2
,
2
0
8
1
4
,
5
3
0
1
3
,
1
6
0
1
2
,
8
7
3
1
5
,
1
8
3
2
1
,
1
5
1
2
3
,
4
6
5
K
a
b
u
p
a
t
e
n
2
0
3
,
0
4
8
3
,
8
4
0
4
,
8
0
3
4
,
8
5
1
3
,
2
2
4
4
,
8
2
3
3
,
9
9
1
8
,
4
4
3
1
4
,
6
9
3
2
0
,
7
3
8
1
9
,
5
3
1
2
3
,
0
3
5
3
2
,
0
8
9
3
5
,
6
0
0
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
2
1
9
,
7
0
1
1
1
,
4
3
2
1
3
,
2
9
5
1
5
,
6
4
9
2
0
,
2
3
3
2
7
,
2
0
3
2
9
,
5
8
1
7
1
,
6
2
5
8
9
,
8
8
8
1
1
5
,
2
7
9
1
1
8
,
9
5
9
1
4
0
,
5
6
6
2
0
1
,
4
8
7
2
3
0
,
3
5
6
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
2
2
5
,
0
2
7
6
,
1
7
9
7
,
2
8
9
8
,
7
3
2
1
3
,
6
9
0
1
8
,
6
9
5
1
8
,
7
7
7
4
9
,
1
7
0
5
8
,
7
3
8
7
2
,
1
2
8
7
9
,
1
1
5
9
3
,
4
8
5
1
3
4
,
0
0
2
1
5
3
,
2
0
1
S
a
l
d
o
4
,
6
7
4
5
,
2
5
2
6
,
0
0
7
6
,
9
1
7
6
,
5
4
3
8
,
5
0
8
1
0
,
8
0
4
2
2
,
4
5
4
3
1
,
1
5
0
4
3
,
1
5
1
3
9
,
8
4
4
4
7
,
0
8
1
6
7
,
4
8
6
7
7
,
1
5
5
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
7
,
8
0
5
9
,
8
4
4
1
0
,
6
1
6
9
,
6
1
1
-
8
,
2
9
2
1
3
,
5
4
0
3
5
,
7
1
3
-
3
3
,
9
9
6
-
9
,
3
7
8
-
2
5
,
0
2
8
3
,
1
6
2
3
,
7
3
7
5
,
3
5
6
6
,
1
2
3
P
r
o
v
i
n
s
i
2
2
,
2
0
6
2
6
,
4
3
8
3
0
,
1
0
9
3
1
,
4
1
0
1
4
,
4
2
7
4
4
,
8
6
6
6
7
,
0
8
2
3
9
,
1
5
3
8
1
,
2
0
3
8
5
,
2
0
5
1
0
6
,
6
5
9
1
3
8
,
4
7
6
1
9
4
,
2
9
0
2
1
8
,
2
8
2
K
a
b
u
p
a
t
e
n
-
5
,
9
8
1
-
6
,
7
5
1
-
8
,
0
7
3
-
8
,
2
4
7
-
4
,
9
0
9
-
7
,
1
9
4
-
4
,
7
7
2
-
9
,
6
1
3
-
1
2
,
8
5
8
-
1
3
,
0
3
7
-
6
,
2
2
6
-
7
,
1
2
9
(
1
2
,
1
6
7
)
(
1
4
,
6
6
5
)
S
u
m
b
e
r
:
p
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
d
a
r
i
D
e
p
K
e
u
.
T
a
b
e
l
C
.
9
.
A
n
g
g
a
r
a
n
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
P
u
s
a
t
,
P
r
o
v
i
n
s
i
,
d
a
n
K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
K
o
t
a
P
e
m
b
a
g
i
a
n
1
9
9
4
(
%
)
1
9
9
5
(
%
)
1
9
9
6
(
%
)
1
9
9
7
(
%
)
1
9
9
8
(
%
)
1
9
9
9
(
%
)
2
0
0
0
(
%
)
2
0
0
1
(
%
)
2
0
0
2
(
%
)
2
0
0
3
(
%
)
2
0
0
4
(
%
)
2
0
0
5
(
E
)
(
%
)
2
0
0
6
(
P
)
(
%
)
2
0
0
7
(
P
)
(
%
)
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
-
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
9
4
9
3
9
3
9
4
9
6
9
6
9
7
9
4
9
1
9
0
9
0
9
0
9
0
9
0
-
P
r
o
v
i
n
s
i
4
5
5
4
2
2
1
3
5
5
6
6
6
6
-
K
a
b
u
p
a
t
e
n
2
2
2
2
2
1
1
3
4
5
5
5
4
4
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
-
R
u
t
i
n
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
5
0
5
4
5
5
6
4
6
8
7
0
7
7
7
9
7
5
6
7
7
3
7
6
7
1
7
0
-
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
5
0
4
6
4
5
3
6
3
2
3
0
2
3
2
1
2
5
3
3
2
7
2
4
2
9
3
0
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
6
9
6
7
6
9
7
4
8
2
8
0
7
9
7
4
6
5
6
3
6
6
6
7
6
4
6
4
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
3
2
3
5
3
7
4
9
5
7
5
8
6
4
6
2
5
4
4
6
5
2
5
5
4
9
4
8
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
3
7
3
2
3
2
2
5
2
6
2
3
1
5
1
2
1
1
1
7
1
4
1
1
1
5
1
6
P
r
o
v
i
n
s
i
1
5
1
6
1
5
1
2
5
6
4
6
9
8
7
7
8
7
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
1
0
1
0
9
7
3
3
2
3
4
3
3
3
3
3
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
5
6
6
4
2
2
2
2
4
5
4
4
5
4
K
a
b
u
p
a
t
e
n
1
6
1
7
1
6
1
4
1
3
1
4
1
7
2
0
2
7
2
8
2
7
2
6
2
9
2
9
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
8
9
9
8
9
9
1
1
1
4
1
7
1
8
1
8
1
7
1
9
1
9
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
8
8
7
6
4
4
6
6
9
1
1
9
9
1
0
1
0
S
a
l
d
o
,
%
d
a
r
i
b
e
l
a
n
j
i
n
a
s
i
o
a
n
l
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
1
0
0
-
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
3
6
4
0
3
6
2
9
9
2
3
3
8
1
1
2
4
2
1
2
4
2
6
2
8
2
7
-
P
r
o
v
i
n
s
i
-
1
0
-
1
0
-
1
0
-
8
-
3
-
4
-
3
-
3
-
4
-
3
-
1
-
1
-
2
-
2
-
K
a
b
u
p
a
t
e
n
-
1
4
-
1
5
-
1
4
-
1
2
-
1
1
-
1
2
-
1
5
-
1
8
-
2
3
-
2
4
-
2
2
-
2
2
-
2
5
-
2
5
S
u
m
b
e
r
:
P
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
173
LAMPIRAN
T
a
b
e
l
C
.
1
0
.
A
n
g
g
a
r
a
n
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
P
u
s
a
t
,
P
r
o
v
i
n
s
i
,
d
a
n
K
a
b
u
p
a
t
e
n
/
K
o
t
a
s
e
b
a
g
a
i
P
e
r
s
e
n
t
a
s
i
d
a
r
i
G
D
P
P
e
m
b
a
g
i
a
n
d
a
l
a
m
P
D
B
1
9
9
4
(
%
)
1
9
9
5
(
%
)
1
9
9
6
(
%
)
1
9
9
7
(
%
)
1
9
9
8
(
%
)
1
9
9
9
(
%
)
2
0
0
0
(
%
)
2
0
0
1
(
%
)
2
0
0
2
(
%
)
2
0
0
3
(
%
)
2
0
0
4
(
%
)
2
0
0
5
(
E
)
(
%
)
2
0
0
6
(
P
)
(
%
)
2
0
0
7
(
P
)
(
%
)
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
1
7
1
6
1
6
1
6
1
4
1
7
2
0
2
3
1
9
2
0
2
2
2
4
2
6
2
4
-
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
1
6
1
5
1
5
1
5
1
3
1
7
1
9
2
2
1
8
1
8
2
0
2
2
2
3
2
2
-
P
r
o
v
i
n
s
i
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
2
1
-
K
a
b
u
p
a
t
e
n
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
1
5
1
4
1
4
1
5
1
5
1
6
1
6
2
5
2
0
2
2
2
2
2
4
2
6
2
4
-
R
u
t
i
n
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
8
7
8
1
0
1
0
1
1
1
3
2
0
1
5
1
5
1
6
1
8
1
8
1
7
-
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
7
6
6
5
5
5
4
5
5
7
6
6
7
7
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
1
0
9
1
0
1
1
1
2
1
3
1
3
1
9
1
3
1
4
1
4
1
6
1
6
1
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
5
5
5
7
8
9
1
1
1
6
1
1
1
0
1
1
1
3
1
2
1
1
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
6
4
5
4
4
4
2
3
2
4
3
3
4
4
P
r
o
v
i
n
s
i
2
2
2
2
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
1
1
1
1
0
1
0
1
1
1
1
1
1
1
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
1
1
1
1
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
K
a
b
u
p
a
t
e
n
2
2
2
2
2
2
3
5
5
6
6
6
7
7
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
1
1
1
1
1
2
2
4
3
4
4
4
5
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
1
1
1
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
S
a
l
d
o
2
2
2
1
-
1
1
3
-
2
-
1
-
1
0
0
0
0
-
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
p
u
s
a
t
5
5
5
4
1
4
6
3
5
5
5
6
7
7
-
P
r
o
v
i
n
s
i
-
1
-
1
-
1
-
1
0
-
1
0
-
1
-
1
-
1
0
0
0
0
-
K
a
b
u
p
a
t
e
n
-
2
-
2
-
2
-
2
-
2
-
2
-
2
-
5
-
5
-
5
-
5
-
5
-
6
-
6
P
D
B
N
o
m
i
n
a
l
(
R
p
t
r
i
l
i
u
n
)
4
0
7
4
8
5
5
8
1
7
3
5
1
0
9
6
1
2
1
9
1
0
6
6
1
3
9
0
1
6
8
4
1
8
6
3
2
0
4
6
2
2
7
3
2
7
3
0
3
3
1
6
S
u
m
b
e
r
:
P
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
174
LAMPIRAN
T
a
b
e
l
C
.
1
1
.
J
u
m
l
a
h
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
D
a
e
r
a
h
y
a
n
g
M
e
l
a
p
o
r
k
a
n
A
n
g
g
a
r
a
n
M
e
r
e
k
a
1
9
9
4
/
9
5
1
9
9
5
/
9
6
1
9
9
6
/
9
7
1
9
9
7
/
9
8
1
9
9
8
/
9
9
1
9
9
9
-
2
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
J
u
m
l
a
h
P
r
o
p
i
n
s
i
*
2
6
2
6
2
6
2
6
2
6
2
6
3
0
3
0
3
0
3
0
3
2
J
u
m
l
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
*
*
2
9
2
2
9
2
2
9
2
2
9
2
2
9
2
2
9
2
3
3
2
3
3
6
3
4
8
3
7
0
4
1
0
J
u
m
l
a
h
P
r
o
p
i
n
s
i
y
a
n
g
m
e
n
y
e
r
a
h
k
a
n
A
P
B
D
m
e
r
e
k
a
2
6
2
6
2
6
2
6
2
6
2
6
2
5
2
9
3
0
2
8
2
8
F
o
r
m
a
t
L
a
m
a
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
2
9
3
0
1
4
1
R
u
t
i
n
2
9
3
0
1
4
1
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
2
8
3
0
1
4
1
F
o
r
m
a
t
B
a
r
u
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
2
9
-
1
4
2
7
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
2
9
-
1
4
2
7
P
e
n
d
a
n
a
a
n
2
8
-
1
3
2
7
J
u
m
l
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
y
a
n
g
m
e
n
y
e
r
a
h
k
a
n
A
P
B
D
m
e
r
e
k
a
2
8
4
2
8
5
2
8
5
2
9
0
2
9
1
2
9
8
3
1
3
3
3
0
3
2
7
3
3
2
3
4
6
F
o
r
m
a
t
L
a
m
a
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
3
3
0
3
2
7
1
3
7
3
2
R
u
t
i
n
3
2
8
3
2
6
1
3
7
3
2
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
3
2
7
3
2
0
1
3
4
3
2
F
o
r
m
a
t
B
a
r
u
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
-
-
1
9
8
3
1
4
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
-
-
1
9
7
3
1
4
P
e
n
d
a
n
a
a
n
-
-
1
9
0
3
0
2
S
u
m
b
e
r
:
P
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
D
e
p
K
e
u
d
a
n
S
I
K
D
.
C
a
t
a
t
a
n
:
:
*
T
i
d
a
k
t
e
r
m
a
s
u
k
T
i
m
o
r
T
i
m
u
r
(
1
9
9
4
-
9
7
)
*
*
T
o
t
a
l
t
i
d
a
k
t
e
r
m
a
s
u
k
1
3
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
d
i
T
i
m
o
r
T
i
m
u
r
(
1
9
9
4
-
9
7
)
d
a
n
D
K
I
J
a
k
a
r
t
a
,
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
b
a
s
e
W
o
r
l
d
B
a
n
k
J
a
k
a
r
t
a
t
e
n
t
a
n
g
d
e
s
e
n
t
r
a
l
i
s
a
s
i
,
j
u
m
l
a
h
r
e
s
m
i
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
s
e
b
e
l
u
m
d
e
s
e
n
t
r
a
l
i
s
a
s
i
(
1
9
9
4
-
9
9
)
s
e
s
u
a
i
d
e
n
g
a
n
U
U
a
d
a
l
a
h
2
9
2
.
T
e
t
a
p
i
,
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
y
a
n
g
m
u
n
c
u
l
d
a
l
a
m
d
a
t
a
a
n
g
g
a
r
a
n
(
d
a
r
i
B
P
S
)
b
e
r
b
e
d
a
d
a
r
i
t
a
h
u
n
k
e
t
a
h
u
n
.
P
a
d
a
2
0
0
0
,
j
u
m
l
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
t
i
d
a
k
j
e
l
a
s
k
a
r
e
n
a
a
d
a
s
e
j
u
m
l
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
b
a
r
u
y
a
n
g
b
e
r
d
i
r
i
s
e
l
a
m
a
p
e
r
i
o
d
e
i
n
i
.
