Mengucapkan :
SELAMAT
HARI RAYA
IDUL FITRI
1435 H
DAFTAR ISI
5
KATA PENGANTAR
LENTERASASTRA
MENULIS = ACTION
PUISI DALAM BINGKAI
SURAT KECIL DARI - NYA
PURA KARYA
Cerita Pendek
DOA MAS WAWAN
11
12
17
PURA KARYA
Cerita Pendek
NINIK SI PENGINTIP
PUISI DALAM BINGKAI
AYAT KE SEPULUH
AYAT KE DUA BELAS
19
20
PARA SASTRA
NUR SUTAN ISKANDAR
PUISI DALAM BINGKAI
KETIKA PAPAN KUNCI MEMBUNUH UJUNG PENA
23
SASTRA CYBER
PERDENGARKAN SUARA JIWA MELALUI DUNIA CYBER
PUISI DALAM BINGKAI
PELANGI MALAM
PURA KARYA
Cerita Rakyat
ASAL MUASAL SUNGAI PANJANG HILA-HILA
DAFTAR ISI
PUISI DALAM BINGKAI
MERCUSUAR
29
PURA KARYA
Cerita Pendek
CINTAKU, TERSENYUMLAH
32
PARA SASTRA
BUYA HAMKA
35
35
PARA SASTRA
ERNEST MILLER HEMINGWAY
36
Kata Pengantar
LenteraSastra
Memilih Topik.
Pilih topik yang ringan-ringan saja dulu. Atau
anda mau menulis esai atau cerpen misalnya?
Tulis saja dulu. Tidak apa-apa berantakan.
Tidak usah perhatikan plot, awal, tengah,
maupun endingnya. Editing berada dalam
kekuasaan anda nantinya. Kapan saja anda
mau.
LenteraSastra
Bagaimana cara mendapatkan Ide untuk menulis ketika Anda sudah mulai terbiasa menulis?
Hal sederhana dalam menulis untuk penulis pemula adalah hal penting, termasuk
menyederhanakan cara mendapatkan ide. Berikut adalah beberapa jalan munculnya ide:
Ide muncul dari kebiasaan kita sehari hari
Ide muncul dari tetangga yang sering mabuk
Ide muncul dari curhat teman baik
Ide muncul dari orang yang terhimpit di bis untuk berangkat ke kantor
Ide muncul ketika melihat pak Hansip sedang tertidur pulas di posnya
Ide muncul ketika caleg-caleg gagal masuk rumah sakit jiwa.
Ide muncul ketika melihat pelacur pulang larut malam.
Dan masih jutaan ide yang bisa Anda kembangkan sendiri dengan menggunakan kreatifitas, dan
gaya kepenulisan Anda.
Banyak sekali ide yang bisa kita dapatkan untuk menulis. Hanya saja terkadang kita kurang peka
dengan diri kita dan lingkungan. Dari sekian banyak ide untuk menulis maka imajinasi adalah cara
yang paling kreatif. Berdasarkan pengalaman pribadi, imajinasi bisa didapatkan dari pengalaman
hidup atau bacaan-bacaan yang kita baca. Sebenarnya proses mengasah imajinasi ini idealnya dari
waktu kita kecil. Namun sayang imajinasi kita sejak kecil sudah dibunuh oleh lingkungan pendidikan
yang ada. Tapi tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau belajar menulis..
Tahukah anda? Di saat sedang menulis artikel ini sebenarnya saya juga masih sedang belajar
menulis. Dan bertekad akan terus belajar. Selamat menulis. Action!
Oleh :
Khoirunnisa Istiqomah
Aslmkm. Wati,,pye kbarmu dek? Pye kbar ibu? Iki Mas Wawan
Subhanallah...Mas Wawan. Dengan senyum sumringah kubalas segera.
Waalaikumsalam. Ya ampuun....Mas wawan alhamdulillah apik mas. Ibu juga sehat. Mas ganti nomer
to?
Mas Wawan. Mas-ku satu-satunya. Mas-ku yang
paling ganteng. Jail tapi ngangenin. Sekarang dia
sudah tidak tinggal dengan aku dan ibu lagi. Mas
Wawan kuliah di Bandung. Hanya waktu liburan
semester atau libur lebaran saja Mas Wawan
pulang ke rumah.
Bersama Mas Wawan, aku telah melalui masamasa sulit. Itu juga yang membuat aku dengan
Mas Wawan sangat dekat. Saling mengenal satu
sama lain. Dari atas-bawah, kanan-kiri, depanbelakang, luar-dalam, aku sudah tahu seperti apa
Mas Wawan itu. Sudah 17 tahun hidup
bersamanya bukan berarti aku mengerti semua
yang ada padanya. Ada sesuatu dalam diri Mas
Wawan yang aku tidak bisa mengerti sampai saat
ini. Sesuatu yang terjadi 10 tahun yang lalu.
Bantul, 1995
Laa ilaaha ilallah....Laa ilaaha ilallah.....Laa
ilaaha ilallah...
Hari itu keluarga kami tengah berduka. Bapakku
meninggal. Tiga hari sebelumnya, Bapak
mengalami kecelakaan karambol di Jalan Wates.
Terjadi pendarahan yang parah di kepala. Bapak
koma sampai akhirnya meninggal tadi subuh.
Saat itu umurku 8 tahun dan Mas Wawan
berumur 10 tahun. Umur kami memang masih
terlalu kecil untuk memahami semua ini. Yang
kami tahu saat itu hanyalah Bapak tidur di peti
yang ditutupi kain hijau bertuliskan tulisan arab
dan mendadak rumah kami yang kecil dipenuhi
orang. Sebagian besar tetangga kami tapi ada
juga beberapa teman kerja Bapak. Oh iya,,aku
lupa satu lagi. Selain itu, yang kami tahu, ibu tak
henti-hentinya menangis. Kalau ibu nangis-nya
lagi kenceng....
Hayooo kowe!
Aku mengageti Mas Wawan yang dari tadi
ngelamun. Mas Wawan keliatan kaget banget.
Waah...semprul. sambil dorong bahuku ke
samping.
10
Hush...ojo banter-banter! kata Mas Wawan sambil melepas tangannya dari mulutku.
Kok Mas Wawan berdoa kayak gitu to? Kan mesakke
Aku kan mung pengen mangan sing enak meneh. Bosen makan kok cuma kerupuk sambel. Aku juga
kaget kok tau-tau langsung 3 orang yang meninggal
Aku hanya bisa diam mendengarkan. Badanku terasa dingin semua.
Aku kasian lihat ibu banyak ngeluarin duit. Kasian juga liat kita yang makan seadanya banget. Lagian
kamu juga seneng kan kita bisa makan enak lagi?
Aku cuma bisa diam. Tidak tahu harus bagaimana. Ya Allah....jadi semua ini karena doa Mas Wawan?
Doa seorang anak yatim yang polos. Semua ini tetap menjadi rahasia antara aku dan Mas Wawan.
Sampai saat ini.
Iya Mas Wawan gnti nomer. Eh, Wat, kmu msih inget kan wktu kita kecil dulu, wktu kita hdup gak
enak, aku prnah doa ada org yg meninggal? Kirain doa-ku wis ra mempan tapi kmaren aku nyobain
doa kayak dulu lagi, terus tetangga kosan-ku meninggal, Wat
HADAREWA TODU
11
KajianSastra
BEDAH KARAKTERISTIK
3 ANGKATAN
SASTRA NASIONAL
Setiap karya sastra sangat dipengaruhi oleh latar belakang
penciptanya karena setiap pencipta hidup pada masa yang
berbeda Oleh sebab itu karya sastra yang dihasilkan pada
masa yang berbeda akan memiliki karakteristik yang berbeda
pula. Hal ini disebabkan oleh karakteristik masyarakat yang
berbeda dan juga karakteritik wawasan estetika yang
berbeda pula. Dan bicara tentang karakteritik sastra tidak
akan lepas dari periode-periode perkembangan sastra yang
berubah dari waktu ke waktu. Rangkaian periode-periode
sastra itu saling bertumpang-tindih, artinya sebelum
angkatan kemarin atau angkatan lama lenyap, maka timbul
benih-benih baru yang lebih kritis dan kreatif secara bertahap
akan diterima oleh masyarakat dan menggantikan angkatan
sebelumnya.
Karakteristik karya sastra satu angkatan dipengaruhi oleh karakteristik jamannya. Beberapa angkatan
sastra di Indonesia dengan mengacu pada penulisan sejarah sastra menunjuk adanya angkatan angkatan
antara lain : Angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Angkatan Balai Pustaka (angkatan
20-an), Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 1945, Angkatan 1950 - 1960-an, Angkatan 1966 - 1970-an,
Angkatan 1980 - 1990-an, Angkatan Reformasi, Angkatan 2000-an dan tentunya akan terus berkembang
seiring berkembangnya jaman.
Pada kajian ini kita akan membedah 3 diantara begitu banyaknya angkatan berdasarkan jaman dan
karakteristik yang khas dari angkatan tersebut.
12
KajianSastra
Berdasarkan hal tersebut maka sifat-sifat khas
angkatan Balai Pustaka adalah:
Sebagian besar karya sastra angkatan Balai
Pustaka bercorak romantic dan mengambil
tema masalah kawin paksa (Menurut
masyarakat paada masa itu perkawinan adalah
urusan orang tua, pihak orang tua berkuasa
sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya).
Latar belakang sosial sastra angkatan Balai
Pustaka berupa pertentangan paham antara
kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa
mengambil contoh novel Salah Asuhan, Si
Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki
kecenderungan simpati kepada yang lama,
bahwa yang baru tidak semuanya membawa
kebaikan.
Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka
belum jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan
Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan
tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah.
Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan
realitas kehidupan masyarakat.
Analisis psikologis pelakunya belum dilukiskan
secara mendalam.
Sastra Balai Pustaka merupakan sastra
bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih
cenderung pada sesuatu khususnya mengenai
permasalahan diatas sehingga terlihat seolaholah karyanya hanya itu-itu saja/monoton.
Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa
Indonesia
pada
masa
permulaan
perkembangan yang pada masa itu disebut
bahasa melayu umum dan masih menggunakan
banyak perumpamaan dalam gaya bahasanya.
Genre sastra Balai Pustaka berbentuk novel,
sedangkan puisinya masih berupa pantun dan
syair.
Abdul Muis
Salah Asuhan
Pertemuan Jodoh
Suropati
Marah Rusli
Siti Nurbaya
Anak dan Kemenakan
Memang Jodoh La Harni
Secara ringkas karakteristik angkatan Balai Pustaka adalah . Bahasa sastra Balai Pustaka adalah
bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang disebut bahasa melayu umum. Gaya
Bahasa yang dipergunakan masih banyak menggunakan perumpamaan atau kiasan. Tokoh-tokoh
(pelaku-pelaku)nya masih menunjukkan asal daerah dengn peristiwa sesuai realitas kehidupan
masyarakat. Penggambaran psikologis tokoh/pelaku tidak mendalam. Selain itu, merupakan sastra
bertendes dan bersifat didaktis hingga terlihat monoton. Genre sastra berbentuk novel dengan
puisi masih berbentuk syair dan pantun.
13
KajianSastra
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru, muncul pada tahun 30-an, dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana
muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme
dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pujangga baru semula adalah nama majalah sastra dan kebudayaan yang diterbitkan oleh penerbit
Pustaka Rakyat, antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh pemerintah Jepang
setelah berkuasa di Indonesia. Adapun pengasuhnya antara lain Sultan Takdir Alisjahbana, Armaijn
Pane , Amir Hamzah dan Sanusi Pane. Sastrawan yang hasil karyanya pernah dimuat dalam majalah
itu, dinilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru,hanya untuk memudahkan ingatan
adanya angkatan baru itulah maka dipakai istilah Angkatan Pujangga Baru, yang tak lain adalah
orang-orang yang tulisan-tulisannya pernah dimuat di dalam majalah tersebut.
14
KajianSastra
Beberapa Tokoh-tokoh angkatan Balai Pustaka dan karyanya antara lain :
Sanusi Pane
Pancaran Cinta
Puspa Mega
Kertajaya
Armaijn Pane
Belenggu
Gamelan Djiwa
Jiwa Berjiwa
Buya Hamka
Di bawah lindungan Kabah
Tenggelamnya kapal Van Der
Wijck
15
KajianSastra
kemerdekaan (17 Agustus 1945), Agresi
Militer Belanda I dan II (21 Juli 1949 dan 18
Desember 1948), Penyerahan kedaulatan RI
(12 Desember 1949), Gebrakan Chairil Anwar
dengan bahasa puisinya yang pendek, padat,
berbobot, dan bernas dan struktur puisinya
yang menyimpang dari pola sastra
sebelumnya, diumumkannya di Surat
Kepercayaan Gelanggang pada 23 Oktober
1950.
Angkatan 45
Tokoh-tokoh angkatan 45 adalah sastrawansastrawan yang hidup dan lahir pada masa
revolusi kemerdekaan dan masa-masa itu
sangat mempengaruhi karakteristik karyakarya sastra mereka. Pada masa kehidupan
sastra angkatan 45, kita ketahui berbagai
macam peristiwa terjadi.
Angkatan 45
dimulai sejak tahun 1942, tetapi angkatan ini
tidak dinamai dengan Pujangga Angkatan 42
adalah karena golongan ini diberi nama
kemudian,
yaitu
setelah
proklamasi
kemerdekaan Rosihan Anwar mengusulkan
untuk memberi nama angkatan ini dengan
nama : Pujangga Angkatan 45. Yang
setelahnya mendapat dukungan publik,
meskipun beberapa kritikus mengkritknya
dengan keras. Sebelumnya angkatan ini
disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka
menulis dalam rubrik majalah Siasat , dalam
rubrik Gelanggang.
Seperti sudah disampaikan sebelumnya pada
awal tulisan ini bahwa karakteristik karya
sastra pada setiap angkatan sastra
dipengaruhi oleh karakteristik jamannya.
Karya sastra angkatan 45 dipengaruhi oleh
beberapa peristiwa penting yang secara
signifikan mempengaruhi karakteristiknya.
Peristiwa penting yang terjadi yaitu :
Penjajahan Jepang (19421945), Proklamasi
16
KajianSastra
Chairil Anwar
Kerikil Tajam dan Yang Terempas
dan Yang Putus
Deru Campur Debu
Mochtar Lubis
Harimau! Harimau!
Tidak Ada Esok
Achdiat K. Mihardja
Atheis
Keretakan dan Kerenggangan
Debu Cinta Berterbangan
Tanya
Sebuah tanya
Namun terkubur
Apa dia?
Ku jawab entah
Masih
Untuk warna yang tinggal serabut
Aku masih
Dalam lubuk terkuak
Kiranya hanya dalam tengkuk ia seruak
Lalu diam
Ini bukan tentang perangah
Aku hanya.. begitulah
Masih
Diam
Djoen camar13
Faisal Akhsan
17
PuraKarya
18
PuraKarya
Ninik kembali mengenang saat Ia menerima
telegram rahasia selepas kebakaran balai
desa. Ini mungkin penugasan paling rumit
yang pernah Ia terima. Menjadi rumitkarena
kebakaran itu menghanguskan balai desa
sebagai lumbung data daninformasi penting.
Apalagi peristiwa tersebut terjadi di kampung
halamannya sendiri dan entah mengapa
luput dari pengamatannya yang awas. Belum
lagi sejumlah isu tentang penyebab
kebakaran yang mulai beterbangan bebas.
Semua menjurus pada sebuah rangkaian
asumsi bahwa kebakaran itu disengaja,
dilakukan untuk sebuah kepentingan rahasia,
dan melibatkan sejumlah aparat desa.
Rangkaian asumsi demikian menjalar seperti
virus dari kuping ke kuping. Lalu membelah
diri mirip amuba. Satu isu pecah menjadi
dua. Dua menjadi empat. Begitu seterusnya
dengan pola kelipatan dua. Ninik semakin
terbebani. Mirip pendosa yang dipasangi kuk
di lehernya lalu ditenggelamkan ke lautan
paling dalam.
Hampir fajar. Dingin sudah merangkak pergi.
Ninik masih tertahan di bilik kerja, dibalik
meja.
Namun,
setelah
membiarkan
pikirannya dirasuki fokus yang begitu dalam,
Ia akhirnya mulai menemukan titik pijar.
Perlahan Ia mulai mampu mengurai simpulsimpul yang tadinya saling membelit. Tetapi
aneh, tak ada senyum kemenangan yang
melompat dari bibirnya. Air mukanya justru
berubah lebih persis penjudi yang kalah
Ayat ke sepuluh
Malam menjelmakanmu
Selepas bulan menyulam satu titik
Seperti bunyi doa yang mengetuk jiwa
Mengutuk diam
Di sajak-sajak yang tak bernyawa
Dan di dalam kata-kata yang tak usai kutata
Madura 2013.
19
ParaSastra
20
ParaSastra
Ketika berkesempatan mengikuti Kongres
Pemuda di Surabaya (1930-an), ia berkenalan
dengan Dokter Sutomo, tokoh pendiri Budi
Utomo. Oleh Dr. Sutomo, ia diajak berkeliling
kota Surabaya. Hampir semua tempat di sana
mereka kunjungi, tidak terkecuali tempat
pelacuran. Bakat menulisnya yang sudah
tumbuh
mulai
memainkan
peran.
Pengalaman berkeliling di tempat pelacuran,
kemudian dituangkannya menjadi karangan
yang diberi judul Neraka Dunia (1937).
Meskipun hanya berijazah sekolah dasar, Nur
Sutan Iskandar dikenal sebagai orang yang
haus ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
sambil bekerja ia terus berusaha untuk
menambah pengetahuannya, baik secara
formal maupun nonformal. Pada tahun 1921,
ia dinyatakan lulus dari kleinambtenaar
pegawai kecil di Jakarta dan tahun 1924 ia
juga
mendapat
ijazah
dari
Gemeentelijkburen Cursus Kursus Pegawai
Pamongpraja di Jakarta. Sementara itu, ia
juga terus memperdalam kemampuan
berbahasa Belanda. Berkat ketekunannya, ia
A. Karya Asli
1.Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka,
1923)
2.Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
3.Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
4.Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)
5.Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
6.Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
7.Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
8.Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)
9.Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
10.Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)
11.Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)
12.Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)
13.Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)
14.Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
15.Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
16.Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)
17.Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)
18.Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II
(Jakarta: JB Wolters, 1952)
19.Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III
(Jakarta: JB Wolters, 1952)
20.Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan
Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)
21.Sesalam Kawin (t.t.)
21
ParaSastra
B. Karya Saduran
1. Si Bakhil (1926)
2. Pelik-pelik Pendidikan I--IV (1952).
C. Karya Terjemahan
1. Tiga Orang Panglima Perang (Alexander Dumas) (1922)
2. Dua Puluh Tahun Kemudian (Alexander Dumas) (1925)
3. Graaf de Monte Cristo I--IV (Alexander Dumas) (1925)
4. Belut Kena Ranjau I--Il (Banonesse Orczy) (1951)
5. Anjing Setan (A. Conan Doyle) (1928)
6. Anak Perawan di Jalan Sunyi (A. Conan Doyle) (1928)
7. Gudang Intan Nabi Sulaeman (H. Rider Haggard) (1929)
8. Kasih Beramuk dalam Hati (Beatrice Harraden) (1931)
9. Memperebutkan Pusaka Lama (Edouard Kijzer) (1932)
10. Iman dan Pengasihan I--IV (H. Sienkiewicz) (1933)
11. Permainan Kasti (F.H.A. Claesen) (1940)
12. Perjalanan Ahmad ke Eropa (N.K. Bieger) (1940)
13. Sayur-Sayuran Negeri Kita (J.J. Ochse) (1942)
14. Pablo (Lidow) (1948)
15. Asal Binatang (Giane Anguissola) (1948)
16. Si Buyung (S. Franke) (1949)
17. Bersiap (C. Wilkeshuis) (1949)
18. Pengajaran di Sweden (Jan Lighthart) (t.t.)
19. Sepanjang Garis Kehidupan (R. Kasimier) (1951)
20. Medan Perdagangan (K. Gritter) (1951)
21. Edison Sripustaka (K. Gritter) (t.t.)
22. Maw Volksalmanak (K. Gritter) (t.t.)
22
SastraCyber
PERDENGARKAN
SUARA JIWA
MELALUI
DUNIA CYBER
Oleh : Firman D. Permana
lingkungan sekitar.
Kalau puisi bisa saya dapatkan inspirasi dari
sekitarnya, namun lebih banyak itu dari suara
jiwa saya, makanya saya buat grup Puisi
Suara Jiwa, suara jiwa dapat di 'dengar' atau
di 'rasa' oleh yang membacanya... kalau
tulisan sosial, politik karena saya melihat
negeri ini semakin lama semakin tidak
bertuan saya menulis sejak smp, beberapa
puisi dan soliloquy pernah dimuat di majalah
aktuil, tahun 80-an saya kolumnis free lance
di dua surat kabar daerah . begitu tulisnya.
Keaktifan duda berputri satu ini tidak hanya
sebagai pemosting karya tulisnya, tapi Bang
Is juga membuat beberapa grup Facebook
yang memiliki spesifikasi tersendiri dalam
setiap grupnya. Seperti Grup Puisi Suara Jiwa
yang khusus memposting hasil karya berupa
puisi dari para anggotannya. Lalu ada
KRONIKA
dimana
anggotanya
dapat
mengirimkan tulisan atau pemikiran yang
bersifat Konstruktif tentang kritik Sosial,
Politk dan Hukum. Dan juga Grup KOPI PAHiT
yang memberikan ruang bagi anggotanya
untuk saling memotivasi, dan belajar
bagaimana mengelola kehidupan dengan
semangat untuk tidak menyerah, dalam grup
ini setiap anggota hanya boleh mengirimkan
tulisan
yang
mendorong
terbukanya
inspirasi-inspirasi baru yang memungkinkan
anggota lainnya untuk lebih mudah
mengambil keputusan dan hikmah dari
setiap peristiwa yang dialami. Tidak hanya
itu, Bang Is juga membuat grup puisi Soul
Sound Poet, yang mana setiap hasil karya
yang diposting menggunakan bahasa Inggris.
23
SastraCyber
PELANGI MALAM
Doa pelangi malam bersemayam di pundak sang rembulan
Memejamkan sedikit siksa kerinduan terpanjang
Tenangnya mengusir badai keresahan
Ia percaya takdirnya takkan lepas melayang.
Kini pori-pori napas bumi menanti kepastian
Terikat lugunya menjejak tunas harapan
Terbangun dari mimpi yang memikat janji-janji nyata
Bunga pun menggoda dengan aroma-aromanya.
Berkibarlah tegar pelangi malam
Selaksa petir mendaratkan pukulan kejam
Kubur malumu di bukit batu nisan
Bawalah bunga-bunga cinta sebarkan kata menentramkan
Dianie Apnialis M
24
PuraKarya
25
PuraKarya
Begini, puang. Mereka berkata bahwa
mereka lebih baik mempertahankan ajaran
nenek moyang mereka dibanding mengikuti
agama baru yang diajarkan oleh puang.
Agama baru ini tidak bisa menolong mereka
keluar dari kemarau berkepanjangan ini.
Hujan tidak kunjung turun. Setiap hari ada
saja ternak yang mati akibat kekeringan.
Tanaman mereka juga gagal panen. Puang,
mereka bahkan sangat yakin bahwa agama
baru ini tidak mampu membawa mereka
kepada penghidupan yang lebih baik.
Masya Allah. Sesungguhnya Allah SWT
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah
tidak akan menimpakan sesuatu beban
kepada hamba-Nya manakala hamba-Nya itu
tidak sanggup menanggungnya, ujar Khatib
Bungsu. Kemudian ia berkata lagi,yakinlah,
anak muda. Allah akan selalu menolong
orang-orang yang menolong agama-Nya.
Mari, anak muda. Insya Allah, kita akan
membuktikan bahwa sesungguhnya Allah
Maha Penolong.
Keduanya pun lalu bergegas berjalan
meninggalkan tempat itu. Keduanya berjalan
menuju ke arah perkampungan penduduk.
Ketika tiba di kelokan jalan, keduanya
dikejutkan dengan sebuah pemandangan
yang sangat mengerikan. Puluhan lelaki dan
perempuan dewasa tampak mengelilingi
sebuah batu besar yang kelihatannya adalah
sebuah altar. Di atas batu besar itu terbaring
seorang gadis dengan wajah penuh
ketakutan. Kedua tangan dan kaki nya terikat
tali. Seorang lelaki bertelanjang dada berdiri
di samping batu besar tempat gadis itu
diletakkan. Dengan memegang dua bilah
badik di kedua tangannya. Badik itu tampak
sakral, gagangnya seperti terbuat dari tulang
manusia yang diukir. Menunjukkan bahwa
bukan orang sembarangan yang dapat
memilikinya.
Masya Allah. Muridku, apa gerangan yang
dilakukan orang-orang itu? Khatib Bungsu
berkata pada muridnya.
Puang, itu adalah sebuah upacara
persembahan kepada dewa mereka. Mereka
akan mengorbankan gadis itu untuk meminta
hujan!
Astagfirullahhalaziim. Apakah upacara
semacam ini telah sering mereka lakukan
selama ini? Dia bertanya dengan nada
terkejut.
Upacara ini baru dilakukan lagi. Terakhir
kali kami saksikan, upacara seperti ini ketika
terjadi kemarau panjang belasan tahun lalu,
dengan mengorbankan seorang gadis yang
masih perawan.
Upacara persembahan di hadapan mereka
tampaknya sudah dimulai. Puluhan lelaki dan
perempuan di sekeliling altar batu
mengucapkan semacam mantra yang
kedengaran seperti nyanyian dan ratapan
kepedihan. Lelaki bertelanjang dada yang
tampaknya adalah pemimpin upacara itu
melakukan semacam tarian mengelilingi altar
batu. Sejurus kemudian pemimpin upacara
itu berhenti menari. Kedua tangannya
diangkat ke langit sambil mengeluarkan
mantra. Ia lalu berjalan ke arah sebuah
wadah berisi air dan memasukan kedua
badik itu kedalam air suci. kemudian dia
mengangkat kedua badik itu tinggi-tinggi ke
arah langit. Mulutnya tak henti meracau
mengeluarkan ucapan-ucapan mantra.
Hening dan ketegangan meliputi tempat
itu. Pemimpin upacara itu lalu berjalan
menghampiri gadis persembahannya di altar
batu. Pemandangan mengerikan akan segera
terjadi. Kedua badik itu diayun sekuat
tenaga. Sesaat lagi kepala gadis itu akan
segera terpisah dari badannya.
Tunggu...! Dalam detik-detik eksekusi
yang akan dilakukan itu, tiba-tiba terdengar
suara menggelegar. Suara itu ..mengejutkan
semua orang yang ada di situ. Mereka
serempak melihat ke arah datangnya suara
itu.
Kau rupanya, Khatib Bungsu! seru lelaki
pemimpin upacara. Perlahan ia menurunkan
badiknya. Lalu ia berkata lantang, Khatib
Bungsu..! Ada urusan apa tiba-tiba muncul di
sini mengganggu jalannya upacara kami?
Hentikan upacara setan ini! Ketahuilah,
mengorbankan nyawa gadis yang tidak
berdosa tidak akan merubah apapun. Hujan
tetap tidak akan turun kecualli kemalangan
atas nasib gadis itu. Perbuatan kalian ini
sungguh sangat kejam dan tidak manusiawi.
Jika ingin meminta hujan, mintalah kepada
Allah SWT, Tuhan semesta alam dengan
berdoa dan malakukan kebajikan.
Hahahahahaahaaa! Upacara ini kami
lakukan berdasarkan ajaran leluhur kami dan
telah berlangsung selama ratusan tahun.
Ajaran baru yang kamu ajarkan nyatanya juga
tidak bisa menurunkan hujan di negeri ini,
bukan? Lelaki itu berkata sambil matanya
memandang sinis pada Khatib Bungsu
26
PuraKarya
Tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Utusan-Nya, kata Khatib
Bungsu dengan suara tenang.
Omong besar! Buktikan jika kamu mampu
menurunkan hujan.
Khatib Bungsu terdiam sejenak. Dengan
suara yang tetap tenang dan berwibawa ia
berkata,baiklah, aku akan mencoba
meminta kepada Allah SWT, air yang kalian
inginkan itu, tapi dengan syarat kalian harus
melepaskan gadis itu dan meninggalkan caracara keji ini.
Hei, Khatib Bungsu. Kami tidak akan
melepaskan gadis persembahan kami. begini
saja, buktikan kepada kami jika kamu bisa
meminta air kepada Tuhanmu itu. Buktikan
saja kalau ajaranmu itu benar. Jika kamu bisa
membuktikan omong besarmu, maka kami
melepaskan gadis ini, ujar lelaki itu sinis.
Baiklah, tetapi kalian harus menepati
janji. Kalian harus melepaskannya ujar
Khatib Bungsu. Ia lalu berjalan beberapa
langkah.
Sejenak kemudian wali Allah itu
mengangkat kedua tangannya dan lalu
berdoa beberapa saat. Setelah mengusapkan
kedua telapak tangan ke wajahnya lalu
secara tiba-tiba ia mengangkat tongkat
kayunya lalu dihunjamkan ke tanah dengan
keras. Separuh tongkat itu terhunjam ke
dalam tanah. Khatib Bungsu lalu menarik
tongkat itu dan membentuk semacam garis.
Dan apa yang terjadi sungguh sangat
mencengangkan! Sekonyong-konyong dari
dalam
lubang
bekas
tongkat
itu
memancarlah air yang sangat deras! Semakin
deras dan menggenangi tanah tempat
mereka berpijak.Genangan air itu semakin
banyak hingga menggenangi semua orangorang di tempat itu sampai setinggi lutut.
Semua mata yang ada di tempat itu
terbelalak. Mereka
terperangah dengan
peristiwa ajaib di hadapan mata mereka.
Anak muda, cepat bebaskan gadis itu!
Khatib Bungsu berseru kepada muridnya.
Pemuda itu dengan sigap langsung melompat
ke altar batu dan melepaskan tali-tali yang
mengikat gadis itu.
Puluhan orang dipimpin lelaki pemimpin
upacara itu lalu beramai-ramai mengerumuni
Khatib Bungsu. Mereka bahkan lalu
membungkuk di hadapan Khatib Bungsu.
Tetapi Khatib Bungsu segera mencegah
mereka melakukan hal itu.
Tidak! Tidak! Kalian tidak boleh
membungkuk seperti itu di hadapanku. Aku
27
PuraKarya
Datanglah ke mesjid tertua di Sulawesi
Selatan ini. Kita bisa merasakan nuansa
tersendiri ketika shalat di dalamnya. Salah
satu yang bisa kita rasakan adalah barakah
dan spirit perjuangan Dato Tiro yang datang
dari pulau seberang ke Bulukumba untuk
menyebarkan agama Islam.
Setelah Al Maulana Khatib Bungsu wafat,
jasadnya dimakamkan sekitar 100 meter dari
mesjid Nurul Hilal. Makam beliau hingga kini
banyak dikunjungi orang-orang dari berbagai
penjuru untuk berziarah. Kolam di dekat
sumber mata air ajaib dan Mesjid Nurul Hilal
(*) Tahun 1604 M, Al Maulana Khatib Bungsu bersama dua sahabatnya, Khatib Makmur dan dan
Khatib Sulaiman mengembara hingga ke wilayah Selatan Pulau Sulawesi. Ketiganya berasal dari
Pulau Andalas atau Sumatera. Ketiga orang inilah yang merupakan penyebar agama Islam yang
pertama kali di Bulukumba dan sekitarnya. Nama lain dari Khatib Bungsu adalah Abdul Djawad.
Sebuah catatan sejarah juga menyebut nama aslinya adalah Nurdin Ariyani. Ia menyebarkan Islam
pertama kali di wilayah Kerajaan Tiro. Sementara kedua orang sahabatnya menyebarkan Islam di
wilayah Barat dan Tenggara. Oleh masyarakat setempat ketiganya diberi gelar. Khatib Bungsu diberi
gelar Dato Ri Tiro atau Dato Tiro. Khatib Makmur diberi gelar Dato Ri Bandang. Sedangkan Khatib
Sulaiman diberi gelar Dato Patimang.
Mercusuar
Tiap lima waktu, dua puluh empat jam sekali
Mercusuar waktu menaburkan tanda Ilahi
Setiap tanda itu membentuk huruf
Dan hurufnya-pun titisan-Nya
Apalagi kata-kata itu menjelma syair tanpa tanding
Tak ada alasan kita untuk tidak mencerna panggilan itu
Itu kewajiban, yang haram bila dipatahkan
Sudahi dulu sibukmu, sisakan waktu sesaat menghadap-Nya
28
PuraKarya
Cintaku,
Tersenyumlah
Oleh : Nilam
Menatapmu bukanlah gambaran jiwaku,
melihatmu
menenenangkan debaran
jantungku.
Manis yang tak terwakilkan dari ucap
pujaku, sekalipun kau disukukan tak luntur
niatku melirikmu cantik. Kita punya latar
belangkang yang jauh berbeda, tapi bagiku
kaulah paru-paru belahan nafasku.
Seminggu jeda kita tak bersua tapi
rinduku sudah setahun rasanya, lambayan
terurai mahkota sekujurmu tak terlupakan.
Aku punya sesuatu untukmu, kamu harus
mencobanya. Mmm... kau habiskan dalam
sekali tegukan, sehaus itukah kamu? atau
rasanya sangat menggoda?
Kenapa kau diam saja? tak rindukah kamu
untuk bertanya walau hanya sebatas basabasi!
Aku tahu raut rindu diwajahmu Wie, agar
kau tak salah paham, sebaiknya kujelaskan
padamu. Tentang perawan yang kau lihat
bersamaku kemarin, namanya Seruni. Sari
yang mengajaknya kerumah dia sangat
menggoda layaknya saat pertama kali kita
bertemu dulu.
Wie... tolong jangan menatapku seperti itu,
kau pantas untuk cemburu tapi bagiku
kalian layak berdampingan disebelah hatiku.
Hai apa kabarmu hari ini cantik?
Puasakah kamu?
Pesonamu dengan gaun tropis favoritmu
sungguh aku tak bosan mengagumimu.
Begitu anggunya dirimu cantik.
Jika saja aku tidak melihat Seruni melirik
kearah kita ingin rasanya kusentuh dirimu.
Menyentuhmu tak membuat puasaku batal
29
PuraKarya
Aku melihat sendiri saat mereka bersalsa
dengan semilir dengan gaya sedikit kaku,
Siliwangi menusuk marahku.
Kalaupun yang aku lihat benar, rasanya aku
tak harus cemburu. Dengan alasan semilir
temanku dan teman kamu juga Wie. Tepatnya
temanku sebelum aku kenal kamu.
Semilir itu sejatiku. Siapa tahu dia Cuma
menghibur atau juga Wie lagi ikut sayembara.
Lalu meminta semilir untuk mengajarinya.
Wie itu paling alergi pada Siliwangi yang
seringkali mencelakai Wie dan Aku sendiri
pernah melihatnya.
Derasnya hujan membuat aku tidak bisa
menemui Wie tapi dari balik jendela aku
dapat melihat setiap lekuk rona Wie. Wie
sungguh menawan dibawah guyuran hujan
aku bisa melihat bebas senyumnya yang
manawan tanpa celah. Dia begitu menikmati
setiap butiran yang menyentuhnya, Allah
maha besar.
Ini adalah kencanku entah untuk yang
keberapa kali. Kenapa baru sekarang aku
menyadari bertapa mulus kulitmu. Bertapa
lembut porimu, bertapa dingin tubuhmu saat
kusentuh menyejukkan relung hatiku.
Wie, jujur tak ada niatku untuk merenggut
keperawananmu aku tahu ini bulan suci.
Dimana dinamakan bulah keberkahan bulan
diantara bulan yang sangat ditunggu umat
muslim sedunia dimana fahala dan dosa
dilipat gandakan.
Kamu tentu tahu apa artinya puasa, puasa itu
menahan diri dari sesuatu yang membatalkan
puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam
matahari pastinya dengan niat dan beberapa
syarat.
Menjalankan ibadah puasa hukumnya wajib
bagi mereka yang islam, balig, kuat berpuasa,
berakal sehat. Tidak wajib berpuasa bagi yang
sakit dan orang gila
Sari, memintaku untuk menemui Wie. Tubuh
mulus Wie menguning entah penyakit apa
yang sedang menggerogotinya, sepertinya
bukan dehidrasi entahlah.
Aku yang sering memberi asupan gizi untuk
Wie jadi aku tahu gizi yang dikonsumsi Wie.
Sari juga tak memberi sembarangan asupan
gizi untuk Wie, karena ia tahu akan apa dan
disuka Wie bisa dan tidaknya dikonsumsi
Wie.
Wie maaf ya! aku tidak bisa menemanimu.
Aku sibuk sekali belum lagi deadline aku
mesti menghadiri kasus yang aku tangani
ditambah lagi saksi kuncinyanya kabur. Nanti
malam ada acara berbuka puasa bersama
dilanjutkan dengan seminar samapi sahur,
30
PuraKarya
Sorry ya, aku keperpus dulu, ku percepat langkahku. Menuju parkiran dekat pustaka untung
Yusuf tidak menguntitku.
Aku merasa Yusuf tahu kalau aku bukan keperpus tapi Yusuf tidak mengikutiku. Maaf Yusuf untuk
sekarang ini aku tak rela Wie kau pinang sekalipun olehmu Yusuf.
Aku menemui Wie dan Seruni ditaman samping. Terlihat jelas mereka sangat kompak memakai
gaun senada kecuali debar jantung dan senyum dimatak.
Aku tidak tahu siapa yang harus kusapa duluan. sekalipun poligami free dalam hal ini namun untuk
yang satu ini aku belum siap.
Aku mengambil posisi didepan keduanya setidaknya inilah posisi adil menurutku entah dengan
kedua sicantik ini, hatiku tumbuh berbunga, bermekaran disetiap titik sarafku menggelitik aku
untuk terus tersenyum diapit dua ranum yang menggoda mata hatiku.
Selang minggu
Wija kenapa denganmu? aku yang menafkahimu. Aku pula yang mencintaimu pertama kali
merawatmu bukanya aku tak tulus.
Engkau hadiahi pesonamu pada malam. Aku tahu tak ada perjanjian apapun atau ikatan yang
mengekang kita. Bagaimanapun hatiku terlanjur gundah bersama air dalam mataku.
Pecuma juga aku marah tak ada rasa bersalah dalam sinar tubuhmu mungkin saja suatu ketika
angin kemenangan akan menghampiri impianku. akan ku dapat setiap rekahan ranummu, akan
kucium setiap kelopakmu. Kusimpan wanginya dironggaku agar saraf terus merinduimu. Aku tak
melihat Seruni dan Wie kemana mereka. Sari mengajak mereka jalan-jalan
ketaman.
perasaanku tidak enak.
Sari! Kenapa dengan Wie? Wija terluka. Tubuhnya penuh cakaran sebagian hancur kulit
mulusnya aku histeris ia harus segera diamputasi. Tak adakah cara lain untuk menyelamatkan
Wie?
ini cara satu-satunya untuk mencegah agar tidak agar Wie tak infeksi. Dengan sigap Sari
memberi pertolongan.
Wie diamputasi dalam hal ini Sari ahlinya. Aku hanya bisa memandang Wie tampa bisa berbuat
apa-apa. Wie terlihat tak berdaya, sabar ya Wie ini semua untuk kesembuhan kamu juga.
siapa yang melakukan ini pada Wija.
Entahlah kak, tadi pas Sari pulang sekolah mereka sudah tergeletak dan kondisi tubuk Wie
remuk.
Sepertinya ini ulah sabotase Pejantan kak.
Sipejantan! awas dia kalau ku dapat akan kukenduri dia.
Wie, memang pernah mengaduk cemburuku tapi siapapun yang berani menyakiti Wie akan
kukerupukin ia. Sari menguburi bagian tubuh Wie dengan harapan Wie dapat berinkarnasi. Menjadi
wija...wija kecil yang menawan.
Stomata mulusmu akan melahirkan wija baru. Aku tidak tahu kapan itu kemungkinan itu ada untuk
sebuah harapan.
Hanya waktu dan kuasa Tuhan yang punya jawaban.
Meskipun
kamu
hanya
sebatang pohon yang tumbuh ditamanku aku masih ingin melihat kamu bersalsa bersama semilir
dan tersenyum disetiap bait pujaku.
31
ParaSastra
32
ParaSastra
Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga
menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia
dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima,
baik peringkat nasional maupun internasional.
Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah
surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan
Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor
majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor
dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah
menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat,
dan Gema Islam.
Hamka belajar secara otodidak untuk bidang filsafat, sastra, sejarah,
sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran
bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan
pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan,
Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui
bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan
Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold
Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti. Hamka juga
rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh
terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas
Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus
Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang
ahli pidato yang handal.
Hamka semasa kecil rajin mendalami agama Islam dan bahasa Arab.
Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal
sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di
Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di
sanalah Hamka belajar. Namun sebagaimana tradisi pada masa itu
Hamka juga mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang
diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh
Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus
Hadikusumo.
Ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau
yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti
ayah kami, atau seseorang yang dihormati. Hamka adalah akronim
dari Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah.
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di
Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di
Padangpanjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai
dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah,
Padangpanjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu,
beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan
Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga
tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh
Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika
Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau
bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
33
ParaSastra
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertumbuhan
Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah
mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan
kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau
mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada
tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah
Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul
Muhammadiyah di Makassar
Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan
Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi
Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun
1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres
Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan
Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama
Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua
umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya
meletakkan jabatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak
dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Aktivitas politik Hamka bermula pada tahun 1925 dalam partai
politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu
menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia
melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di hutan belantara
di Medan. Pada tahun 1947, Hamka dilantik sebagai ketua
Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota
Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam
Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan
oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964
hingga tahun1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Soekarno
karena dituduh pro-Malaysia. Semasa di penjara Hamka menulis
Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.
Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik sebagai ahli Badan
Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis
Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan
Nasional, Indonesia.
Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor
Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya
dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa
Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh
gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia
pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas
Prof. Dr. Moestopo. Hamka wafat pada 24 Juli 1981 dalam usia
73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.
34
INDONESIA
KE 69
35
Kucium wangimu
Kucium wangimu sebelum kulihat datangmu
Kau kurindu..
Nilam
Masih Saja Tidur di balik Tembok
Kekar
ParaSastra
ERNEST
MILLER
HEMINGWAY
Oleh : Irfan Purnama
Pemenang Hadiah Nobel Ernest Hemingway dipandang sebagai salah satu novelis abad ke-20 besar
Amerika, dan dikenal atas karyanya seperti : A Farewell to Arms dan The Old Man and the Sea.
Lahir pada tanggal 21 Juli 1899, di Cicero (sekarang di Oak Park), Illinois, Ernest Hemingway
bertugas di Perang Dunia I dan bekerja di jurnalisme sebelum menerbitan koleksi ceritanya In Our
Time. Dia terkenal untuk novel seperti The Sun Also Rises, A Farewell to Arms, For Whom the Bell
Tolls, dan The Old Man and the Sea, yang memenangkan Pulitzer 1953. Pada tahun 1954,
Hemingway memenangkan Hadiah Nobel. Sayangnya, dia bunuh diri pada tanggal 2 Juli 1961, di
Ketchum, Idaho.
AWAL KEHIDUPAN DAN KARIRNYA
Ernest Miller Hemingway lahir pada tanggal 21 Juli 1899 di Cicero (sekarang Oak Park), Illinois.
Clarence dan Grace Hemingway membesarkan anak laki-laki mereka dalam lingkungan konservatif
di pinggiran kota Chicago, dan juga pernah tinggal dan menghabiskan waktu yang indah di sebelah
utara Michigan, dimana mereka memiliki rumah pedesaan yang sederhana. Disanalah kelak orang
yang senang dengan olahraga ini belajar berburu, memancing, dan sangat menyukai kegiatan yang
berhubungan dengan alam.
Pada masa sekolah menengah, Hemingway muda bergabung di koran sekolah, Trapeze and Tubula,
yang kebanyakan berisi liputan pemberitaan mengenai olahraga. Secepatnya setelah kelulusannya,
jurnalis muda ini pergi bekerja untuk Kansas City Star, yang nantinya menghasilkan pengalaman
dan mempengaruhi gaya prosanya yang mempreteli hingga dalam.
Dia pernah mengatakan, Di sini (Kansas City Star) anda dipaksa untuk belajar menulis kalimatkalimat yang deklaratif dan sederhana. Hal ini sangat berguna bagisiapa saja. Bekerja untuk surat
kabar tidak akan menyulitkan penulis muda dan dapat membantu mereka untuk keluar dari
masalah pada saat yang tepat.
37
ParaSastra
PENGALAMAN MILITER
HIDUP DI EROPA
Rizal, 2014
38
ParaSastra
MASA-MASA KRITIS
Tidak lama kemudian, Pauline hamil dan pasangan itu memutuskan untuk pindah kembali ke
Amerika. Setelah kelahiran anak laki-lakinya, Patrick Hemingway di tahun 1928, mereka menetap di
Key West, Florida, tapi tinggal untuk musim panas di Wyoming. Selama periode ini Hemingway
menyelesaikan novel bertema perang dunia pertamanya, A Farewell to Arms, yang sekaligus
momen ini merupakan caraya untuk mengamankan tempatnya secara abadi sebagai sastrawan
yang berhasil pada masa itu.
Saat dia sedang tidak menulis, Hemingway menghabiskan waktunya berpetualang: berburu di
Afrika, menjadi matador di Spanyol, memancing di laut dalam di Florida. Saat melaporkan dan
menjadi koresponden perang sipil di Spanyol tahun 1937, Hemingway bertemu dengan sesama
koresponden perang yang bernama Martha Gelhorn (yang kemudian menjadi istri ketiganya) dan
dalam masa ini dia mengumpulkan materi untuk novel selanjutnya, For Whom the Bells Tolls, yang
pada akhirnya mengantarkan dirinya untuk meraih Hadiah Pulitzer.
Seperti yang diprediksi sebelumnya, pernikahannya dengan Pauline pun akhirnya kandas, dan
mereka bercerai. Gelhorn dan Hemingway menikah sesaat setelah mereka membeli sebuah
peternakan dekat dengan Havana, Kuba, yang nantinya mereka putuskan tempat itu sebagai rumah
musim dinginnya.
Saat Amerika akhirnya terlibat dalam Perang Dunia II di 1941, Hemingway bertugas sebagai
koresponden perang, dan hadir pada beberapa kejadian penting dalam perang tersebut,
diantaranya adalah Hari H dimana sekutu mendaratkan pasukannya untuk menyerang Jerman.
Tidak lama menjelang perang berakhir, dia bertemu kembali dengan koresponden perang lainny,
Mary Welsh, yang kemudian dinikahinya setelah dia menceraikan Martha Gelhorn.
Ditahun 1951, Hemingway menulis The Old Man and the Sea, yang dikemudian hari mungkin akan
menjadi buku karangan terkenalnya dan akhirnya membuat dirinya meraih Hadiah Pulitzer yang
sebelumnya telah lama ia tolak.
WARISAN
Hemingway meninggalkan karya yang mengesankan dan gaya ikonik yang masih mempengaruhi
penulis-penulis sesudahnya. Kepribadiannya dan pengejaran petualangannya yang konstan
sebanding dengan betapa besarnya bakat kreatifnya.
Ketika ditanya oleh George Plimpton tentang fungsi dari karya seninya, Hemingway membuktikan
sekali lagi untuk menjadi master dari "satu kalimat yang benar" : "Dari hal-hal yang telah terjadi
dan dari hal-hal sebagaimana adanya dan dari segala sesuatu yang Anda tahu dan semua orang
Anda tidak bisa tahu, Anda membuat sesuatu melalui penemuan Anda yang bukan merupakan
representasi tetapi seluruh hal baru yang lebih benar dari apa yang benar dan hidup, dan Anda
membuatnya hidup, dan jika Anda membuatnya cukup baik, Anda memberikan keabadian. "
39
ingat waktu
Ketika labirin waktu mulai menipis.
pundak tak sanggup lagi mengangkat beban.
Ketika jarum jam terus dikejar bayangnya.
ketika itu mata mulai menciut dan pandangannya kabur.
Diam...
Lalu batinnya penuh tanya.
Adakah persiapan dariku untuk menghadapi ajal ?
sedang orang tua itu begitu yakin akan kematian
yang kerap datang kerap menjemputnya.
Tuhan seruh sekalian alam tahu kapan akan memanggil manusia.
dan mengapa aku terlalu sibuk dengan duniaku ?
Akankah surga akan dihuni kalangan tua seperti mereka yang khusyuk masyuk ?
Yang tak hentinya memanjatkan doa di setiap dhuha ?
namun kadang kadang ku sadar
Muthi'ah
Menembaki Senja
Senapanku tegak menantang
angkasa
Peluru melepaskan dirinya
Membelah senja
Juga ada pesan di dalamnya
Tentang rindu tiada habisnya
Semoga dapat kau terima
Aesna
40
Purakasastra adalah media independen yang bertujuan untuk ikut membangun dan
memajukan dunia kesusasteraan nasional.
Kami menerima semua bentuk sumbangan naskah untuk dapat dipublikasikan secara
nasional melalui media ini. Sumbangan tersebut dapat berupa kajian-kajian
kesusasteraan, liputan kegiatan sastra , tips-tips menulis, karya sastra, buku-buku sastra,
dan lain-lain.