Anda di halaman 1dari 9

MATRIKULASI IKD

KEPERAWATAN ANAK
RESUME E-LEARNING KONSEP BERMAIN PADA ANAK










DISUSUN OLEH:
Ni Nyoman Muni Hrisudani
131411123043
B17/AJ 2



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2014

RESUME KONSEP BERMAIN PADA ANAK.

1. Pengertian
Aktivitas bermain yang dilakukan anak-anak merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial. Bermain juga
merupakan
media yang baik untuk belajar karena dengan bermain anak-anak akan
berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan diri dengan
lingkungan, melakukan apa yang dilakukannya, dan mengenal waktu,
jarak serta suara (Wong, et al 2008).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang
merupakan salah satu intervensi yang efektif bagi anak untuk menurunkan
atau mencegah kecemasan sebelum dan sesudah tindakan operatif
(Nursalam, 2005).
2. Fungsi Bermain
a. Perkembangan Sensorik dan Motorik: dimana aktifitas sensorimotor
adalah komponen utama bermain pada semua usia dan merupakan
bentuk dominan permainan pada masa bayi. Permainan aktif penting
untuk perkembangan otot dan bermanfaat untuk melepas kelebihan
energi. Melalui permainan sensori motor,anak menggali sifat dunia
fisik . Bayi memperoleh kesan tentang diri mereka sendiri dan dunia
mereka melalui sstimulasi taktil, auditorius, visual, dan kinestetik.anak.
b. Perkembangan Kognitif: Melalui bermain anak akan mengeksplorasi
dan memanipulasi benda-benda di sekitarnya. Anak-anak akan
mengenali dan mempelajari berbagai macam warna, berbagai bentuk,
berbagai ukuran dan penggunaannya. Setelah mengenali dan
mempelajari, selanjutnya anak akan menyimpannya di dalam sel-sel
memori (otak).
c. Perkembangan moral dan etika: Selain berinteraksi dengan benda-
benda sebagai alat permainan. Anak-anak juga akan berinteraksi
dengan non-benda yaitu teman-teman sepermainannya. Melalui
interaksi dengan teman-temannya di dalam kelompok, anak akan
belajar tentang bagaimana aturan bermain di dalam kelompok.
d. Perkembangan kreativitas: fungsi kreativitas yaitu anak- anak
bereksperimen mencoba ide mereka dalam bermain melalui setiap
media yang mereka miliki, termasuk bahan- bahan mentah, fantasi, dan
eksplorasi.
e. Perkembangan kesadaran diri: Melalui bermain, anak akan mengenali
kelebihan dan kekurangannya, kekuatan dan kelemahannya. Anak akan
melakukan pengujian terhadap kemampuannya dan kemampuan orang
lain.
f. Perkembangan komunikasi dan bahasa: Bagi bayi dan anak-anak,
bermain merupakan alat komunikasi. Bayi akan memberikan balasan
senyuman ketika ia diberikan senyuman. Bayi akan merasakan
kenyamanan bila orang tuanya menatap dengan mata yang teduh. Bagi
anak-anak yang belum mampu berkomunikasi secara verbal,
menggambar dan bermain peran adalah bahasa dan komunikasi bagi
mereka.
g. Fungsi Terapeutik :
1) Memberikan sarana untuk melepaskan diri dari ketegangan dan
stres yang dihadapi di lingkungan.
2) Anak dapat mengekspresikan emosi dan melepaskan impuls yang
tidak dapat diterima dalam cara yang dapat diterima masyarakat.
3) Anak-anak mampu untuk mencoba menguji situasi yang
menakutkan dan dapat menjalankan dan menguasai peran dan
posisi yang tidak dapat mereka lakukan di dunia nyata
4) Anak mampu mengkomunikasikan kebutuhan, rasa takut dan
keinginan mereka kepada pengamat yang tidak dapat mereka
ekspresikan karena keterbatan keterampilan bahasa mereka.
5) Anak mampu menerima diri dari orang dewasa dan perlu
didampingi oleh orang dewasa untuk membantu mengontrol agresi
dan menyalurkan kecenderungan dekstruktif mereka.
3. Klasifikasi permainan
a. Permainan menurut karakteristik sosial