J
u
m
l
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
s
e
t
e
l
a
h
d
e
s
e
n
t
r
a
l
i
s
a
s
i
b
e
r
a
s
a
l
d
a
r
i
j
u
m
l
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
y
a
n
g
m
e
n
e
r
i
m
a
D
A
U
t
i
a
p
t
a
h
u
n
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
175
LAMPIRAN
T
a
b
e
l
C
.
1
2
.
A
n
g
g
a
r
a
n
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
P
r
o
v
i
n
s
i
(
R
p
t
r
i
l
i
u
n
)
1
9
9
4
/
9
5
1
9
9
5
/
9
6
1
9
9
6
/
9
7
1
9
9
7
/
9
8
1
9
9
8
/
9
9
1
9
9
9
-
2
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
-
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
A
s
l
i
D
a
e
r
a
h
2
,
9
7
7
3
,
8
0
8
4
,
2
8
0
4
,
6
0
6
3
,
0
7
4
4
,
3
6
4
2
,
9
6
5
1
0
,
0
0
5
1
4
,
2
3
2
1
7
,
7
9
8
2
2
,
6
9
6
-
D
a
n
a
P
e
r
i
m
b
a
n
g
a
n
6
,
0
0
0
6
,
4
0
9
7
,
0
4
3
7
,
4
4
5
5
,
4
9
2
7
,
3
2
4
5
,
8
6
3
1
4
,
4
4
7
1
6
,
6
0
7
1
8
,
8
4
3
1
9
,
8
2
3
-
B
a
g
i
H
a
s
i
l
P
a
j
a
k
4
7
5
5
7
2
7
3
1
7
7
3
1
,
0
7
1
1
,
2
7
7
5
3
0
4
,
3
4
8
5
,
1
1
9
6
,
5
4
6
8
,
7
5
9
-
B
a
g
i
H
a
s
i
l
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
S
u
m
b
e
r
D
a
y
a
A
l
a
m
2
7
5
4
1
2
4
5
4
5
0
1
8
1
1
8
9
6
7
4
7
3
,
3
6
6
3
,
9
7
2
3
,
6
0
8
2
,
8
3
3
-
S
u
b
s
i
d
i
D
a
e
r
a
h
O
t
o
n
o
m
/
S
D
O
4
,
0
0
3
4
,
1
2
8
4
,
4
3
6
4
,
5
5
5
1
,
7
9
1
2
,
2
1
8
1
,
5
7
8
0
0
0
0
-
D
a
n
a
I
n
p
r
e
s
1
,
2
4
6
1
,
2
9
8
1
,
4
2
1
1
,
6
1
6
1
,
8
1
9
2
,
9
3
3
3
,
0
0
8
0
0
0
0
-
D
A
U
0
0
0
0
0
0
0
6
,
5
7
5
7
,
3
5
4
8
,
3
4
5
8
,
2
1
7
-
D
A
K
0
0
0
0
0
0
0
1
5
8
1
6
2
3
4
4
1
3
-
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
L
a
i
n
-
l
a
i
n
2
8
4
1
3
1
4
2
2
0
5
2
1
,
0
3
3
2
,
1
3
3
3
,
0
6
2
3
,
4
8
2
T
o
t
a
l
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
9
,
0
0
5
1
0
,
2
5
8
1
1
,
3
5
4
1
2
,
0
9
3
8
,
5
8
6
1
1
,
6
9
3
8
,
8
3
0
2
5
,
4
8
5
3
2
,
9
7
2
3
9
,
7
0
3
4
6
,
0
0
1
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
-
B
a
g
i
a
n
A
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
U
m
u
m
-
-
-
-
-
-
-
6
,
7
5
9
6
,
9
7
4
6
,
5
0
6
7
,
3
4
2
-
B
a
g
i
a
n
P
e
k
e
r
j
a
a
n
U
m
u
m
-
-
-
-
-
-
-
9
8
4
1
,
0
7
1
6
4
3
7
8
7
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
-
-
-
-
-
-
-
2
1
8
2
9
1
2
8
9
2
7
0
-
B
a
g
i
a
n
K
e
s
e
h
a
t
a
n
U
m
u
m
-
-
-
-
-
-
-
1
,
1
7
7
1
,
4
4
8
1
,
3
5
9
1
,
2
4
8
-
B
a
g
i
a
n
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
d
a
n
K
e
b
u
d
a
y
a
a
n
-
-
-
-
-
-
-
5
8
0
1
,
3
5
3
7
8
5
7
9
7
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
u
m
a
h
a
n
,
T
e
n
a
g
a
K
e
r
j
a
,
d
a
n
S
o
s
i
a
l
-
-
-
-
-
-
-
3
8
8
5
4
4
7
7
6
7
2
1
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
t
a
n
i
a
n
,
K
e
h
u
t
a
n
a
n
,
P
e
r
k
e
b
u
n
a
n
,
P
e
t
e
r
n
a
k
a
n
,
P
e
r
i
k
a
n
a
n
,
d
a
n
K
o
p
e
r
a
s
i
-
-
-
-
-
-
-
6
7
7
8
0
2
9
1
4
9
6
8
-
B
a
g
i
a
n
I
n
d
u
s
t
r
i
,
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
,
d
a
n
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
-
-
-
-
-
-
-
1
5
5
2
7
1
3
3
6
2
6
6
-
P
e
n
s
i
u
n
d
a
n
B
a
n
t
u
a
n
-
-
-
-
-
-
-
8
2
2
7
2
2
9
0
-
S
u
b
s
i
d
i
p
a
d
a
D
a
e
r
a
h
B
a
w
a
h
a
n
-
-
-
-
-
-
-
2
,
4
5
8
3
,
0
2
9
5
,
8
5
4
1
0
,
9
3
0
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
L
a
i
n
-
-
-
-
-
-
-
1
,
1
8
8
1
,
7
4
8
1
,
3
2
2
4
7
5
T
o
t
a
l
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
-
-
-
-
-
-
-
1
4
,
6
6
7
1
7
,
5
5
9
1
9
,
0
1
4
2
3
,
8
0
4
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
(
K
l
a
s
i
f
k
a
s
i
E
k
o
n
o
m
i
)
-
B
e
l
a
n
j
a
P
e
g
a
w
a
i
3
,
9
8
5
4
,
2
1
6
4
,
5
3
7
4
,
7
1
1
1
,
9
3
1
2
,
3
9
5
1
,
5
3
2
5
,
8
0
5
5
,
8
2
6
6
,
6
5
9
8
,
7
8
2
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
B
a
r
a
n
g
6
3
3
7
0
2
8
3
9
9
1
5
8
9
7
1
,
2
8
4
7
9
1
2
,
6
1
1
3
,
4
1
9
2
,
7
5
3
2
,
4
1
4
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
&
P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
3
4
9
4
6
5
4
9
9
5
0
1
3
3
2
4
9
5
1
5
5
1
,
1
1
0
1
,
3
5
2
7
8
1
6
1
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
r
j
a
l
a
n
a
n
D
i
n
a
s
7
3
9
0
1
0
3
1
1
3
1
1
3
1
4
4
1
2
9
1
9
7
2
8
7
4
1
3
5
3
9
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
L
a
i
n
-
L
a
i
n
4
1
3
5
6
1
6
6
8
7
4
7
5
4
0
6
4
2
5
1
7
1
,
2
1
6
1
,
8
7
1
1
,
0
0
2
4
9
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
T
i
d
a
k
T
e
r
m
a
s
u
k
B
a
g
i
a
n
L
a
i
n
1
9
1
2
5
9
3
6
3
4
1
1
4
1
4
1
,
0
8
7
6
2
3
1
,
1
8
8
1
,
7
4
8
1
,
3
2
2
4
7
5
-
P
e
n
s
i
u
n
,
B
a
n
t
u
a
n
d
a
n
s
u
b
s
i
d
i
2
9
2
4
6
7
5
7
3
6
4
6
5
5
2
6
9
3
0
8
2
0
0
0
-
P
e
n
s
i
u
n
,
d
a
n
B
a
n
t
u
a
n
0
0
0
0
0
0
0
0
2
7
2
2
9
0
-
S
u
b
s
i
d
i
K
e
p
a
d
a
D
a
e
r
a
h
B
a
w
a
h
a
n
0
0
0
0
0
0
0
2
,
4
5
8
3
,
0
2
9
5
,
8
5
4
1
0
,
9
3
0
T
o
t
a
l
5
,
9
3
8
6
,
7
6
0
7
,
5
8
1
8
,
0
4
4
4
,
7
7
9
6
,
7
3
9
3
,
7
4
8
1
4
,
6
6
7
1
7
,
5
5
9
1
9
,
0
1
4
2
3
,
8
0
4
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
176
LAMPIRAN
(
R
p
t
r
i
l
i
u
n
)
1
9
9
4
/
9
5
1
9
9
5
/
9
6
1
9
9
6
/
9
7
1
9
9
7
/
9
8
1
9
9
8
/
9
9
1
9
9
9
-
2
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
(
1
2
S
e
k
t
o
r
)
-
S
e
k
t
o
r
A
p
a
r
a
t
u
r
N
e
g
a
r
a
1
,
0
0
3
1
,
4
1
1
1
,
8
3
3
1
,
8
3
0
1
,
1
5
4
1
,
0
9
5
7
3
3
1
,
5
8
7
3
,
5
8
5
6
,
9
8
0
5
,
0
3
9
-
S
e
k
t
o
r
P
e
r
t
a
n
i
a
n
d
a
n
K
e
h
u
t
a
n
a
n
1
0
9
1
2
4
1
5
4
1
5
1
1
6
1
2
5
8
2
9
3
5
5
1
6
8
6
7
9
9
8
5
5
-
S
e
k
t
o
r
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
d
a
n
E
n
e
r
g
i
2
1
2
6
2
4
2
1
1
0
2
2
1
9
3
6
9
8
2
4
1
1
7
6
-
S
e
k
t
o
r
I
n
d
u
s
t
r
i
,
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
,
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
U
s
a
h
a
D
a
e
r
a
h
,
d
a
n
K
e
u
a
n
g
a
n
2
1
7
1
6
9
2
1
1
2
6
3
1
3
0
3
8
6
2
9
0
7
8
7
1
,
1
9
0
6
7
0
4
5
3
-
S
e
k
t
o
r
T
e
n
a
g
a
K
e
r
j
a
1
4
1
7
2
2
2
4
1
9
2
5
1
9
6
2
9
1
1
1
3
1
7
3
-
S
e
k
t
o
r
K
e
s
e
h
a
t
a
n
,
K
e
s
e
j
a
h
t
e
r
a
a
n
S
o
s
i
a
l
,
P
e
m
b
e
r
d
a
y
a
a
n
P
e
r
e
m
p
u
a
n
,
A
n
a
k
-
a
n
a
k
,
d
a
n
P
e
m
u
d
a
1
0
8
1
4
1
1
7
8
1
5
2
1
1
1
3
6
7
5
1
9
7
6
7
1
,
1
6
6
1
,
7
1
7
1
,
9
8
7
-
S
e
k
t
o
r
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,
K
e
b
u
d
a
y
a
a
n
,
d
a
n
A
g
a
m
a
2
7
7
3
6
7
5
3
6
4
4
6
2
1
5
5
6
1
4
9
9
1
,
3
6
3
2
,
6
4
6
3
,
1
3
7
3
,
0
1
8
-
S
e
k
t
o
r
L
i
n
g
k
u
n
g
a
n
d
a
n
T
a
t
a
R
u
a
n
g
5
0
6
2
7
5
1
0
2
8
1
1
3
3
1
3
4
2
8
6
4
1
1
6
9
8
5
6
6
-
S
e
k
t
o
r
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
W
i
l
a
y
a
h
,
P
e
r
u
m
a
h
a
n
,
d
a
n
P
e
m
u
k
i
m
a
n
3
8
0
4
2
5
5
5
9
5
5
7
2
6
5
5
0
6
2
9
1
7
1
8
1
,
1
3
5
1
,
3
0
6
1
,
1
1
7
-
S
e
k
t
o
r
S
u
m
b
e
r
D
a
y
a
A
i
r
,
I
r
i
g
a
s
i
,
d
a
n
P
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
8
2
1
1
,
0
3
7
1
,
1
5
0
1
,
2
4
5
1
,
0
4
5
1
,
4
2
4
1
,
1
5
6
2
,
1
8
4
3
,
4
6
9
4
,
8
4
1
5
,
8
9
3
-
S
e
k
t
o
r
K
e
p
e
n
d
u
d
u
k
a
n
d
a
n
K
e
l
u
a
r
g
a
B
e
r
e
n
c
a
n
a
5
4
5
6
5
4
5
1
9
5
2
6
0
8
3
-
P
a
r
i
w
i
s
a
t
a
d
a
n
T
e
l
e
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
4
4
5
7
5
8
5
3
2
8
4
2
3
2
8
3
1
6
3
1
7
5
1
7
1
T
o
t
a
l
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
3
,
0
4
8
3
,
8
4
0
4
,
8
0
3
4
,
8
5
1
3
,
2
2
4
4
,
8
2
3
3
,
9
9
1
8
,
4
4
3
1
4
,
6
9
3
2
0
,
7
3
8
1
9
,
5
3
1
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
(
8
S
e
k
t
o
r
)
-
A
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
U
m
u
m
K
e
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
1
,
0
9
6
1
,
5
3
0
1
,
9
6
5
1
,
9
8
6
1
,
2
6
3
1
,
2
7
0
0
1
,
9
5
5
4
,
1
6
0
7
,
9
3
9
5
,
9
5
7
-
B
a
g
i
a
n
P
e
k
e
r
j
a
a
n
U
m
u
m
1
2
9
1
9
7
2
3
6
2
4
1
2
7
8
3
8
7
0
4
0
8
6
4
0
2
,
3
8
7
5
,
1
0
4
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
6
9
2
8
4
0
9
1
4
1
,
0
0
5
7
6
7
1
,
0
3
7
0
1
,
7
7
6
2
,
8
3
0
2
,
4
5
4
7
8
9
-
B
a
g
i
a
n
K
e
s
e
h
a
t
a
n
U
m
u
m
7
1
9
7
1
1
6
1
0
4
6
6
2
9
8
0
5
6
8
9
2
4
1
,
4
6
2
1
,
7
5
2
-
B
a
g
i
a
n
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
d
a
n
K
e
b
u
d
a
y
a
a
n
2
7
7
3
6
7
5
3
6
4
4
6
2
1
5
5
6
1
0
1
,
3
6
3
2
,
6
4
6
3
,
1
3
7
3
,
0
1
8
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
u
m
a
h
a
n
,
P
e
r
b
u
r
u
h
a
n
,
d
a
n
S
o
s
i
a
l
4
3
5
4
9
1
6
4
8
6
3
5
3
3
4
6
0
4
0
9
9
8
1
,
5
2
0
1
,
6
8
3
1
,
5
2
5
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
t
a
n
i
a
n
,
K
e
h
u
t
a
n
a
n
,
P
e
r
k
e
b
u
n
a
n
,
P
e
t
e
r
n
a
k
a
n
,
P
e
r
i
k
a
n
a
n
,
d
a
n
K
o
p
e
r
a
s
i
1
4
0
1
4
0
1
7
2
1
7
5
1
7
2
2
8
0
0
6
6
2
8
2
3
9
4
4
9
4
9
-
B
a
g
i
a
n
I
n
d
u
s
t
r
i
,
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
,
d
a
n
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
2
0
8
1
7
9
2
1
7
2
6
0
1
2
9
3
8
7
0
7
1
3
1
,
1
5
1
7
3
1
4
3
6
T
o
t
a
l
3
,
0
4
8
3
,
8
4
0
4
,
8
0
3
4
,
8
5
1
3
,
2
2
4
4
,
8
2
3
0
8
,
4
4
3
1
4
,
6
9
3
2
0
,
7
3
8
1
9
,
5
3
1
S
u
r
p
l
u
s
1
9
-
3
4
2
-
1
,
0
3
0
-
8
0
2
5
8
3
1
3
0
1
,
0
9
1
2
,
3
7
5
7
2
0
-
4
8
2
,
6
6
6
S
u
m
b
e
r
:
P
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
d
a
r
i
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
177
LAMPIRAN
T
a
b
e
l
C
.
1
3
.
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
A
n
g
g
a
r
a
n
(
R
p
t
r
i
l
i
u
n
)
1
9
9
4
/
9
5
1
9
9
5
/
9
6
1
9
9
6
/
9
7
1
9
9
7
/
9
8
1
9
9
8
/
9
9
1
9
9
9
-
2
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
-
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
A
s
l
i
D
a
e
r
a
h
1
,
2
1
9
1
,
5
1
3
1
,
7
5
7
1
,
9
6
2
2
,
3
6
2
2
,
7
9
1
2
,
6
4
0
5
,
2
6
7
7
,
4
3
9
8
,
7
0
7
1
0
,
1
3
1
-
D
a
n
a
P
e
r
i
m
b
a
n
g
a
n
8
,
3
8
8
9
,
7
1
8
1
1
,
2
6
0
1
3
,
3
7
4
1
8
,
4
0
4
2
4
,
0
8
2
2
4
,
1
1
8
7
0
,
6
0
9
8
1
,
2
1
7
9
7
,
1
5
3
1
0
1
,
9
3
5
-
B
a
g
i
H
a
s
i
l
P
a
j
a
k
1
,
3
4
9
1
,
5
4
1
1
,
9
4
0
2
,
1
2
3
2
,
4
5
9
2
,
8
7
4
2
,
7
3
1
5
,
8
4
9
7
,
5
5
1
1
0
,
2
2
8
1
3
,
7
0
6
-
B
a
g
i
H
a
s
i
l
P
e
n
e
r
i
m
a
a
n
S
u
m
b
e
r
D
a
y
a
A
l
a
m
1
7
6
2
6
7
3
0
5
3
3
0
3
8
9
5
3
4
5
3
5
8
,
5
7
5
9
,
5
6
6
1
1
,
0
6
0
8
,
7
7
3
-
S
u
b
s
i
d
i
D
a
e
r
a
h
O
t
o
n
o
m
/
S
D
O
3
,
3
7
2
4
,
1
9
7
4
,
8
8
8
5
,
9
8
7
1
0
,
5
1
9
1
4
,
1
1
8
1
3
,
6
4
8
0
0
0
0
-
D
a
n
a
I
n
p
r
e
s
3
,
4
9
0
3
,
7
1
3
4
,
1
2
7
4
,
9
3
5
5
,
0
3
7
6
,
5
5
5
7
,
1
3
8
0
0
0
0
-
D
A
U
0
0
0
0
0
0
0
5
5
,
3
0
1
6
3
,
3
7
7
7
2
,
4
1
6
7
5
,
7
9
4
-
D
A
K
0
0
0
0
0
0
0
8
8
5
7
2
3
3
,
4
4
9
3
,
6
6
1
-
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
L
a
i
n
-
l
a
i
n
6
1
7
6
1
1
9
1
3
4
6
2
2
8
0
3
4
4
2
,
8
2
2
4
,
7
2
5
9
,
3
7
6
1
0
,
0
5
5
T
o
t
a
l
P
e
n
d
a
p
a
t
a
n
9
,
6
6
9
1
1
,
3
0
7
1
3
,
1
3
6
1
5
,
4
7
1
2
0
,
8
2
8
2
7
,
1
5
3
2
7
,
1
0
2
7
8
,
6
9
9
9
3
,
3
8
1
1
1
5
,
2
3
6
1
2
2
,
1
2
1
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
-
B
a
g
i
a
n
A
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
P
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
U
m
u
m
-
-
-
-
-
-
-
1
6
,
4
3
4
1
7
,
6
1
5
2
1
,
1
7
6
2
3
,
1
7
0
-
B
a
g
i
a
n
P
e
k
e
r
j
a
a
n
U
m
u
m
-
-
-
-
-
-
-
1
,
4
2
4
2
,
0
1
5
1
,
5
8
6
1
,
3
5
7
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
-
-
-
-
-
-
-
3
0
2
4
4
9
5
5
5
5
8
3
-
B
a
g
i
a
n
K
e
s
e
h
a
t
a
n
U
m
u
m
-
-
-
-
-
-
-
3
,
1
5
0
4
,
2
3
8
4
,
5
8
4
4
,
9
7
6
-
B
a
g
i
a
n
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
d
a
n
K
e
b
u
d
a
y
a
a
n
-
-
-
-
-
-
-
2
3
,
2
2
5
2
7
,
9
7
7
3
3
,
0
1
7
3
5
,
2
0
4
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
u
m
a
h
a
n
,
T
e
n
a
g
a
K
e
r
j
a
,
d
a
n
S
o
s
i
a
l
-
-
-
-
-
-
-
3
9
8
6
0
7
8
2
5
8
7
1
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
t
a
n
i
a
n
,
K
e
h
u
t
a
n
a
n
,
P
e
r
k
e
b
u
n
a
n
,
P
e
t
e
r
n
a
k
a
n
,
P
e
r
i
k
a
n
a
n
,
d
a
n
K
o
p
e
r
a
s
i
-
-
-
-
-
-
-
1
,
0
9
5
1
,
7
5
9
2
,
1
1
4
2
,
2
6
3
-
B
a
g
i
a
n
I
n
d
u
s
t
r
i
,
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
,
d
a
n
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
-
-
-
-
-
-
-
2
5
8
3
9
1
5
5
5
5
3
3
-
P
e
n
s
i
u
n
d
a
n
B
a
n
t
u
a
n
-
-
-
-
-
-
-
8
7
7
1
1
6
6
0
-
S
u
b
s
i
d
i
p
a
d
a
D
a
e
r
a
h
B
a
w
a
h
a
n
-
-
-
-
-
-
-
8
2
7
9
5
2
4
,
9
4
3
8
,
4
7
6
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
L
a
i
n
-
-
-
-
-
-
-
1
,
9
7
0
2
,
6
6
2
2
,
6
0
7
1
,
6
8
2
T
o
t
a
l
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
5
,
0
2
7
6
,
1
7
9
7
,
2
8
9
8
,
7
3
2
1
3
,
6
9
0
1
8
,
6
9
5
1
8
,
7
7
7
4
9
,
1
7
0
5
8
,
7
3
8
7
2
,
1
2
8
7
9
,
1
1
5
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
R
u
t
i
n
(
K
l
a
s
i
f
k
a
s
i
E
k
o
n
o
m
i
)
-
B
e
l
a
n
j
a
P
e
g
a
w
a
i
3
,
3
3
7
4
,
0
1
9
4
,
6
7
7
5
,
7
4
8
1
0
,
1
6
1
1
4
,
0
9
1
1
3
,
7
6
2
3
6
,
0
9
1
3
9
,
9
8
6
4
9
,
5
8
5
5
7
,
0
9
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
B
a
r
a
n
g
5
5
8
7
5
1
9
2
8
1
,
0
5
6
1
,
3
2
8
1
,
7
2
7
1
,
8
2
3
5
,
4
0
2
7
,
6
0
0
8
,
0
5
9
7
,
5
4
7
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
O
p
e
r
a
s
i
o
n
a
l
&
P
e
m
e
l
i
h
a
r
a
a
n
1
5
8
1
9
0
2
2
6
2
4
9
2
8
7
3
5
8
3
4
1
1
,
0
8
1
1
,
5
9
6
1
,
8
0
5
1
,
7
8
0
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
r
j
a
l
a
n
a
n
D
i
n
a
s
9
5
1
2
1
1
3
5
1
4
4
1
5
8
2
0
3
8
7
9
5
5
3
9
1
2
1
,
3
8
7
1
,
5
8
5
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
L
a
i
n
-
L
a
i
n
5
3
0
6
8
5
7
9
6
8
9
5
9
8
4
1
,
1
8
1
8
5
0
3
,
1
6
0
4
,
9
5
9
3
,
5
7
6
9
5
0
-
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
T
i
d
a
k
T
e
r
m
a
s
u
k
B
a
g
i
a
n
L
a
i
n
2
5
5
3
0
0
3
7
7
4
2
7
5
1
9
7
7
5
6
5
7
1
,
9
7
0
2
,
6
6
2
2
,
6
0
7
1
,
6
8
2
-
P
e
n
s
i
u
n
,
B
a
n
t
u
a
n
d
a
n
s
u
b
s
i
d
i
9
3
1
1
4
1
4
9
2
1
3
2
5
2
3
6
1
4
6
5
0
0
0
0
-
P
e
n
s
i
u
n
,
d
a
n
B
a
n
t
u
a
n
0
0
0
0
0
0
0
8
7
7
1
1
6
6
0
-
S
u
b
s
i
d
i
K
e
p
a
d
a
D
a
e
r
a
h
B
a
w
a
h
a
n
0
0
0
0
0
0
0
8
2
7
9
5
2
4
,
9
4
3
8
,
4
7
6
T
o
t
a
l
5
,
0
2
7
6
,
1
7
9
7
,
2
8
9
8
,
7
3
2
1
3
,
6
9
0
1
8
,
6
9
5
1
8
,
7
7
7
4
9
,
1
7
0
5
8
,
7
3
8
7
2
,
1
2
8
7
9
,
1
1
5
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
178
LAMPIRAN
(
R
p
t
r
i
l
i
u
n
)
1
9
9
4
/
9
5
1
9
9
5
/
9
6
1
9
9
6
/
9
7
1
9
9
7
/
9
8
1
9
9
8
/
9
9
1
9
9
9
-
2
0
0
0
2
0
0
0
2
0
0
1
2
0
0
2
2
0
0
3
2
0
0
4
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
(
1
2
S
e
k
t
o
r
)
-
S
e
k
t
o
r
A
p
a
r
a
t
u
r
N
e
g
a
r
a
6
5
3
7
7
1
9
8
9
1
,
0
5
9
8
3
1
1
,
2
3
4
1
,
2
5
0
3
,
8
5
5
5
,
1
4
8
1
0
,
7
2
4
1
2
,
4
6
1
-
S
e
k
t
o
r
P
e
r
t
a
n
i
a
n
d
a
n
K
e
h
u
t
a
n
a
n
1
0
6
1
2
2
1
7
0
2
0
5
2
5
0
3
9
8
4
0
6
1
,
1
4
5
1
,
4
8
9
1
,
8
1
5
1
,
9
3
8
-
S
e
k
t
o
r
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
d
a
n
E
n
e
r
g
i
2
0
2
5
2
4
3
0
2
8
3
3
4
5
1
8
8
3
1
2
5
2
4
2
1
2
-
S
e
k
t
o
r
I
n
d
u
s
t
r
i
,
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
,
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
U
s
a
h
a
D
a
e
r
a
h
,
d
a
n
K
e
u
a
n
g
a
n
2
0
5
2
1
2
2
4
3
2
4
2
2
7
3
4
7
1
1
,
9
9
5
1
,
4
2
1
2
,
1
5
8
1
,
7
1
0
6
7
6
-
S
e
k
t
o
r
T
e
n
a
g
a
K
e
r
j
a
8
8
8
9
3
6
2
8
1
9
6
4
1
5
9
2
1
8
1
5
0
-
S
e
k
t
o
r
K
e
s
e
h
a
t
a
n
,
K
e
s
e
j
a
h
t
e
r
a
a
n
S
o
s
i
a
l
,
P
e
m
b
e
r
d
a
y
a
a
n
P
e
r
e
m
p
u
a
n
,
A
n
a
k
-
a
n
a
k
,
d
a
n
P
e
m
u
d
a
2
3
7
2
6
2
3
1
4
3
9
3
3
7
7
4
2
4
4
5
1
1
,
4
5
4
1
,
8
6
9
3
,
2
9
1
3
,
4
5
3
-
S
e
k
t
o
r
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
,
K
e
b
u
d
a
y
a
a
n
,
d
a
n
A
g
a
m
a
7
2
7
7
7
0
8
3
9
1
,
0
1
4
1
,
0
4
2
1
,
1
6
6
1
,
0
6
0
3
,
0
1
7
4
,
6
0
0
5
,
3
2
8
4
,
6
0
1
-
S
e
k
t
o
r
L
i
n
g
k
u
n
g
a
n
d
a
n
T
a
t
a
R
u
a
n
g
1
8
7
2
0
5
2
2
3
2
5
7
2
2
8
4
6
4
4
0
8
6
7
2
1
,
2
6
6
1
,
2
5
3
1
,
1
3
1
-
S
e
k
t
o
r
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
W
i
l
a
y
a
h
,
P
e
r
u
m
a
h
a
n
,
d
a
n
P
e
m
u
k
i
m
a
n
6
8
3
7
8
7
8
6
9
1
,
2
6
0
1
,
4
6
1
1
,
7
4
0
2
,
3
0
6
3
,
4
2
4
4
,
5
4
6
4
,
3
8
6
2
,
4
3
5
-
S
e
k
t
o
r
S
u
m
b
e
r
D
a
y
a
A
i
r
,
I
r
i
g
a
s
i
,
d
a
n
P
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
1
,
7
4
3
2
,
0
3
0
2
,
2
5
5
2
,
3
5
4
1
,
9
2
4
2
,
3
5
4
2
,
6
9
4
6
,
8
1
0
9
,
0
9
4
1
3
,
3
1
5
1
2
,
2
7
0
-
S
e
k
t
o
r
K
e
p
e
n
d
u
d
u
k
a
n
d
a
n
K
e
l
u
a
r
g
a
B
e
r
e
n
c
a
n
a
1
3
1
5
1
6
3
1
3
6
4
4
3
0
6
1
1
2
2
1
8
6
2
5
8
-
P
a
r
i
w
i
s
a
t
a
d
a
n
T
e
l
e
k
o
m
u
n
i
k
a
s
i
9
1
4
5
5
6
6
2
5
8
1
5
2
1
4
1
3
4
4
3
8
8
4
0
1
2
5
8
T
o
t
a
l
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
4
,
6
7
4
5
,
2
5
2
6
,
0
0
7
6
,
9
1
7
6
,
5
4
3
8
,
5
0
8
1
0
,
8
0
4
2
2
,
4
5
4
3
1
,
1
5
0
4
3
,
1
5
1
3
9
,
8
4
4
P
e
n
g
e
l
u
a
r
a
n
P
e
m
b
a
n
g
u
n
a
n
(
8
S
e
c
t
o
r
)
-
A
d
m
i
n
i
s
t
r
a
s
i
U
m
u
m
K
e
p
e
m
e
r
i
n
t
a
h
a
n
9
3
2
1
,
0
2
1
1
,
2
6
8
1
,
3
7
8
1
,
1
1
7
1
,
8
5
0
0
4
,
8
7
1
6
,
8
0
1
1
2
,
5
1
9
1
4
,
1
4
8
-
B
a
g
i
a
n
P
e
k
e
r
j
a
a
n
U
m
u
m
4
6
6
6
7
6
8
9
7
6
1
3
6
0
7
5
5
1
,
1
1
5
7
,
4
8
8
1
0
,
6
6
9
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
h
u
b
u
n
g
a
n
1
,
6
9
7
1
,
9
6
4
2
,
1
7
9
2
,
2
6
5
1
,
8
4
8
2
,
2
1
8
0
6
,
0
5
6
7
,
9
7
9
5
,
8
2
7
1
,
6
0
1
-
B
a
g
i
a
n
K
e
s
e
h
a
t
a
n
U
m
u
m
2
0
6
2
2
9
2
7
1
3
2
3
2
7
8
2
7
2
0
1
,
2
3
7
1
,
4
8
7
2
,
8
8
9
3
,
1
3
2
-
B
a
g
i
a
n
P
e
n
d
i
d
i
k
a
