Pasien colitis atau peradangan pada usus besar/kolon umumnya menggunakan tiga
jenis obat perawatan peradangan, yaitu aminosalisilat, kortikosteroid, dan
modulator imun. Akan tetapi, obat-obat ini memiliki banyak efek samping. Kurkumin telah dikenal sebagai bagian dari obat alternatif dan komplementer, dengan berbagai kelebihan terapeutik seperti antioksidan, antiviral, antiinfeksi, serta penyembuh luka. Kurkumin dapat diperoleh dari rizoma tanaman kunyit yang ketersediannya melimpah di Indonesia. Untuk meningkatkan solubilitas dan bioavailibilitas dari kurkumin, usaha pengantaran senyawa dapat dilakukan melalui enkapsulasi dengan polimer biodegradable. Kombinasi kitosan dengan alginat sebagai sistem pengantar disebutkan menghasilkan pelepasan obat yang lebih terkontrol daripada kitosan atau alginat saja. Keberhasilan pelepasan obat dievaluasi dengan perhitungan efisiensi enkapsulasi, studi pelepasan in vitro, dan uji preklinis. 1. Latar Belakang : Kolitis Kolon adalah tempat menyerap air dan senyawa elektrolit yang berguna bagi tubuh kemudian membuang sisa makanan dari tubuh yang memiliki sifat daya absorbsi yang rendah serta pH basa (7.5-8). Terdapat banyak mikroflora yang berguna bagi tubuh (degradasi obat secara enzimatis). Peradangan kolon atau dikenal juga sebagai colitis, merupakan bagian dari penyakit peradangan pencernaan bagian usus besar atau inflammatory bowel disease (IBD). Peradangan kolon ini dapat berupa gejala dari dua penyakit IBD yang umum, yaitu: penyakit Crohn dan ulcerative colitis (UC). Ulcerative colitis disebutkan lebih lazim dibandingkan penyakit Crohn, dengan laju kasus bervariasi dari 156 hingga 291 kasus per 100.000 orang (Ordas et al., 2012). Ulcerative colitis adalah peradangan disertai pembentukan ulcer atau luka di usus yang mengeluarkan darah (Danese, 2011; Gambar 1). Untuk selanjutnya, peradangan kolon yang dimaksud dalam pembahasan ini lebih diutamakan mengacu pada kasus akibat penyakit ini.
Gambar 1. Pemeriksaan Endoskopik Diagnosis Ulcerative Colitis: (A) Normal; (B) Mild; (C) Moderate; (D) Severe(Sumber: Ordas et al., 2012)
Gejala dari ulcerative colitis antara lain darah pada feses (pendarahan rektal), berat badan menurun, nyeri dan kram di bagian perut, kehilangan nutrisi, lemas, letih, mual dan, demam. Salah satu penyebab utama colitis adalah respon autoimun yang dilakukan oleh cytokines, molekul protein yang meregulasi sistem imun tubuh sebagai respon dari infeksi dan trauma. Terdapat dua jenis inflammatory cytokines dalam tubuh, yaitu pro-inflammatory yang menyebabkan radang sebagai respon tubuh dari infeksi dan anti-inflammatory yang meredakan radang akibat infeksi. Perawatan terhadap penderita peradangan kolon memiliki tujuan untuk mengurangi gejala inflamasi (peradangan) untuk mengurangi gejala penyakit dan untuk mengontrol atau mencegah kambuh setelah penyakit berhasil dikontrol (NACC, 2011). Umumnya ada tiga jenis obat yang digunakan untuk perawatan peradangan kolon, yaitu: (1) aminosalisilat (contoh: 5- aminosalusilat/5-ASA; salazopyrin; mesalazin); (2) kortikosteroid (contoh: hidrokortison); (3) modulator imun (immunosuppressant; contoh: metoreksat, azathloprin) (NACC, 2011; Soni & Salh, 2012). Akan tetapi, obat-obat ini memiliki banyak efek samping (Tabel Lampiran 1) seperti mual, muntah, diare, gangguan hati, penambahan berat badan, hipertensi, glukoma, dan lain-lain (NACC, 2011); serta harganya mahal (Jiang et al., 2006). Perhatian telah dialihkan untuk menemukan alternatif agen penyembuh dengan efek sebanding namun lebih aman. Beberapa yang menarik adalah yang berasal bahan- bahan alami, termasuk di antaranya fitokimia (khususnya fenolik dan antioksidan) dari berbagai tanaman, mikroorganisme, hingga lipid (minyak nabati maupun hewani) (Hur et al., 2012). Salah satu yang potensial adalah senyawa yang merupakan polifenol dan juga antioksidan, yaitu kurkumin.
2. Kurkumin Kurkumin telah dikenal sebagai bagian dari obat alternatif dan komplementer (Soni & Salh, 2012), dengan berbagai kelebihan terapeutik seperti antioksidan, antiviral, antiinfeksi, serta penyembuh luka (Yang et al., 2007). Kurkumin dapat diperoleh dari rizoma tanaman kunyit (Curcuma longa; Gambar 2), yang ketersediannya melimpah di Indonesia dengan produksi mencapai mencapai 97,325 ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2012); dengan kandungan dalam rizoma kunyit mencapai >10% (Li et al., 2011).
Gambar 2. Tanaman Kunyit (Curcuma longa) dan Rizomanya yang Diaplikasikan menjadi berbagai Produk (Sumber: Li et al., 2011)
Kurkumin terbukti aman digunakan karena bersifat tidak mutagenikdan telah diklasifikasikan sebagai GRAS (Generally Recognized as Safe) menurut Food and Drug Administration Amerika Serikat (Soni & Salh, 2012). Pemakaian jangka panjang kurkumin untuk pasien peradangan kolon selain aman juga terbukti memperbaiki kolon dan mencegah kanker kolon (Jiang et al., 2006). Keamanan dibuktikan melalui studi klinis dengan dosis kurkumin hingga 12 gram per hari, sementara efek terapeutik terhadap penyakit kolon dalam variasi dosis mulai dari 30 hingga 2000 miligram per hari telah dibuktikan (Soni & Salh, 2012).
Tabel 1. Dosis krkumin yang telah diujicobakan untuk penyakit radang kolon
Potensi kurkumin untuk peradangan kolon ditunjukkan melalui perannya sebagai antiinflamasi, dan telah dibuktikan dalam berbagai penelitian skala sel, hewan, hingga pengujian tahap preklinis (Li et al., 2011), khususnya fase II dan III yang masih berlangsung (Jurenka, 2009; Tabel Lampiran 2).Kurkumin merupakan molekul yang mampu berinteraksi dengan banyak molekul target yang terlibat dalam inflamasi, yang menjadi sumber dari penyakit peradangan kolon. Mekanisme antiinflamasi dari kurkuminmencakup: (1) inhibisi aktivitas faktor transkripsi NF-B (faktor nukleat kappa B) dan cyclooxygenase-2 (COX-2); (2) inhibisi aktivitas lipoxygenase, dan enzim inducible nitric oxide synthase (iNOS); (3) menurunkan ekspresi cytokine penginflamasi: 1, interleukin (IL)-6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-), dan monocyte chemoattractant protein (MCP); (4) mengatur penurunan enzim seperti protein kinase C yang berperan dalam inflamasi dan poliferasi sel tumor (Jurenka, 2009).Beberapa parameter yang dapat menunjukkan efektifitas kurkumin berdasarkan mekanisme tersebut ditunjukkan dengan di antaranya: penurunan aktivitas MPO (myeloperoxidase) kolon, yaitu indeks respon inflamasi dalam mukosa (Jiang et al., 2006) dan penurunan tingkat MDA (malonylaldehyde) yang juga menunjukkan penurunan total radikal bebas NO (nitric oxide), yaitu molekul sinyal yang berperan dalam patogenesis inflamasi dan dalam kondisi abnormal menginduksi inflamasi karena overproduksi (Sharma et al, 2007). Secara umum, kurkumin (1,7-bis(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-hepta-diene-
3,5-dione; Gambar 3), merupakan polifenol menjadi senyawa aktif utama dari tanaman kunyit (Yang et al., 2007) dan memiliki berat molekul 368,38. Karena fungsinya yang juga sebagai zat warna alami, kurkumin cenderung bersifat kurang stabil dalam kondisi basa (pH > 7) serta sensitif terhadap cahaya dan suhu tinggi (Li et al., 2011). Keberadaan senyawa kurkumin secara sederhana dapat ditunjukkan menggunakan deteksi UV/VIS pada panjang gelombang sekitar 421 nm (Sharma, Agrawal, & Gupta, 2012). Kurkumin sendiri mengacu pada kombinasi kurkuminoid, yaitu kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin (ketiganya dikenal sebagai kurkumin) dengan prosentase bervariasi (Li et al., 2011) dan kurkumin merupakan yang paling banyak, mencapai 77% (Soni & Salh, 2012).
Gambar 3. Struktur Kurkumin (Sumber: Johnson & Mukhtar, 2007)
Kurkumin murni komersial faktanya tetap terdiri dari tiga campuran kurkuminoid. Isolasi lebih jauh dari kurkumin tidak perlu dilakukan karena selain dua senyawa selain kurkumin juga berperan sebagai antioksidan, dalam bentuk ekstrak senyawa ini cenderung lebih stabil (Li et al., 2011). Perolehan kurkumin dari ekstrak kunyit disebutkan mencapai tidak kurang dari 25%; ekstrak kunyit sendiri diperoleh paling efektif menggunakan pelarut etanol 70% (Li et al., 2011).
Terlepas dari potensi terapeutiknya, bioavailibilitas kurkumin dibatasi oleh sifat penyerapannya yang rendah (Jurenka, 2009) karena sifat alaminya yang hidrofobik, terutama dalam penggunaan oral. Beberapa kelemahan lain dari bioavailibilitas kurkumin mencakup metabolisme dan eliminasinya yang cepat di tubuh (Soni & Salh, 2012), sehingga untuk meningkatkan efek teraputiknya pada peradangan kolon senyawa ini perlu mencapai target penyakit yaitu kolon. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan memanfaatkan sistem pengantaran senyawa. Untuk meningkatkan solubilitas dan bioavailibilitas dari kurkumin, usaha pengantaran senyawa dapat dilakukan melalui enkapsulasi dengan polimer biodegradable (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011). Selain itu, untuk mencapai target kolon, sistem pengantaran senyawa perlu dirancang sehingga melindungi degradasi senyawa sebelum mencapai kolon (Shukla & Tiwari, 2012). Pemenuhan dari kedua tujuan ini dapat terpenuhi dengan menggunakan sistem pelepasan terkendali target kolon. Desain sistem pelepasan terkendali untuk target kolon melalui jalur oral yang relatif sederhana menggunakan teknologi standar di antaranya dapat berupa sistem pelepasan terkendali berbasis pH dan degradasi mikrobial (Philip & Philip, 2010). Salah satu yang sederhana adalah penggunaan matriks polimer biodegradable kitosan dan alginat. Baik kitosan dan alginat memiliki aplikasi yang baik untuk sistem pengantaran obat karena bersifat biodegradable, tidak toksik, ketersediaannya melimpah, dan lebih tidak mahal (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011). Penggunaan kitosan juga diharapkan mampu meningkatkan bioavailibilitas karena kemampuan mukoadesif dan peningkatan permeabilitasnya (Shukla & Tiwari, 2012). Sementara itu, alginat disebutkan memiliki sifat haemostat yang terindikasi baik untuk treatment luka berdarah (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011) yang dapat terjadi pada peradangan kolon. Adapun kombinasi kitosan dengan alginat sebagai sistem pengantar disebutkan menghasilkan pelepasan obat yang lebih terkontrol daripada kitosan atau alginat saja (Singh et al., 2011). Hal ini dimengerti karena solubilitas kitosan pada pH rendah dapat ditahan dengan mariks alginat yang tidak larut dalam pH rendah; sementara kelarutan alginat pada pH tinggi juga tercegah oleh kestabilan kitosan pada pH tersebut (Yu et al., 2009). Penelitian mengenai desain matriks kitosan dan alginat berisi kurkumin telah menunjukkan kecenderungan pelepasan lebih cepat di medium basa (pH 7.4) daripada medium asam (pH 1.2), dan oleh karenanya sesuai untuk target kolon (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011).
Preparasi mikropartikel kitosan dan alginat dapat dilakukan secara sederhana melalui metode gelasi ionik menggunakan agen crosslinking berupa sodium tripolyphosphate dan kalsium klorida, (Yu et al., 2009) yang cenderung merupakan aditif aman dan banyak digunakan dalam sistem pengantaran obat. Dengan demikian, desain sistem kitosan-alginat dapat digunakan untuk pelepasan terkendali dari senyawa kurkumin untuk tujuan pengobatan peradangan kolon.
Sistem yang diusulkan ini akan didesain untuk menjadi suatu sistem pelepasan terkendali dari senyawa kurkumin ke kolon. Desain sistem akan dilakukan dengan mengoptimasi parameter dalam preparasi mikropartikel, dan dirancang untuk mampu memenuhi parameter-parameter berikut:
Mikropartikel mampu menampung setidaknya 55% dari senyawa yang dimasukkan saat preparasi Profil sistem pelepasan terkendali yang sensitif terhadap pH, dengan lebih mudah terdegradasi pada pH asam dan baru mulai terdegradasi di pH basa; serta profil degradasi cepat pada kondisi kolon Dalam asumsi 8 jam setelah administrasi oral, tidak kurang dari 80% senyawa aktif masih tertahan, dan dalam waktu 12 jam >50% senyawa yang tersisa sudah terilis.
Adapun parameter-parameter di atas akan dievaluasi dengan menggunakan:
Perhitungan efisiensi enkapsulasi dari mikropartikel
Studi pelepasan in vitro menggunakan larutan fluida sintetik kondisi sistem pencernaan manusia berupa Simulated Gastric Fluid (SGF) pH 1.2; Simulated Intestinal Fluid (SIF) pH 7.4 dengan tambahan enzim -amilase; danSimulated Colonic Fluid (SCF) pH 6.8 dengan tambahan enzim - glukoksidase. Profil pelepasan setiap jam dibuat untuk masing-masing kondisi larutan simulasi serta untuk simulasi waktu tinggal pencernaan (2 jam SGF, 6 jam SIF, dan 12 jam SCF).
Berikut adalah tabel state of the art dari penelitian kurkumin sebagai referensi dari makalah ini.
No Pengarang Judul Tujuan Metode Tahun Hasil penelitian 11 S.J.Kulkarni , K.N. Maske, M.P.Budre & R.P.Mahaja n Extraction and purification of curcuminoids from Turmeric (curcuma longa L.) Ekstraksi dan purifikasi senyawa kurkumin dari curcuma longa/kunyit agar mendapat kan maximum yield Soxhlet extraction, column chromatograph y, HPLC 2012 Separasi kurkuminoid menggunakan TLC dengan kloroform:methanol = 95:5 menunjukkan nilai RF 0.67, 0.6, 0.506 pada tiga jenis kurkumin yaitu kurkumin, dimetoksikurkumin, bisdimetoksikurkumi n
12 Sun Jin Hur, Sung Ho Kan, Ho Sung Jung, Sang Chul Kim, Hyun Soo Jeon, Ick Hee Kim, Jae Dong Lee
Review of natural products actions on cytokines in inflammatory bowel disease Review dari aktifitas senyawa aktif dari tanaman herbal dalam mengatasi radang kolon Review jurnal 2012 Sitokin berperan banyak dalam regulasi gen dalam reduksi radang usus besar. Beberapa sitokin yang berperan adalah TNF-, NF-B, IL- 6, or iNOS, 13 A Randomize d Clinical Trial of Curcumin in the Maintenanc e Therapy of Ulcerative Colitis Yukio Koide, Hiroyuki Hanai, Takayuki lida Mengetahui hasil uji klinis dari senyawa kurkumin untuk radang kolon Menggunakan curcumin dan placebo 2010 7 dari 82 pasien mengalami efek samping seperti (konstipasi, hipertensi, gangguan pernapasan) namun tetap mengkonsumsi kurkumin, kecuali pasien dengan hipertensi. 14 Anamika Bagchi Extraction of curcumin Mengekstraks i curcumin dari kunyit dengan biaya murah Super critical fluid extraction 2010 Solvent yang efektif untuk mengekstrak kurkumin dari kunyit adalah ethanol:air = 15:15,dapat mengekstrak 29,625% kurkumin 15 Stig Bengmark Curcumin: An Atoxic Antioxidant and Natural NF-~B, Cyclooxygen ase-2, Mengetahui efek antioksidan kurkumin dan kemampuann ya dalam menyembuhk Review 2005 Kurkumin memiliki NF~B yang dapat menginduksi apoptosis, kurkumin juga dapat mengontrol stress yang diakibatkan Lipooxygena se, and Inducible Nitric Oxide Synthase Inhibitor: Shield Against acute and chronic disease an chrone disease overinflamation dengan menginhibit COX-2 dan iNOS menginhibit asam arachidonic 16 Ivan Stankovic CURCUMIN Chemical and Technical Assessment (CTA) Mengetahui alternative solven untuk manufaktur curcumin Solven digunakan acetone, carbon dioxide, ethyl acetate, dichlorometha ne, n-butanol, methanol, ethanol, and hexane. Curcumin recovered dengan kristalisasi 2004 Kurkumin diperoleh menggunakan solvent extraction dari kunyit (Curcuma longa), purifikasi dilakukan dengan kristalisasi. Warna yang ada didapat dari kurkumin (1,7-bis- (4-hydroxy-3- methoxy-phenyl)- hepta-1,6-diene-3,5- dione) dan demetoksi juga bis demetoksi derivatnya 17 Peter r. Holt, md, seymour katz, md, and robert kirshoff Curcumin Therapy in Inammatory Bowel Disease: A Pilot Study Uji klinis pada manusia untuk mengetahui kemampuan curcumin dalam menyembuhk an radang usus 5 pasien diberikan obat kurkumin 3 kali sehari selama sebulan 2005 Inflamasi pada 4 dari 5 pasien colitis dan chrons disease tereduksi 18
Susanna Zetterstrm Isolation and synthesis of curcumin Mengevaluasi metode isolasi dan sintesis kurkumin Ekstraksi solven dengan aseton dan analisis HPLC 2012 Terdapat kesulitan saat melakukan column chromatography sehingga akan lebih mudah jika mensisntesisnya daripada mnegkestrak 19 Pradeep Kumar Sharma Isolation & characterizati on of curcumin from alcoholic extract of curcuma longa. Mengisolasi kurkumin dari ekstrak kunyit dengan etanol dan mengetahui karakteri fisika dan kimia dari kurkumin Karakterisasi kurkumin menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) dan U.V spestrocopy
2011 Didapat efek fisika kimia dari kurkumin:
Melting point : 182.5oC Moisture : 7.84% Ash content : 7.24% Acid insoluble ash : 0.98 % 20 Jitendra Kawadkar Colon Targeted Chitosan Microsphere Compressed Matrices for the Treatment of Ulcerative Colitis Mengetahui efektifitas desain obat colon dengan mikrosfer kitosan Menggumakan kitosan-HCL sebagai mikrosfer dari obat kimia untuk kanker kolon 2007 Solubilitas 5-asam aminosalisilat (5- ASA) menggunakan mikrosfer kitosan HCl pada pH 4.5 : 1.47 mg/ml, dan pH 7.4 = 9.68 mg/ml. Mikrosfer chitosan- HCl efektif dalam controlled-release dengan residence time di kolon sebesar 20.9 jam memberikan keuntungan dalam sustained release
Usulan kegiatan pengembangan desain mikropartikel kitosan-alginat untuk
pelepasan terkendali senyawa kurkumin sebagai alternatif pengobatan peradangan kolon ini dinilai cukup feasible untuk dilakukan. Kesimpulan tersebut dapat dievaluasi dari poin- poin berikut: Senyawa kurkumin aman digunakan dan telah teruji mampu digunakan sebagai agen antiinflamasi dalam kasus peradangan kolon melalui berbagai penelitian skala sel & hewan hingga pengujian preklinis sampai fasa III yang masih berlanjut Senyawa kurkumin dapat dipreparasi dengan teknologi ekstraksi yang relatif mudah dan sederhana dari rizoma tanaman kunyit (Curcuma longa). Sumber kunyit tersebar di nyaris seluruh provinsi di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2012) dan harganya cukup terjangkau, yaitu kunyit simplisia dihargai sebesar Rp 3.000 per kg (Departemen Pertanian, 2013) Sediaan yang diusulkan berbentuk mikropartikel sehingga mudah dikonsumsi pasien karena diberikan melalui jalur oral; sediaan mikropartikel juga memanfaatkan teknologi pelepasan terkendali sehingga senyawa kurkumin dapat diantarkan menuju ke target sakit yaitu kolon dengan lebih baik Penggunaan bahan dasar kitosan dan alginat untuk mikropartikel membuat dalam preparasinya tidak dibutuhkan banyak aditif, serta apabila desain optimum pelepasan terkendali dicapai, dosis yang diberikan akan lebih sedikit untuk pasien Biopolimer yang digunakan yaitu kitosan dan alginat adalah bahan yang aman untuk tubuh karena sifatnya yang biodegradable, sementara penaut silang yang digunakan adalah senyawa yang sudah umum digunakan dalam teknologi sistem pengantaran obat Preparasi mikropartikel dengan metode yang diusulkan dapat dilakukan dengan teknologi dan fasilitas laboratorium yang cukup banyak di Indonesia iii
REFERENSI
Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kunyit.www.bps.go.id (diakses 6 Mei 2013)
Danese, S. 2011. Ulcerative colitis. The New England Journal of Medicine 365: 1713-1725.
Departemen Pertanian. 2013. Laporan Harian Harga Produsen Komoditas Tanaman Biofarmaka Tingkat Kabupaten/Kota.www.bps.go.id (diakses 6 Mei 2013)
Hur, Sun Jin, et al. 2012. Review of natural products actions on cytokines in inflammatory bowel disease. Nutrition Research 32: 801-816.
Jiang, Hua, et al. 2006. Curcumin-attenuated trinitrobenzene sulphonic acid induces chronic colitis by inhibiting expression of cyclooxygenase-2. World J Gastrienterol 12 (24): 3848-3852.
Johnson, J.J. & Hasan Mukhtar. 2007. Curcumin for chemoprevention of colon cancer. Cancer Letters 225: 170-181.
Jurenka, Julie S. 2009. Anti-inflammatory properties of curcumin, a major constituent of Curcuma longa: a review of preclinical and clinical research. Altern Med Rev 14 (2): 141-153.
Li, Shiyou, et al. 2011. Chemical composition and product quality control of turmeric (Curcuma longa L.). Pharmaceutical Crops 2: 28-54.
Malesu, V.K., Debasish Sahoo, & P.L. Nayak. 2011. Chitosan-sodium alginate nanocomposites blended with cloisite 30B as a novel drug delivery system for anticancer drug curcumin. International Journal of Applied Biology and Pharmaceutical Technology 2 (3): 402-411.
National Association for Colitis and Chrons Disease (NACC). 2011. Ulcerative Colitis Edition 7. www.chronsandcolitis.org.uk (diakses 2 Mei 2013).
Peret-Almeida, L., Cherubino, Alves R.J. 2005. Separation and determination of the physico-chemical characteristics of curcumin, demethoxycurcumin, bisdemethoxycurcumin. Food Research International 38: 1039-1044.
Singh, A., et al. 2011. Development and Characterization of Microcapsule of Flurbiprofen for Colon Spesific Drug Delivery System. European Journal of Applied Sciences 3(2) : 40-45. iv
Sharma R.A, et al. 2007. Pharmacokinetic and pharmacodynamics of curcumin. Adv Exp Med Biol, 595: 453-470.
Sharma, K., S.S. Agrawal, & Monica Gupta. 2012. Development and validation of UV spectrophotometric method for the estimation of curcumin in bulk drug and pharmaceutical dosage forms. Int. J. Drug Dev. & Res. 4 (2): 375-380.
Shukla, RK & Tiwari, A. 2012. Review : Carbohydrate polymers: Applications and recent advances in delivering drugs to the colon. Carbohydrate Polymers 88 : 399 416.
Soni, D. & B. Salh. 2012. A neutraceutical by design: the clinical application of curcumin in colonic inflammation and cancer. Scientifica 2012: 1-13.
Yang, Kuo-Yi, et al. 2007. Oral bioavailability of curcumin in rat and the herbal analysis form Curcuma longa by LC-MS/MS. J. Chromatogr. B 853: 183-189.
Yu, Cui-Yun, et al. 2009. Composite microparticle drug delivery systems based on chitosan, alginate and pectin with imporved pH-sensitive drug release property. Colloids and Surfaces B; Biointerfaces 68: 245-259.
LAMPIRAN
A. Data Terkait Peradangan Kolon
Tabel Lampiran 1 Jenis Obat Konvensional Peradangan Kolon dan Efek
Sampingnya
Sumber: NCCS, 2011
B. Data Terkait Potensi Antiinflamasi Kurkumin
Tabel Lampiran 2 Daftar Studi Klinis Kurkumin pada Manusia
Sumber: Soni & Salh, 2012
Tabel 2 Lampiran: (Lanjutan)
C. Detail Metode/Prosedur Uji yang Diusulkan
Metode Preparasi dan Ekstraksi Kurkumin Kurkumin sebagai bahan obat diperoleh dari ekstrak campuran kurkuminoid. Kunyit (Curcuma longa) dibersihkan dan dicuci dengan air deionisasi, dipotong dan dikeringkan selama satu minggu. Kunyit kering dikeringkan kembali di oven suhu 50 o C selama 6 jam lalu digiling menjadi serbuk simplisa (Peret-Almeida et al., 2005). Serbuk kunyit diekstrak dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% pada temperatur ruang selama 18 jam (perbandingan volume pelarut/berat serbuk 10:1) (Li et al., 2011). Ekstrak disaring vakum, dikonsentrasi dengan rotary evaporator hingga menghasilkan senyawa kurkumin yang digunakan sebagai bahan obat. Senyawa kurkumin dari
ekstrak ini disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang gelap.
Metode Preparasi Mikropartikel Kitosan-Alginat Berisi Kurkimin (Yu et al.,
2009)
Untuk mengoptimasi sifat pelepasan obat, awalnya kitosan ditautsilangkan dengan tripolyphospate (TPP), dan setelah dibuat menjadi mikropartikel, baiknya kitosan diperkuat dengan kompleksasi elektrostatik dengan alginate, dan terakhir digelasi secara ionik dalam larutan kalsium klorida. Kitosan (0,5 g) dilarutkan ke dalam 2,5% (w/v) asam asetat (39.5 mL). Kemudian kurkumin (0,5 g) ditambahkan ke dalam larutan dengan pengadukan hingga suspensi yang seragam didapatkan. Campuran dimasukkan ke dalam syringe 10 mL dan dikeluarkan melalui jarum dengan diameter internal 0,45 mm ke dalam 4% (w/v) larutan TPP (100 mL) pada suhu ruang. Butiran kitosan yang telah ditautsilangkan dengan ukuran 0,98 mm dikeraskan selama 15 menit dalam larutan TPP dan dicuci dengan air distilasi. Butiran kitosan yang telah ditautsilang dan memgandung kurkumin dibentuk menjadi mikropartikel dalam prosesor makanan komersial (Model JYL-350, 350W, Jiu-Yang Corp., China) selama 1 menit 3 kali dengan pisau berotasi pada 22.000 rpm. Mikropartikel yang didapatkan disentrifuge dan dibilas dengan air distilasi sebanyak 3 kali. Sodium alginate (1 g) dilarutkan dalam air distilasi (49 mL). Kemudian mikropartikel kitosan yang telah ditautsilang dan memgandung kurkumin ditambahkan ke dalam larutan tersebut dengan pengadukan hingga campuran yang seragam didapatkan. Campuran dimasukkan ke dalam syringe 10 mL dan dikeluarkan melalui jarum dengan diameter internal 0,6 mm ke dalam 6% (w/v) larutan kalsium klorida (100 mL) pada suhu ruang. Butiran komposit dengan ukuran 1,8 mm dikeraskan selama 15 menit dalam larutan kalsium klorida kemudian dicuci dengan air distilasi dan dibentuk menjadi mikropartikel dalam prosesor makanan komersial selama 1 menit 3 kali dengan pisau berotasi pada 22.000 rpm. Mikropartikel yang didapatkan disentrifuge, dibilas dengan air distilasi sebanyak 3 kali, dan dibeku-keringkan (freeze dried).
Prosedur Perhitungan Efisiensi Penangkapan Kurkumin dalam Mikropartikel
Fasa air dari proses preparasi ditampung dan kandungan kurkumin di dalamnya diasumsikan sebagai kurkumin yang hilang selama preparasi. Konsentrasi kurkumin ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 420 nm. Efisiensi dihitung melalui prosentase perbandingan jumlah kurkumin actual dalam mikrosfer dengan jumlah kurkumin teoritis dalam mikropartikel.
Prosedur Studi Pelepasan in vitro
Sampel mikrosfer dimasukkan dalam 30 ml larutan fluida sintetik dan diinkubasi pada suhu 37 o C. Sampel diambil sebanyak 5 ml setiap 1 jam sekali dengan menggunakan syringe yang dilapis membran, di mana untuk setiap pengambilan dimasukkan kembali larutan fluida sintetik. Konsentrasi obat yang terlepas pada setiap jam ditentukan dan profil pelepasan obat terhadap waktu dibuat untuk masing-masing kondisi larutan fluida sintetik (SGF, SIF dan SCF) serta untuk simulasi fluida sintetik berdasarkan urutan waktu tinggal.