1) Permainan pengamat
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa ada
inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan.
2) Permainan Tunggal
Anak tampak berada dalam kelompok permainannya, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan yang digunakan
temannya, tidak ada kerja sama, ataupun komunikasi dengan teman
sepermainannya.
3) Permainan Paralel
Anak dapat menggunakan alat permainan yang sama, tetapi antara
satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga tidak ada sosialisasi satu sama lain.
4) Permainan Asosiatif
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan
anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang
memimpin permainan, dan tujuan permainan tidak jelas.
5) Permaianan Kooperatif
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, juga tujuan dan pemimpin permainan.
b. Permainan menurut isi permainan
1) Permainan sosial-afektif.
Inti permainan ini adalah adanya hubungan interpersonal yang
menyenangkan antara anak dan orang lain.
2) Permainan rasa senang
Bermain dengan memegang bahan-bahan mentah seperti air, pasir,
makanan, gerakan tubuh (diayun, diangkat, ditimang), kemampuan
tubuh seperti mencium dan bersenandung.
3) Permainan keterampilan
Permainan keterampilan yang mengulang tindakan yang berulang-
ulang, rasa senang dan mempraktekkan kemampuan baru seperti
mengendarai sepeda.
4) Permainan unoccupied
Anak melamun, memainkan pakaian atau objek lain, atau berjalan
tanpa tujuan.
5) Permainan dramatik atau pura-pura
Permainan ini mulai pada masa bayi akhir dan merupakan bentuk
permainan yang dominan pada anak prasekolah. Anak belajar dan
mempraktikkan peran dan identitas yang dimainkan oleh keluarga
dan masyarakat. Anak yang lebih besar menjalankan tema tertentu,
memerankan sebuah cerita, dan menyusun drama itu sendiri.
6) Permainan (game)
Games atau permainan adalah jenis permainan menggunakan alat
tertentu yang menggunakan perhitungan atau skor.
7) Permainan imitative
8) Permainan formal
9) Permainan kompetitif
c. Permainan menurut kualitas permainan
1) Constructive Play
Tipe bermain ini mengajarkan anak menciptakan sesuatu, dimulai
ketika anak bayi dan menjadi lebih kompleks sesuai fase
pertumbuhan anak. Pada bayi, bayi akan mengambil benda dan
meletakkan di mulutnya. Usia toddler diketahui bahwa anak akan
mulai menggambar, bermain pasir dan balok susun. Anak dengan
percaya diri akan menyusun dan memanipulasi benda menjadi
bentuk yang lebih bagus seperti yang dia inginkan.
2) Expressive Play
Merupakan tipe permainan yang mengajarkan anak untuk
mengekspresikan perasaannya. Orangtua dapat menggunakan
bahan seperti, tinta, crayon, pensil warna dan marker untuk
menggambar dan menulis. Untuk melakukan permainan ekspresif
dapat digunakan juga instrumental musik.
3) Fantasy Play
Pada permainan ini anak belajar tentang peraturan dan situasi baru.
Anak juga akan belajar bereksperimen tentang bahasa dan emosi.
4) Cooperative play
Cooperatif play diperagakan pada akhir masa pra-sekolah.
Permainan ini diterapkan dengan adanya peraturan-peraturan
tertentu. Permainan dengan peraturan mengajarkan pada anak
tentang konsep bahwa hidup mempunyai peraturan tertentu yang
harus ditaati oleh semuanya.
Secara garis besar, Wong (2008) dalam Soetjiningsih (2014)
mengategorikan permainan menjadi:
a. Bermain aktif
1) Bermain mengamati/menyelidiki (exploratory play)
Perhatian pertama anak pada alat bermain adalah memeriksa
apakah alat permainan tersebut. Anak memperhatikan alat
permainan, mengocok-ngocok apakah ada bunyi, mencium,