n
d
a
n
K
e
b
u
d
a
y
a
a
n
7
2
7
7
7
0
8
3
9
1
,
0
1
4
1
,
0
4
2
1
,
1
6
6
0
3
,
0
1
7
4
,
6
0
0
5
,
3
2
8
4
,
6
0
1
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
u
m
a
h
a
n
,
P
e
r
b
u
r
u
h
a
n
,
d
a
n
S
o
s
i
a
l
7
3
5
8
4
3
9
3
6
1
,
3
7
0
1
,
6
3
2
1
,
9
6
4
0
3
,
7
6
5
5
,
2
0
9
5
,
0
7
1
2
,
9
2
4
-
B
a
g
i
a
n
P
e
r
t
a
n
i
a
n
,
K
e
h
u
t
a
n
a
n
,
P
e
r
k
e
b
u
n
a
n
,
P
e
t
e
r
n
a
k
a
n
,
P
e
r
i
k
a
n
a
n
,
d
a
n
K
o
p
e
r
a
s
i
1
4
1
1
3
4
1
7
9
2
1
6
2
6
5
4
2
3
0
1
,
2
5
9
1
,
7
6
5
2
,
0
2
2
2
,
0
7
8
-
B
a
g
i
a
n
I
n
d
u
s
t
r
i
,
P
e
r
d
a
g
a
n
g
a
n
,
d
a
n
P
e
r
t
a
m
b
a
n
g
a
n
1
9
1
2
2
5
2
5
8
2
6
1
2
8
5
4
7
9
0
1
,
4
9
4
2
,
1
9
4
2
,
0
0
8
6
9
0
T
o
t
a
l
9
3
2
1
,
0
2
1
1
,
2
6
8
1
,
3
7
8
1
,
1
1
7
1
,
8
5
0
0
4
,
8
7
1
6
,
8
0
1
1
2
,
5
1
9
1
4
,
1
4
8
S
u
r
p
l
u
s
0
0
0
0
0
0
0
7
,
0
7
4
3
,
4
9
3
-
4
4
3
,
1
6
2
S
u
m
b
e
r
:
P
e
r
k
i
r
a
a
n
s
t
a
f
B
a
n
k
D
u
n
i
a
b
e
r
d
a
s
a
r
k
a
n
d
a
t
a
d
a
r
i
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
179
LAMPIRAN
Tabel C.14. Pemetaan Sektoral PER untuk Pengeluaran Pembangunan dan Rutin
Kategori Sektor
Dalam Laporan Ini
Sektor dalam APBN/sub-sektor
dan kode nomor untuk belanja
pembangunan dan rutin
Sektor dalam Database
Anggaran Pembangunan
Daerah (Berdasarkan
Klasifkasi 12 Sektor, kecuali
dinyatakan lain)
Sektor dalam Database
Anggaran Rutin Daerah
(Berdasarkan Klasifkasi 8
Sektor kecuali dinyatakan
lain)
Pertanian Sektor Pertanian dan Kehutanan
(kode sektor 2).
Sektor Pertanian dan Kehutanan
(kode sektor 02).
Bagian Pertanian, Kehutanan,
Perkebunan, Peternakan,
Perikanan , dan Koperasi (Kode
Bagian 208).
Pendidikan Sektor Pendidikan, Kebudayaan, dan
Agama, pemuda & olahraga (diluar
11.3 dan 11.4) (kode sektor 11),
Pendidikan Agama (kode sektor 15.2)
Sektor Pendidikan, Kebudayaan,
dan Agama (kode sektor 07).
Bagian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kode Bagian 206).
Kesehatan Sub sektor kesehatan (kode sektor
13.2)
Bagian Kesehatan Umum
(Berdasarkan Klasifkasi 8 Sektor)
(kode sektor 205).
Bagian Kesehatan Umum (Kode
Bagian 205).
Pertambangan Sub-sektor pertambangan (kode
sektor 7.1)
Sub-sektor Pertambangan
dan Energi (kode sektor 03),
Angka untuk 2004 diperkirakan
menggunakan data pada 2003.
Sub-Bagian Pertambangan (Kode
Bagian 20903), angka untuk 2004
diperkirakan menggunakan data
untuk pertambangan dalam
Sektor industri, perdagangan
dan pertambangan pada2002
(Kode Bagian 209)
Sektor Perdagangan,
Pembangunan Usaha,
Keuangan, dan Koperasi
Sektor Perdagangan, Pembangunan
Usaha, Keuangan, dan Koperasi (kode
sektor 5)
Sektor Industri, Perdagangan,
Pembangunan Usaha Daerah,
dan Keuangan (kode sektor 04).
ndustri (Kode Bagian 20901);
Perdagangan (Kode Bagian
20902). Angka untuk 2004
diperkirakan menggunakan data
pada sub-sektor ini untuk 2002.
Sektor Aparatur Negara dan
Pengawasan
Sektor Aparatur Negara dan
Pengawasan (kode sektor 18)
Sektor Aparatur Negara (kode
sektor 01).
Bagian Administrasi
Pemerintahan Umum Pemerintah
(Kode Bagian 202) (dikurangi
komponen Lingkungan sesuai
pembagiannya pada 2002)..
Sektor Tenaga Kerja Sektor Tenaga Kerja (kode sektor 4) Sektor Tenaga Kerja (kode sektor
05).
Sub-sektor Tenaga Kerja (Kode
Bagian 20703).
Sektor Pertahanan &
Keamanan
Sektor Pertahanan & Keamanan (kode
sektor 20)
Tidak ada. Tidak ada.
Lingkungan dan Tata Ruang Lingkungan dan Tata Ruang (kode
sektor 10)
Sektor Lingkungan dan
Perencanaan Tata Ruang (kode
sektor 08).
Bagian Lingkungan (Kode Bagian
20211), Angka untuk 2004
diperkirakan menggunakan
data anggaran sub-Bagian pada
2002.
Infrastruktur Sektor Irirgasi(kode: 3) sub-sektor
infrastruktur jalan(kode: 6.1), sub-
sektor transportasi darat (kode:
6.2), sub-sektor transportasi laut
(kode: 6.3), sub-sektor transportasi
udara (kode: 6.4), sub-sektor energi
(7.2), sub-sektor energi (8.2), sektor
perumahan & pemukiman (kode: 14),
seb-sektor pembangunan daerah
(kode: 9.1)
Sektor Pengembangan Wilayah,
Perumahan, dan Pemukiman
(kode sektor 09); Sektor Air
Bersih, Irigasi, dan Transportasi
(kode sektor 10); Sub-sektor
Telekomunikasi (kode sektor 082);
Sektor Pertambangan dan Energi
(data untuk 2004 diperkirakan
menggunakan data tahun 2003).
Bagian Pekerjaan Umum (Kode
Bagian 203), Bagian Perhubungan
(Kode Bagian 204), Pemukiman
Penduduk (Kode Bagian 20704).
Lain-lain Industrial (1), sub-sektor kesejahteraan
sosial (kode: 13.1), sub-sektor peranan
perempuan, anak dan Pemuda
(kode: 13.3), Sektor kependudukan
dan keluarga berencana (kode: 12),
sub-sektor pelayanan agama (kode:
15.1), sektor Iptek (kode: 16), Sektor
hukum (kode: 17), politik, luar negeri,
informasi & komunikasi (kode: 19),
sub-sektor pariwisata (kode: 8.1), sub-
sektor meteorologi, geofsika, dan SAR
(kode: 6.5), sub-sektor transmigrasi
(kode: 9.2)
Residu Sektor Kesehatan (kode
sektor 06 dikurangi kode 205);
Sub-sektor Pariwisata (kode
sektor 11).
Urusan Sosial (Bagian code
20701), Subsidi kepada Daerah
(Kode Bagian 309), Pengeluaran
rutin yang lain (Kode Bagian
399), Pensiun dan Bantuan (Kode
Bagian 308).
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
180
LAMPIRAN
Seksi C.15. Mengelola Rekening of budget dan Pengaturan Anggaran
Penyaluran dana antara, Pertamina, dan PLN tidak berjalan dengan efsien dalam pelaksanaan anggaran.
Berdasarkan peraturan pemerintah, pemerintah pusat harus menyalurkan dana subsidi BBM kepada Pertamina setiap
bulan. Sistem yang berlaku sekarang diharapkan mampu meningkatkan situasi arus keuangan Pertamina, karena
Pertamina menerima 70 persen subsidi anggaran setiap kwartal berdasarkan sistem yang lama. Akan tetapi, sejak
akhir Agustus 2006, hanya Rp 4.7 triliun (9 persen dari subsidi anggaran BBM) dari subsidi BBM yang disalurkan ke
Pertamina. Berikut adalah alasan atas terjadinya kelambatan penyaluran dana:
- Pertamina masih berhutang kepada pemerintah: Hutang Pertamina mencapai jumlah yang snagat besar
sampai akhir 2005 termasuk dividen yang belum dibayarkan, pendapatan pajak non-migas. Oleh karena itu,
pemerintah enggan untuk membayar subsidi BBM tepat waktu;
- Sistem penyelesaian hutan yang rumit antara pemerintah, Pertamina, dan PLN (Diagram G.1): Pemerintah
harus membayar subsidi listrik kepada PLN, sementara PLN berhutang kepada Pertamina. Hubungan antara ke 3
stakeholders ini menyebabkan pembayaran subsidi menjadi rumit.
- Penundaan penerbitan Keputusan: Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral tentang patokan
harga minyak untuk anggaran 2006 dikeluarkan pada 18 Juli. Karena Keputusan ini diperlukan oleh DepKeu untuk
menghitung besarnya subsidi BBM, penundaan penerbitan SK itu menyebabkan penundaan pembayaran.
Diagram C.15.1. Transaksi Keuangan antara Pemerintah, Pertamina, dan PLN
Pemerintah
Pertamina PLN
Subsidi
Listrik
Subsidi
BBM
Pendapatan
dividends
dividends
Pasokan Listrik
Pembayaran Listrik
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
181
LAMPIRAN
Lampiran D. Lintas Sektoral
Tabel D.1. Distribusi Pengeluaran Nasional Berdasarkan Sektor
(Current price, Rp milyar) 2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007**
Pertanian 6,276 7,613 10,701 10,992 11,883 18,170 21,215
Pendidikan 40,451 48,167 64,788 63,064 79,672 120,243 134,629
Kesehatan 9,252 11,004 16,014 16,704 21,850 31,222 35,615
Pertambangan 618 708 878 985 1,066 1,208 1,690
Perdagangan, NBD, FCS
(termasuk pembayaran bunga utang &
subsidi)
192,773 148,813 150,580 191,435 234,922 277,910 295,266
Aparatur Negara & Pengawasan 31,678 35,064 52,703 55,591 66,510 106,777 107,675
Sektor Tenaga Kerja 606 957 1,499 1,481 1,379 2,383 2,523
Pertahanan & Keamanan 16,521 21,419 26,975 29,466 32,399 45,084 54,910
Lingkungan dan Rencana Tata Ruang 2,043 2,567 3,331 3,073 3,352 7,279 8,385
Infrastruktur 32,412 35,258 51,678 44,888 54,617 77,835 84,769
Lain-lain 20,932 26,055 26,221 27,617 28,597 36,776 38,739
Total Nasional 352.8 336.4 405.4 445.3 535.8 719.3 778.2
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Data DepKeu dan SIKD .
Catatan: * berdasarkan anggaran pusat dan estimasi alokasi daerah . Pengeluaran pusat are defned herein as termasuk pengeluaran by
pemerintah tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota .
Tabel D.2. Distribusi Pengeluaran Nasional Berdasarkan Sektor
(% of Nasional expenditure)
2001
(%)
2002
(%)
2003
(%)
2004
(%)
2005
(%)
2006*
(%)
2007**
(%)
Pertanian 1.8 2.3 2.6 2.5 2.2 2.6 2.7
Pendidikan 11.4 14.3 16.0 14.2 14.9 17.2 17.1
Kesehatan 2.6 3.3 4.0 3.8 4.1 4.5 4.5
Pertambangan 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2 0.2
Perdagangan, NBD, FCS
(termasuk pembayaran bunga utang &
subsidi)
54.5 44.1 37.1 43.0 43.8 39.8 37.6
Aparatur Negara & Pengawasan 9.0 10.4 13.0 12.5 12.4 15.3 13.7
Sektor Tenaga Kerja 0.2 0.3 0.4 0.3 0.3 0.3 0.3
Pertahanan & Keamanan 4.7 6.3 6.7 6.6 6.0 6.5 7.0
Lingkungan dan Rencana Tata Ruang 0.6 0.8 0.8 0.7 0.6 1.0 1.1
Infrastruktur 9.2 10.4 12.7 10.1 10.2 11.1 10.8
Lain-lain 5.9 7.7 6.5 6.2 5.3 5.3 4.9
Total Nasional 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Data DepKeu dan SIKD .
Catatan: * berdasarkan anggaran pusat dan estimasi alokasi daerah . Pengeluaran pusat ditentukan di sini dengan meliputi pengeluaran
pemerintah tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota .
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
182
LAMPIRAN
Tabel D.3. Distribusi Pengeluaran Nasional (tingkat pertumbuhan tahunan) Berdasarkan Sektor
2002
(%)
2003
(%)
2004
(%)
2005
(%)
2006*
(%)
2007**
(%)
2002-05
(%)
2005-07
(%)
Pertanian 8 32 -3 -2 36 10 35 49
Pendidikan 6 26 -8 14 34 5 41 41
Kesehatan 6 37 -2 18 27 7 69 36
Pertambangan 2 16 6 -2 0 32 23 32
Perdagangan, NBD, FCS
(termasuk pembayaran bunga utang &
subsidi )
-31 -5 20 11 5 0 -13 5
Aparatur Negara & Pengawasan -1 41 -1 8 42 -5 50 35
Sektor Tenaga Kerja 41 47 -7 -16 53 0 63 53
Pertahanan & Keamanan 16 18 3 0 23 15 40 41
Lingkungan dan Rencana Tata Ruang 12 22 -13 -1 92 8 17 109
Infrastruktur -3 38 -18 10 26 3 20 29
Lain-lain 11 -6 -1 -6 14 -1 -2 13
Total Nasional -15 13 3 9 15.52 6 8 22
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Data DepKeu dan SIKD .
Catatan: * berdasarkan anggaran pusat dan estimasi alokasi daerah. Pengeluaran pusat ditentukan di sini dengan meliputi pengeluaran pemer-
intah tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota .
Tabel D.4. Distribusi Persentase Perubahan Tahunan Berdasarkan Sektor
2001-02
(%)
2002-03
(%)
2003-04
(%)
2004-05
(%)
2005-06*
(%)
2006-07**
(%)
Pertanian 0.1 0.7 -0.1 -0.1 0.8 0.3
Pendidikan 0.7 3.7 -1.3 2.0 5.0 0.9
Kesehatan 0.2 1.2 -0.1 0.7 1.1 0.3
Pertambangan 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.1
Perdagangan, NBD, FCS
(termasuk pembayaran bunga utang &
subsidi )
-16.9 -2.2 7.3 4.8 2.1 0.0
Aparatur Negara & Pengawasan -0.1 4.3 -0.1 1.0 5.3 -0.8
Sektor Tenaga Kerja 0.1 0.1 0.0 -0.1 0.1 0.0
Pertahanan & Keamanan 0.7 1.2 0.2 0.0 1.4 0.9
Lingkungan dan Rencana Tata Ruang 0.1 0.2 -0.1 0.0 0.6 0.1
Infrastruktur -0.3 3.9 -2.3 1.0 2.7 0.3
Lain-lain 0.7 -0.4 -0.1 -0.4 0.7 0.0
Total Nasional -14.6 12.6 3.4 9.0 19.8 2.1
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Data DepKeu dan SIKD .
Catatan: Perubahan tahunan ditimbang berdasarkan anggaran sektoral keseluruhan pada tahun sebelumnya.
* Berdasarkan penentuan anggaran pusat dan estimasi alokasi anggaran daerah .
Pengeluaran pusat ditentukan di sini dengan meliputi pengeluaran pemerintah tingkat pusat, provinsi, dan kabupaten/kota .
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
183
LAMPIRAN
Tabel D.5. Pengeluaran Antar-Pemerintah dalam Pembiayaan Sektoral di Pusat
Sektor
2001 2002 2003 2004 2005 2006* 2007**
(%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)
Pusat 3.0 3.1 5.1 5.0 5.0 8.3 10.1
Provinsi 1.2 1.4 1.7 1.8 2.0 2.8 3.1
Kabupaten/kota 2.1 3.1 3.9 4.2 4.9 7.0 8.0
Pendidikan 40.5 48.2 64.8 63.1 79.7 120.2 134.6
Pusat 14.1 14.7 22.5 19.4 28.3 46.8 50.9
Provinsi 1.3 2.7 3.9 3.8 4.4 6.2 6.9
Kabupaten/kota 25.1 30.7 38.3 39.8 46.9 67.2 76.9
Kesehatan 9.3 11.0 16.0 16.7 21.9 31.2 35.6
Pusat 3.1 2.9 5.7 5.6 8.9 12.8 14.8
Provinsi 1.7 2.4 2.8 3.0 3.6 5.0 5.5
Kabupaten/kota 4.4 5.7 7.5 8.1 9.3 13.4 15.3
Pertambangan 0.6 0.7 0.9 1.0 1.1 1.2 1.7
Pusat 0.4 0.4 0.5 0.7 0.7 0.7 1.1
Provinsi 0.1 0.1 0.3 0.2 0.3 0.4 0.4
Kabupaten/kota 0.1 0.1 0.1 0.1 0.1 0.2 0.2
Sektor, Pengembangan Pusat Bisnis, Keuangan,
dan Koperasi
192.8 148.8 150.6 191.4 234.9 277.9 295.3
Pusat 192.0 147.6 148.2 190.3 232.8 274.9 291.9
Provinsi 0.8 1.2 0.7 0.5 0.7 0.9 1.1
Kabupaten/kota 0.0 0.0 1.7 0.7 1.4 2.1 2.4
Sektor Aparatur Negara dan Pengawasan 31.7 35.1 52.7 55.6 66.5 106.8 107.7
Pusat 4.0 4.3 7.5 7.7 11.2 28.2 18.5
Provinsi 7.8 8.5 13.4 12.3 14.9 20.7 23.0
Kabupaten/kota 19.9 22.3 31.8 35.5 40.4 57.9 66.2
Sektor Tenaga Kerja 0.6 1.0 1.5 1.5 1.4 2.4 2.5
Pusat 0.2 0.3 0.8 0.6 0.5 1.1 1.1
Provinsi 0.2 0.3 0.3 0.4 0.4 0.6 0.6
Kabupaten/kota 0.2 0.3 0.4 0.5 0.5 0.7 0.8
Sektor Pertahanan dan Keamanan 15.8 19.4 27.0 29.5 32.4 45.1 54.9
Pusat 15.8 19.4 27.0 29.5 32.4 45.1 54.9
Provinsi . . . . . . .
Kabupaten/kota . . . . . . .
Lingkungan dan Rencana Tata Ruang 2.0 2.6 3.3 3.1 3.4 7.3 8.4
Pusat 1.0 0.8 1.2 1.2 1.0 4.0 4.6
Provinsi 0.3 0.5 0.7 0.6 0.8 1.1 1.2
Kabupaten/kota 0.7 1.3 1.3 1.2 1.5 2.2 2.5
Infrastruktur 32.4 35.3 51.7 44.9 54.6 77.8 84.8
Pusat 17.4 14.5 23.8 19.4 23.0 32.9 33.8
Provinsi 3.7 5.5 7.4 8.3 9.0 12.6 14.0
Kabupaten/kota 11.3 15.2 20.5 17.1 22.6 32.4 37.0
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Data DepKeu dan SIKD .
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
184
LAMPIRAN
Lampiran E Pendidikan
Seksi E.1. Estimasi Pengeluaran Sektor Pendidikan
Perkiraan pengeluaran yang dilaporkan didasarkan pada panel data yang berasal dari 46 negara berkembang
mulai 19722000. Data anggaran berasal dari Dana Moneter Internasional (IMF) dan Statistik Keuangan Negara.
Karakteristik negara yang tidak terobservasi tidak dikontrol karena, tujuan latihan ini adalah untuk menghitung nilai
pengeluaran pendidikan dengan mempertimbangkan sejumlah karakteristik ekonomi dan geografs. Kontrol untuk
terhadap hal-hal spesifk dari suatu negara akan memberikan suatu pengharapan dengan mempertimbangkan riwayat
(dan dimensi yang tidak teramati lainnya) tingkat pengeluaran suatu negara untuk sektor pendidikan. Spesifkasi
dampak pasti yang mengontrol karakteristik yang takteramati dari suatu negara menimbulkan tingkat prediksi yang
lebih rendah (perkiraan pengeluaran pendidikan sekitar 12 persen dari anggaran yang terkonsolidasi).
Spesifkasi yang digunakan adalah:
) Re (
, 4 3 , 2 , 1 0 , t i i i t i t i t i
u gion dev X Dec G Comp + + + + + =
) Re (
4 3 , 2 , 1 0 , i i t i t i t i
gion dev X Dec G omp C + + + + =
Di mana:
G(.): menunjukkan fungsi transformasi yang diterapkan pada modul mengingat karakteristik dari empat variabel tak
bebas (G(x) = log(x/1-x)).
Comp: adalah rasio Pengeluaran Sektor Pendidikan terhadap total pengeluaran publik.
X: adalah sejumlah variabel pengontrol, yang meliputi jumlah penduduk, kepadatan penduduk, GDP per kapita, tata
cara desentralisasi fskal (anggaran pengeluaran daerah ), dan keseimbangan anggaran.
Dev: Slope dummy yang merupakan (DEC * Industrialized Dummy) yang diperkenalkan pada model untuk
memperhitungkan dampak yang berbeda dari desentralisasi tergantung pada tingkat pembangunan ekonomi.
Region: Regional dummies (LAC, MENA, NA, EASA, Sub-Saharan, relative to ECA)
Catatan: Metodologi ini juga merujuk Arze, Martinez-Vazquez, dan McNab 2005.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
185
LAMPIRAN
Seksi E.2. Perhitungan Tingkat Pengembalian Sosial terhadap Investasi dalam Pendidikan
Tabel E.2.1 Rata-rata Pendapatan Tahunan pada Kelompok Umur yang Berbeda (Rp 000)
Age Groups
Tingkat Pendidikan
<14
(1)
15-20
(2)
21-30
(3)
31-40
(4)
41-50
(5)
51-60
(6)
61-70
(7)
Jumlah Sekolah 2,665 4,328 4,655 4,983 4,892 4,406 3,545
SD 4,211 4,790 5,978 6,750 7,182 7,955 5,985
SMP 4,346 5,474 7,292 8,387 10,216 10,562 8,068
SMA Umum --- 7,408 8,374 12,088 16,193 18,983 12,114
Sumber: Survei Nasional Tenaga kerja (Sakernas) 2006.
Data mengenai upah untuk tiap jenjang pendidikan dan kelompok umur dihitung berdasarkan Survei
Tenaga Kerja Nasional (Sakernas) yang dikeluarkan pada Februari 2006. Data ini meliputi 178.228 individu
yang menerima gaji dan upah uang. Perbedaan upah bersih untuk setiap kelompok ditentukan sebagai perbedaan
upah karena tingkat pendidikan, dan upah rata-rata pada jenjang pendidikan yang lebih rendah. Misalnya, diferensial
bersih untuk lulusan SD, sama dengan perbedaan antara upah rata-rata seseorang yang berpendidikan dengan yang
tidak berpendidikan (atau Rp 4.211 Rp 2.665 = Rp 1.546). Perhitungan upah bersih dari diferensial upah bersih
untuk dengan masa kerja selama 50 tahun (mulai umur 15 tahun sampai 65 tahun). Angka ini menunjukkan adanya
manfaat sosial dalam analisis manfaat atas pengeluaran untuk pendidikan.
103
Kehilangan upah dan gaji sama dengan
75 persen dari pendapatan individu dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah. Angka 75 persen itu digunakan
untuk melakukan penyesuaian persentase waktu yang digunakan anak-anak untuk bersekolah setiap (secara teknis
siswa dapat bekerja penuh waktu dari sisa waktu 25 persen untuk tahun tersebut).
Tabel E.2.2 Biaya Investasi : Boaya Langsung dan Tidak Langsung untuk Pendidikan
Kehilangan
Pendapatan
(1)
Biaya
Langsung
(2)
Total Biaya
Tahunan (3)
Total Biaya selama
Waktu Penuh (4)
SD 3,246 2,880 6,126 36,754
SMP umum - 3,593 4,301 7,894 22,682
SMA umum 4,106 5.143 9,250 27,749
Sumber:estimasi staf Bank Dunia.
Biaya langsung untuk menyediakan layanan pendidikan di setiap jenjang merupakan biaya agregat dari unit
biaya yang disebabkan di setiap jenjang sekolah dan biaya yang dikeluarkan di setiap tingkat pemerintahan
untuk mengurus seluruh keperluan administrasi pendidikan. Satuan biaya yang digunakan dalam perhitungan
ini dapat dilihat pada Tabel A2.3. Angka-angka ini diambil dari survei untuk 2.016 sekolah mulai dari Sekolah Dasar,
Madrasah Ibtidaiyah, Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah, Sekolah Menengah Atas , Madrasah Aliyah
(Islamic Sekolah Menengah Atas), dan SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) di 56 kabupaten/kota dan 15 provinsi di
Indonesia.
104
Unit biaya di setiap jenjang meliputi gaji guru; pembelian peralatan ruang kelas; membangun gedung
sekolah serta biaya dikeluarkan untuk mendanai kegiatan yang tidak secara langsung terkait dengan proses belajar,
tetapi mendukung kegiatan operasional sekolah, seperti: gaji kepala sekolah dan staf administrasi; pembelian peralatan
sekolah dan keperluan kecil untuk kepala sekolah dan staf administrasi; dan pengembangan dan pemeliharaan
gedung untuk kepala sekolah dan staf administrasi.
103 Diakui ini memang defnisi yang sempat mengenai manfaat. Metodologi yang lain meliputi defnisi manfaat dengan mencakup manfaat non-
pasar dari pendidikan; seperti manfaat bagi kelembagaan negara; kesehatan swasta dan publik, dan terhadap tingkat fertilitas dan /atau balikan
terhadap penerimaan tidak langsung di sektor ekonomi; misalnya, karena perusahaan tertarik selalu mencari tenaga kerja terampil dan lingkungan
yang baik yang berdampak pada pertumbuhan (untuk diskusi lebih lanjut mengenai jenis perkiraan ini, silakan lihat McMahon dan Appiah, 2001).
104 Survei ini dilaksanakan untuk Departemen Pendidikan Nasional, didanai oleh UNESCO, di bawah pimpinan Abbas Ghozali. Lihat Ghozali 2005.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
186
LAMPIRAN
Biaya per tahun untuk setiap siswa untuk menyediakan layanan pendidikan sama dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan (Kolom 1 pada Tabel A2.2) dan biaya langsung (Kolom 2 pada Tabel A2.2). Untuk menemukan seluruh
biaya investasi untuk setiap jenjang pendidikan untuk mendidik setiap individu, total biaya kali jumlah tahun yang
diperlukan untuk setiap jenjang; yaitu, SD (6 tahun), SMP (3 tahun ), dan SMA (3 tahun ).
Tabel E.2.3 Unit Biaya Pendidikan Berdasarkan Jenjang Pendidikan dan Unit Pengeluaran (Rp 000)
Primary Junior High Senior High
Sekolah 1,864 2,771 3,612
Kecamatan 57 0 0
Kabupaten/kota 170 153 125
Provinsi 159 141 117
Pemerintah pusat 54 376 261
Total 2,304 3,441 4,115
Sumber: Ghozali 2005 Bab 5 Hasil dan Pembahasan, p. 83. Tingkat Infasi 2005=10.5 persen 2006= 12.8persen .
Keterbatasan dan Penelitian di Masa Depan
Perlu diperhatikan bahwa beberapa studi tentang dampak pendidikan terhadap tingkat balikan sosial
menunjukkan angka signifkan yang berbeda. Sebuah studi yang baru-baru ini dilaksanakan UNESCO (2007),
misalnya, melaporkan bahwa nilai balikan untuk pendidikan dasar sebesar 27 persen di wilayah pedesaan, dan 5
persen di wilayah perkotaan. Beberapa studi mengenai tingkat balikan ini meliputi balikan sektor swasta dari tingkat
pendidikan dalam bentuk kenaikan pendapatan. Estimasi ini sesuai dengan perhitungan regresi menggunakan
logaritma alami untuk pendapatan sebagai variabel tidak bebasnya, dan tahun sekolah dan potensi masa kerja di
pasaran sebagai variabel bebas. Para penulis untuk bidang ini sering memberinya label koefsi balikan terhadap
pendidikan, di mana hal ini merupakan dampak upah marjinal, dan bukan sebagai balikan terhadap investasi dalam
pendidikan. Nosi mengenai istilah balikan perlu mempertimbangkan biaya pendidikan, baik untuk sektor swasta
maupun publik, dan menghubungkan biaya ini terhadap dampak upah. (Psacharopoulos 1994, p. 1326).
Data yang dilaporkan dalam estimasi itu tidak mencakup manfaat non-pasar (dampak terhadap kesehatan,
usia harapan hidup, pertumbuhan penduduk, dsb.) atau dampak balikan externalities (manfaat ekonomi dari keluaran
pendidikan sebelumnya, seperti dampak pendidikan terhadap ekonomi melalui demokratisasi, stabilitas politik, dsb.).
Jelas bahwa kedua hal ini merupakan bagian dari manfaat sosial dari pendidikan. Seperti yang disampaikan oleh
McMahon (2006) nilai tambah manfaat non-pasar diperkirakan oleh Wolfe dan Zuvekas (1997) yang hampir sama
dengan nilai balikan pasar berdasarkan biaya untuk menghasilkan keluaran yang sama dengan cara yang lain. Ini
berarti bahwa estimasi tingkat balikan dalam laporan ini mungkin jauh lebih rendah daripada yang total nilai balikan
pembangunan ekonomi sebenarnya dari investasi di sektor pendidikan. Poin tambahan yang perlu diperhatikan
adalah bahwa, Survei Tenaga Kerja Nasional melaporkan pendapatan dari pasar tenaga kerja yang terorganisir.
Beberapa penelitian menunjukkan adanya kebutuhan untuk menggunakan keluaran riil (jumlah padi yang dihasilkan)
untuk mengukur pendapatan riil petani, sebagai perbandingan dengan upah pekerja di wilayah perkotaan. Jamison,
misalnya, menyimpulkan bahwa pertanian meliputi peningkatan produktivitas rata-rata sebesar 7.4 persen sebagai
akibat dari petani yang mampu menyelesaikan jenjang sekolah dasar yang juga dengan sendirinya meningkatkan
nilai balikan dari pendidikan.
Dengan memperhatikan beberapa pertimbangan yang dibahas di atas, kita dapat meningkatkan nilai balikan
pendidikan seperti yang dilaporkan dalam bentuk persentase sesuai dengan banyak dampak yang terkait di
dalamnya, metodologi yang digunakan, dan asumsi yang dibuat. Estimasi yang disampaikan di sini merupakan
hasil dari sebuah metodologi yang meliputi biaya pendidikan oleh sektor swasta dan publik. Biaya pendidikan, dengan
mengikuti penjelasan metodologi dalam Psacharopoulos (1994), dan dengan menerapkan teori yang dikembangkan
oleh McMahon dan Boediono (1992). Tim yang menyusun laporan ini tidak memperluas lagi lingkup metodologi
dasarnya, tetapi telah mendanai latihan itu sebagai bagian dari agenda untuk penelitian di masa yang akan datang.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
187
LAMPIRAN
Seksi E.3. Faktor-faktor Penentu dari Angka Partisipasi Murni di Indonesia
Spesifkasi di bawah ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor permintaan dan suplai yang menentukan keluaran
pendidikan.
i i
u L K D Sc A R Po GRDP S E E R + + + + + + + + + + + + + =
11 10 9 8 7 6 5 4 3 2 2 1 1
Di mana:
i = Kabupaten/kota i = 1N, N=409
R = Tingkat penerimaan bersih untuk siswa
E1 = Log biaya pendidikan untuk populasi pada umur sekolah (total pengeluaran pendidikan per jumlah anak usia sekolah
antara 7 sampai dan 18 tahun ).
105
E2 = Log rata-rata pengeluaran kabupaten/kota untuk pendidikan (per populasi dalam kelompok usia sekolah) dari 2001 to
2003
S= Pengeluaran untuk tenaga pendidik sebagai bagian dari total pengeluaran pendidikan (rasio pengeluaran personalia
terhadap total pengeluaran untuk pendidikan)
GRDP= Log untuk PDRB per kapita
Po = Angka kemiskinan
R = Daerah terpencil (Rata-rata geometris tentang jarak dari desa ke wilayah kabupaten/kota terdekat)
A = Akses terhadap jalan raya (% desa yang memiliki akses jalan aspal)
Sc = Jumlah SD dan SMP per km2
D = Variabel bencana alam (0-1) yang menunjukkan apakah kabupaten/kota pernah terkena bencana alam di waktu yang
lampau.
K = Dummy untuk wilayah perkotaan/pedesaan dari kabupaten/kota (=1 untuk perkotaan)
L= Persen dari populasi sekolah berdasarkan kelompok umur
Sumber
Pendaftaran bersih dan persen populasi dalam kelompok usia sekolah yang bekerja dihitung berdasarkan the Survei
Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2005. Pengeluaran untuk pendidikan dan pembayaran gaji dari total biaya pendidikan
diambil dari SIKD (dataset anggaran daerah), dan data distribusi pengeluaran pemerintah pusat untuk DAK dan dekonsentrasi
anggaran seperti yang dilaporkan oleh DepKeu. PDB untuk setiap kabupaten/kota diambil dari data yang dikeluarkan Biro Pusat
Statistik (BPS). Variabel yang lain dihitung berdasarkan Podes 2005.
Model Ekonometrik
Models 1, 2 dan 3 memberikan estimasi mengenai spesifkasi linier berdasarkan kuadrat terkecil; di mana model 4
memberikan estimasi mengenai logit model. Model yang belakangan ini digunakan karena adanya sifat fraksional pada variabel
takbebas. Model 3 dan 4 mengontrol tingkat dampak yang tidak terkontrol di provinsi dengan memasukkan dummy provinsi
(dampak tetap). Koefsien tingkat provinsi tidak dilaporkan dengan alasan penyederhanaan uraian.
Hasil regresi menandaskan peran pengeluaran publik sebagai determinan tingkat pendapatan siswa. Koefsien pengeluaran
publik untuk pendidikan menunjukkan angka positif dan signifkan secara statistik pada semua estimasi model dan spesifkasi.
Mengingat bentuk log-linier fungsional yang digunakan dalam estimasi tersebut, peningkatan pengeluaran pendidikan sebesar
1 persen akan meningkatkan pendaftaran bersih sampai 0.02 persen, dengan titik Elastisitas 0,02 * (1/Pendaftaran bersih untuk
kabupaten/kota). Elastisitas pengeluaran sektor pendidikan yang diperoleh dari Logit model (Kolom 4) barada pada rentangan
yang sama dengan model linier (sekitar 0,03). Ada juga kemunduran dalam seluruh model itu dengan pengeluaran pendidikan
(per calon student) mendahului dampak pendaftaran selama 1 tahun dan pengeluaran kabupaten/kota rata-rata untuk waktu
selama 2 - 4 tahun (2001-03). Namun demikian, rata-rata pengeluaran kabupaten/kota (per populasi sekolah) untuk 2001-03 tidak
menunjukkan angka signifkan secara statistik pada setiap model estimasi yang digunakan.
Hasil tersebut tidak memberikan bukti mengenai keberadaan perbedaan kabupaten/kota yang berada di daerah terpencil
dan yang bukan di daerah terpencil, tetapi hasil itu memang memberikan bukti perbedaan mengenai perkotaan dan
pedesaan di wilayah kabupaten/kota. Model 1 dan 2 hanya berbeda dalam hal variabel dummy untuk mengontrol Perbedaan
antara wilayah perkotaan dan wilayah pedesaan di tingkat kabupaten/kota. Variabel ini signifkan secara statistik dalam model
1 dan diperkirakan memberikan tanda positif. Namun demikian, ketika variabel tenaga kerja dan jumlah sekolah dimasukkan,
tanda wilayah perkotaan dummy kembali menunjukkan angka negatif dan tidak signifkan secara statistik . Hal ini sepertinya
disebabkan oleh alasan mendasar dari perbedaan antara wilayah pedesaan dan wilayah perkotaan pada tingkat kabupaten/kota
105 Populasi dalam satu kelompok usia sekolah dihitungan berdasarkan alternatif untuk pengeluaran per kapita (dibandingkan dengan jumlah
siswa sbenarnya) untuk menghindari endogenitas (mis.,peningkatan pendaftaran bersih, yang mencerminkan jumlah siswa sebenarnya lebih
banyak, juga akan meningkatkan denominator variabel pengeluaran per siswa).
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
188
LAMPIRAN
yang semata-mata didorong oleh adanya jumlah sekolah yang besar dan adanya tenaga kerja siswa yang lebih rendah untuk
wilayah perkotaan. Ketika jumlah sekolah dan tenaga kerja dikontrol secara independen, di samping adanya dummy wilayah
perkotaan, dummy wilayah perkotaan menunjukkan angka negatif, mungkin karena adanya beberapa jenis dampak yang tidak
murni. Selanjutnya, model 2 menggantikan variabel dummy wilayah perkotaan untuk variabel tenaga kerja dan jumlah sekolah
per km2 dan menunjukkan angka r2 yang lebih tinggi. Variabel untuk wilayah terpencil tidak signifkan secara statistik dalam
setiap in any of the spesifkasi .
Tabel E.3.1 Faktor-faktor Penentu Angka Partisipasi Murni
Variabel tidak bebas : Tingkat partisipasi murni untuk siswa
Variabel OLS (1) OLS (2)
Fixed
efects (3)
Logit-fxed
efects (4)
Log pengeluaran untuk pendidikan (per penduduk usia sekolah )
0.02**
(2.67)
0.02**
(2.61)
0.02**
(3.11)
0.14**
[.028]
(4.03)
Log rata-rata pengeluaran kabupaten/kota untuk pendidikan (per
penduduk usia sekolah ) dari 2001 ke 2003
6.9 e-3
(0.8)
0.01
(1.32)
3.2 e-3
(0.43)
0.018
[0.003]
(0.43)
Log PDRB
1.1 e-2**
(2.86)
7.3 e-3*
(1.76)
2.4 e-3
(.64)
0.02
[.003]
(1.01)
Belanja pegawai sektor pendidikan dari total pengeluaran untuk
pendidikan
-0.015
(-.92)
-0.01
(-0.8)
-3.2 e-4
(-0.20)
-2.2 e-2
[-7.3 e-4]
(-.03)
Angka kemiskinan
-0.08
(-2.03)
-0.06*
(-1.46)
-0.11*
(-2.32)
-0.62*
[-.11]
(-2.39)
Daerah terpencil
-9.91 e-5
(-.71)
-2.3 e-5
(-.16)
-2.0 e-5
(-.14)
1.8 e-4
[-3.34 e-5]
(-0.26)
Akses terhadap jalan raya
1.5 e-4**
(2.75)
1.3 e-4**
(2.56)
4.01 e-5
(0.8)
2.0 e-4
[3.72 e-5]
(.74)
Bencana alam
-3.02 e-4**
(-3.65)
-3.0 e-4**
(-3.68)
-1.1 e-4
(-1.55)
5.9 e-4
[1.1 e-4]
(-1.62)
Dummy untuk Kabupaten/Kota perkotaan/ pedesaan
0.02*
(2.21)
Tenaga kerja
-0.30**
(-5.59)
-0.31**
(-6.24)
-1.6**
[-.30]
(-4.79)
Jumlah SD dan SMP per km2
4.5 e-3
(1.72)
1.9 e-3
(.76)
1.7 e-2
[3.1 e-2]
(1.22)
Konstanta
0.04
(.27)
0.15
(1.0)
0.30
(1.97)
-0.73
(-0.92)
R2 yang disesuaikan .29 .36 .56 ---
303 299 299 299
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia.
Catatan: t-statistik di dalam kurung kurawal; **,*,+ masing-masing menunjukkan tingkat signifkansi 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Kolom 4
menunjukkan elastisitas nilai mean variabel di dalam kurung biasa.
Produk regional bruto, akses terhadap jalan raya , dan variabel bencana alam tampak signifkan pada model
pertama dan kedua tetapi menjadi tidak signifkan ketika dilakukan kontrol terhadap karakteristik provinsi
yang tidak terobservasi. Hal ini mungkin mencerminkan fakta bahwa semua kabupaten/kota memiliki karakteristik
yang sama provinsi yang ditentukan yang dapat ditangkap oleh dummy provinsi.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
189
LAMPIRAN
Faktor sisi permintaan seperti kemiskinan dan persentase populasi usia sekolah yang bekerja, berdampak
terhadap penerimaan siswa bersih. Koefsi untuk angka kemiskinan dan siswa yang bekerja tenaga kerja memiliki
angka negatif dan signifkan secara statistik pada semua model dan spesifkasi, yang mencerminkan pentingnya
faktor sisi permintaan sebagai determinan keluaran pendidikan. Dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi
memang lebih mahal bukan saja karena faktor the sekolah tetapi juga karena faktor rumah tangga, dan oleh karena
itu, karakteristik sosial ekonomi dari suatu populasi merupakan faktor penentu penting dalam tingkat pendaftaran.
Rumah tangga yang berada pada kabupaten/kota yang lebih miskin mungkin tidak bisa menyekolahkan anak-anak
mereka, walaupun mereka sudah mendapatkan akses terhadap sekolah. Oleh karena itu perlu dilakukan kebijakan
yang bertujuan tidak saja menurunkan besarnya uang sekolah tetapi juga menurunkan angka kemiskinan. Keluarga
yang memiliki pendapatan lebih rendah memerlukan mekanisme pendukung yang memungkinkan mereka mampu
mengirimkan anak-anak mereka ke sekolah, seperti pemberian kompensasi atas pendapatan yang hilang karena anak
dikirim ke sekolah (kerugian kontribusi keuangan).
Seksi E.4. Estimasi Implikasi Keuangan dari UU Keguruan yang Baru
UU Keguruan tahun 2005 yang baru menyatakan bahwa guru akan menerima tunjangan fungsional, khusus,
dan profesi. Seksi E.8. Pendapatan Guru: Analisis Ekonometri Seksi ini berusaha untuk menunjukkan dampak dari
berbagai jenis insentif ini terhadap anggaran pendidikan. Perhitungan pada Diagram itu didasarkan pada asumsi
berikut:
Tunjangan untuk penugasan di daerah khusus akan sama dengan gaji pokok guru (UU Keguruan No.
14/2005). Diperkirakan bahwa the gaji rata-rata seorang guru adalah Rp 18 juta per tahun dan bahwa, untuk
dua tahun pertama, 5 persen dari seluruh guru akan menerima tunjangan ini. Sepuluh persen dari jumlah guru
akan menerima insentif pada 2009, dan persentase ini akan berlaku sampai 2016. (Beberapa pejabat Depdiknas
menyatakan bahwa jumlah itu seharusnya berjumlah 15 persen). Alasan kenaikan itu adalah bahwa pemerintah
akan menugaskan guru untuk bekerja pada sekolah-sekolah dengan bidang khusus.
Tunjangan profesi akan diberikan kepada guru yang lulus ujian sertifkasi dan akan jumlahnya akan
sama dengan gaji pokok guru (UU Keguruan No.14/2005). Penghitungan tunjangan profesi sangat rumit
dan memerlukan banyak asumsi (termasuk jumlah guru yang akan lulus ujian sertifkasi, rata-rata gaji pokok guru
yang menerima sertifkasi, dan tingkat peningkakan jumlah tenaga kerja guru). Estimasi guru yang menerima
insentif tersebut untuk tiga tahun pertama didasarkan pada target Dekdiknas: 5 persen guru akan menerima
tunjangan pada 2007, 12 persen pada 2008, dan 20 persen pada 2009. Insentif itu diperkirakan akan meningkat
sebesar 10 persen pada 2016, sehingga sebanyak 90 persen guru akan menerima insentif tersebut. Target ini
sangat optimistik. Perkiraan yang lebih konservatif adalah 70 persen, yang akan mengurangi pengeluaran secara
keseluruhan untuk tunjangan profesi.
Tunjangan fungsional ditentukan dalam rancangan UU yang dibuat pada Oktober 2006 sebesar 50
persen dari gaji pokok guru yang sudah memiliki sertifkasi. Ketentuan ini sudah diubah lagi pada draft
UU versi November 2006 untuk tidak mencantumkan besaran, tetapi tetap diberikan kepada guru yang sudah
menyelesaikan proses sertifkasi. Tetapi, masih ada perdebatan mengenai apakah tunjangan itu harus diberikan
kepada semua guru atau kemungkinan digunakan sebagai insentif tambahan bagi guru. Jika insentif tersebut
diberikan kepada semua guru, ini akan memiliki dampak signifkan terhadap anggaran pendidikan. Jika diberikan
kepada guru yang sudah memiliki sertifkasi saja, mereka yang sudah memenuhi persyaratan kinerja, maka hal ini
akan berdampak buruk (karena tidak satu pun guru yang sudah melakukan sertifkasi), dan dampak ini bisa lebih
serius dalam jangka panjang.
Jumlah guru diperkirakan tetap konstan. Walaupun tenaga pendidik di Indonesia mengalami
peningkatan dengan cepat di masa yang lalu, kini telah terjadi kelebihan guru. Insentif yang baru akan
mendorong Dekdiknas untuk bertindak lebih efsien dalam penyediaan dan pendistribusian guru. Pada 2006
peraturan Keguruan (RPP Guru) menunjukkan bahwa Depdiknas sangat serius berupaya untuk mengendalikan
suplai tenaga guru. Saat ini juga terdapat cukup banyak guru yang berumur antara 50 60 tahun. Jika guru-guru
ini guru, hal ini akan membantu mengurangi jumlah guru. Jika tren peningkatan jumlah guru terus berlanjut, ini
akan menambah beban anggaran yang akan digunakan untuk membayar gaji dan tunjangan bagi guru.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
190
LAMPIRAN
Perkiraan perhitungan dilakukan dalam tingkat sebenarnya (daripada angka nominal). Gaji dan insentif
diperkirakan akan meningkat sejalan dengan peningkatan laju infasi.
Diagram E.4.1. Pendapatan Guru Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah vs. Jumlah Jam Kerja
106
0
500
1,000
1,500
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
4,500
5,000
0 10 20 30 40 50 60 70
-
1,000
2,000
3,000
4,000
5,000
6,000
7,000
8,000
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45
Guru Sekolah Dasar Guru Sekolah Lanjutan Pertama
Jumlah Jam Kerja per Minggu Jumlah Jam Kerja per Minggu
Sumber: Employment dan Deployment Survey 2005.
Catatan: Skala pendapatan guru SD dan SMP berbeda pada Grafk di atas. Guru rata-rata menerima gaji lebih besar.
Seksi E.5. Catatan Metodologis tentang Penghitungan Unit Biaya Pendidikan
Perkiraan McMahon, yang dikembangkan berdasarkan penentuan biaya per siswa, mengikuti asumsi berikut ini:
Survei yang baru-baru ini dilakukan memberikan data tentang pengeluaran sekolah yang sebenarnya.
Data ini memberikan informasi mengenai biaya pokok penyelenggaraan sekolah.
Prinsip Best practice di sekolah diartikan sebagai cara-cara untuk meningkatkan nilai ujian siswa.
Sekolah semacam ini memiliki beberapa buku pelajaran untuk setiap siswa, dan gaji tambahan untuk guru pada
sekolah tersebut juga lebih tinggi. Misalnya, dalam hal pengeluaran, rata-rata sekolah diperkirakan mengeluarkan
sekitar Rp 15.000 per siswa untuk bahan pelajaran sementara sekolah yang menerapkan prinsip best practice ini
menghabiskan rata-rata sebesar Rp 21.745 per siswa.
Perkiraan biaya pendidikan untuk tingkat SMP adalah 1,5 kali biaya penyelenggaraan sekolah tingkat
SD.
Untuk meningkatkan jumlah pendaftaran siswa dari keluarga miskin dan mereka yang kurang beruntung
diperlukan tambahan sumber daya, yang bertujuan terutama untuk membebaskan mereka dari SPP.
Saat ini, SPP atau uang sekolah dibebankan pada uang pendaftaran, ujian, pengadaan buku ajar, buku catatan,
tas sekolah; dan transportasi. Di tingkat SD, pembebasan SPP berarti hilangnya pendapatan sekolah rata-rata
sebesar of Rp 13.000 per siswa pada 2004 (tingkat harga tahun 2003), meningkat menjadi Rp 38.000 per siswa
pada 2008. Di tingkat SMP, jumlah itu menjadi sekitar Rp 57.000 per siswa.
Di samping itu, beasiswa sebesar Rp. 290.000 per siswa per tahun bagi 18.2 persen siswa SD, yang
berarti melipatduakan hibah yang diberikan saat ini oleh pemerintah, Ini menutupi akan Biaya peluang
(opportunity cost) yang ditanggung pemerintah dan suplemen bagi guru. Sementara itu hibah yang dialokasikan
pada sekolah adalah Rp 93,000 per siswa per tahun . Program BOS telah menutupi sebagian dari biaya ini pada
tahun 2005.
106 Kepala sekolah juga masuk did alam Grafk itu karena mereka dianggap bagian dari tenaga kerja guru, tetapi perlu dingat bahwa mereka
hanya mengajar 6 jam per minggu, terutama di sekolah-sekolah yang lebih besar. Guru olaha aga dan guru agama cenderung bekerja 12 jam per
minggu.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
191
LAMPIRAN
Seksi E.6. Estimasi Implikasi Keuangan akibat Kelebihan Guru
Isu mengenai kelebihan guru di Indonesia menunjukkan adanya sistem pendidikan yang tidak efsien dan
untuk mengatasi isu kelebihan guru dengan baik merupakan potensi untuk melakukan penghematan
anggaran yang cukup signifkan . Tabel di bawah ini memperlihatkan estimasi potensi penghematan tersebut.
Perhitungannya didasarkan pada metode dan asumsi berikut:
Hanya guru sekolah negeri yang diperhitungkan, karena ini merupakan bidang pendanaan pemerintah yang
harus mereka kontrol. Data siswa yang digunakan dalam perhitungan ini juga hanya untuk siswa sekolah
negeri.
Karena 22 persen guru SMP negeri adalah guru tetap dan 25 persen guru honor, perlu dibuat penyesuaian
sehingga dua guru honor sama dengan satu guru tetap negeri. (Jumlah guru honor di sekolah swasta jauh
lebih tinggi, 55 persen dan 63 persen masing-masing untuk sekolah SD dan SMP).
Diasumsikan bahwa gaji guru adalah Rp 17 juta per tahun untuk guru SD dan Rp 18 juta untuk guru SMP.
Usulan kebijakan adalah melakukan survei per sekolah untuk mendapatkan perkiraan realistis mengenai
jumlah guru yang diperlukan dan menentukan tingkat kelebihan guru per sekolah juga ditentukan. Angka
yang diperoleh lalu diterapkan secara nasional, dengan mempertimbangkan banyakanya siswa di tiap
sekolah.
Formula RMG (rasio murid-guru) efektif digunakan dalam penghitungan itu. Ada perbedaan antara RMG
yang diusulkan dan RMG efektif. Misalnya, tingkat RMG untuk SD ditentukan 30:1, tetapi ketika formula ini
diterapkan di setiap sekolah, setiap sekolah mendapatkan paling sedikit 4 guru, dan target RMG untuk 30:1,
RMG yang efektif sebenarnya adalah 26:1. Hal ini disebabkan karena (1) sebuah sekolah, misalnya, memiliki
40 orang siswa, tetap akan mendapatkan 4 guru dan akan memiliki tingkat RMG 10:1, dan (2) tambahan
alokasi guru dibulatkan ke atas, sehingga sekolah dengan160 siswa misalnya mendapatkan guru sebanyak
6 orang, untuk RMG 27:1.
Formula untuk guru SMP dan SMA jauh lebih rumit karena saat di tingkat ini setiap guru hanya mengajar
satu bidang studi tertentu. Untuk tujuan melakukan analisis kita, tingkat RMG digunakan agar sesuai dengan apa
yang terjadi d negara lain daripada apa yang kini sedang berlaku di Indonesia dengan tingkat RMG yang rendah yaitu
17:1 untuk SMP dan 14:1 untuk SMA.
Kolom A menunjukkan apa yang sebenarnya disebut suplai. Kolom B menunjukkan tingkat RMG jika
penetapan formula baru diikuti. Dengan skenario ini B, 22,8 persen yang berarti bahwa hanya jumlah yang
diperlukan lebih kecil (atau 19,4 persen guru honor). Dengan jumlah ini kita akan bisa melakukan penghematan
sebesar sekitar Rp 6,7 triliun. Dengan mempertimbangkan guru honor dalam perhitungan kita (dengan asumsi 2 guru
honor = 1 tetap), jumlah akan berkurang menjadi Rp 5,6 triliun, jumlah yang mencerminkan sekitar 10 persen dari
total anggaran pendidikan. Hal ini menunjukkan potensi penghematan yang signifkan dan bahkan akan menjadi
lebih signifkan lagi mengingat dampak keuangan dari pemberlakuan UU Keguruan yang baru, di mana guru yang
sudah lulus sertifkasi akan menerima tunjangan yang besarnya sama dengan gaji pokok mereka. (Lihat Seksi tentang
Gaji Guru, Insentif , dan Mutu Pendidikan pada Bab 3).
m
e
n
u
n
j
u
k
k
a
n
t
o
t
a
l
d
a
n
s
u
b
s
c
r
i
p
t
m
e
n
u
n
j
u
k
k
a
n
m
a
s
i
n
g
-
m
a
s
i
n
g
k
a
b
u
p
a
t
e
n
/
k
o
t
a
.
S
u
m
b
e
r
:
D
a
t
a
D
e
p
K
e
u
.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
204
LAMPIRAN
Tabel G.5. Skema Penerimaan Bagi Hasil
Pembagian
(%)
Provinsi
penghasil
(%)
Kabupaten/Kota
Penghasil (%)
Lain-lain
(%)
Catatan Tambahan
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
- Pusat 10 6.50
Didistribusikan merata ke seluruh
kabupaten/kota
3.50
Didistribusikan berdasarkan
insentif
- Daerah 90 16.20 64.80 9 Biaya Pengumpulan
BPHTB
- Pusat 20 20
Didistribusikan merata ke seluruh
kabupaten/kota
- Daerah 80 16 64
Pajak Penghasilan
- Pusat 80
- daerah 20 8 8.4 3.60
Didistribusikan secara merata
ke seluruh kabupaten/kota di
Provinsi
Sumber Daya Alam
Pusat
(%)
Daerah
(%)
Provinsi
(%)
Kabupaten/
kota penghasil
(%)
Kabupaten/
kota lainnya di
Provinsi
(%)
Kabupaten/
kota lainnya
(%)
Kehutanan
Iuran pemakaian (IIUPH) 20 80 16 64
Provisi sumber daya hutan 20 80 16 32 32
Dana Reboisasi 60 40 40
Pertambangan Umum
Sewa tanah dari kabupaten/
kota
20 80 16 64
Royalty dari kabupaten/kota 20 80 16 32 32
Sewa tanah dari Propinsi 20 80 80
Royalty dari Propinsi 20 80 26 54
Perikanan
Pendapatan usaha perikanan 20 80 80
Pendapatan dari produk
perikanan
20 80 80
Minyak
Dari kabupaten/kota 85 15.5 3.1 6.2 6.2
Dari Propinsi 85 15.5 5.17 10.33
Gas
Dari kabupaten/kota 69.5 30.5 6.1 12.2 12.2
Dari Propinsi 69.5 30.5 10,17 20,33
Geothermal
Bagian untuk Pemerintah 20 80 16 32 32
Iuran Tetap dan Iuran Produksi 20 80 16 32 32
Sumber : UU No. 33/2004 dan PP No. 55/2005.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
205
LAMPIRAN
Diagram G.6. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Berdasarkan Sektor, 1991-2005
-
2,000
4,000
6,000
8,000
10,000
12,000
14,000
91 92 93 94 95 96 97 98 99 00 01 02 03 04 05
Rp miliar (harga yang berlaku)
Urban Rural Estate Kehutanan Pertambangan
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data Dirjen Pajak DepKeu.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
206
LAMPIRAN
Seksi G.7. Biaya Pengumpulan Pajak Daerah
Rasio biaya-hasil memiliki rentangan antara hanya 15 persen (rendah) sampai dengan 264 persen(tinggi)! Biaya
administrasi pajak yang sebenarnya melebihi pendapatan pajak itu sendiri sekitar 10 persen dari seluruh pemerintah
kabupaten/kota. Studi empiris menunjukkan bahwa biaya administrasi yang tidak efsien meningkat karena setoran
dari pusat mengalami kenaikan (Lewis, 2006a).
Diagram G.7.1 Biaya Administrasi Pengumpulan Pajak Pemerintah Kabupaten/kota terhadap Pendapatan
Pajak (Rasio Biaya-Hasil), 2003
0
10
20
30
40
50
60
70
30 64 97 131 164 198 231 264
Cost-to-Yield Ratio (x 100)
Frekuensi
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan Ditjen Pajakdata DepKeu.
Kegiatan administrasi untuk mengumpulkan pajak bagi pemerintah kabupaten/kota memerlukan tenaga
kerja yang intensif. Jumlah staf Dispenda (Dinas Pendapatan Daerah) sangat beragam antara satu pemerintah
kabupaten/kota dengan yang lain. Sementara pemerintah kabupaten/kota yang kecil mungkin memperkerjakan
sekitar 50 civil PNS, untuk kola besar seperti Medan dan Surabaya, mungkin memperkerjakan ratusan pegawai tetap.
Hanya beberapa Dispenda yang menggunakan teknologi informatika dalam administrasi pajak. Sistem administrasi
perhitungan ditentukan oleh Departemen Dalam Negeri pada sejumlah pemerintah kabupaten/kota yang besar
pada awal tahun 1990-an, tetapi hal ini sudah tidak digunakan lagi, 2004).
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
207
LAMPIRAN
Diagram G.8. Dana Cadangan Per kapita Pemerintah Daerah berdasarkan Provinsi , Oktober 2006
- 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000
Kalimantan Timur
Papua
Nangroe Aceh Darussalam
Riau
Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
DKI Jakarta
Kalimantan Selatan
Bengkulu
Sumatera Barat
Nusa Tenggara Timur
Sumatera Selatan
Kalimantan Barat
Sulawesi Tengah
Jambi
Maluku
Bali
Sumatera Utara
Gorontalo
D.I. Yogyakarta
Sulawesi Tenggara
Sulawesi Selatan
Jawa Timur
Lampung
Sulawesi Utara
Nusa Tenggara Barat
Jawa Tengah
Jawa Barat
Banten
Ribu
Sumber: Perkiraan staf Bank Dunia berdasarkan data Bank Indonesia.
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
208
LAMPIRAN
Tabel G.9. Pengelompokkan Kabupaten/kota berdasarkan Tingkat Kemiskinan, PDRB, & Pendapatan Fiskal
Tingkat Kemiskinan yang Rendah
Pendapatan Fiskal per kapita yang rendah Pendapatan Fiskal per kapita yang tinggi
Low GRDP Per kapita High GRDP Per kapita Low GRDP Per kapita High GRDP Per kapita
Kab. Banjar Kab. Agam Kab. Badung Kab. Bangka Kota Bitung
Kab. Buleleng Kab. Asahan Kab. Bangli Kab. Barito Selatan Kota Bontang
Kab. Bulukumba Kab. Bandung Kab. Bantaeng Kab. Barito Timur Kota Bukittinggi
Kab. Ciamis Kab. Barito Kuala Kab. Barru Kab. Barito Utara Kota Cilegon
Kab. Garut Kab. Bekasi Kab. Bengkayang Kab. Belitung Kota Cirebon
Kab. Jepara Kab. Bogor Kab. Bungo Kab. Bengkalis Kota Dumai
Kab. Karangasem Kab. Deli Serdang Kab. Hulu Sungai Selatan Kab. Gunung Mas Kota Kediri
Kab. Lebak Kab. Gianyar Kab. Hulu Sungai Tengah Kab. Hulu Sungai Utara Kota Kendari
Kab. Pandeglang Kab. Karawang Kab. Maluku Utara Kab. Jembrana Kota Kupang
Kab. Pesisir Selatan Kab. Kudus Kab. Muaro Jambi Kab. Kampar Kota Langsa
Kab. Sambas Kab. Labuhan Batu Kab. Sangihe Talaud Kab. Kapuas Kota Lhokseumawe
Kab. Sanggau Kab. Limapuluh Kota Kab. Sidenreng Rappang Kab. Karimun Kota Madiun
Kab. Semarang Kab. Luwu Utara Kab. Sinjai Kab. Katingan Kota Magelang
Kab. Serang Kab. Minahasa Kab. Soppeng Kab. Kepulauan Riau Kota Mojokerto
Kab. Solok Kab. Padang Pariaman Kab. Takalar Kab. Klungkung Kota Padang Panjang
Kab. Sukabumi Kab. Pasaman Kab. Tebo Kab. Kota Baru Kota Palangkaraya
Kab. Sukoharjo Kab. Pontianak Kota Banjar Baru Kab. Kotawaringin Barat Kota Palopo
Kab. Sumedang Kab. Purwakarta Kota Batu Kab. Kotawaringin Timur Kota Palu
Kab. Temanggung Kab. Sawahlunto Sijunjung Kota Bima Kab. Kutai Barat Kota Pangkal Pinang
Kab. Wajo Kab. Sidoarjo Kota Blitar Kab. Lamandau Kota Pariaman
Kota Bogor Kab. Subang Kota Gorontalo Kab. Murung Raya Kota Pasuruan
Kota Depok Kab. Tanah Datar Kota Metro Kab. Natuna Kota Payakumbuh
Kota Mataram Kab. Tangerang Kota Pagar Alam Kab. Pulang Pisau Kota Pekanbaru
Kota Bandar Lampung Kota Pare-pare Kab. Rokan Hilir Kota Prabumulih
Kota Bandung Kota Salatiga Kab. Seruyan Kota Samarinda
Kota Banjarmasin Kota Tegal Kab. Sukamara Kota Sawahlunto
Kota Batam Kota Ternate Kab. Tabalong Kota Sibolga
Kota Bekasi Kab. Tabanan Kota Singkawang
Kota Cimahi Kab. Tanah Laut Kota Solok
Kota Denpasar Kab. Tanjung Jabung Timur Kota Sukabumi
Kota Jambi Kab. Tapin Kota Tanjung Balai
Kota Makassar Kota Ambon Kota Tanjung Pinang
Kota Malang Kota Balikpapan Kota Tarakan
Kota Manado Kota Banda Aceh Kota Tebing Tinggi
Kota Medan Kota Bengkulu Kota Yogyakarta
Kota Padang Kota Binjai
Kota Palembang
Kota Pekalongan
Kota Pontianak
Kota Semarang
Kota Surabaya
Kota Surakarta
Kota Tangerang
Kota Tasikmalaya
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia 2007
Kajian Pengeluaran Publik Indonesia: Memaksimalkan Peluang Baru
209
LAMPIRAN
Tingkat Kemiskinan yang Tinggi
Pendapatan Fiskal Per kapita yang Rendah Pendapatan Fiskal Per kapita yang Tinggi
PDRB per kapita rendah PDRB per kapita PDRB per kapita rendah PDRB per kapita tinggi
Kab. Bangkalan Kab. Lumajang Kab. Banyuasin Kab. Aceh Tenggara Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Banjarnegara Kab. Luwu Kab. Cilacap Kab. Alor Kab. Aceh Besar
Kab. Bantul Kab. Madiun Kab. Donggala Kab. Banggai Kab. Aceh Selatan
Kab. Banyumas Kab. Magelang Kab. Gresik Kab. Banggai Kepulauan Kab. Aceh Tamiang
Kab. Banyuwangi Kab. Magetan Kab. Indramayu Kab. Bengkulu Selatan Kab. Aceh Utara
Kab. Batang Kab. Majalengka Kab. Kendal Kab. Boalemo Kab. Batanghari
Kab. Belu Kab. Malang Kab. Muara Enim Kab. Dompu Kab. Bireuen
Kab. Bengkulu Utara Kab. Manggarai Kab. Parigi Moutong Kab. Ende Kab. Dairi
Kab. Bima Kab. Mojokerto Kab. Rejang Lebong Kab. Enrekang Kab. Fak Fak
Kab. Blitar Kab. Nganjuk Kab. Simalungun Kab. Gorontalo Kab. Indragiri Hilir
Kab. Blora Kab. Ngawi Kab. Sleman Kab. Halmahera Tengah Kab. Indragiri Hulu
Kab. Bojonegoro Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Sumbawa Kab. Kapuas Hulu Kab. Kolaka
Kab. Bondowoso Kab. Pacitan Kab. Tapanuli Utara Kab. Kulon Progo Kab. Kuantan Singingi
Kab. Bone Kab. Pamekasan Kab. Tulang Bawang Kab. Kupang Kab. Malinau
Kab. Boyolali Kab. Pasuruan Kab. Tulungagung Kab. Majene Kab. Manokwari
Kab. Brebes Kab. Pati Kab. Maluku Tengah Kab. Merauke
Kab. Buton Kab. Pekalongan Kab. Maluku Tenggara Kab. Morowali
Kab. Cianjur Kab. Pemalang Kab. Maluku Tenggara Barat Kab. Musi Banyuasin
Kab. Cirebon Kab. Polewali Mamasa Kab. Mamuju Kab. Musi Rawas
Kab. Demak Kab. Ponorogo Kab. Maros Kab. Nagan Raya
Kab. G. Kidul Kab. Probolinggo Kab. Nabire
Kab. Pangkajene
Kepulauan
Kab. Gowa Kab. Purbalingga Kab. Ngada Kab. Pasir
Kab. Grobogan Kab. Purworejo Kab. Paniai Kab. Pelalawan
Kab. Jember Kab. Rembang Kab. Poso Kab. Penajam Paser Utara
Kab. Jeneponto Kab. Sampang Kab. Pulau Buru Kab. Rokan Hulu
Kab. Jombang Kab. Sikka Kab. Puncak Jaya Kab. Sarolangun
Kab. Karanganyar Kab. Sintang Kab. Rote Ndao Kab. Sorong
Kab. Kebumen Kab. Situbondo Kab. Selayar Kab. Tanah Karo
Kab. Kediri Kab. Sragen Kab. Sumba Timur
Kab. Tanjung Jabung
Barat
Kab. Kendari Kab. Sumba Barat Kab. Timor Tengah Utara Kab. Toba Samosir
Kab. Ketapang Kab. Tana Toraja Kab. Yapen Waropen Kab. Toli Toli
Kab. Klaten Kab. Tanggamus Kota Lubuk Linggau Kota Bau-bau
Kab. Lahat Kab. Tapanuli Selatan Kota Jayapura
Kab. Lamongan Kab. Tapanuli Tengah Kota Probolinggo
Kab. Lampung Barat Kab. Tasikmalaya Kota Sorong
Kab. Lampung Selatan Kab. Tegal
Kab. Lampung Tengah Kab. Timor Tengah Selatan
Kab. Lampung Utara Kab. Trenggalek
Kab. Landak Kab. Tuban
Kab. Lombok Barat Kab. Wonogiri
Kab. Lombok Tengah Kab. Wonosobo
Kab. Lombok Timur
Sumber: Perkiraan stf Bank Dunia berdasarkan DepKeu dan data BPS.