Anda di halaman 1dari 18

Pasien colitis atau peradangan pada usus besar/kolon umumnya menggunakan tiga

jenis obat perawatan peradangan, yaitu aminosalisilat, kortikosteroid, dan


modulator imun. Akan tetapi, obat-obat ini memiliki banyak efek samping.
Kurkumin telah dikenal sebagai bagian dari obat alternatif dan komplementer,
dengan berbagai kelebihan terapeutik seperti antioksidan, antiviral, antiinfeksi,
serta penyembuh luka. Kurkumin dapat diperoleh dari rizoma tanaman kunyit
yang ketersediannya melimpah di Indonesia. Untuk meningkatkan solubilitas dan
bioavailibilitas dari kurkumin, usaha pengantaran senyawa dapat dilakukan
melalui enkapsulasi dengan polimer biodegradable. Kombinasi kitosan
dengan alginat sebagai sistem pengantar disebutkan menghasilkan pelepasan obat
yang lebih terkontrol daripada kitosan atau alginat saja. Keberhasilan pelepasan
obat dievaluasi dengan perhitungan efisiensi enkapsulasi, studi pelepasan in vitro,
dan uji preklinis.
1. Latar Belakang : Kolitis
Kolon adalah tempat menyerap air dan senyawa elektrolit yang berguna
bagi tubuh kemudian membuang sisa makanan dari tubuh yang memiliki sifat
daya absorbsi yang rendah serta pH basa (7.5-8). Terdapat banyak mikroflora
yang berguna bagi tubuh (degradasi obat secara enzimatis). Peradangan kolon
atau dikenal juga sebagai colitis, merupakan bagian dari penyakit
peradangan pencernaan bagian usus besar atau inflammatory bowel disease
(IBD). Peradangan kolon ini dapat berupa gejala dari dua penyakit IBD yang
umum, yaitu: penyakit Crohn dan ulcerative colitis (UC). Ulcerative colitis
disebutkan lebih lazim dibandingkan penyakit Crohn, dengan laju kasus
bervariasi dari 156 hingga 291 kasus per 100.000 orang (Ordas et al., 2012).
Ulcerative colitis adalah peradangan disertai pembentukan ulcer atau luka di
usus yang mengeluarkan darah (Danese, 2011; Gambar 1). Untuk selanjutnya,
peradangan kolon yang dimaksud dalam pembahasan ini lebih diutamakan
mengacu pada kasus akibat penyakit ini.


Gambar 1. Pemeriksaan Endoskopik Diagnosis Ulcerative Colitis: (A) Normal; (B) Mild; (C)
Moderate; (D) Severe(Sumber: Ordas et al., 2012)

Gejala dari ulcerative colitis antara lain darah pada feses (pendarahan rektal),
berat badan menurun, nyeri dan kram di bagian perut, kehilangan nutrisi, lemas,
letih, mual dan, demam. Salah satu penyebab utama colitis adalah respon
autoimun yang dilakukan oleh cytokines, molekul protein yang meregulasi sistem
imun tubuh sebagai respon dari infeksi dan trauma. Terdapat dua jenis
inflammatory cytokines dalam tubuh, yaitu pro-inflammatory yang menyebabkan
radang sebagai respon tubuh dari infeksi dan anti-inflammatory yang meredakan
radang akibat infeksi.
Perawatan terhadap penderita peradangan kolon memiliki tujuan
untuk mengurangi gejala inflamasi (peradangan) untuk mengurangi gejala
penyakit dan untuk mengontrol atau mencegah kambuh setelah penyakit berhasil
dikontrol (NACC, 2011). Umumnya ada tiga jenis obat yang digunakan untuk
perawatan peradangan kolon, yaitu: (1) aminosalisilat (contoh: 5-
aminosalusilat/5-ASA; salazopyrin; mesalazin); (2) kortikosteroid (contoh:
hidrokortison); (3) modulator imun (immunosuppressant; contoh: metoreksat,
azathloprin) (NACC, 2011; Soni & Salh, 2012). Akan tetapi, obat-obat ini
memiliki banyak efek samping (Tabel Lampiran 1) seperti mual, muntah, diare,
gangguan hati, penambahan berat badan, hipertensi, glukoma, dan lain-lain
(NACC, 2011); serta harganya mahal (Jiang et al., 2006). Perhatian telah
dialihkan untuk menemukan alternatif agen penyembuh dengan efek sebanding
namun lebih aman. Beberapa yang menarik adalah yang berasal bahan-
bahan alami, termasuk di antaranya fitokimia (khususnya fenolik dan
antioksidan) dari berbagai tanaman, mikroorganisme, hingga lipid (minyak nabati
maupun hewani) (Hur et al., 2012). Salah satu yang potensial adalah senyawa
yang merupakan polifenol dan juga antioksidan, yaitu kurkumin.

2. Kurkumin
Kurkumin telah dikenal sebagai bagian dari obat alternatif dan
komplementer (Soni & Salh, 2012), dengan berbagai kelebihan terapeutik
seperti antioksidan, antiviral, antiinfeksi, serta penyembuh luka (Yang et al.,
2007). Kurkumin dapat diperoleh dari rizoma tanaman kunyit (Curcuma longa;
Gambar 2), yang ketersediannya melimpah di Indonesia dengan produksi
mencapai mencapai 97,325 ton per tahun (Badan Pusat Statistik, 2012);
dengan kandungan dalam rizoma kunyit mencapai >10% (Li et al., 2011).


Gambar 2. Tanaman Kunyit (Curcuma longa) dan Rizomanya yang Diaplikasikan
menjadi berbagai Produk (Sumber: Li et al., 2011)




Kurkumin terbukti aman digunakan karena bersifat tidak mutagenikdan telah
diklasifikasikan sebagai GRAS (Generally Recognized as Safe) menurut Food and Drug
Administration Amerika Serikat (Soni & Salh, 2012). Pemakaian jangka panjang kurkumin
untuk pasien peradangan kolon selain aman juga terbukti memperbaiki kolon dan
mencegah kanker kolon (Jiang et al., 2006). Keamanan dibuktikan melalui studi klinis
dengan dosis kurkumin hingga 12 gram per hari, sementara efek terapeutik terhadap
penyakit kolon dalam variasi dosis mulai dari 30 hingga 2000 miligram per hari telah
dibuktikan (Soni & Salh, 2012).

Tabel 1. Dosis krkumin yang telah diujicobakan untuk penyakit radang kolon



Potensi kurkumin untuk peradangan kolon ditunjukkan melalui perannya sebagai
antiinflamasi, dan telah dibuktikan dalam berbagai penelitian skala sel, hewan, hingga
pengujian tahap preklinis (Li et al., 2011), khususnya fase II dan III yang masih
berlangsung (Jurenka, 2009; Tabel Lampiran 2).Kurkumin merupakan molekul yang
mampu berinteraksi dengan banyak molekul target yang terlibat dalam inflamasi, yang
menjadi sumber dari penyakit peradangan kolon. Mekanisme antiinflamasi dari
kurkuminmencakup: (1) inhibisi aktivitas faktor transkripsi NF-B (faktor nukleat kappa
B) dan cyclooxygenase-2 (COX-2); (2) inhibisi aktivitas lipoxygenase, dan enzim
inducible nitric oxide synthase (iNOS); (3) menurunkan ekspresi cytokine penginflamasi:
1, interleukin (IL)-6, tumor necrosis factor-alpha (TNF-), dan monocyte
chemoattractant protein (MCP); (4) mengatur penurunan enzim seperti protein kinase C
yang berperan dalam inflamasi dan poliferasi sel tumor (Jurenka, 2009).Beberapa
parameter yang dapat menunjukkan efektifitas kurkumin berdasarkan mekanisme tersebut
ditunjukkan dengan di antaranya: penurunan aktivitas MPO (myeloperoxidase) kolon,
yaitu indeks respon inflamasi dalam mukosa (Jiang et al., 2006) dan penurunan tingkat
MDA (malonylaldehyde) yang juga menunjukkan penurunan total radikal bebas NO (nitric
oxide), yaitu molekul sinyal yang berperan dalam patogenesis inflamasi dan dalam kondisi
abnormal menginduksi inflamasi karena overproduksi (Sharma et al, 2007).
Secara umum, kurkumin (1,7-bis(4-hydroxy-3-methoxyphenyl)-1,6-hepta-diene-

3,5-dione; Gambar 3), merupakan polifenol menjadi senyawa aktif utama dari tanaman
kunyit (Yang et al., 2007) dan memiliki berat molekul 368,38. Karena fungsinya yang
juga sebagai zat warna alami, kurkumin cenderung bersifat kurang stabil dalam kondisi
basa (pH > 7) serta sensitif terhadap cahaya dan suhu tinggi (Li et al., 2011).
Keberadaan senyawa kurkumin secara sederhana dapat ditunjukkan menggunakan
deteksi UV/VIS pada panjang gelombang sekitar 421 nm (Sharma, Agrawal, & Gupta,
2012). Kurkumin sendiri mengacu pada kombinasi kurkuminoid, yaitu kurkumin,
demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin (ketiganya dikenal sebagai kurkumin)
dengan prosentase bervariasi (Li et al., 2011) dan kurkumin merupakan yang paling
banyak, mencapai 77% (Soni & Salh, 2012).

Gambar 3. Struktur Kurkumin (Sumber: Johnson & Mukhtar, 2007)


Kurkumin murni komersial faktanya tetap terdiri dari tiga campuran kurkuminoid. Isolasi
lebih jauh dari kurkumin tidak perlu dilakukan karena selain dua senyawa selain kurkumin
juga berperan sebagai antioksidan, dalam bentuk ekstrak senyawa ini cenderung lebih
stabil (Li et al., 2011). Perolehan kurkumin dari ekstrak kunyit disebutkan mencapai tidak
kurang dari 25%; ekstrak kunyit sendiri diperoleh paling efektif menggunakan pelarut
etanol 70% (Li et al., 2011).







Terlepas dari potensi terapeutiknya, bioavailibilitas kurkumin dibatasi oleh sifat
penyerapannya yang rendah (Jurenka, 2009) karena sifat alaminya yang hidrofobik,
terutama dalam penggunaan oral. Beberapa kelemahan lain dari bioavailibilitas kurkumin
mencakup metabolisme dan eliminasinya yang cepat di tubuh (Soni & Salh, 2012),
sehingga untuk meningkatkan efek teraputiknya pada peradangan kolon senyawa ini perlu
mencapai target penyakit yaitu kolon. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat diatasi dengan
memanfaatkan sistem pengantaran senyawa. Untuk meningkatkan solubilitas dan
bioavailibilitas dari kurkumin, usaha pengantaran senyawa dapat dilakukan melalui
enkapsulasi dengan polimer biodegradable (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011). Selain itu,
untuk mencapai target kolon, sistem pengantaran senyawa perlu dirancang sehingga
melindungi degradasi senyawa sebelum mencapai kolon (Shukla & Tiwari, 2012).
Pemenuhan dari kedua tujuan ini dapat terpenuhi dengan menggunakan sistem pelepasan
terkendali target kolon.
Desain sistem pelepasan terkendali untuk target kolon melalui jalur oral yang
relatif sederhana menggunakan teknologi standar di antaranya dapat berupa sistem
pelepasan terkendali berbasis pH dan degradasi mikrobial (Philip & Philip, 2010). Salah
satu yang sederhana adalah penggunaan matriks polimer biodegradable kitosan dan
alginat. Baik kitosan dan alginat memiliki aplikasi yang baik untuk sistem pengantaran
obat karena bersifat biodegradable, tidak toksik, ketersediaannya melimpah, dan lebih
tidak mahal (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011). Penggunaan kitosan juga diharapkan
mampu meningkatkan bioavailibilitas karena kemampuan mukoadesif dan peningkatan
permeabilitasnya (Shukla & Tiwari, 2012). Sementara itu, alginat disebutkan memiliki
sifat haemostat yang terindikasi baik untuk treatment luka berdarah (Malesu, Sahoo, &
Nayak, 2011) yang dapat terjadi pada peradangan kolon. Adapun kombinasi kitosan
dengan alginat sebagai sistem pengantar disebutkan menghasilkan pelepasan obat yang
lebih terkontrol daripada kitosan atau alginat saja (Singh et al., 2011).
Hal ini dimengerti karena solubilitas kitosan pada pH rendah dapat ditahan dengan
mariks alginat yang tidak larut dalam pH rendah; sementara kelarutan alginat pada pH
tinggi juga tercegah oleh kestabilan kitosan pada pH tersebut (Yu et al., 2009). Penelitian
mengenai desain matriks kitosan dan alginat berisi kurkumin telah menunjukkan
kecenderungan pelepasan lebih cepat di medium basa (pH 7.4) daripada medium asam (pH
1.2), dan oleh karenanya sesuai untuk target kolon (Malesu, Sahoo, & Nayak, 2011).



Preparasi mikropartikel kitosan dan alginat dapat dilakukan secara sederhana
melalui metode gelasi ionik menggunakan agen crosslinking berupa sodium
tripolyphosphate dan kalsium klorida, (Yu et al., 2009) yang cenderung merupakan aditif
aman dan banyak digunakan dalam sistem pengantaran obat. Dengan demikian, desain
sistem kitosan-alginat dapat digunakan untuk pelepasan
terkendali dari senyawa kurkumin untuk tujuan pengobatan peradangan kolon.

Sistem yang diusulkan ini akan didesain untuk menjadi suatu sistem pelepasan
terkendali dari senyawa kurkumin ke kolon. Desain sistem akan dilakukan dengan
mengoptimasi parameter dalam preparasi mikropartikel, dan dirancang untuk mampu
memenuhi parameter-parameter berikut:

Mikropartikel mampu menampung setidaknya 55% dari senyawa yang dimasukkan
saat preparasi
Profil sistem pelepasan terkendali yang sensitif terhadap pH, dengan lebih mudah
terdegradasi pada pH asam dan baru mulai terdegradasi di pH basa; serta profil
degradasi cepat pada kondisi kolon
Dalam asumsi 8 jam setelah administrasi oral, tidak kurang dari 80% senyawa aktif
masih tertahan, dan dalam waktu 12 jam >50% senyawa yang tersisa sudah terilis.

Adapun parameter-parameter di atas akan dievaluasi dengan menggunakan:

Perhitungan efisiensi enkapsulasi dari mikropartikel

Studi pelepasan in vitro menggunakan larutan fluida sintetik kondisi
sistem pencernaan manusia berupa Simulated Gastric Fluid (SGF) pH 1.2;
Simulated Intestinal Fluid (SIF) pH 7.4 dengan tambahan enzim -amilase;
danSimulated Colonic Fluid (SCF) pH 6.8 dengan tambahan enzim -
glukoksidase. Profil pelepasan setiap jam dibuat untuk masing-masing kondisi
larutan simulasi serta untuk simulasi waktu tinggal pencernaan (2 jam SGF, 6
jam SIF, dan 12 jam SCF).






Berikut adalah tabel state of the art dari penelitian kurkumin sebagai referensi dari
makalah ini.

No Pengarang Judul Tujuan Metode Tahun Hasil penelitian
11 S.J.Kulkarni
, K.N.
Maske,
M.P.Budre
&
R.P.Mahaja
n
Extraction
and
purification
of
curcuminoids
from
Turmeric
(curcuma
longa L.)
Ekstraksi dan
purifikasi
senyawa
kurkumin dari
curcuma
longa/kunyit
agar
mendapat kan
maximum
yield
Soxhlet
extraction,
column
chromatograph
y, HPLC
2012 Separasi
kurkuminoid
menggunakan TLC
dengan
kloroform:methanol
= 95:5 menunjukkan
nilai RF 0.67, 0.6,
0.506 pada tiga jenis
kurkumin yaitu
kurkumin,
dimetoksikurkumin,
bisdimetoksikurkumi
n

12 Sun Jin
Hur, Sung
Ho Kan, Ho
Sung Jung,
Sang Chul
Kim, Hyun
Soo Jeon,
Ick Hee
Kim, Jae
Dong Lee

Review of
natural
products
actions on
cytokines in
inflammatory
bowel
disease
Review dari
aktifitas
senyawa aktif
dari tanaman
herbal dalam
mengatasi
radang kolon
Review jurnal 2012 Sitokin berperan
banyak dalam
regulasi gen dalam
reduksi radang usus
besar. Beberapa
sitokin yang
berperan adalah
TNF-, NF-B, IL-
6, or iNOS,
13 A
Randomize
d Clinical
Trial of
Curcumin
in the
Maintenanc
e Therapy
of
Ulcerative
Colitis
Yukio Koide,
Hiroyuki
Hanai,
Takayuki
lida
Mengetahui
hasil uji klinis
dari senyawa
kurkumin
untuk radang
kolon
Menggunakan
curcumin dan
placebo
2010 7 dari 82 pasien
mengalami efek
samping seperti
(konstipasi,
hipertensi, gangguan
pernapasan) namun
tetap mengkonsumsi
kurkumin, kecuali
pasien dengan
hipertensi.
14 Anamika
Bagchi
Extraction of
curcumin
Mengekstraks
i curcumin
dari kunyit
dengan biaya
murah
Super critical
fluid extraction
2010 Solvent yang efektif
untuk mengekstrak
kurkumin dari kunyit
adalah ethanol:air =
15:15,dapat
mengekstrak
29,625% kurkumin
15 Stig
Bengmark
Curcumin:
An Atoxic
Antioxidant
and Natural
NF-~B,
Cyclooxygen
ase-2,
Mengetahui
efek
antioksidan
kurkumin dan
kemampuann
ya dalam
menyembuhk
Review 2005 Kurkumin memiliki
NF~B yang dapat
menginduksi
apoptosis, kurkumin
juga dapat
mengontrol stress
yang diakibatkan
Lipooxygena
se, and
Inducible
Nitric Oxide
Synthase
Inhibitor:
Shield
Against acute
and chronic
disease
an chrone
disease
overinflamation
dengan menginhibit
COX-2 dan iNOS
menginhibit asam
arachidonic
16 Ivan
Stankovic
CURCUMIN
Chemical
and
Technical
Assessment
(CTA)
Mengetahui
alternative
solven untuk
manufaktur
curcumin
Solven
digunakan
acetone,
carbon
dioxide, ethyl
acetate,
dichlorometha
ne, n-butanol,
methanol,
ethanol, and
hexane.
Curcumin
recovered
dengan
kristalisasi
2004 Kurkumin diperoleh
menggunakan
solvent extraction
dari kunyit
(Curcuma longa),
purifikasi dilakukan
dengan kristalisasi.
Warna yang ada
didapat dari
kurkumin (1,7-bis-
(4-hydroxy-3-
methoxy-phenyl)-
hepta-1,6-diene-3,5-
dione) dan
demetoksi juga bis
demetoksi
derivatnya
17 Peter r.
Holt, md,
seymour
katz, md,
and robert
kirshoff
Curcumin
Therapy in
Inammatory
Bowel
Disease: A
Pilot Study
Uji klinis
pada manusia
untuk
mengetahui
kemampuan
curcumin
dalam
menyembuhk
an radang
usus
5 pasien
diberikan obat
kurkumin 3
kali sehari
selama sebulan
2005 Inflamasi pada 4 dari
5 pasien colitis dan
chrons disease
tereduksi
18

Susanna
Zetterstrm
Isolation and
synthesis of
curcumin
Mengevaluasi
metode
isolasi dan
sintesis
kurkumin
Ekstraksi
solven dengan
aseton dan
analisis HPLC
2012 Terdapat kesulitan
saat melakukan
column
chromatography
sehingga akan lebih
mudah jika
mensisntesisnya
daripada
mnegkestrak
19 Pradeep
Kumar
Sharma
Isolation &
characterizati
on of
curcumin
from
alcoholic
extract of
curcuma
longa.
Mengisolasi
kurkumin dari
ekstrak kunyit
dengan etanol
dan
mengetahui
karakteri
fisika dan
kimia dari
kurkumin
Karakterisasi
kurkumin
menggunakan
Fourier
Transform
Infrared
Spectroscopy
(FTIR) dan
U.V
spestrocopy



2011
Didapat efek fisika
kimia dari kurkumin:

Melting point :
182.5oC
Moisture : 7.84%
Ash content : 7.24%
Acid insoluble ash :
0.98 %
20 Jitendra
Kawadkar
Colon
Targeted
Chitosan
Microsphere
Compressed
Matrices for
the
Treatment of
Ulcerative
Colitis
Mengetahui
efektifitas
desain obat
colon dengan
mikrosfer
kitosan
Menggumakan
kitosan-HCL
sebagai
mikrosfer dari
obat kimia
untuk kanker
kolon
2007 Solubilitas 5-asam
aminosalisilat (5-
ASA) menggunakan
mikrosfer kitosan
HCl pada pH 4.5 :
1.47 mg/ml, dan pH
7.4 = 9.68 mg/ml.
Mikrosfer chitosan-
HCl efektif dalam
controlled-release
dengan residence
time di kolon sebesar
20.9 jam
memberikan
keuntungan dalam
sustained release















Usulan kegiatan pengembangan desain mikropartikel kitosan-alginat untuk

pelepasan terkendali senyawa kurkumin sebagai alternatif pengobatan peradangan kolon
ini dinilai cukup feasible untuk dilakukan. Kesimpulan tersebut dapat dievaluasi dari poin-
poin berikut:
Senyawa kurkumin aman digunakan dan telah teruji mampu digunakan sebagai agen
antiinflamasi dalam kasus peradangan kolon melalui berbagai penelitian skala sel &
hewan hingga pengujian preklinis sampai fasa III yang masih berlanjut
Senyawa kurkumin dapat dipreparasi dengan teknologi ekstraksi yang relatif mudah
dan sederhana dari rizoma tanaman kunyit (Curcuma longa). Sumber kunyit tersebar
di nyaris seluruh provinsi di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2012) dan harganya
cukup terjangkau, yaitu kunyit simplisia dihargai sebesar Rp 3.000 per kg
(Departemen Pertanian, 2013)
Sediaan yang diusulkan berbentuk mikropartikel sehingga mudah dikonsumsi pasien
karena diberikan melalui jalur oral; sediaan mikropartikel juga memanfaatkan
teknologi pelepasan terkendali sehingga senyawa kurkumin dapat diantarkan menuju
ke target sakit yaitu kolon dengan lebih baik
Penggunaan bahan dasar kitosan dan alginat untuk mikropartikel membuat dalam
preparasinya tidak dibutuhkan banyak aditif, serta apabila desain optimum pelepasan
terkendali dicapai, dosis yang diberikan akan lebih sedikit untuk pasien
Biopolimer yang digunakan yaitu kitosan dan alginat adalah bahan yang aman untuk
tubuh karena sifatnya yang biodegradable, sementara penaut silang yang digunakan
adalah senyawa yang sudah umum digunakan dalam teknologi sistem pengantaran
obat
Preparasi mikropartikel dengan metode yang diusulkan dapat dilakukan dengan
teknologi dan fasilitas laboratorium yang cukup banyak di Indonesia
iii



REFERENSI



Badan Pusat Statistik. 2012. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas
Kunyit.www.bps.go.id (diakses 6 Mei 2013)

Danese, S. 2011. Ulcerative colitis. The New England Journal of Medicine 365:
1713-1725.

Departemen Pertanian. 2013. Laporan Harian Harga Produsen Komoditas
Tanaman Biofarmaka Tingkat Kabupaten/Kota.www.bps.go.id (diakses 6
Mei 2013)

Hur, Sun Jin, et al. 2012. Review of natural products actions on cytokines in
inflammatory bowel disease. Nutrition Research 32: 801-816.

Jiang, Hua, et al. 2006. Curcumin-attenuated trinitrobenzene sulphonic acid
induces chronic colitis by inhibiting expression of cyclooxygenase-2. World J
Gastrienterol 12 (24): 3848-3852.

Johnson, J.J. & Hasan Mukhtar. 2007. Curcumin for chemoprevention of colon
cancer. Cancer Letters 225: 170-181.

Jurenka, Julie S. 2009. Anti-inflammatory properties of curcumin, a major
constituent of Curcuma longa: a review of preclinical and clinical research.
Altern Med Rev 14 (2): 141-153.

Li, Shiyou, et al. 2011. Chemical composition and product quality control of
turmeric (Curcuma longa L.). Pharmaceutical Crops 2: 28-54.

Malesu, V.K., Debasish Sahoo, & P.L. Nayak. 2011. Chitosan-sodium alginate
nanocomposites blended with cloisite 30B as a novel drug delivery system
for anticancer drug curcumin. International Journal of Applied Biology and
Pharmaceutical Technology 2 (3): 402-411.

National Association for Colitis and Chrons Disease (NACC). 2011. Ulcerative
Colitis Edition 7. www.chronsandcolitis.org.uk (diakses 2 Mei 2013).

Ordas, Ingrid, et al. 2012. Ulcerative colitis. Seminar. Lancet 380: 1606-1619

Peret-Almeida, L., Cherubino, Alves R.J. 2005. Separation and determination of
the physico-chemical characteristics of curcumin, demethoxycurcumin,
bisdemethoxycurcumin. Food Research International 38: 1039-1044.

Singh, A., et al. 2011. Development and Characterization of Microcapsule of
Flurbiprofen for Colon Spesific Drug Delivery System. European Journal of
Applied Sciences 3(2) : 40-45.
iv



Sharma R.A, et al. 2007. Pharmacokinetic and pharmacodynamics of curcumin.
Adv Exp Med Biol, 595: 453-470.

Sharma, K., S.S. Agrawal, & Monica Gupta. 2012. Development and
validation of UV spectrophotometric method for the estimation of curcumin
in bulk drug and pharmaceutical dosage forms. Int. J. Drug Dev. & Res. 4
(2): 375-380.

Shukla, RK & Tiwari, A. 2012. Review : Carbohydrate polymers: Applications
and recent advances in delivering drugs to the colon. Carbohydrate Polymers
88 : 399 416.

Soni, D. & B. Salh. 2012. A neutraceutical by design: the clinical application of
curcumin in colonic inflammation and cancer. Scientifica 2012: 1-13.

Yang, Kuo-Yi, et al. 2007. Oral bioavailability of curcumin in rat and the
herbal analysis form Curcuma longa by LC-MS/MS. J. Chromatogr. B 853:
183-189.

Yu, Cui-Yun, et al. 2009. Composite microparticle drug delivery systems based
on chitosan, alginate and pectin with imporved pH-sensitive drug release
property. Colloids and Surfaces B; Biointerfaces 68: 245-259.









LAMPIRAN



A. Data Terkait Peradangan Kolon

Tabel Lampiran 1 Jenis Obat Konvensional Peradangan Kolon dan Efek

Sampingnya

Sumber: NCCS, 2011



B. Data Terkait Potensi Antiinflamasi Kurkumin



Tabel Lampiran 2 Daftar Studi Klinis Kurkumin pada Manusia

Sumber: Soni & Salh, 2012





Tabel 2 Lampiran: (Lanjutan)





C. Detail Metode/Prosedur Uji yang Diusulkan



Metode Preparasi dan Ekstraksi Kurkumin
Kurkumin sebagai bahan obat diperoleh dari ekstrak campuran
kurkuminoid. Kunyit (Curcuma longa) dibersihkan dan dicuci dengan air
deionisasi, dipotong dan dikeringkan selama satu minggu. Kunyit kering
dikeringkan kembali di oven suhu 50
o
C selama 6 jam lalu digiling menjadi serbuk
simplisa (Peret-Almeida et al., 2005). Serbuk kunyit diekstrak dengan metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 70% pada temperatur ruang selama 18 jam
(perbandingan volume pelarut/berat serbuk 10:1) (Li et al., 2011). Ekstrak
disaring vakum, dikonsentrasi dengan rotary evaporator hingga menghasilkan
senyawa kurkumin yang digunakan sebagai bahan obat. Senyawa kurkumin dari

ekstrak ini disimpan dalam wadah tertutup rapat di tempat yang gelap.



Metode Preparasi Mikropartikel Kitosan-Alginat Berisi Kurkimin (Yu et al.,

2009)

Untuk mengoptimasi sifat pelepasan obat, awalnya kitosan ditautsilangkan
dengan tripolyphospate (TPP), dan setelah dibuat menjadi mikropartikel, baiknya
kitosan diperkuat dengan kompleksasi elektrostatik dengan alginate, dan terakhir
digelasi secara ionik dalam larutan kalsium klorida.
Kitosan (0,5 g) dilarutkan ke dalam 2,5% (w/v) asam asetat (39.5 mL).
Kemudian kurkumin (0,5 g) ditambahkan ke dalam larutan dengan pengadukan
hingga suspensi yang seragam didapatkan. Campuran dimasukkan ke dalam
syringe 10 mL dan dikeluarkan melalui jarum dengan diameter internal 0,45 mm
ke dalam 4% (w/v) larutan TPP (100 mL) pada suhu ruang. Butiran kitosan yang
telah ditautsilangkan dengan ukuran 0,98 mm dikeraskan selama 15 menit dalam
larutan TPP dan dicuci dengan air distilasi. Butiran kitosan yang telah
ditautsilang dan memgandung kurkumin dibentuk menjadi mikropartikel dalam
prosesor makanan komersial (Model JYL-350, 350W, Jiu-Yang Corp., China)
selama 1 menit 3 kali dengan pisau berotasi pada 22.000 rpm. Mikropartikel yang
didapatkan disentrifuge dan dibilas dengan air distilasi sebanyak 3 kali.
Sodium alginate (1 g) dilarutkan dalam air distilasi (49 mL). Kemudian
mikropartikel kitosan yang telah ditautsilang dan memgandung kurkumin
ditambahkan ke dalam larutan tersebut dengan pengadukan hingga campuran
yang seragam didapatkan. Campuran dimasukkan ke dalam syringe 10 mL dan
dikeluarkan melalui jarum dengan diameter internal 0,6 mm ke dalam 6% (w/v)
larutan kalsium klorida (100 mL) pada suhu ruang. Butiran komposit dengan
ukuran 1,8 mm dikeraskan selama 15 menit dalam larutan kalsium klorida
kemudian dicuci dengan air distilasi dan dibentuk menjadi mikropartikel dalam
prosesor makanan komersial selama 1 menit 3 kali dengan pisau berotasi pada
22.000 rpm. Mikropartikel yang didapatkan disentrifuge, dibilas dengan air
distilasi sebanyak 3 kali, dan dibeku-keringkan (freeze dried).



Prosedur Perhitungan Efisiensi Penangkapan Kurkumin dalam Mikropartikel

Fasa air dari proses preparasi ditampung dan kandungan kurkumin di dalamnya
diasumsikan sebagai kurkumin yang hilang selama preparasi. Konsentrasi
kurkumin ditentukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 420 nm. Efisiensi dihitung melalui prosentase perbandingan jumlah
kurkumin actual dalam mikrosfer dengan jumlah kurkumin teoritis dalam
mikropartikel.


Prosedur Studi Pelepasan in vitro

Sampel mikrosfer dimasukkan dalam 30 ml larutan fluida sintetik dan
diinkubasi pada suhu 37
o
C. Sampel diambil sebanyak 5 ml setiap 1 jam sekali
dengan menggunakan syringe yang dilapis membran, di mana untuk setiap
pengambilan dimasukkan kembali larutan fluida sintetik. Konsentrasi obat yang
terlepas pada setiap jam ditentukan dan profil pelepasan obat terhadap waktu
dibuat untuk masing-masing kondisi larutan fluida sintetik (SGF, SIF dan SCF)
serta untuk simulasi fluida sintetik berdasarkan urutan waktu tinggal.

Anda mungkin juga menyukai