meraba, menekan, dan kadang-kadang berusaha membongkar.
2) Bermain konstruksi (construction play)
Pada anak umur 3 tahun, misalnya dengan menyusun balok-
balok menjadi rumah-rumahan, dll.
3) Bermain drama (dramatic play)
Misalnya main sandiwara boneka, main rumah-rumahan dengan
saudara-saudaranya atau dengan teman-temannya.
4) Bermain bola, tali, dsb
b. Bermain pasif
Dalam hal ini anak berperan pasif, antara lain dengan
melihat/mendengar. Bermain pasif ini adalah ideal apabila anak
sudah lelah bermain aktif dan membutuhkan sesuatu untuk
mengatasi kebosanan dan keletihannya. Contohnya melihat
gambar-gambar di buku atau majalah, mendengarkan cerita atau
musik, menonton televisi, dll.
4. Faktor yang mempengaruhi aktifitas bermain:
a. Tahap perkembangan anak
b. Status kesehatan anak
c. Jenis kelamin anak
d. Lingkungan yang mendukung
e. Jenis permainan yang cocok dan sesuai dengan anak
5. Keuntungan bermain :
a. Membuang ekstra energi
b. Mengoptimalkan pertumbuhan seluruh bagian tubuh, seperti tulang,
otot dan organ-organ
c. Aktifitas yang dilakukan dapat meningkatkan nafsu makan
d. Anak belajar mengontrol diri
e. Meningkatkan daya kreativitas
f. Berkembangnya berbagai keterampilan anak
g. Mendapat kesempatan menemukan arti dari benda yang ada di sekitar
anak
h. Merupakan cara untuk mengatasi kemarahan, kekhawatiran, iri dan
berduka
i. Kesempatan untuk bersosialisasi dengan anak lain
kesempatan untuk mengikuti aturan dalam bermain
j. Dapat mengembangkan intelektualnya
6. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan Dalam Aktivitas Bermain
a. Ekstra energi
Untuk bermain diperlukan ekstra energi. Anak yang sakit, kecil
keinginannya untuk bermain.
b. Waktu
Anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain
c. Alat Permainan
Untuk bermain diperlukan alat permainan yang sesuai dengan umur
dan taraf perkembangannya.
d. Ruangan untuk Bermain
Ruangan tidak usah terlalu lebar dan tidak perlu ruangan khusus untuk
bermain. Anak bisa bermain di ruang tamu, halaman, bahkan ruang
tidurnya.
e. Pengetahuan Cara Bermain
Anak belajar bermain melalui coba-coba sendiri, meniru teman-
temannya, atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir
adalah yang terbaik, karena anak tidak terbatas pengetahuannya dalam
menggunakan alat permainannya dan anak akan mendapatkan
keuntungan lain yang lebih banyak.
f. Teman Bermain
Anak harus merasa yakin bahwa ia mempunyai teman bermain kalau ia
memerlukan, apakah itu saudaranya, orang tuanya atau temannya.
Karena kalau anak bermain sendiri, maka ia akan kehilangan
kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya kalau terlalu
banyak teman bermain dengan anak lain maka dapat mengakibatkan
anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri
sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.














Daftar Pustaka

Ginsburg.2007.The Importance of Play in Promoting Healthy Child Development
and Maintaining Strong Parent-Child Bonds. Diakses di
http://pediatrics.aappublications.org/content/119/1/182.abstract pada tanggal
30 September 2014.
Hidayat, A. Aziz Alimul.2009.Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan.Jakarta:Salemba Medika.
Marks M. 2000. Broadribbs Intrudotory Pediatric Nursing, 5th ed. PA: J.P.
Lippincot
Montana State University. 2010.
Soetjiningsih. 2014. Tumbuh Kembang Anak. Ed.2. Jakarta: EGC.
Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.
Suherman. 2000. Buku Saku Perkembangan Anak. Jakarta: EGC.
Wong, et all. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 volume 1. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai