Anda di halaman 1dari 42

#01 AUG 140

Seluruh Staff & Tim Redaksi

Mengucapkan :

SELAMAT
HARI RAYA
IDUL FITRI
1435 H

Mohon Maaf Lahir dan Batin


2

DAFTAR ISI
5
KATA PENGANTAR
LENTERASASTRA
MENULIS = ACTION
PUISI DALAM BINGKAI
SURAT KECIL DARI - NYA

PURA KARYA
Cerita Pendek
DOA MAS WAWAN

11

PUISI DALAM BINGKAI


HATI YANG MURUNG
KAJIANSASTRA
BEDAH KARAKTERISTIK 3 ANGKATAN SASTRA NASIONAL
PUISI DALAM BINGKAI
TANYA

12
17

PURA KARYA
Cerita Pendek
NINIK SI PENGINTIP
PUISI DALAM BINGKAI
AYAT KE SEPULUH
AYAT KE DUA BELAS

19
20

PARA SASTRA
NUR SUTAN ISKANDAR
PUISI DALAM BINGKAI
KETIKA PAPAN KUNCI MEMBUNUH UJUNG PENA

23

SASTRA CYBER
PERDENGARKAN SUARA JIWA MELALUI DUNIA CYBER
PUISI DALAM BINGKAI
PELANGI MALAM
PURA KARYA
Cerita Rakyat
ASAL MUASAL SUNGAI PANJANG HILA-HILA

DAFTAR ISI
PUISI DALAM BINGKAI
MERCUSUAR
29

PURA KARYA
Cerita Pendek
CINTAKU, TERSENYUMLAH

32

PARA SASTRA
BUYA HAMKA
35

PUISI DALAM BINGKAI


KUCIUM WANGIMU
MASIH SAJA TIDUR DI BALIK TEMBOK KEKAR

35

PARA SASTRA
ERNEST MILLER HEMINGWAY

36

PUISI DALAM BINGKAI


CERITA TERPENDAM PRIA TETANGGA
36

Kata Pengantar

LenteraSastra

Oleh : Alfian Nawawi


Menulis tidak ditentukan oleh bakat. Bakat hanya memberikan kontribusi sebesar 10%
sedangkan 90% adalah kemauan! Lalu action!
Penulis yang baik adalah pembaca yang baik. Setiap pembaca yang baik namun tidak pernah menulis,
dapat disimpulkan dia tidak punya kemauan. Aneh jika ada seorang penulis tidak biasa membaca. Untuk
terjun ke dunia kepenulisan, syarat utamanya adalah wajib membiasakan diri untuk membaca. Membaca
apa saja yang bisa dibaca. Setelah lalu lintas peristiwa, maka bacaan merupakan gudang ide terbesar
kedua. Jadi sedikit action saja maka anda sudah menulis.

Setelah ada kemauan, lalu bagaimana


memulainya? Berikut ada tiga tips sederhana
yang bisa dicoba:

Berikut merupakan tips yang bisa digunakan


ketika anda mulai rajin menulis atau paling tidak
anda telah mencoba menulis.

Memilih Topik.
Pilih topik yang ringan-ringan saja dulu. Atau
anda mau menulis esai atau cerpen misalnya?
Tulis saja dulu. Tidak apa-apa berantakan.
Tidak usah perhatikan plot, awal, tengah,
maupun endingnya. Editing berada dalam
kekuasaan anda nantinya. Kapan saja anda
mau.

Biasakan Menulis Kalimat Singkat.


Kalimat pendek rata-rata berjumlah 10 kata atau
kurang Pangkas kata sifat dan kata keterangan
yang tidak ekonomis. Biasakan memilih kata
dan ketimbang tanda koma. Mengapa kalimat
pendek ? Otak manusia punya keterbatasan
dalam mencerna kalimat panjang dan lebih
mudah menyerap informasi dalam bentuk
kalimat pendek.

Membuat kerangka tulisan.


Membuat kerangka tulisan bertujuan untuk
membatasi apa yang harus kita tulis.
Tulis kalimat pertama sesederhana mungkin.
Tidak usah terlalu terbebani kalimat itu harus
bagus dan menarik.
Menabung kosa kata.
Semakin banyak membaca maka kosa kata
anda semakin banyak.
Jangan menulis sambil mengedit. Editing ada
bagiannya tersendiri, setelah anda selesai
menulis dan membacanya berulangkali.

BERLANGGANAN & IKLAN :


redaksipuraka@gmail.com
089 89 120 411

Biasakan Menulis Paragraf Pendek.


Idealnya tiap paragraf hanya berisi satu ide
pokok. Cara ini membantu pembaca mencerna
informasi. Paragraf pendek tercipta dengan
sendirinya bila kita menulis dengan jelas dan
mudah dimengerti.
Biasakan Kalimat Positif.
Kalimat positif mudah dicerna. Kecuali jika anda
ingin segera tampil sebagai penulis hebat dengan
kalimat-kalimat yang rumit dan kelihatan hebat.
Pada dasarnya itu adalah cara mengatakan
tentang sesuatu secara langsung daripada
memilih
mengatakannya
dengan
cara
berlawanan.

LenteraSastra

Bagaimana cara mendapatkan Ide untuk menulis ketika Anda sudah mulai terbiasa menulis?
Hal sederhana dalam menulis untuk penulis pemula adalah hal penting, termasuk
menyederhanakan cara mendapatkan ide. Berikut adalah beberapa jalan munculnya ide:
Ide muncul dari kebiasaan kita sehari hari
Ide muncul dari tetangga yang sering mabuk
Ide muncul dari curhat teman baik
Ide muncul dari orang yang terhimpit di bis untuk berangkat ke kantor
Ide muncul ketika melihat pak Hansip sedang tertidur pulas di posnya
Ide muncul ketika caleg-caleg gagal masuk rumah sakit jiwa.
Ide muncul ketika melihat pelacur pulang larut malam.
Dan masih jutaan ide yang bisa Anda kembangkan sendiri dengan menggunakan kreatifitas, dan
gaya kepenulisan Anda.

Banyak sekali ide yang bisa kita dapatkan untuk menulis. Hanya saja terkadang kita kurang peka
dengan diri kita dan lingkungan. Dari sekian banyak ide untuk menulis maka imajinasi adalah cara
yang paling kreatif. Berdasarkan pengalaman pribadi, imajinasi bisa didapatkan dari pengalaman
hidup atau bacaan-bacaan yang kita baca. Sebenarnya proses mengasah imajinasi ini idealnya dari
waktu kita kecil. Namun sayang imajinasi kita sejak kecil sudah dibunuh oleh lingkungan pendidikan
yang ada. Tapi tidak ada kata terlambat bagi orang yang mau belajar menulis..
Tahukah anda? Di saat sedang menulis artikel ini sebenarnya saya juga masih sedang belajar
menulis. Dan bertekad akan terus belajar. Selamat menulis. Action!

Surat Kecil Dari-Nya

Jengah aku dengar bisik gerimis


Keluh tanah kian terasa amis
Menyengat napas muntahkan
selongsong tiris
Menatap banjir melabuhkan tangis
mengiris

Aku tak bisa merapal catatan alam


Yang meninggalkan remuk kelu di
kesunyian malam
Dan raung si kecil mencari hangat
di selembar tilam
Atau sebatang kepul asap tak lagi
bingar lewati kelam

Yang kupahami hanya setangkup


pesan, di sana
Di antara air mata dan mata air
murka
Tertinggal tangan-tangan hitam
mengepul dosa
Menelanjangi nusantara lenguh tak
berdaya
Dan segulung bencana adalah surat
kecil
dari-Nya

Tangerang, Januari 2014


Maidi Chandra

Oleh :

Khoirunnisa Istiqomah

Aslmkm. Wati,,pye kbarmu dek? Pye kbar ibu? Iki Mas Wawan
Subhanallah...Mas Wawan. Dengan senyum sumringah kubalas segera.
Waalaikumsalam. Ya ampuun....Mas wawan alhamdulillah apik mas. Ibu juga sehat. Mas ganti nomer
to?
Mas Wawan. Mas-ku satu-satunya. Mas-ku yang
paling ganteng. Jail tapi ngangenin. Sekarang dia
sudah tidak tinggal dengan aku dan ibu lagi. Mas
Wawan kuliah di Bandung. Hanya waktu liburan
semester atau libur lebaran saja Mas Wawan
pulang ke rumah.
Bersama Mas Wawan, aku telah melalui masamasa sulit. Itu juga yang membuat aku dengan
Mas Wawan sangat dekat. Saling mengenal satu
sama lain. Dari atas-bawah, kanan-kiri, depanbelakang, luar-dalam, aku sudah tahu seperti apa
Mas Wawan itu. Sudah 17 tahun hidup
bersamanya bukan berarti aku mengerti semua
yang ada padanya. Ada sesuatu dalam diri Mas
Wawan yang aku tidak bisa mengerti sampai saat
ini. Sesuatu yang terjadi 10 tahun yang lalu.

Bantul, 1995
Laa ilaaha ilallah....Laa ilaaha ilallah.....Laa
ilaaha ilallah...
Hari itu keluarga kami tengah berduka. Bapakku
meninggal. Tiga hari sebelumnya, Bapak
mengalami kecelakaan karambol di Jalan Wates.
Terjadi pendarahan yang parah di kepala. Bapak
koma sampai akhirnya meninggal tadi subuh.
Saat itu umurku 8 tahun dan Mas Wawan
berumur 10 tahun. Umur kami memang masih
terlalu kecil untuk memahami semua ini. Yang
kami tahu saat itu hanyalah Bapak tidur di peti
yang ditutupi kain hijau bertuliskan tulisan arab
dan mendadak rumah kami yang kecil dipenuhi
orang. Sebagian besar tetangga kami tapi ada
juga beberapa teman kerja Bapak. Oh iya,,aku
lupa satu lagi. Selain itu, yang kami tahu, ibu tak
henti-hentinya menangis. Kalau ibu nangis-nya
lagi kenceng....

Itu Budhe Narto, tetangga terdekat kami. Rumah


Budhe Narto tepat berada di sebelah kanan rumah
kami. Budhe Narto sangat baik dengan aku dan
Mas Wawan. Budhe Narto suka ngasih kami
makanan. Kadang kalo jualannya di Pasar
beringharjo lagi laku-lakunya, aku sama Mas
wawan suka dikasih baju batik. Kalau udah gitu,
Ibu bakalan bilang...
Walah...Budhe narto mboten sah repot-repot niki.
Nanti jualannya rugi lho.
Tapi Budhe Narto selalu berkilah
Rapopo...Wawan karo wati wis tak anggep anak
dhewe kok.
Mungkin itu semua karena Budhe Narto tidak
punya anak dan hanya tinggal bersama rewangnya.
Wawan,,wati, sini sama Budhe
Saat ini aku dan Mas Wawan sedang bersama
Budhe Narto. Yaa...ibuku lagi nangis histeris.
Beberapa ibu-ibu memegangi ibuku. Aku lihat
Bapak yang dibungkus kain putih dikeluarin dari
peti. Beberapa orang menurunkan Bapakku yang
tak bergerak sama sekali ke dalam tanah. Setelah
tali-tali yang ada di kain itu dilepas dan Bapakku
tertutupi oleh papan-papan kayu, kami semua
berdoa.

Wawan, wati,,kene karo Budhe

Setelah pulang dari kuburan Bapak, aku lihat ibu


sudah jarang menangis. Ibu sudah lebih tenang
meskipun tidak bisa disebut tenang juga. Sore
itu, bada ashar, sekitar 10 bapak-bapak yasinan
di rumahku. Ibu sibuk buat laden. Bolak-balik
bawa baki berisi teh. Budhe Narto juga ikutan
sibuk menata makanan-makanan dalam besek.
Ada nasi gurih, ayam bumbu kuning, sambal
goreng kentang, dan kedelai hitam. Jadilah aku
dan Mas Wawan main sendiri.

Hari-hari berlalu dengan sama kecuali tidak adanya


lagi Bapak di rumah. Orang-orang masih banyak
berdatangan ke rumah kami. Ibu-ibu tetangga
rumah kami sibuk memasak di samping rumah.
Tumpukan besek masih menggunung di salah satu
sudut rumah. Hanya saja hari ini kelihatannya
lebih sibuk karena sekarang adalah peringatan 7
harinya meninggalnya Bapak.

Ngelamunke apa to Mas? Mas Wawan terdiam


sejenak.

Bagi kamu yang bukan orang Jawa mungkin tidak


biasa mendengar istilah peringatan 7 harian.
Sebenarnya tidak hanya 7 harian, tapi juga 40 hari,
100 hari, 1 tahun, 2 tahun, dan 1000 hari.
Peringatan ini mengadopsi dari kepercayaan
masyarakat Hindu saat itu. Orang Jawa meyakini
bahwa di hari-hari itu ruh orang yang meninggal
berada di posisi-posisi tertentu. Budhe Narto
pernah menjelaskan tentang itu ke aku dan Mas
Wawan tapi aku lupa. Karena bagi kami saat itu
bukan itu yang kami pahami.

Kuwi...kalo ada orang meninggal tu akeh


panganan yo

Waktu itu kami sedang dolan dengan temanteman rumah...

Aku berpikir. Bener juga sih apa kata Mas


Wawan. Mendadak banyak sekali makanan di
rumah kami. Tidak hanya makanan yang
dibagikan untuk tetangga tapi juga makanan
yang tidak boleh dimakan. Maksudnya makanan
sesajen. Ada jenang putih, wedang kopi yang
warnanya hitam pekat, dan juga bunga-bunga
tabur.

Wan, jajan cilok yo ajak Mas Raka yang


sepantaran dengan mas Wawan.

Hayooo kowe!
Aku mengageti Mas Wawan yang dari tadi
ngelamun. Mas Wawan keliatan kaget banget.
Waah...semprul. sambil dorong bahuku ke
samping.

delok kae Wat. Biasane kan di rumah kita cuma


makan tahu-tempe. Kok saiki ada ayam juga.
Lanjut Mas Wawan sambil menunjuk baskom
yang isinya penuh dengan ayam goreng
Mendadak kita jadi anak gedongan. Paling dalam
1 bulan kita cuma makan ayam 3 kali. Itupun
kadang-kadang juga oleh-oleh Budhe Narto dari
kota.
Eh,,Wawan, wati, kok meneng wae to nduk?
Ayo ngewangi laden
Tiba-tiba Ibu sudah ada di depan kami.
Meladeni.

Emoh ah, di rumahku wis akeh panganan. Enakenak meneh


Wah...gelem aku
Yowis,,mas Raka melu neng ngomah wae yo
ajakku.
Hush...ra sopan kowe Ka. Kuwi wis ono jatahe
Mas Lutfi, yang paling tua diantara kami dan yang
dari tadi diam, akhirnya angkat bicara.
Rapopo Mas Lutfi, banyak kok di rumah kata Mas
Wawan
Ojo ah. Mesakke karo ibumu. Gawe panganan ki
yo butuh duit. Mbok pikir ibumu ora ngetokke duit
po?
Kami langsung terdiam. Sepanjang perjalanan
pulang menuju rumah, aku memikirkan kata-kata
Mas Lutfi. Ibu hanya guru TK yang gajinya tidak
seberapa. Darimana Ibu bisa mendapat uang untuk
peringatan kematian Bapak? Ini aja baru 7 harian.
Masih ada sampai 1000 hari. Aku jadi resah
memikirkannya. Kulihat Mas Wawan juga sedari
tadi diam. Entah apakah dia juga memikirkan hal
yang sama.

Tak terasa, 10 hari lagi adalah 40 harian Bapak.


Aku sudah cukup terbiasa kalau malam hari
tidak ada yang nonton bola keras-keras. Itulah
kebiasaan Bapak. Tapi apa yang aku pikirkan
saat itu benar terjadi. Sudah seminggu
belakangan ini, kami makan dengan sangat
seadanya. Tahu dan tempe bertransformasi
menjadi kerupuk dan sambal. Kalau tidak
sangat seadanya bahkan hanya satu kali dalam
sehari.
Belakangan barulah aku tahu bahwa selama
peringatan 7 harian Ibu mengutang tetanggatetangga. Hutangnya pun cukup besar apalagi
bagi kami yang sudah ditinggalkan Bapak.
Akhirnya, gaji ibu sepenuhnya digunakan untuk
melunasi hutang. Hanya uang lawatan lah yang
membuat kami bertahan.
Sempat terbersit dalam pikiranku kenapa kita
harus merayakan 40 harian Bapak? Untuk
makan saja kami kesulitan. Kenapa harus
menambah beban dengan memberikan makan
kepada orang lain? Sayangnya pikiranku itu
hanya ada di dalam otak. Tidak seperti Mas
Wawan.
Bu, kenapa to 40 harian Bapak harus dirayain?
Kan buang-buang duit, Bu kata Mas wawan
kepada Ibu
Ibu dengan cepat menjawab, Itu namanya
adat, Le. Udah turun-temurun di dusun ini. Ra
penak karo tangga-ne

Mas wawan pun diam. Adat. Kami tidak tahu


betul apa arti kata itu. Yang kami tahu adat itu
tidak boleh dilanggar karena kata pak guru adat
itu harus dijaga.

Hari ini tiga kali kentongan berbunyi di dusun


kami. Tiga orang meninggal di hari yang sama.
Yang satu seorang ibu pemilik kontrakan, yang
kedua seorang pelajar SMA karena kecelakaan,
dan yang ketiga seorang mbah-mbah kakung.
Orang-orang menerka-nerka kutukan apa yang
sedang terjadi ini. Salah apa mereka sampai
harus dihukum seperti ini. Maklum saja, dusun
kami saat itu masih percaya dengan hal-hal
takhayul.
Karena kepercayaan itulah, orang-orang dusun
lalu mengadakan suatu acara. Aku tidak tahu
apa namanya yang jelas fungsinya untuk tolak
bala dan memohon ampunan kepada penunggu
dusun. Mereka sibuk menyiapkan berbagai
macam makanan yang kebanyakan merupakan
hasil dari sawah dan ladang mereka. Makanan
ini nantinya adalah untuk sesajen. Setelah
diadakan yasinan, sesajen itu lalu disebarnya di

beberapa tempat di dusun yang katanya banyak


penunggunya.
Ibuku juga termasuk salah seorang yang
percaya. Menurut Ibu, itu artinya dusun kami
sedang dihukum oleh alam. Dusun kami
melakukan kesalahan dengan alam sehingga
penunggu alam pun menghukum dusun kami.
Lain cerita dengan Budhe Narto. Kata Budhe
Narto, itu gara-gara wewe gombel marah
karena tidak mendapat anak kecil untuk diculik
jadi membunuh orang-orang.
Sebagai anak kecil, yang aku tahu berarti ada
tiga upacara peringatan kematian. Ada tiga
macam 7 harian sampai 1000 harian dalam
waktu yang sama. Ada 7 harian ada makanan.
Berarti ada banyak makanan. Benar saja, dalam
satu hari ini ada 3 besek yang dikirim ke
rumahku. Nampaknya untuk beberapa hari ke
depan aku bisa makan enak dan terlepas dari
kutukan. Kutukan kerupuk dan sambal,
maksudku.

Mas Wawan, alhamdulillah ya, kita bisa makan


enak kataku kepada Mas Wawan saat pulang
sekolah bersama.
Iya. Alhamdulillah yo. Seneng kowe, Wat?
Aku mengangguk. Kami terdiam lagi. Tapi aku
juga sedih kenapa harus banyak yang
meninggal. Lama-lama aku pun jadi ikut mikirin
apa kata orang dusun, apa bener ya dusun kita
ini kena kutukan?
Mas, kamu percaya nggak sama yang dikatain
orang-orang kalo dusun kita ini kena kutukan?
Ora jawab Mas Wawan dengan cepat dan
yakin.
Kok mas ngerti?
Tentu saja aku heran. Persoalan yang
berhubungan sama takhayul yang bikin orang
ragu-ragu gini, dia malah yakin. Bukan apa-apa,
lagian waktu itu kan kita masih anak-anak.

Mas Wawan tiba-tiba memasang muka serius,


kamu tau ndak, waktu itu aku donga sama
Allah, biar ada orang yang meninggal di dusun
HAH? seruku dengan kaget dan dengan sigap
Mas Wawan menutup mulutku.
berdoa

10

Hush...ojo banter-banter! kata Mas Wawan sambil melepas tangannya dari mulutku.
Kok Mas Wawan berdoa kayak gitu to? Kan mesakke
Aku kan mung pengen mangan sing enak meneh. Bosen makan kok cuma kerupuk sambel. Aku juga
kaget kok tau-tau langsung 3 orang yang meninggal
Aku hanya bisa diam mendengarkan. Badanku terasa dingin semua.
Aku kasian lihat ibu banyak ngeluarin duit. Kasian juga liat kita yang makan seadanya banget. Lagian
kamu juga seneng kan kita bisa makan enak lagi?

Aku cuma bisa diam. Tidak tahu harus bagaimana. Ya Allah....jadi semua ini karena doa Mas Wawan?
Doa seorang anak yatim yang polos. Semua ini tetap menjadi rahasia antara aku dan Mas Wawan.
Sampai saat ini.
Iya Mas Wawan gnti nomer. Eh, Wat, kmu msih inget kan wktu kita kecil dulu, wktu kita hdup gak
enak, aku prnah doa ada org yg meninggal? Kirain doa-ku wis ra mempan tapi kmaren aku nyobain
doa kayak dulu lagi, terus tetangga kosan-ku meninggal, Wat

Yogyakarta, 29 Juli 2013

Hati yang Murung..


Semua orang memandangku sebagai pencinta
sunyi setiap waktu..
Selang beberapa hari kemudian, aku tetap
dalam sepi dan kaku..
Aku ragu pada bibirku sendiri
"DAN BISU LAH AKU"..
Aku ragu pada telingaku sendiri
"DAN TULI LAH AKU"..
Aku seperti seekor naga yang marah terkendala
awan menjepit..
Ruang, gerak dan batas bersekat tembaga di
bilik sempit..
Aku harus bicara dengan kakiku terlebih dahulu
sebelum pergi dari rumahku..
Aku ingin angin menjadi sepasang mata buat
kakiku.. Tapi......
Kini aku telah berubah menjadi kenangan pilu
bagi orangtuaku,
adik-adikku, saudara-saudara ku, kekasihku dan
sahabat-sahabatku..
Ibarat penyair yang terusir..
Ke tempat paling jauh aku menyingkir..
Pada suatu siang,,
aku sedang duduk mematung dibawah cuaca
kering sesakkan jantung..
Dan pada suatu malam aku terjaga di tepi kiri
asap dan haru..

Dalam keramaian tawa asing oleh teman baru..


Lama-lama aku lelah dengan diriku sendiri..
Dan ingin bergegas memeluk orang-orang yang
ku kasihi..
Aku takut mereka tak mengenal aku lagi..
Yang hilang dari catatan waktu malam dan
pagi..
Tapi hari ini akan kucoba lebih tegar..
Ku bukukan semua,,berharap nanti kalian
dengar.. Karena puluhan puisi telah lahir disini..
Puluhan puisi juga telah mati disini..
Aku ada di Utara.. Aku ada di Selatan..
Di langit,, di bumi..
Aku ada di Barat.. Aku ada di Timur..
Di sorga,, di neraka..
Kini.... Aku menangis,, aku meratap..
Aku menjerit,, aku menghiba..
Aku berbisik,, aku berseru..
Langit ini tak benar-benar biru..
Tidak ada yang lebih membuatku sengsara
selain mendengar suara pesawat, mobil, motor
yang memaksa ingatanku kembali ke masa lalu
untuk sementara..
Arrgghhhh....
Kopi ini menjadi dingin tak lagi nikmat..

HADAREWA TODU

11

KajianSastra

BEDAH KARAKTERISTIK
3 ANGKATAN
SASTRA NASIONAL
Setiap karya sastra sangat dipengaruhi oleh latar belakang
penciptanya karena setiap pencipta hidup pada masa yang
berbeda Oleh sebab itu karya sastra yang dihasilkan pada
masa yang berbeda akan memiliki karakteristik yang berbeda
pula. Hal ini disebabkan oleh karakteristik masyarakat yang
berbeda dan juga karakteritik wawasan estetika yang
berbeda pula. Dan bicara tentang karakteritik sastra tidak
akan lepas dari periode-periode perkembangan sastra yang
berubah dari waktu ke waktu. Rangkaian periode-periode
sastra itu saling bertumpang-tindih, artinya sebelum
angkatan kemarin atau angkatan lama lenyap, maka timbul
benih-benih baru yang lebih kritis dan kreatif secara bertahap
akan diterima oleh masyarakat dan menggantikan angkatan
sebelumnya.
Karakteristik karya sastra satu angkatan dipengaruhi oleh karakteristik jamannya. Beberapa angkatan
sastra di Indonesia dengan mengacu pada penulisan sejarah sastra menunjuk adanya angkatan angkatan
antara lain : Angkatan Pujangga Lama, Angkatan Sastra Melayu Lama, Angkatan Balai Pustaka (angkatan
20-an), Angkatan Pujangga Baru, Angkatan 1945, Angkatan 1950 - 1960-an, Angkatan 1966 - 1970-an,
Angkatan 1980 - 1990-an, Angkatan Reformasi, Angkatan 2000-an dan tentunya akan terus berkembang
seiring berkembangnya jaman.
Pada kajian ini kita akan membedah 3 diantara begitu banyaknya angkatan berdasarkan jaman dan
karakteristik yang khas dari angkatan tersebut.

Angkatan Balai Pustaka


Balai Pustaka merupakan suatu angkatan dalam periodisasi sastra yang terkenal dengan sebutan
angkatan pembangkit karena lahir pada masa kebangkitan sastra Indonesia yaitu pada periode tahun
1920 sampai tahun 1942. Namun Balai Pustaka juga dikenal sebagai nama sebuah penerbit yang
memang keberadaannya menunjang penerbitan sastra-sastra pada masa itu. Angkatan Balai Pustaka
atau disebut angkatan 20 an dan popular juga dengan sebutan angkatan Siti Nurbaya.
Balai Pustaka memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan sastra Indonesia
dengan keberadaanya maka sastrawan Indonesia dapat melontarkan apa yang menjadi beban
pikirannya melalui tulisan yang dapat dinikmati oleh dirinya sendiri dan juga orang lain (penikmat
sastra). Balai Pustaka mempunyai tujuan untuk memberikan konsumsi berupa bacaan kepada rakyat
yang berisi tentang politik pemerintahan kolonial, serta praktek nyatanya yang berpengaruh pada
kehidupan masyarakat lokal. Sehingga secara perlahan tapi pasti, menyulut kesadaran rasa
nasionallisme dan patriotisme.. Hal ini diperlihatkan melalui karya sastra yang telah mempergunakan
bahasa persatuan Indonesia, dengan tanpa maksud meninggalkan adat istiadatnya. Malah sebaliknya
dengan keaneka-ragaman adat-istiadat menjadikannya sebagai alat untuk mempersatukan bangsa
Indonesia.

12

KajianSastra
Berdasarkan hal tersebut maka sifat-sifat khas
angkatan Balai Pustaka adalah:
Sebagian besar karya sastra angkatan Balai
Pustaka bercorak romantic dan mengambil
tema masalah kawin paksa (Menurut
masyarakat paada masa itu perkawinan adalah
urusan orang tua, pihak orang tua berkuasa
sepenuhnya untuk menjodohkan anaknya).
Latar belakang sosial sastra angkatan Balai
Pustaka berupa pertentangan paham antara
kaum muda dengan kaum tua. Kita bisa
mengambil contoh novel Salah Asuhan, Si
Cebol Rindukan Bulan, yang memiliki
kecenderungan simpati kepada yang lama,
bahwa yang baru tidak semuanya membawa
kebaikan.
Unsur nasionalitas pada sastra Balai Pustaka
belum jelas. Pelaku-pelaku novel angkatan
Balai Pustaka masih mencerminkan kehidupan
tokoh-tokoh yang berasal dari daerah-daerah.
Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan
realitas kehidupan masyarakat.
Analisis psikologis pelakunya belum dilukiskan
secara mendalam.
Sastra Balai Pustaka merupakan sastra
bertendes dan bersifat didaktis yaitu lebih
cenderung pada sesuatu khususnya mengenai
permasalahan diatas sehingga terlihat seolaholah karyanya hanya itu-itu saja/monoton.
Bahasa sastra Balai Pustaka adalah bahasa
Indonesia
pada
masa
permulaan
perkembangan yang pada masa itu disebut
bahasa melayu umum dan masih menggunakan
banyak perumpamaan dalam gaya bahasanya.
Genre sastra Balai Pustaka berbentuk novel,
sedangkan puisinya masih berupa pantun dan
syair.

Beberapa Tokoh-tokoh angkatan Balai Pustaka


dan karyanya antara lain :

Nur Sutan Iskandar,


Neraka Dunia 1937
Salah Pilih 1928
Jangir Bali 1942
Abu Nawas - 1929

Abdul Muis
Salah Asuhan
Pertemuan Jodoh
Suropati

Marah Rusli
Siti Nurbaya
Anak dan Kemenakan
Memang Jodoh La Harni

I G Njoman Pandji Tisna


Ni Rawi Ceti penjual Orang
Sukreni Gadis Bali
I Made Widiadi

Secara ringkas karakteristik angkatan Balai Pustaka adalah . Bahasa sastra Balai Pustaka adalah
bahasa Indonesia pada masa permulaan perkembangan yang disebut bahasa melayu umum. Gaya
Bahasa yang dipergunakan masih banyak menggunakan perumpamaan atau kiasan. Tokoh-tokoh
(pelaku-pelaku)nya masih menunjukkan asal daerah dengn peristiwa sesuai realitas kehidupan
masyarakat. Penggambaran psikologis tokoh/pelaku tidak mendalam. Selain itu, merupakan sastra
bertendes dan bersifat didaktis hingga terlihat monoton. Genre sastra berbentuk novel dengan
puisi masih berbentuk syair dan pantun.

13

KajianSastra
Angkatan Pujangga Baru
Angkatan Pujangga Baru, muncul pada tahun 30-an, dipelopori oleh Sutan Takdir Alisyahbana
muncul sebagai reaksi atas banyaknya sensor yang dilakukan oleh Balai Pustaka terhadap karya tulis
sastrawan pada masa tersebut, terutama terhadap karya sastra yang menyangkut rasa nasionalisme
dan kesadaran kebangsaan. Sastra Pujangga Baru adalah sastra intelektual, nasionalistik dan elitis.
Pujangga baru semula adalah nama majalah sastra dan kebudayaan yang diterbitkan oleh penerbit
Pustaka Rakyat, antara tahun 1933 sampai dengan adanya pelarangan oleh pemerintah Jepang
setelah berkuasa di Indonesia. Adapun pengasuhnya antara lain Sultan Takdir Alisjahbana, Armaijn
Pane , Amir Hamzah dan Sanusi Pane. Sastrawan yang hasil karyanya pernah dimuat dalam majalah
itu, dinilai memiliki bobot dan cita-cita kesenian yang baru,hanya untuk memudahkan ingatan
adanya angkatan baru itulah maka dipakai istilah Angkatan Pujangga Baru, yang tak lain adalah
orang-orang yang tulisan-tulisannya pernah dimuat di dalam majalah tersebut.

Pada masa ini ada dua kelompok sastrawan


Pujangga baru yaitu :
1. Kelompok Seni untuk Seni yang
dimotori oleh Sanusi Pane dan Tengku
Amir Hamzah, dan
2. Kelompok Seni untuk Pembangunan
Masyarakat yang dimotori oleh Sutan
Takdir Alisjahbana, Armijn Pane dan
Rustam Effendi.

Kebudayaan masyarakat saat itu bersifat


dinamis. Sumbangan yang terpenting dari
angkatan Dalam perkembangan sastra
Indonesia sumbangan terbesar dari angkatan
ini adalah pembaharuan di bidang puisi,
roman dalam bentuk novel mulai
diperkenalkan para sastrawan. Di samping
itu, tulisan-tulisan dalam bentuk esai dan
kritik merupakan sesuatu yang baru, yang
digunakan untuk memajukan kebudayaan
dan sastra Indonesia
Angkatan 33 (Pujangga Baru) terdiri dari
sejumlah sastrawan yang memiliki keanekaragaman suku bangsa, agama, kepercayaan
yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka
mempunyai cita-cita yang sama, yaitu
membentuk kebudayaan baru, kebudayaan
Indonesia. Dalam memajukan kebudayaan,
khususnya sastra Indonesia. Para sastrawan
menerima pengaruh secara eksternal.
Sementara itu pengaruh internal juga cukup
kuat, maka terjadi akulturasi budaya.

Para sastrawan yang sebelumnya banyak


berfikir soal kedaerahan, sejak jaman
Pujangga Baru mulai mengarah pada hal-hal
yang bersifat nasional dan universal.
Pada angkatan Pujangga Baru karya sastra
yang berbentuk puisi terlihat ada dua unsur
yaitu unsur estetik dan unsur ekstra Estetik.
Unsur estetik puisi pujangga baru bercirikan
bentuknya yang
teratur rapi, simetris.
Mempunyai persajakan akhir. Banyak
menggunakan pola sajak pantun dan syair
meskipun ada pola yang lain, kebanyakan
berupa puisi empat seuntai. Tiap-tiap
barisnya terdiri atas dua periodus dan terdiri
atas sebuah gatra (kesatuan sintaktis). Tiap
gatranya pada umumnya terdiri atas dua
kata. Pilihan katanya menggunakan katakata Pujangga atau bahasa nan indah.
Gaya ekpresinya beraliran romantik. Gaya
sajak Pujangga Baru diafan atau polos, tidak
mempergunakan kata-kata kiasan yang
bermakna ganda, kata-katanya serebral,
hubungan antar kalimatnya jelas. Unsur
Ekstra Estetik
bercirikan isinya tentang
kehidupan masyarakat kota, seperti masalah
percintaan dan masalah individu manusia,
nasionalisme dan cita-cita kebangsaan
banyak mengisi sajak-sajak Pujangga Baru,
keagamaan menonjol, curahan perasaan
atau curahan jiwa tampak. Sifat didaktis
masih tampak kuat.

14

KajianSastra
Beberapa Tokoh-tokoh angkatan Balai Pustaka dan karyanya antara lain :
Sanusi Pane
Pancaran Cinta
Puspa Mega
Kertajaya

Armaijn Pane
Belenggu
Gamelan Djiwa
Jiwa Berjiwa

Sutan Takdir Ali Sjahbana


Dian tak Kunjung Padam
Tebaran Mega
Layar Terkembang

Buya Hamka
Di bawah lindungan Kabah
Tenggelamnya kapal Van Der
Wijck

Secara umum karaterisrik dari periode Angkatan Pujangga Baru adalah


sebagai berikut : tema pokok cerita tidak lagi berkisar pada masalah adat,
tetapi masalah kehidupan kota atau modern. Terdapat sifat kebangsaan atau
unsur nasional. Bebas dalam menentukan bentuk dan isi. Adanya kebebasan
ini merangsang tumbuhnya keanekaragaman karya sastra, seperti novel,
cerpen, puisi, kritik dan esai. Bahasa sastra Pujangga Baru adalah bahasa
Indonesia yang hidup dalam masyarakat, seperti kosa kata, kalimat dan
ungkapan-ungkapan yang digunakan baru dan hidup. Romantik idealisme
menjadi cirinya juga. Dalam melukiskan sesuatu dengan bahasa yang indahindah, secara berlebihan. Pengaruh asing yang cukup kuat dari negeri
Belanda.

15

KajianSastra
kemerdekaan (17 Agustus 1945), Agresi
Militer Belanda I dan II (21 Juli 1949 dan 18
Desember 1948), Penyerahan kedaulatan RI
(12 Desember 1949), Gebrakan Chairil Anwar
dengan bahasa puisinya yang pendek, padat,
berbobot, dan bernas dan struktur puisinya
yang menyimpang dari pola sastra
sebelumnya, diumumkannya di Surat
Kepercayaan Gelanggang pada 23 Oktober
1950.

Angkatan 45
Tokoh-tokoh angkatan 45 adalah sastrawansastrawan yang hidup dan lahir pada masa
revolusi kemerdekaan dan masa-masa itu
sangat mempengaruhi karakteristik karyakarya sastra mereka. Pada masa kehidupan
sastra angkatan 45, kita ketahui berbagai
macam peristiwa terjadi.
Angkatan 45
dimulai sejak tahun 1942, tetapi angkatan ini
tidak dinamai dengan Pujangga Angkatan 42
adalah karena golongan ini diberi nama
kemudian,
yaitu
setelah
proklamasi
kemerdekaan Rosihan Anwar mengusulkan
untuk memberi nama angkatan ini dengan
nama : Pujangga Angkatan 45. Yang
setelahnya mendapat dukungan publik,
meskipun beberapa kritikus mengkritknya
dengan keras. Sebelumnya angkatan ini
disebut Pujangga Gelanggang, karena mereka
menulis dalam rubrik majalah Siasat , dalam
rubrik Gelanggang.
Seperti sudah disampaikan sebelumnya pada
awal tulisan ini bahwa karakteristik karya
sastra pada setiap angkatan sastra
dipengaruhi oleh karakteristik jamannya.
Karya sastra angkatan 45 dipengaruhi oleh
beberapa peristiwa penting yang secara
signifikan mempengaruhi karakteristiknya.
Peristiwa penting yang terjadi yaitu :
Penjajahan Jepang (19421945), Proklamasi

Dengan latar belakang seperti yang telah


diuraikan maka karya sastra angkatan 45
meunjukan karakteristik sebagai berikut :
Revolusioner dalam bentuk dan isi.
Membuang tradisi lama dan menciptakan
bentuk baru sesuai dengan getaran
sukmanya yang merdeka, mengutamakan isi
dalam pencapaian tujuan yang nyata. Karena
itu bahasanya pendek, terpilih, padat
berbobot. Dalam proses mencari dan
menemukan hakikat hidup. Seni adalah
sebagai sarana untuk menopang manusia
dan
dunia
yang
sedalam-dalamnya,
Ekspresionis, mengutamakan ekspresi yang
jernih. Individualis, lebih mengutamakan
cara-cara pribadi. Humanisme universal,
bersifat kemanusiaan umum. Indonesia
dibawa
dalam
perjuangan
keadilan
dunia.Tidak terikat oleh konvesi masyarakat
yang penting adalah melakukan segala
percobaan dengan kehidupan dalam
mencapai nilai kemansiaan dan perdamaian
dunia. Tema yang dibicarakan: humanisme,
sahala (martabat manusia), penderitaan
rakyat, moral, keganasan perang dengan
keroncongnya perut lapar.
Secara singkat dapat dilihat bahwa angkatan
45 berkarater : terbuka, bercorak isi realis
dan naturalis, meninggalkan corak romantis,
menonjolkan
individualismenya,
menggunakan sedikit kata, ekspresif dan
spontan, terlihat sinisme dan sarkasme,
Menerima pengaruh unsur sastra asing lebih
luas dibandingkan angkatan sebelumnya .
Angkatan '45 memiliki konsep seni yang
diberi judul "Surat Kepercayaan Gelanggang".
Konsep ini menyatakan bahwa para
sastrawan angkatan '45 ingin bebas berkarya
sesuai alam. Perjalanan angkatan 45
berlanjut hingga menjelang tahun 1950-an
dan mulai tergeser dengan munculnya
angkatan 1950 1960an

16

Beberapa Tokoh-tokoh angkatan 45


dan karyanya antara lain :

KajianSastra
Chairil Anwar
Kerikil Tajam dan Yang Terempas
dan Yang Putus
Deru Campur Debu

Pramoedya Ananta Toer


Cerita dari Blora
Keluarga Gerilya
Bumi Manusia

Mochtar Lubis
Harimau! Harimau!
Tidak Ada Esok

Achdiat K. Mihardja
Atheis
Keretakan dan Kerenggangan
Debu Cinta Berterbangan

Tanya
Sebuah tanya
Namun terkubur
Apa dia?
Ku jawab entah

Terduduk pandangi geliat dengan


seluruh
Tapi di sana aku terdiam
Kadang suatu berkata, Masihkah?
Ku jawab, Entah

Masih
Untuk warna yang tinggal serabut
Aku masih
Dalam lubuk terkuak
Kiranya hanya dalam tengkuk ia seruak
Lalu diam
Ini bukan tentang perangah
Aku hanya.. begitulah

Untuk sebuah waktu


Ku terka, sempit
Bahkan sulit
Hanya ku tunggu waktu hingga terjepit
Antara kuduk, jakun
Di sini, di tenggorokan
Sedang mata meraih citra

Masih
Diam

Djoen camar13

Faisal Akhsan

17

PuraKarya

Oleh : Edward Angimoy


Bilik kerja, di belakang meja. Dingin membungkus. Lewat
tengah malam. Ninik masih juga belum berhasil menjaring
petunjuk apa-apa. Namun, bukan lelah atau bosan yang
menyanderanya, melainkan penasaran yang tumpah-ruah
di sepanjang labirin perasaannya. Sesekali ia coba
menajamkan kembali intuisi dan nalarnya, berharap ada
bunga api pencerahan yang bisa ditemukannya tercecer di
jalan-jalan setapak pikirannya.Ia semakin menaikkan level
fokus. Kelopak matanya yang sedari tadi mengatupkini
semakin mengkerut, menjepit semakin dalam.
Namun lagi-lagi, yang bisa Iajumpai dalam penglihatan inderanya hanyalah potongan-potongan
kejadian setelah peristiwa kebakaran di balai desa kemarin pagi. Lebih persis pada saat hiruk-pikuk
seluruh isi desa menjinakkan kobaran api telah selesai. Juga pada saat beberapa mulut di antaranya
mulai melempar asumsi dan rumor tentang penyebab kebakaran.Hanya itu.
Ninik adalah seorang pengintip. Menurut
sedetail mungkin, lalu merangkumnya dalam
ayahnya, nama Ninik berasal dari bahasa
sekumpulan informasi intelejen yang
adat kampung ibunya yang berarti
kemudianakan dijual ke pembeli yang telah
mengintip. Sungguh seperti sebaris ramalan,
lebih dulu memesan. Ia semacam bank
Ninik pada akhirnya menjadi seorang
data.Namanya melegenda di kalangan
pengintip, selalu mengintip. Dalam hal ini,
kriminal bawah tanah sampai akhirnya suatu
lebih nyaman disebut pengintip daripada
ketika identitasnya ditelanjangi. Sebulan
intel, mata-mata, telik sandi, agen rahasia,
setelahnya Ia tertangkap dalam pelarian
atau apapun itu yang berbau militer.
diluar negeri. Namun, Ia tak lantas diproses
Barangkali karena Ia punya trauma yang
di pengadilan. Unit intelejen negara
mendalam terhadap militer. Lalu entah
menawarinya pembebasan bersyarat asalkan
mengapa, kata pengintip membuatnya
Ia bersedia mengabdi pada kepentingan
merasa jauh lebih lentur. Ninik pengintip
negara.Ia tak punya daya tawar sedikitpun.
terbaik di negeri ini. Ia didaulat sebagai Mata
***
Elang. Pandangannya begitu luas dan jernih.
Segera setelah kebakaran balai desa, Ninik
Intuisi dan nalarnya seolah pedang bermata
kembali menjadi sosok yang paling dicari.
dua. Dua-duanya pamungkas. Tatapannya
Reputasinya yang mentereng membuat Ia
adalah yang paling awas. Detail yang paling
dipercaya menyimpan informasi penting
mikro sekalipun tidak pernah dilewatkannya
terkait peristiwa itu. Barangkali karena Ninik
begitu saja sebab Ia memang punya
punya aksen kerja yang khas.Setelah
keyakinan bahwa setiap peristiwa dalam
mengabdi pada negara, Ia tak lagi mengintip
skala apapun adalah sebuah puzzle.
berdasarkan pesanan. Ia mengintip apa saja.
Sebuah puzzle berdiri di atas rangkaian
Apa saja yang berbau busuk dan
detail-detail kecil. Detail jadi kata kunci.
disembunyikan. Konspirasi atas nama
Sekumpulan digdaya itu menempatkan
apapun, korupsi, terorisme, rencana
pandangannya jadi yang paling mendekati
pembunuhan, perselingkuhan, atau apapun
presisi.
itu. Tak pernah ada yang luput. Itu
Konon,selain koruptor, Ninik menjadi sosok
dilakukannya
semata-mata
untuk
paling dicari di seantero negeri. Media
mendukung mekanisme preventif yang selalu
menyebut mereka musuh publik. Namun
jadi kiblatnya. Mencegah lebih baik daripada
dalam soal klaim media ini, Ia tidak pernah
mengobati, demikian doktrin dari masa
sudi disejajarkan dengan koruptor. Bagi
kecilnya memberi pembenaran.Namun untuk
Ninik, koruptor berada di level terendah
peristiwa kali ini, Ia seutuh-utuhnya
bersama teroris bila modus kejahatan
kecolongan. Intuisinya seolah lumpuh hingga
diranking. Banyak kasus perampokan dan
tak mampu mencium petunjuk apa-apa
pencurian bernilai miliaran rupiah yang
sebelum kejadian. Jika ingin dramatis, maka
melibatkan perannya sebagai pengintip.
ini semacam kalah sebelum berperang
Tugasnya sederhana namun menyumbang
baginya.
andil yang sangatdominan. Ia hanya perlu
mengintip, mengamati, mengumpulkan data

18

PuraKarya
Ninik kembali mengenang saat Ia menerima
telegram rahasia selepas kebakaran balai
desa. Ini mungkin penugasan paling rumit
yang pernah Ia terima. Menjadi rumitkarena
kebakaran itu menghanguskan balai desa
sebagai lumbung data daninformasi penting.
Apalagi peristiwa tersebut terjadi di kampung
halamannya sendiri dan entah mengapa
luput dari pengamatannya yang awas. Belum
lagi sejumlah isu tentang penyebab
kebakaran yang mulai beterbangan bebas.
Semua menjurus pada sebuah rangkaian
asumsi bahwa kebakaran itu disengaja,
dilakukan untuk sebuah kepentingan rahasia,
dan melibatkan sejumlah aparat desa.
Rangkaian asumsi demikian menjalar seperti
virus dari kuping ke kuping. Lalu membelah
diri mirip amuba. Satu isu pecah menjadi
dua. Dua menjadi empat. Begitu seterusnya
dengan pola kelipatan dua. Ninik semakin
terbebani. Mirip pendosa yang dipasangi kuk
di lehernya lalu ditenggelamkan ke lautan
paling dalam.
Hampir fajar. Dingin sudah merangkak pergi.
Ninik masih tertahan di bilik kerja, dibalik
meja.
Namun,
setelah
membiarkan
pikirannya dirasuki fokus yang begitu dalam,
Ia akhirnya mulai menemukan titik pijar.
Perlahan Ia mulai mampu mengurai simpulsimpul yang tadinya saling membelit. Tetapi
aneh, tak ada senyum kemenangan yang
melompat dari bibirnya. Air mukanya justru
berubah lebih persis penjudi yang kalah

bertaruh. Ia rebah begitu pasrah pada kursi


yang sedari tadi setia menahan beban
pikirannya. Pantas saja peristiwa ini luput
begitu saja dari sorot mata elangnya, Ninik
membatin. Pantas saja tak ada satu pun
petunjuk yang tercium olehnya sebelum
kebakaran terjadi, Ninik menyambung
gerutunya. Malahan Ia seolah tak mengingat
apa yang terjadi beberapa jam sebelum
kebakaran. Ia seperti baru tersadar dari tidur
panjang pada saat kobaran api telah berhasil
ditaklukkan
warga
desaKau
dihipnotis,pikirannya setengah mengutuk.
Jangan sampai ini bertalian dengan
perselingkuhan salah satu aparat desa yang
pernah diintipnya beberapa waktu silam,
nalarnya mulai memperlebar asumsi. Ninik
melepas nafas panjang yang suram. Ia
serentak berubah melankolis, mendayudayu. Nyalinya mundur dengan sangat
kemayu. Kali ini takut menjajahnya dengan
pecut yang menari-nari. Segala digdaya yang
pernah ia miliki barangkali sudah merangkak
pergi bersama dingin. Ia benar-benar serupa
Yesus ketika berdoa seorang diri di Taman
Getsemani. Ia juga ingin menangis air mata
darah seperti Yesus. Ingin sekali. Namun,
belum sempat air mata darahnya meluap,
pintu bilik kerjanya telah lebih dulu didobrak.
Saudara Ninik, Anda kami tangkap atas
tuduhan telah dengan sengaja membakar
balai desa.
***

Ayat ke sepuluh

Ayat ke dua belas

Perjalanan belum usai


Malam jadi bermakna
Di sujud yang merangkum sengalanya
Disini, aku tak menemukan arah
Untuk kujadikan parjalan kata-kata
Pada perjalanan waktu dan doa
Kucoba menyimak satu persatu
Dari tubuh yang terbaring
Dalam nafas yang mengusik pegendangan
Melepas pekat dalam diam
Pada langkah-langkah
Dan suara yang menjelma dalam dada
Dan nafasmu terhenti sejenak

Malam menjelmakanmu
Selepas bulan menyulam satu titik
Seperti bunyi doa yang mengetuk jiwa
Mengutuk diam
Di sajak-sajak yang tak bernyawa
Dan di dalam kata-kata yang tak usai kutata

Madura 2013.

Di ayatmu aku kembali


Meski bibir-bibir gemetar mengucap
ayatmu
Sementara aku masih tak paham
Madura 2013

19

ParaSastra

Nur Sutan Iskandar

Muhammad Nur atau yang lebih dikenal


dengan nama Nur Sutan Iskandar lahir pada
tanggal 3 November 1893 di Sungaibatang,
Maninjau, Sumatera Barat. Asal usul namanya
menjadi Nur Sutan Iskandar bermula ketika ia
menikahi Aminah. Oleh keluarga Aminah, ia
diberi gelar Sutan Iskandar. Sejak itu, ia
memakai gelar itu yang dipadukan dengan
nama aslinya menjadi Nur Sutan Iskandar.
Dari perkawinannya dengan Aminah itu, Nur
Sutan memperoleh lima anak: (1) Nursinah
Supardo, lahir 5 Januari 1918, (2) Nursjiwan
Iskandar, lahir 6 November 1921, (3) Nurma
Zainal Abidin, lahir 24 Mei 1925, (4) Nurtinah
Sudjarno lahir 7 Agustus 1928, dan (5) Nurbaity
Iskandar, lahir 22 Maret 1933. Dua dari lima
anaknya, yaitu Nursinah Supardo dan
Nursjiwan Iskandar, menuruni bakatnya,
gemar dengan dunia karang-mengarang.
Nur menghabiskan masa kanak-kanaknya di
tempat kelahirannya, Sungaibatang yang
terletak persis di tepi Danau Maninjau.
Keindahan
kampungnya
dan
suasana
kehidupan masyarakat di kampungnya itu
betul-betul diresapinya. Hal ini terlihat dari
karya yang dilahirkannya. Dalam Pengalaman
Masa Kecil (1949), misalnya, Nur Sutan
Iskandar dengan jelas bercerita tentang
keindahan kampung halamannya dan suka

duka masa kecilnya. Sementara itu, dalam Apa


Dayaku karena Aku Perempuan (1923), Cinta
yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih
(1928), dan Karena Menua (1932), ia banyak
bercerita tentang kepincangan yang terjadi
dalam masyarakatnya, khususnya yang
berkaitan dengan adat istiadat.
Berpendidikan Sekolah Rakyat (Sekolah
Melayu) Kelas II (1908), belajar untuk menjadi
guru bantu (tamat 1911), dan menempuh ujian
Klien Ambtenaars Examen. Pemah menjadi
guru Sekolah Desa di Sungai Batang (1908),
guru bantu di Murabeliti (palembang), guru
Sekolah Melayu Kelas II di Padang (1914),
kemudian di Jakarta, ia bekerja di Balai Pustaka
sebagai pengoreksi naskah karangan yang
masuk ke redaksi (sebagai korektor, redaktur,
dan terakhir redaktur kepala) hingga pensiun.
Ia mendapat tugas itu dari Sutan Muhammad
Zein, Pemimpin Balai Pustaka saat itu.
Di Balai Pustaka itu ia banyak memperoleh
pengalaman dan pengetahuan mengenai dunia
karang-mengarang dan juga mulai terasah
bakatnya ke arah itu. Ia juga pernah menjadi
pengurus Jong Sumatranen Bond Jakarta
(1919).

20

ParaSastra
Ketika berkesempatan mengikuti Kongres
Pemuda di Surabaya (1930-an), ia berkenalan
dengan Dokter Sutomo, tokoh pendiri Budi
Utomo. Oleh Dr. Sutomo, ia diajak berkeliling
kota Surabaya. Hampir semua tempat di sana
mereka kunjungi, tidak terkecuali tempat
pelacuran. Bakat menulisnya yang sudah
tumbuh
mulai
memainkan
peran.
Pengalaman berkeliling di tempat pelacuran,
kemudian dituangkannya menjadi karangan
yang diberi judul Neraka Dunia (1937).
Meskipun hanya berijazah sekolah dasar, Nur
Sutan Iskandar dikenal sebagai orang yang
haus ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,
sambil bekerja ia terus berusaha untuk
menambah pengetahuannya, baik secara
formal maupun nonformal. Pada tahun 1921,
ia dinyatakan lulus dari kleinambtenaar
pegawai kecil di Jakarta dan tahun 1924 ia
juga
mendapat
ijazah
dari
Gemeentelijkburen Cursus Kursus Pegawai
Pamongpraja di Jakarta. Sementara itu, ia
juga terus memperdalam kemampuan
berbahasa Belanda. Berkat ketekunannya, ia

diangkat sebagai Pemimpin Redaksi Balai


Pustaka (1925-1942) dan Kepala Pengarang
Balai Pustaka (1942-1945). Pada saat itulah,
kreativitasnya sebagai penulis sangat
berkembang.
Nur Sutan Iskandar termasuk penulis yang
produktif. Selain menulis karya asli, ia juga
menulis karya saduran dan terjemahan. Hal
itu dimungkinkan karena penguasaan bahasa
asingnya
cukup
baik.
Nur pernah juga menjadi bendahara Partai
Indonesia Raya (1935-1942), pengurus Partai
Nasional Indonesia, dosen Fakultas Sastra UI
(1955-1960), dan anggota Konstituante
(1955-1960).
Ia
adalah
salah
seorang
perintis
kemerdekaan RI dan tahun 1961 menerima
Satyalencana Kebudayoon dari Pemerintah
RI. Pada usia 82 tahun, tepatnya tanggal 28
November 1975, Nur Sutan Iskandar
meninggal dunia.

A. Karya Asli
1.Apa Dayaku karena Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka,
1923)
2.Cinta yang Membawa Maut (Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
3.Salah Pilih (Jakarta: Balai Pustaka, 1928)
4.Abu Nawas (Jakarta: Balai Pustaka, 1929)
5.Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
6.Tuba Dibalas dengan Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
7.Dewi Rimba (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
8.Hulubalang Raja (Jakarta: Balai Pustaka, 1934)
9.Katak Hendak Jadi Lembu (Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
10.Neraka Dunia (Jakarta: Balai Pustaka, 1937)
11.Cinta dan Kewajiban (Jakarta: Balai Pustaka, 1941)
12.Jangir Bali (Jakarta: Balai Pustaka, 1942)
13.Cinta Tanah Air (Jakarta: Balai Pustaka, 1944)
14.Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
15.Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
16.Pengalaman Masa Kecil (Jakarta: Balai Pustaka, 1949)
17.Ujian Masa (Jakarta: JB Wolters, 1952, cetakan ulang)
18.Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas II
(Jakarta: JB Wolters, 1952)
19.Megah Cerah: Bacaan untuk Murid Sekolah Rakyat Kelas III
(Jakarta: JB Wolters, 1952)
20.Peribahasa (Karya bersama dengan K. Sutan Pamuncak dan
Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)
21.Sesalam Kawin (t.t.)

21

ParaSastra
B. Karya Saduran
1. Si Bakhil (1926)
2. Pelik-pelik Pendidikan I--IV (1952).
C. Karya Terjemahan
1. Tiga Orang Panglima Perang (Alexander Dumas) (1922)
2. Dua Puluh Tahun Kemudian (Alexander Dumas) (1925)
3. Graaf de Monte Cristo I--IV (Alexander Dumas) (1925)
4. Belut Kena Ranjau I--Il (Banonesse Orczy) (1951)
5. Anjing Setan (A. Conan Doyle) (1928)
6. Anak Perawan di Jalan Sunyi (A. Conan Doyle) (1928)
7. Gudang Intan Nabi Sulaeman (H. Rider Haggard) (1929)
8. Kasih Beramuk dalam Hati (Beatrice Harraden) (1931)
9. Memperebutkan Pusaka Lama (Edouard Kijzer) (1932)
10. Iman dan Pengasihan I--IV (H. Sienkiewicz) (1933)
11. Permainan Kasti (F.H.A. Claesen) (1940)
12. Perjalanan Ahmad ke Eropa (N.K. Bieger) (1940)
13. Sayur-Sayuran Negeri Kita (J.J. Ochse) (1942)
14. Pablo (Lidow) (1948)
15. Asal Binatang (Giane Anguissola) (1948)
16. Si Buyung (S. Franke) (1949)
17. Bersiap (C. Wilkeshuis) (1949)
18. Pengajaran di Sweden (Jan Lighthart) (t.t.)
19. Sepanjang Garis Kehidupan (R. Kasimier) (1951)
20. Medan Perdagangan (K. Gritter) (1951)
21. Edison Sripustaka (K. Gritter) (t.t.)
22. Maw Volksalmanak (K. Gritter) (t.t.)

KETIKA PAPAN KUNCI


MEMBUNUH UJUNG PENA
Tanggal-tanggal itu telah datang
Aku disana menyaksikannya,
memperhatikan
Mendekap lembut membius perlahan
Menyanyikan lagu pengantar tidurnya
Huruf persegi mulai bekerja
Merampas ketajaman ujung pena
Mencekiknya pelan-pelan, hingga habis
kata-kata
Huruf sambungnya mulai patah
Tidak lagi panjang dan mengayun,
Mendustakan kurva dan paragraf
Lepas tanpa tekanan dua ujung jari
Melambaikan sajak perpisahan

Demi garis garis buku baru yang tinggal


kenangan
Kertas bekas kantoran, sobekan bungkus
rokok
Atau kertas minyak kuning bekas bendera
duka ibuku...
Apa yang harus kulakukan?
Baiknya, kubiarkan saja dulu
Mungkin nanti tiba waktunnya
Karena jarum pendek yang terlalu berat
Untuk diputar kembali dan mengulang
Kejayaan tinta yang meracau pada
goresannya
Irfan Purnama 12/13/JKT

22

SastraCyber
PERDENGARKAN
SUARA JIWA
MELALUI
DUNIA CYBER
Oleh : Firman D. Permana

Mungkin bagi sebagian orang nama


Iskandar Ys sudah tidak asing lagi, hampir
tiap hari tulisannya selalu hadir dalam
beberapa Grup Sastra di media sosial
Facebook. Dalam edisi kali ini kita akan
sedikit lebih mengenal sosok Bang Is
melalui sesi wawancara singkat tentang latar
belakang dan tanggapannya mengenai Sastra
Cyber Indonesia.
Pria bernama lengkap Iskandar Yusuf ini lahir
di Bone pada tanggal 21 Oktober 1961,
Sosok yang menyandang gelar S2 filsafat ini
saat ini mempunyai usaha pembibitan ayam
bangkok yang baru saja dirintisnya sekitar 3
bulan yang lalu.
Pada awalnya Bang Is sama seperti sebagian
orang yang menganggap bahwa media sosial
Facebook tidak bermanfaat lantaran hanya
digunakan sebagai wadah ajang eksis untuk
tempat guyon, curhat, ataupun hal hal yang
sepele
lainnya.
Dengan
semakin
berkembangnya teknologi juga turut andil
dalam memperbanyak masyarakat untuk
setidaknya memiliki sebuah akun Facebook.
Maka secara otomatis juga semakin
menjamurnya akun akun yang berstatuskan
tulisan yang sekedar tempat curhat dan
bahkan menghujat. Maka itu Bang Is
berpikiran bahwa sebaiknya media sosial
Facebook juga digunakan untuk berbagi halhal yang positif dan bermanfaat bagi orang
banyak. Alhasil setiap kali menuliskan baik
puisi dan juga beberapa filosofi yang
bertujuan sebagai motivasi mendapatkan
apresiasi dan reaksi yang positif.
Hampir tiap hari Bang Is selalu memposting
karyanya, tak pernah habis inspirasi yang
dimiliki Bang Is, inspirasi bisa dengan mudah
didapatkan mulai dari diri sendiri ataupun

lingkungan sekitar.
Kalau puisi bisa saya dapatkan inspirasi dari
sekitarnya, namun lebih banyak itu dari suara
jiwa saya, makanya saya buat grup Puisi
Suara Jiwa, suara jiwa dapat di 'dengar' atau
di 'rasa' oleh yang membacanya... kalau
tulisan sosial, politik karena saya melihat
negeri ini semakin lama semakin tidak
bertuan saya menulis sejak smp, beberapa
puisi dan soliloquy pernah dimuat di majalah
aktuil, tahun 80-an saya kolumnis free lance
di dua surat kabar daerah . begitu tulisnya.
Keaktifan duda berputri satu ini tidak hanya
sebagai pemosting karya tulisnya, tapi Bang
Is juga membuat beberapa grup Facebook
yang memiliki spesifikasi tersendiri dalam
setiap grupnya. Seperti Grup Puisi Suara Jiwa
yang khusus memposting hasil karya berupa
puisi dari para anggotannya. Lalu ada
KRONIKA
dimana
anggotanya
dapat
mengirimkan tulisan atau pemikiran yang
bersifat Konstruktif tentang kritik Sosial,
Politk dan Hukum. Dan juga Grup KOPI PAHiT
yang memberikan ruang bagi anggotanya
untuk saling memotivasi, dan belajar
bagaimana mengelola kehidupan dengan
semangat untuk tidak menyerah, dalam grup
ini setiap anggota hanya boleh mengirimkan
tulisan
yang
mendorong
terbukanya
inspirasi-inspirasi baru yang memungkinkan
anggota lainnya untuk lebih mudah
mengambil keputusan dan hikmah dari
setiap peristiwa yang dialami. Tidak hanya
itu, Bang Is juga membuat grup puisi Soul
Sound Poet, yang mana setiap hasil karya
yang diposting menggunakan bahasa Inggris.

23

SastraCyber

Saya buat grup puisi Soul Sound Poet,


membernya komunitas luar negeri, itu grup
versi bhs inggris, disana saya tahu sastra,
puisi, kita tidak kalah halusnya dengan pusi
karya barat, sering puisi saya mendapat
apresiasi, rata2 mereka memberi pujian
lewat inbox jelasnya.
Jika ditelisik lebih dalam,setiap karya dari
Bang Is ini terpengaruh gaya bahasa seorang
Khalil Gibran dan juga Chairil Anwar dan
Remy Silado. Yang dibenarkan oleh pemilik
akun lain Iskandar Ys Poet ini.
Bagus, saya respect, meski banyak mereka
baru sekedar mencoba menulis puisi, tetapi
lebih baik sebagai awal menjadi baik dalam
penulisannya, ada grup dimana saya member
disana, Forum sastra Indonesia (Forsasindo)
anggotanya 38 ribu lebih, sayang adminnya
tidak 'turun' ke lapangan meng-appreciate
tulisan-tulisan membernya. Begitu jawaban
Bang Is saat ditanya tentang tanggapannya
mengenai begitu maraknya grup grup
Facebook yang menggangkat sastra baik itu
berupa grup pembelajaran tentang sastra,
ataupun grup yang khusus memberikan
tempat untuk mengapresiasi segala bentuk
karya tulis para anggotanya.

Sebagaimana seorang penulis dan sastrawan


lain Bang Is berharap bahwa karya karyanya
dapat
dibukukan
atau
setidaknya
berkontribusi dalam sebuah antologi baik itu
puisi maupun soliloquy. kalau ada yang
berminat dengan senang hati saya dapat
bekerjasama begitu tulisnya.
Saat ditanya mengenai impian yang ingin
dicapai dalam dunia Sastra Cyber Bang Is
dengan penuh harap menjawab.
saya berharap lahir penulis2 muda yang
berkualitas dengan memanfaatkan IT dari FB
ini, Cyber sebuah ruang untuk kita bisa lebih
dalam lagi memahami karya2 sastra ternama,
dahulu kita tidak mengenal cyber, tetapi
banyak tokoh sastra yang lahir dari kondisi
apa adanya, banyak karya yg hebat berawal
dari tulisan dari bungkus rokok, saya
menaruh harapan Rubrik Sastra Cyber Jurnal Puraka Sastra menjadi wadah sekaligus
pionir di bidang sastra, semakin orang
memahami sastra semakin santun seseorang
dalam bertindak, saat ini kita butuh banyak
orang santun di negeri ini .
Dan sebagai penutup wawancara Bang Is
memberikan saran agar para generasi muda
cyber memanfaatkan teknologi cyber ini
dengan optimal untuk sebuah karya yang
hebat.

PELANGI MALAM
Doa pelangi malam bersemayam di pundak sang rembulan
Memejamkan sedikit siksa kerinduan terpanjang
Tenangnya mengusir badai keresahan
Ia percaya takdirnya takkan lepas melayang.
Kini pori-pori napas bumi menanti kepastian
Terikat lugunya menjejak tunas harapan
Terbangun dari mimpi yang memikat janji-janji nyata
Bunga pun menggoda dengan aroma-aromanya.
Berkibarlah tegar pelangi malam
Selaksa petir mendaratkan pukulan kejam
Kubur malumu di bukit batu nisan
Bawalah bunga-bunga cinta sebarkan kata menentramkan
Dianie Apnialis M
24

PuraKarya

Asal - Muasal Sungai Panjang Hila-Hila


Bulukumba, Sulawesi Selatan

Oleh : Alfian Nawawi


Pagi di atas tanah kering berdebu dan berbatu. Seorang
lelaki separuh baya berjalan dengan tenang melewati jalan setapak
di sebuah kampung kecil. Perawakannya agak sedang.
Tubuhnya jangkung dibalut pakaian serba putih. Rambutnya yang hitam
legam agak panjang dengan sedikit uban dibalut sorban putih gading. Tangan
kanannya memegang sebuah tongkat kayu. Wajahnya tenang berwibawa
dan tampak bercahaya sesekali menunduk. Matanya bias sesekali
melepaskan pandangan ke sekitar.
Sepanjang jalan setapak yang dilaluinya dipenuhi batu-batu kerikil. Di sisi kiri
kanan jalan terdapat banyak batu-batu besar dan tanaman meranggas.
Astagfirullahhalazim. Kemarau yang sangat panjang telah membuat
kampung ini begitu kekeringan. bathin lelaki itu. Sambil matanya terus
memandang ke sekitar seperti mencari-cari dan hendak melakukan sesuatu.
Matahari naik sepenggalah diatas kepalanya yang berbalut sorban. Lelaki itu
berhenti di dekat sebuah batu besar berwarna hitam. Permukaan batu
berbentuk agak datar. Tampaknya dia telah menemukan apa yang ia cari.
Alhamdulillah. Terimakasih ya Allah. Engkau telah membawaku ke batu ini
untuk melaksanakan shalat dhuha, gumamnya sambil menengadahkan
wajahnya ke langit. Lalu kedua telapak tangannya diletakkan ke tanah, untuk
mulai bertayammum sebab sedari tadi ia tidak kunjung menemukan satupun
sumber mata air maupun air sungai. Lelaki itu lalu berdiri melaksanakan
Shalat Dhuha di atas batu besar itu.
Lelaki berpakaian serba putih itu adalah Khatib Bungsu. Seorang ulama dari
Koto Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke kerajaankerajaan di Sulawesi Selatan yang sedang melakukan perjalanan menuju
Kerajaan Tiro.
Assalamualaikum, puang. Seorang pemuda berbadan tegap berpakaian
serba hitam-hitam tiba-tiba muncul dari balik sebuah batu besar setelah
Khatib Bungsu menyelesaikan sholat Dhuha nya.
Waalaikumsalam
Warahmatullahi
Wabarakatuh, jawab Khatib Bungsu.
Pemuda itu langsung menjabat dan mencium
tangan Khatib Bungsu. Lalu ia berkata,
Alhamdulillah. puang datang tepat pada
waktunya!
Ada apa, muridku? Tanya Khatib Bungsu
agak sedikit heran dengan ucapan pemuda
itu. Pemuda itu adalah salah seorang
muridnya di kampung ini.
Begini, puang. Kita harus segera melakukan

sesuatu. Kemarau berkepanjangan telah


membuat sebahagian besar pengikut kita di
kampung ini menjadi hampir putus asa.
Mereka juga tidak bisa berbuat apa-apa ketika
mereka diejek oleh orang-orang yang masih
belum diberikan hidayah Sang Khalik.
Subhanallah. Sesungguhnya apa yang telah
terjadi, anak muda? Mereka diejek dalam hal
apa? Tanya Khatib Bungsu dengan suara
tenang dan berwibawa.

25

PuraKarya
Begini, puang. Mereka berkata bahwa
mereka lebih baik mempertahankan ajaran
nenek moyang mereka dibanding mengikuti
agama baru yang diajarkan oleh puang.
Agama baru ini tidak bisa menolong mereka
keluar dari kemarau berkepanjangan ini.
Hujan tidak kunjung turun. Setiap hari ada
saja ternak yang mati akibat kekeringan.
Tanaman mereka juga gagal panen. Puang,
mereka bahkan sangat yakin bahwa agama
baru ini tidak mampu membawa mereka
kepada penghidupan yang lebih baik.
Masya Allah. Sesungguhnya Allah SWT
Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Allah
tidak akan menimpakan sesuatu beban
kepada hamba-Nya manakala hamba-Nya itu
tidak sanggup menanggungnya, ujar Khatib
Bungsu. Kemudian ia berkata lagi,yakinlah,
anak muda. Allah akan selalu menolong
orang-orang yang menolong agama-Nya.
Mari, anak muda. Insya Allah, kita akan
membuktikan bahwa sesungguhnya Allah
Maha Penolong.
Keduanya pun lalu bergegas berjalan
meninggalkan tempat itu. Keduanya berjalan
menuju ke arah perkampungan penduduk.
Ketika tiba di kelokan jalan, keduanya
dikejutkan dengan sebuah pemandangan
yang sangat mengerikan. Puluhan lelaki dan
perempuan dewasa tampak mengelilingi
sebuah batu besar yang kelihatannya adalah
sebuah altar. Di atas batu besar itu terbaring
seorang gadis dengan wajah penuh
ketakutan. Kedua tangan dan kaki nya terikat
tali. Seorang lelaki bertelanjang dada berdiri
di samping batu besar tempat gadis itu
diletakkan. Dengan memegang dua bilah
badik di kedua tangannya. Badik itu tampak
sakral, gagangnya seperti terbuat dari tulang
manusia yang diukir. Menunjukkan bahwa
bukan orang sembarangan yang dapat
memilikinya.
Masya Allah. Muridku, apa gerangan yang
dilakukan orang-orang itu? Khatib Bungsu
berkata pada muridnya.
Puang, itu adalah sebuah upacara
persembahan kepada dewa mereka. Mereka
akan mengorbankan gadis itu untuk meminta
hujan!
Astagfirullahhalaziim. Apakah upacara
semacam ini telah sering mereka lakukan
selama ini? Dia bertanya dengan nada
terkejut.
Upacara ini baru dilakukan lagi. Terakhir
kali kami saksikan, upacara seperti ini ketika
terjadi kemarau panjang belasan tahun lalu,
dengan mengorbankan seorang gadis yang

masih perawan.
Upacara persembahan di hadapan mereka
tampaknya sudah dimulai. Puluhan lelaki dan
perempuan di sekeliling altar batu
mengucapkan semacam mantra yang
kedengaran seperti nyanyian dan ratapan
kepedihan. Lelaki bertelanjang dada yang
tampaknya adalah pemimpin upacara itu
melakukan semacam tarian mengelilingi altar
batu. Sejurus kemudian pemimpin upacara
itu berhenti menari. Kedua tangannya
diangkat ke langit sambil mengeluarkan
mantra. Ia lalu berjalan ke arah sebuah
wadah berisi air dan memasukan kedua
badik itu kedalam air suci. kemudian dia
mengangkat kedua badik itu tinggi-tinggi ke
arah langit. Mulutnya tak henti meracau
mengeluarkan ucapan-ucapan mantra.
Hening dan ketegangan meliputi tempat
itu. Pemimpin upacara itu lalu berjalan
menghampiri gadis persembahannya di altar
batu. Pemandangan mengerikan akan segera
terjadi. Kedua badik itu diayun sekuat
tenaga. Sesaat lagi kepala gadis itu akan
segera terpisah dari badannya.
Tunggu...! Dalam detik-detik eksekusi
yang akan dilakukan itu, tiba-tiba terdengar
suara menggelegar. Suara itu ..mengejutkan
semua orang yang ada di situ. Mereka
serempak melihat ke arah datangnya suara
itu.
Kau rupanya, Khatib Bungsu! seru lelaki
pemimpin upacara. Perlahan ia menurunkan
badiknya. Lalu ia berkata lantang, Khatib
Bungsu..! Ada urusan apa tiba-tiba muncul di
sini mengganggu jalannya upacara kami?
Hentikan upacara setan ini! Ketahuilah,
mengorbankan nyawa gadis yang tidak
berdosa tidak akan merubah apapun. Hujan
tetap tidak akan turun kecualli kemalangan
atas nasib gadis itu. Perbuatan kalian ini
sungguh sangat kejam dan tidak manusiawi.
Jika ingin meminta hujan, mintalah kepada
Allah SWT, Tuhan semesta alam dengan
berdoa dan malakukan kebajikan.
Hahahahahaahaaa! Upacara ini kami
lakukan berdasarkan ajaran leluhur kami dan
telah berlangsung selama ratusan tahun.
Ajaran baru yang kamu ajarkan nyatanya juga
tidak bisa menurunkan hujan di negeri ini,
bukan? Lelaki itu berkata sambil matanya
memandang sinis pada Khatib Bungsu

26

PuraKarya
Tidak ada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Utusan-Nya, kata Khatib
Bungsu dengan suara tenang.
Omong besar! Buktikan jika kamu mampu
menurunkan hujan.
Khatib Bungsu terdiam sejenak. Dengan
suara yang tetap tenang dan berwibawa ia
berkata,baiklah, aku akan mencoba
meminta kepada Allah SWT, air yang kalian
inginkan itu, tapi dengan syarat kalian harus
melepaskan gadis itu dan meninggalkan caracara keji ini.
Hei, Khatib Bungsu. Kami tidak akan
melepaskan gadis persembahan kami. begini
saja, buktikan kepada kami jika kamu bisa
meminta air kepada Tuhanmu itu. Buktikan
saja kalau ajaranmu itu benar. Jika kamu bisa
membuktikan omong besarmu, maka kami
melepaskan gadis ini, ujar lelaki itu sinis.
Baiklah, tetapi kalian harus menepati
janji. Kalian harus melepaskannya ujar
Khatib Bungsu. Ia lalu berjalan beberapa
langkah.
Sejenak kemudian wali Allah itu
mengangkat kedua tangannya dan lalu
berdoa beberapa saat. Setelah mengusapkan
kedua telapak tangan ke wajahnya lalu
secara tiba-tiba ia mengangkat tongkat
kayunya lalu dihunjamkan ke tanah dengan
keras. Separuh tongkat itu terhunjam ke
dalam tanah. Khatib Bungsu lalu menarik
tongkat itu dan membentuk semacam garis.
Dan apa yang terjadi sungguh sangat
mencengangkan! Sekonyong-konyong dari
dalam
lubang
bekas
tongkat
itu
memancarlah air yang sangat deras! Semakin
deras dan menggenangi tanah tempat
mereka berpijak.Genangan air itu semakin
banyak hingga menggenangi semua orangorang di tempat itu sampai setinggi lutut.
Semua mata yang ada di tempat itu
terbelalak. Mereka
terperangah dengan
peristiwa ajaib di hadapan mata mereka.
Anak muda, cepat bebaskan gadis itu!
Khatib Bungsu berseru kepada muridnya.
Pemuda itu dengan sigap langsung melompat
ke altar batu dan melepaskan tali-tali yang
mengikat gadis itu.
Puluhan orang dipimpin lelaki pemimpin
upacara itu lalu beramai-ramai mengerumuni
Khatib Bungsu. Mereka bahkan lalu
membungkuk di hadapan Khatib Bungsu.
Tetapi Khatib Bungsu segera mencegah
mereka melakukan hal itu.
Tidak! Tidak! Kalian tidak boleh
membungkuk seperti itu di hadapanku. Aku

hanya manusia biasa sama seperti kalian.


Kita sama-sama diciptakan Allah SWT Yang
Maha Menciptakan segala apa yang ada di
langit dan segala apa yang ada di bumi!
Lelaki pemimpin upacara itu lalu
berkata sambil matanya mengeluarkan
airmata,Khatib Bungsu. Kami percaya
dengan kebenaran ajaran yang tuan bawa.
Kami mempercayai tuan.
Allahu Akbar! Allahu Akbar! Khatib
Bungsu dan muridnya mengucapkan takbir
berkali-kali. Mereka lalu menuntun orangorang itu mengucapkan Dua Kalimah
Syahadat. Disaksikan Khatib Bungsu dan
muridnya, mereka masuk Islam dan bersaksi
bahwa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah Rasul Allah.
Mata air ajaib yang memancar dari tempat
itu terus mengalirkan air dan tidak pernah
kering hingga kini. Airnya senantiasa
berlimpah meski kemarau berkepanjangan.
Aliran airnya membentuk sungai yang
berkelok-kelok seperti ular. Di dekat sumber
mata air itu dibuatlah sebuah kolam.
Di samping kolam itu dibangunlah
sebuah mesjid yang diberi nama Mesjid HilaHila dan berdiri sejak tahun 1605 M . Mesjid
Hila-Hila adalah peninggalan langsung Al
Maulana Khatib Bungsu atau Dato Tiro,
seorang wali Allah yang akan selalu dikenang
sebagai sosok ulama besar penyebar Islam di
Bulukumba.
Pada tahun 1997 mesjid Hila-Hila
diganti namanya menjadi Mesjid Nurul Hilal
Dato Tiro. Mesjid Nurul Hilal telah mengalami
lima kali renovasi. Renovasi pertama
dilakukan pada tahun 1625, sedangkan
renovasi terakhir dilakukan pada tahun 1998.
Mesjid Nurul Hilal memiliki keunikan berupa
kubah yang menyerupai rumah adat Jawa
dan terdiri dari tiga tingkat. Arsitektur
dinding jendela diambil dari bentuk rumah
khas Sulawesi Selatan, Tongkonan. Di luar
mesjid terdapat dua buah menara setinggi 20
meter. Sedangkan di dalam mesjid terdapat
empat buah tiang dan sejumlah tulisan
kaligrafi di sudut-sudut dinding mesjid.
Mesjid Nurul Hilal hingga kini masih
berdiri kokoh di wilayah Kecamatan
Bontotiro, sekitar 36 kilometer dari kota
Bulukumba. Mesjid ini akan selalu dikenang
sebagai salah satu peninggalan penting dari
sejarah masuknya Islam di Bulukumba yang
dimulai dari Bontotiro.

27

PuraKarya
Datanglah ke mesjid tertua di Sulawesi
Selatan ini. Kita bisa merasakan nuansa
tersendiri ketika shalat di dalamnya. Salah
satu yang bisa kita rasakan adalah barakah
dan spirit perjuangan Dato Tiro yang datang
dari pulau seberang ke Bulukumba untuk
menyebarkan agama Islam.
Setelah Al Maulana Khatib Bungsu wafat,
jasadnya dimakamkan sekitar 100 meter dari
mesjid Nurul Hilal. Makam beliau hingga kini
banyak dikunjungi orang-orang dari berbagai
penjuru untuk berziarah. Kolam di dekat
sumber mata air ajaib dan Mesjid Nurul Hilal

hingga kini juga selalu ramai dikunjungi


banyak orang untuk berekreasi dan mandimandi.
Dewasa ini, kita sering mendengar cara
penyebutan kepada Dato Ri Tiro dengan
sebutan Puang Dato di kalangan
masyarakat
Hila-Hila
Bontotiro.
Ini
dikarenakan sebahagian besar anak cucu
keturunan langsung dari Dato Tiro bermukim
di Hila-Hila Bontotiro. (*)

(*) Tahun 1604 M, Al Maulana Khatib Bungsu bersama dua sahabatnya, Khatib Makmur dan dan
Khatib Sulaiman mengembara hingga ke wilayah Selatan Pulau Sulawesi. Ketiganya berasal dari
Pulau Andalas atau Sumatera. Ketiga orang inilah yang merupakan penyebar agama Islam yang
pertama kali di Bulukumba dan sekitarnya. Nama lain dari Khatib Bungsu adalah Abdul Djawad.
Sebuah catatan sejarah juga menyebut nama aslinya adalah Nurdin Ariyani. Ia menyebarkan Islam
pertama kali di wilayah Kerajaan Tiro. Sementara kedua orang sahabatnya menyebarkan Islam di
wilayah Barat dan Tenggara. Oleh masyarakat setempat ketiganya diberi gelar. Khatib Bungsu diberi
gelar Dato Ri Tiro atau Dato Tiro. Khatib Makmur diberi gelar Dato Ri Bandang. Sedangkan Khatib
Sulaiman diberi gelar Dato Patimang.

Mercusuar
Tiap lima waktu, dua puluh empat jam sekali
Mercusuar waktu menaburkan tanda Ilahi
Setiap tanda itu membentuk huruf
Dan hurufnya-pun titisan-Nya
Apalagi kata-kata itu menjelma syair tanpa tanding
Tak ada alasan kita untuk tidak mencerna panggilan itu
Itu kewajiban, yang haram bila dipatahkan
Sudahi dulu sibukmu, sisakan waktu sesaat menghadap-Nya

Khairul Mufid Jr,

28

PuraKarya

Cintaku,
Tersenyumlah
Oleh : Nilam
Menatapmu bukanlah gambaran jiwaku,
melihatmu
menenenangkan debaran
jantungku.
Manis yang tak terwakilkan dari ucap
pujaku, sekalipun kau disukukan tak luntur
niatku melirikmu cantik. Kita punya latar
belangkang yang jauh berbeda, tapi bagiku
kaulah paru-paru belahan nafasku.
Seminggu jeda kita tak bersua tapi
rinduku sudah setahun rasanya, lambayan
terurai mahkota sekujurmu tak terlupakan.
Aku punya sesuatu untukmu, kamu harus
mencobanya. Mmm... kau habiskan dalam
sekali tegukan, sehaus itukah kamu? atau
rasanya sangat menggoda?
Kenapa kau diam saja? tak rindukah kamu
untuk bertanya walau hanya sebatas basabasi!
Aku tahu raut rindu diwajahmu Wie, agar
kau tak salah paham, sebaiknya kujelaskan
padamu. Tentang perawan yang kau lihat
bersamaku kemarin, namanya Seruni. Sari
yang mengajaknya kerumah dia sangat
menggoda layaknya saat pertama kali kita
bertemu dulu.
Wie... tolong jangan menatapku seperti itu,
kau pantas untuk cemburu tapi bagiku
kalian layak berdampingan disebelah hatiku.
Hai apa kabarmu hari ini cantik?
Puasakah kamu?
Pesonamu dengan gaun tropis favoritmu
sungguh aku tak bosan mengagumimu.
Begitu anggunya dirimu cantik.
Jika saja aku tidak melihat Seruni melirik
kearah kita ingin rasanya kusentuh dirimu.
Menyentuhmu tak membuat puasaku batal

dan mengurangi fahala, karena ia tak makruh,


ini adalah hari pertama bulan Ramadan,
diawal ramadhan terkadang bagi sebagian
kita baik itu bagi yang pertama kali
menunaikan ibadah puasa maupun yang
sudah pernah. Terasa ringan (biasa saja),
berat. Bisa dimaklumi dan manusiawi.
Wie, izinkan aku menyapa Seruni sebentar
saja! pedoman cinta tidak harus selalu
memiliki tidak bagiku kedua kalian selalu
dihatiku, tak ego kan?
Saat pagi menyentuh bersama embun kau
tersenyum bersama mentari. Dari balik tirai
kulihat kamu menggoyangkan kemolekanmu
bersama hembusan semilir kamu sungguh
seksi....
Aku sudah dengar selintingan tentang
Bambang yang sering menggoda kamu Wie.
Namun aku
percaya padamu melebihi
mereka yang usil dengan kedekatan kita.
Perawan tampan sejagad sukunya. Wie doain
puasaku lancar tanpa celah terlebih cacat ya?
Aku memang lebih percaya kalau Bambang
hanya penggemar berat Wie. Aku tahu
Bagaimana tingkah pola penggemar fanatik
dan tergolong fanatik ekstrem.
Percayaku takkan pupus. Bambang ya
Bambang dua senyawa berbeda. Itu artinya
kamu layak untuk tidak ditepiskan. Jujur aku
sempat
mendengar
saat
Bambang
memainkan gitar berdawai asmara yang
khusus diperuntukkan untuk mu Wie.
Melintasi jerjak perdu siliwangi berbisik
padaku kalau kamu Wie, selingkuh dengan
semilir. Sebagai yang punya hati tentu katakata itu menusuk pori-pori emosi cemburuku.

29

PuraKarya
Aku melihat sendiri saat mereka bersalsa
dengan semilir dengan gaya sedikit kaku,
Siliwangi menusuk marahku.
Kalaupun yang aku lihat benar, rasanya aku
tak harus cemburu. Dengan alasan semilir
temanku dan teman kamu juga Wie. Tepatnya
temanku sebelum aku kenal kamu.
Semilir itu sejatiku. Siapa tahu dia Cuma
menghibur atau juga Wie lagi ikut sayembara.
Lalu meminta semilir untuk mengajarinya.
Wie itu paling alergi pada Siliwangi yang
seringkali mencelakai Wie dan Aku sendiri
pernah melihatnya.
Derasnya hujan membuat aku tidak bisa
menemui Wie tapi dari balik jendela aku
dapat melihat setiap lekuk rona Wie. Wie
sungguh menawan dibawah guyuran hujan
aku bisa melihat bebas senyumnya yang
manawan tanpa celah. Dia begitu menikmati
setiap butiran yang menyentuhnya, Allah
maha besar.
Ini adalah kencanku entah untuk yang
keberapa kali. Kenapa baru sekarang aku
menyadari bertapa mulus kulitmu. Bertapa
lembut porimu, bertapa dingin tubuhmu saat
kusentuh menyejukkan relung hatiku.
Wie, jujur tak ada niatku untuk merenggut
keperawananmu aku tahu ini bulan suci.
Dimana dinamakan bulah keberkahan bulan
diantara bulan yang sangat ditunggu umat
muslim sedunia dimana fahala dan dosa
dilipat gandakan.
Kamu tentu tahu apa artinya puasa, puasa itu
menahan diri dari sesuatu yang membatalkan
puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenam
matahari pastinya dengan niat dan beberapa
syarat.
Menjalankan ibadah puasa hukumnya wajib
bagi mereka yang islam, balig, kuat berpuasa,
berakal sehat. Tidak wajib berpuasa bagi yang
sakit dan orang gila
Sari, memintaku untuk menemui Wie. Tubuh
mulus Wie menguning entah penyakit apa
yang sedang menggerogotinya, sepertinya
bukan dehidrasi entahlah.
Aku yang sering memberi asupan gizi untuk
Wie jadi aku tahu gizi yang dikonsumsi Wie.
Sari juga tak memberi sembarangan asupan
gizi untuk Wie, karena ia tahu akan apa dan
disuka Wie bisa dan tidaknya dikonsumsi
Wie.
Wie maaf ya! aku tidak bisa menemanimu.
Aku sibuk sekali belum lagi deadline aku
mesti menghadiri kasus yang aku tangani
ditambah lagi saksi kuncinyanya kabur. Nanti
malam ada acara berbuka puasa bersama
dilanjutkan dengan seminar samapi sahur,

setelah shalat subuh aku baru pulang.


Sari sudah berjanji kepadaku untuk
menjagamu. InsyaAllah esok hari aku
membesukmu.
Aku tahu saat-saat begini kamu butuh
perhatianku Wie. Aku sudah titip obat dan
vitamin, jangan lupa diminum ya! tulisku pada
sepucuk daun.
Aku ingin melihat senyummu esok kalau kamu
sudah sembuh. Aku akan kembali untukmu.
Kita bisa kencan lagi tapi aku takkan mencium
takutnya
aromamu
menusuk
tembus
keronggaku. Sekalipun tak membatalkan
puasaku.
Wie dan Seruni. Kedua perawan cantik itu
duduk diteras dengan gaun green tea Seruni
memakai mahkota berwarna keemasan.
Aku harap keduanya tidak bermaksud
menabur benih-benih pesonanya, mungkin ini
alasanya Sari bela-belain untuk mengajak
Seruni kerumah.
Harapku sipenjantan tangguh Siliwangi tidak
tahu tentang keberadaan Seruni. Karena aku
tak mungkin bisa menjaga mereka setiap saat.
Hafis...tunggu! sijinak Yusuf, sudah berada
disampingku.
Kemarin aku kerumahmu, siapa perawan
cantik yang ada ditaman rumahmu.
Perawan siapa, Sari?
Mm... sok ngelak lagi.
O, o nya kulebarkan.
Inocent begitu namanya O yang benar
saja.
Hafis sayang pertanyaannya namanya?!
Ini orang maksa banget,
ku percepat
langkahku, tapi Yusuf bisa mengibangiku.
Seruni.
Yang satunya lagi. .
Wija.
Wijakusuma, itu Wijayakusuma. Simekar
malam hari ya Tuhan jadi itu Wijayakusuma.
Tapi aku tidak pernah bertemu dengannya
ketika kerumah kamu sebelumnya, Yusuf
seperti baru sembuh dari amnesia.
Tampan sekali dia tahu tidak Haf, belum lagi
aku menggeleng Yusuf terus cuap-cuap.
Selama ini aku hanya tahu namanya tampang
boleh biasa tapi em kamu sudah?
Sudah apa jangan berburuk sangka ini bulan
puasa!
Melihat rekahan Wijayakusuma? Yusuf
menggigit
bibirnya seraya menyenggol
lenganku.
Dapat darimana kamu? Yusuf kembali
menyodok sikunya, dengan sorot mata
inginnya.

30

PuraKarya
Sorry ya, aku keperpus dulu, ku percepat langkahku. Menuju parkiran dekat pustaka untung
Yusuf tidak menguntitku.
Aku merasa Yusuf tahu kalau aku bukan keperpus tapi Yusuf tidak mengikutiku. Maaf Yusuf untuk
sekarang ini aku tak rela Wie kau pinang sekalipun olehmu Yusuf.
Aku menemui Wie dan Seruni ditaman samping. Terlihat jelas mereka sangat kompak memakai
gaun senada kecuali debar jantung dan senyum dimatak.
Aku tidak tahu siapa yang harus kusapa duluan. sekalipun poligami free dalam hal ini namun untuk
yang satu ini aku belum siap.
Aku mengambil posisi didepan keduanya setidaknya inilah posisi adil menurutku entah dengan
kedua sicantik ini, hatiku tumbuh berbunga, bermekaran disetiap titik sarafku menggelitik aku
untuk terus tersenyum diapit dua ranum yang menggoda mata hatiku.
Selang minggu
Wija kenapa denganmu? aku yang menafkahimu. Aku pula yang mencintaimu pertama kali
merawatmu bukanya aku tak tulus.
Engkau hadiahi pesonamu pada malam. Aku tahu tak ada perjanjian apapun atau ikatan yang
mengekang kita. Bagaimanapun hatiku terlanjur gundah bersama air dalam mataku.
Pecuma juga aku marah tak ada rasa bersalah dalam sinar tubuhmu mungkin saja suatu ketika
angin kemenangan akan menghampiri impianku. akan ku dapat setiap rekahan ranummu, akan
kucium setiap kelopakmu. Kusimpan wanginya dironggaku agar saraf terus merinduimu. Aku tak
melihat Seruni dan Wie kemana mereka. Sari mengajak mereka jalan-jalan
ketaman.
perasaanku tidak enak.
Sari! Kenapa dengan Wie? Wija terluka. Tubuhnya penuh cakaran sebagian hancur kulit
mulusnya aku histeris ia harus segera diamputasi. Tak adakah cara lain untuk menyelamatkan
Wie?
ini cara satu-satunya untuk mencegah agar tidak agar Wie tak infeksi. Dengan sigap Sari
memberi pertolongan.
Wie diamputasi dalam hal ini Sari ahlinya. Aku hanya bisa memandang Wie tampa bisa berbuat
apa-apa. Wie terlihat tak berdaya, sabar ya Wie ini semua untuk kesembuhan kamu juga.
siapa yang melakukan ini pada Wija.
Entahlah kak, tadi pas Sari pulang sekolah mereka sudah tergeletak dan kondisi tubuk Wie
remuk.
Sepertinya ini ulah sabotase Pejantan kak.
Sipejantan! awas dia kalau ku dapat akan kukenduri dia.
Wie, memang pernah mengaduk cemburuku tapi siapapun yang berani menyakiti Wie akan
kukerupukin ia. Sari menguburi bagian tubuh Wie dengan harapan Wie dapat berinkarnasi. Menjadi
wija...wija kecil yang menawan.
Stomata mulusmu akan melahirkan wija baru. Aku tidak tahu kapan itu kemungkinan itu ada untuk
sebuah harapan.
Hanya waktu dan kuasa Tuhan yang punya jawaban.
Meskipun
kamu
hanya
sebatang pohon yang tumbuh ditamanku aku masih ingin melihat kamu bersalsa bersama semilir
dan tersenyum disetiap bait pujaku.

31

ParaSastra

Oleh : Alfian Nawawi


Kelangkaan sosoknya menjadikannya
masih merupakan salah satu monumen
emas di jagad sastra tanah air. Selain
menjadi sastrawan dan budayawan
kapasitasnya adalah juga ulama,
ilmuwan, pendidik, politisi dan jurnalis.

Di hari-hari ini ketika idealisme mulai tergerus


arus hebat materialisme-hedonisme maka
orang-orang pun mencoba untuk mengadopsi
gaya Hamka melalui sinergitas antara agama,
politik, pendidikan, kebudayaan, seni dan pers
untuk mencapai tujuan. Diyakini bahwa apa
yang telah dicontohkan oleh Buya Hamka bisa
efektif. Tapi satu hal yang banyak dilupakan
orang dari diri Hamka yaitu bahwa efektifitas
tidak akan tercapai jika ketulusan niat tidak
bersenyawa dengan proses dan tujuan.
Di masa kecil Hamka mendapat pendidikan
rendah di Sekolah Dasar Maninjau selama dua
tahun. Ketika usianya 10 tahun, ayahnya
mendirikan Sumatera Thawalib di Padang
Panjang.
Di
situ
Hamka
kemudian
mempelajari agama dan mendalami bahasa
Arab. Melalui sebuah perpustakaan yang
dimiliki oleh salah seorang gurunya, Engku Dt.
Sinaro, bersama dengan Engku Zainuddin,
Hamka diizinkan untuk membaca buku-buku
yang ada diperpustakaan tersebut, baik buku
agama maupun sastra.
Tidak pernah ada yang menyangka bocah
Minangkabau berusia 10 tahun itu di
kemudian hari akan menjadi salah satu
inspirasi idealisme terbesar bagi bangsanya

sepanjang masa. Inspirasi itu melecut


pergerakan perjuangan agama, jurnalisme,
politik, sastra, dan budaya. Karya-karyanya
yang masih terus menjadi inspirasi banyak
generasi sesudahnya menjadi monument tak
terbantahkan di jagad sastra tanah air.
Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau
lebih dikenal dengan julukan Hamka, yakni
singkatan namanya, (lahir di Maninjau,
Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera
Barat, 17 Februari 1908 meninggal di
Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun)
adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama,
ahli filsafat, dan aktivis politik. Hamka
diangkat
sebagai
Pahlawan
Nasional
Indonesia
berdasarkan
Keppres
No.
113/TK/Tahun 2011 pada tanggal 9 November
2011. Pada tahun 1928, Hamka menulis buku
romannya yang pertama dalam bahasa
Minang dengan judul Si Sabariah. Kemudian,
ia juga menulis buku-buku lain, baik yang
berbentuk roman, sejarah, biografi dan
otobiografi, sosial kemasyarakatan, pemikiran
dan pendidikan, teologi, tasawuf, tafsir, dan
fiqih. Karya ilmiah terbesarnya adalah Tafsir
al-Azhar.

32

ParaSastra
Di antara novel-novelnya seperti Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck, Di Bawah Lindungan Ka'bah, dan Merantau ke Deli juga
menjadi perhatian umum dan menjadi buku teks sastra di Malaysia
dan Singapura. Beberapa penghargaan dan anugerah juga ia terima,
baik peringkat nasional maupun internasional.
Sejak tahun 1920-an, Hamka menjadi wartawan beberapa buah
surat kabar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam, dan
Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, ia menjadi editor
majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, ia menjadi editor
dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makassar. Hamka juga pernah
menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat,
dan Gema Islam.
Hamka belajar secara otodidak untuk bidang filsafat, sastra, sejarah,
sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Dengan kemahiran
bahasa Arabnya yang tinggi, ia dapat menyelidiki karya ulama dan
pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan,
Abbas al-Aqqad, Mustafa al-Manfaluti, dan Hussain Haikal. Melalui
bahasa Arab juga, ia meneliti karya sarjana Perancis, Inggris dan
Jerman seperti Albert Camus, William James, Sigmund Freud, Arnold
Toynbee, Jean Paul Sartre, Karl Marx, dan Pierre Loti. Hamka juga
rajin membaca dan bertukar-tukar pikiran dengan tokoh-tokoh
terkenal Jakarta seperti HOS Tjokroaminoto, Raden Mas
Surjoparonoto, Haji Fachrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus
Hadikusumo sambil mengasah bakatnya sehingga menjadi seorang
ahli pidato yang handal.
Hamka semasa kecil rajin mendalami agama Islam dan bahasa Arab.
Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal
sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di
Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
Ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di
sanalah Hamka belajar. Namun sebagaimana tradisi pada masa itu
Hamka juga mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang
diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh
Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjoparonto dan Ki Bagus
Hadikusumo.
Ia diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau
yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti
ayah kami, atau seseorang yang dihormati. Hamka adalah akronim
dari Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah.
Hamka mula-mula bekerja sebagai guru agama pada tahun 1927 di
Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di
Padangpanjang pada tahun 1929. Hamka kemudian dilantik sebagai
dosen di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah,
Padangpanjang dari tahun 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu,
beliau diangkat menjadi rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan
Profesor Universitas Mustopo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga
tahun 1960, beliau menjabat sebagai Pegawai Tinggi Agama oleh
Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakkan jabatan itu ketika
Sukarno menyuruhnya memilih antara menjadi pegawai negeri atau
bergiat dalam politik Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).

33

ParaSastra
Hamka juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertumbuhan
Muhammadiyah. Beliau mengikuti pendirian Muhammadiyah
mulai tahun 1925 untuk melawan khurafat, bidaah, tarekat dan
kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahun 1928, beliau
mengetuai cabang Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada
tahun 1929, Hamka mendirikan pusat latihan pendakwah
Muhammadiyah dan dua tahun kemudian beliau menjadi konsul
Muhammadiyah di Makassar
Kemudian beliau terpilih menjadi ketua Majelis Pimpinan
Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi
Muhammadiyah, menggantikan S.Y. Sutan Mangkuto pada tahun
1946. Beliau menyusun kembali pembangunan dalam Kongres
Muhammadiyah ke-31 di Yogyakarta pada tahun 1950.
Pada tahun 1953, Hamka dipilih sebagai penasihat pimpinan
Pusat Muhammadiah. Pada 26 Juli 1977, Menteri Agama
Indonesia, Prof. Dr. Mukti Ali melantik Hamka sebagai ketua
umum Majlis Ulama Indonesia tetapi beliau kemudiannya
meletakkan jabatan pada tahun 1981 karena nasihatnya tidak
dipedulikan oleh pemerintah Indonesia.
Aktivitas politik Hamka bermula pada tahun 1925 dalam partai
politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu
menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia
melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di hutan belantara
di Medan. Pada tahun 1947, Hamka dilantik sebagai ketua
Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia. Beliau menjadi anggota
Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam
Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan
oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964
hingga tahun1966, Hamka dipenjarakan oleh Presiden Soekarno
karena dituduh pro-Malaysia. Semasa di penjara Hamka menulis
Tafsir al-Azhar yang merupakan karya ilmiah terbesarnya.
Setelah keluar dari penjara, Hamka dilantik sebagai ahli Badan
Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis
Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan
Nasional, Indonesia.
Pada tahun 1959, Hamka mendapat anugerah gelar Doktor
Honoris Causa dari Universitas al-Azhar, Cairo atas jasa-jasanya
dalam penyiaran agama Islam dengan menggunakan bahasa
Melayu. Kemudian pada 6 Juni 1974, kembali ia memperoleh
gelar kehormatan tersebut dari Universitas Nasional Malaysia
pada bidang kesusasteraan, serta gelar Profesor dari Universitas
Prof. Dr. Moestopo. Hamka wafat pada 24 Juli 1981 dalam usia
73 tahun dan dikebumikan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.

34

INDONESIA

KE 69
35

Kucium wangimu
Kucium wangimu sebelum kulihat datangmu
Kau kurindu..

Dengan doa kuhamparkan harap, kita bisa bertemu


Selepas jingga kau di isbadkan bersamaku
Entah detik keberapa engkau menjamuku
Duhai ramadhan...
Bibir merekah jari menari, kulepas rindu memujamu
Dengan sujud, wirid dan tadarus
Sungguh aku ingin indah bersamamu
Sebulan aku bersamamu tak cukup bait mengungkap rindu merayu
Dengan sujud dan lantunan bait suci
Aku tak rela berpisah denganmu
karena munajatku belumlah seberapa
Kesuciamu tak tertandingi ramadhanku....
Fitrah barakah ada padamu, kau masih ku nanti

Nilam
Masih Saja Tidur di balik Tembok
Kekar

Membaca peluh asin dari wajahmu


Kutemukan sepotong kisah tergolek
sedu
Tiada keluh tak pula lenguh mampu
Robohkanmu di tengah terik dan
hujan yang membatu
12 tahun
Kau tampar waktu sepanjang usia
Menahun
Membawa raga muda terjerembap
kerasnya hidup yang meracun
Laburkan mimpi kecil lekas timpas
terbawa angin lamun
Dan kau tukar koin rupiah di berai
detik labirin tegun
Selepas kubertanya sapa pada titik
dan koma

Rupanya tuli menerungku adamu di


serpihan dunia
Hingga kau lupa derit kapur mengeja
cakrawala
Menuntun jejak langkah cita yang kini
aksa
Terbuang dari kepal tanganmu
mengeras baja
Tubuhku selingar
Tatapmu nanar
Tangan itu terlalu cepat
meninggalkan
leret-leret kasar
Sementara pendidikan masih saja
tidur...
M.R Meidi
36

ParaSastra

ERNEST
MILLER

HEMINGWAY
Oleh : Irfan Purnama

Pemenang Hadiah Nobel Ernest Hemingway dipandang sebagai salah satu novelis abad ke-20 besar
Amerika, dan dikenal atas karyanya seperti : A Farewell to Arms dan The Old Man and the Sea.
Lahir pada tanggal 21 Juli 1899, di Cicero (sekarang di Oak Park), Illinois, Ernest Hemingway
bertugas di Perang Dunia I dan bekerja di jurnalisme sebelum menerbitan koleksi ceritanya In Our
Time. Dia terkenal untuk novel seperti The Sun Also Rises, A Farewell to Arms, For Whom the Bell
Tolls, dan The Old Man and the Sea, yang memenangkan Pulitzer 1953. Pada tahun 1954,
Hemingway memenangkan Hadiah Nobel. Sayangnya, dia bunuh diri pada tanggal 2 Juli 1961, di
Ketchum, Idaho.
AWAL KEHIDUPAN DAN KARIRNYA
Ernest Miller Hemingway lahir pada tanggal 21 Juli 1899 di Cicero (sekarang Oak Park), Illinois.
Clarence dan Grace Hemingway membesarkan anak laki-laki mereka dalam lingkungan konservatif
di pinggiran kota Chicago, dan juga pernah tinggal dan menghabiskan waktu yang indah di sebelah
utara Michigan, dimana mereka memiliki rumah pedesaan yang sederhana. Disanalah kelak orang
yang senang dengan olahraga ini belajar berburu, memancing, dan sangat menyukai kegiatan yang
berhubungan dengan alam.
Pada masa sekolah menengah, Hemingway muda bergabung di koran sekolah, Trapeze and Tubula,
yang kebanyakan berisi liputan pemberitaan mengenai olahraga. Secepatnya setelah kelulusannya,
jurnalis muda ini pergi bekerja untuk Kansas City Star, yang nantinya menghasilkan pengalaman
dan mempengaruhi gaya prosanya yang mempreteli hingga dalam.
Dia pernah mengatakan, Di sini (Kansas City Star) anda dipaksa untuk belajar menulis kalimatkalimat yang deklaratif dan sederhana. Hal ini sangat berguna bagisiapa saja. Bekerja untuk surat
kabar tidak akan menyulitkan penulis muda dan dapat membantu mereka untuk keluar dari
masalah pada saat yang tepat.

37

ParaSastra
PENGALAMAN MILITER

HIDUP DI EROPA

Pada tahun 1918, Hemingway ikut


berpartisipasi sebagai supir ambulans untuk
Angkatan Bersenjata Italia. Selama masa
pengabdiannya dia pernah meraih Medali
Perak untuk Keberanian, namun tidak lama
setelah itu dia harus mendapatkan
perawatan karena luka yang dialaminya di
sebuah rumah sakit di Milan.

Di Paris, Hemingway segera menjadi bagian


penting seperti apa yang paling terkenal
dikatakan oleh Gertrude Stein, Generasi
yang hilang.
Dengan Stein sebagai
mentornya, Hemingway berkenalan dengan
banyak penulis dan seniman besar dari
generasinya, seperti F. Scott Fitzgerald, Ezra
Pound, Pablo Picasso dan James Joyce. Pada
tahun 1923, Hemingway dan Hadley memiliki
seorang putra, John Hadley Nicanor
Hemingway. Pada saat ini penulis juga mulai
sering mengunjungi Festival terkenal San
Fermin di Pamplona, Spanyol.

Disanalah dia bertemu seorang perawat


bernama Agnes von Kurowsky, yang
kemudian menerima pinangannya untuk
menikah. Walaupun setuju, perempuan itu
malah pergi meninggalkannya bersama
dengan laki-laki lain. Saat saat rapuh seperti
inilah yang memicunya untuk menelurkan
karyanya A Very Short Story dan juga yang
salah satu karyanya yang terkenal A farewell
to Arms.
Masih merawat lukanya dan memulihkan diri
dari kebrutalan perang, pemuda berusia 20
tahunan tersebut kembali ke Amerika dan
memilih untuk tinggal di bagian utara
Michigan lagi. Hingga akhirnya dia
mengambil pekerjaan di Toronto Star.
Pada saat di Chicago lah Hemingway bertemu
dengan Hadley Richardson, perempuan yang
akhirnya menjadi istri pertamanya. Pasangan
itu menikah cepat dan memutuskan untuk
pindah ke Paris, dimana Hemingway bekerja
sebagai koresponden asing untuk Toronto
Star.

Cinta Terpendam Pria Tetangga


Kadang- kadang aku memikirkanmu , seraya
gumam dalam hati,
kapan kiranya bisa mengobrol berdua
Menikmati bulan sabit dan benda benda
angkasa..
bilamana ku Perhatikan Dirimu,
simak gurat-gurat
wajahmu, begitu teduh, begitu
damai, tenang bak Telaga
Sarangan. Kagum aku tidaklah
jemu,
oh indahnya rahasia perawan
pujaan..

Pada tahun 1925, pasangan tersebut


bergabung dengan kelompok Ekspatriat
Inggris Amerika, dan melakukan perjalanan
ke sebuah festival yang nantinya akan
menjadi inspirasi dan dasar dari novel
pertama Hemingway, The Sun Also Rises.
Novel ini dianggap sebagai pekerjaan
terbesar Hemingway. Sangat berseni dan
mengangkat tuntas kondisi pemulihan
kenyataan pasca perang dari generasinya.
Segera setelah penerbitan The Sun Also Rises,
Hemingway dan Hadley akhirnya bercerai,
dikarenakan oleh skandalnya bersama
perempuan yang bernama Pauline Pfeiffer,
yang nantinya akan menjadi istri keduanya
setelah perceraiannya dengan Hadley
akhirnya terjadi. Hemingway pun kembali
meneruskan buku yang berisi cerita pendek,
Men Without Women.

namun sunguh sayang. ...


Ibarat unggas, merpati itu sudah pergi.
lepas dari genggaman, terbang,
terbang tinggi di balik awan..
angin malam menusuk kulit ini,
dingin engkau tiada disisi...
kemarin kulihat engkau
bergandeng tangan mesra degan
pemuda, aku dibelakangmu sambil
memegang bunga.
Engkau pergi aku terpaku
bungaku ku cium sendiri

Rizal, 2014

38

ParaSastra
MASA-MASA KRITIS
Tidak lama kemudian, Pauline hamil dan pasangan itu memutuskan untuk pindah kembali ke
Amerika. Setelah kelahiran anak laki-lakinya, Patrick Hemingway di tahun 1928, mereka menetap di
Key West, Florida, tapi tinggal untuk musim panas di Wyoming. Selama periode ini Hemingway
menyelesaikan novel bertema perang dunia pertamanya, A Farewell to Arms, yang sekaligus
momen ini merupakan caraya untuk mengamankan tempatnya secara abadi sebagai sastrawan
yang berhasil pada masa itu.
Saat dia sedang tidak menulis, Hemingway menghabiskan waktunya berpetualang: berburu di
Afrika, menjadi matador di Spanyol, memancing di laut dalam di Florida. Saat melaporkan dan
menjadi koresponden perang sipil di Spanyol tahun 1937, Hemingway bertemu dengan sesama
koresponden perang yang bernama Martha Gelhorn (yang kemudian menjadi istri ketiganya) dan
dalam masa ini dia mengumpulkan materi untuk novel selanjutnya, For Whom the Bells Tolls, yang
pada akhirnya mengantarkan dirinya untuk meraih Hadiah Pulitzer.
Seperti yang diprediksi sebelumnya, pernikahannya dengan Pauline pun akhirnya kandas, dan
mereka bercerai. Gelhorn dan Hemingway menikah sesaat setelah mereka membeli sebuah
peternakan dekat dengan Havana, Kuba, yang nantinya mereka putuskan tempat itu sebagai rumah
musim dinginnya.
Saat Amerika akhirnya terlibat dalam Perang Dunia II di 1941, Hemingway bertugas sebagai
koresponden perang, dan hadir pada beberapa kejadian penting dalam perang tersebut,
diantaranya adalah Hari H dimana sekutu mendaratkan pasukannya untuk menyerang Jerman.
Tidak lama menjelang perang berakhir, dia bertemu kembali dengan koresponden perang lainny,
Mary Welsh, yang kemudian dinikahinya setelah dia menceraikan Martha Gelhorn.
Ditahun 1951, Hemingway menulis The Old Man and the Sea, yang dikemudian hari mungkin akan
menjadi buku karangan terkenalnya dan akhirnya membuat dirinya meraih Hadiah Pulitzer yang
sebelumnya telah lama ia tolak.

PERJUANGAN PRIBADINYA DAN BUNUH DIRI


Penulis itu tetap melanjutkan petualangannya ke Africa dan mendapatkan beberapa cedera serius
selama itu, bahkan dia sempat selamat dari beberapa kecelakaan pesawat.
Ditahun 1954, dia memenangkan Hadiah Nobel dalam bidang sastra. Bahkan pada saat puncak
kejayaannya dalam dunia sastra, meskipun tubuh dan pikirannya kekar, tetap saja keduanya
mengkhianatinya. Saat pemulihandari berbagai luka lama yang dideritanya di Kuba, Hemingway
menderita depresi dan dirawat untuk berbagai kondisi seperti tekanan darah tinggi dan penyakit
hati.
Dia menulis A Moveable Feast, sebuah memoar atas pengalamannya selama hidup di Paris, dan
akhirnya dia benar-benar pensiun dan pindah ke Idaho. Disanalah dia berjuang untuk memulihkan
kondisi mental dan fisiknya. Pagi hari 2 July 1961, Ernest Hemingway melakukan bunuh diri
dikediamannya di Ketchum.

WARISAN
Hemingway meninggalkan karya yang mengesankan dan gaya ikonik yang masih mempengaruhi
penulis-penulis sesudahnya. Kepribadiannya dan pengejaran petualangannya yang konstan
sebanding dengan betapa besarnya bakat kreatifnya.
Ketika ditanya oleh George Plimpton tentang fungsi dari karya seninya, Hemingway membuktikan
sekali lagi untuk menjadi master dari "satu kalimat yang benar" : "Dari hal-hal yang telah terjadi
dan dari hal-hal sebagaimana adanya dan dari segala sesuatu yang Anda tahu dan semua orang
Anda tidak bisa tahu, Anda membuat sesuatu melalui penemuan Anda yang bukan merupakan
representasi tetapi seluruh hal baru yang lebih benar dari apa yang benar dan hidup, dan Anda
membuatnya hidup, dan jika Anda membuatnya cukup baik, Anda memberikan keabadian. "

39

ingat waktu
Ketika labirin waktu mulai menipis.
pundak tak sanggup lagi mengangkat beban.
Ketika jarum jam terus dikejar bayangnya.
ketika itu mata mulai menciut dan pandangannya kabur.

kulihat para insan mengabdikan dirinya lebih kepada Sang Pencipta.


Hinggap dalam guliran waktu,
sayup-sayup keheningan yang begitu sunyi
menyanyat dalam kalbu..
menyayat meski hilang lagi sesudahnya
Guratan wajah lambang kepasrahan
akan semangat yang mulai layu.
Tatapan senja telah terlukis di raut wajah.
berpikir tak lama lagi dia berpulang ?
ada seorang pemuda duduk termenung di sampingnya.

Diam...
Lalu batinnya penuh tanya.
Adakah persiapan dariku untuk menghadapi ajal ?
sedang orang tua itu begitu yakin akan kematian
yang kerap datang kerap menjemputnya.
Tuhan seruh sekalian alam tahu kapan akan memanggil manusia.
dan mengapa aku terlalu sibuk dengan duniaku ?
Akankah surga akan dihuni kalangan tua seperti mereka yang khusyuk masyuk ?
Yang tak hentinya memanjatkan doa di setiap dhuha ?
namun kadang kadang ku sadar

Muthi'ah

Menembaki Senja
Senapanku tegak menantang
angkasa
Peluru melepaskan dirinya
Membelah senja
Juga ada pesan di dalamnya
Tentang rindu tiada habisnya
Semoga dapat kau terima

Aesna

40

Purakasastra adalah media independen yang bertujuan untuk ikut membangun dan
memajukan dunia kesusasteraan nasional.
Kami menerima semua bentuk sumbangan naskah untuk dapat dipublikasikan secara
nasional melalui media ini. Sumbangan tersebut dapat berupa kajian-kajian
kesusasteraan, liputan kegiatan sastra , tips-tips menulis, karya sastra, buku-buku sastra,
dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai