Anda di halaman 1dari 14

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN PENGUKURAN SEDERHANA

DENGAN BERMAIN SAMBIL BELAJAR UNTUK MELATIH KEMAMPUAN


BERPIKIR SISWA RA AL MASYHUR


































PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan kurikulum 2006 Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Afhtal,
pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak
usia dini yang dilakukan dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani. Melalui upaya ini, anak diharapkan
memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Berdasarkan observasi
dan dokumentasi yang telah kami lakukan di RA Al Masyhur, diketahui bahwa guru
mengalami kesulitan dalam memilih metode yang tepat untuk memberikan pembelajaran
mengenai konsep sains sederhana. Guru juga merasa kesulitan dalam menyusun skenario
pembelajaran agar pembelajaran mengenai konsep pengukuran sederhana menjadi lebih
menarik bagi anak.Karena dunia anak adalah bermain maka pembelajaran dapat dilakukan
melalui kegiatan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Bermain adalah
suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan
pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan
imajinasi pada anak (Sudono A, 2000: 1). Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi,
menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya, sehingga pembelajaran
menjadi lebih bermakna. Selain itu, belajar dengan bermain memberi kesempatan kepada
anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, mempraktekkan dan
mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

B. Rumusan Masalah
a. Apakah pembelajaran pengenalan pengukuran sederhana dengan bermain sambil
belajar dapat melatih kemampuan berpikir siswa RA Al Masyhur?
b. Bagaimanakah model pembelajaran pengenalan Pengukuran sederhana yang dapat
melatih kemampuan berpikir siswa RA Al Masyhur?
c.
C. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui apakah melalui pembelajaran pengenalan pengukuran sederhana
dengan bermain sambil belajar dapat melatih kemampuan berpikir siswa RA Al
Masyhur.
b. Untuk mendapatkan model pembelajaran pengenalan Pengukuran sederhana yang
dapat melatih kemampuan berpikir siswa RA Al Masyhur.




D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Peneliti/sekolah.
Dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan mengenai
pembelajaran Pengukuran sederhana dengan bermain sambil belajar.
Dapat memupuk dan megembangkan konsep mengajar yang aplikatif
mampu mengkomunikasikan pengajaran dengan lingkunganya .
b. Bagi Guru
Melatih ketrampilan menggunakan metode dan model pembelajaran yang
variatif dan kreatif.



























LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Landasan Teori
1. Pendekatan dan Metode Pembelajaran Di Taman Kanak-kanak
Menurut R. J Drost dalam Mardiyanto (http://www.indomedia.com/bpost/
062003/2/opini/opini1.htm, 17 Juli 2007) taman Kanak-kanak adalah pendidikan untuk
anak usia prasekolah. Taman Kanak-kanak merupakan pendidikan untuk usia prasekolah
sehingga kegiatannya mencakup kegiatan pendidikan, penanaman nilai, sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kurikulum 2006 Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudlatul Athfal (RA) yang juga
dirujuk oleh TK suasta menguraikan bahwa pendekatan pembelajaran pada pendidikan TK
dan RA dilakukan dengan berpedoman pada suatu program kegiatan yang telah disusun
sehingga seluruh pembiasaan dan kemampuan dasar yang ada pada anak dapat
dikembangkan dengan sebaik-baiknya. Pendekatan pembelajaran pada anak TK dan RA
hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Anak TK adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk
mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik
maupun perkembangan psikis yang meliputi intelektual, bahasa, motorik, dan sosio
emosional. Dengan demikian berbagai jenis kegiatan pembelajaran hendaknya
dilakukan melalui analisis kebutuhan yang disesuaikan dengan berbagai aspek
perkembangan dan kemampuan pada masing-masing anak.
b. Bermain Sambil Belajar atau Belajar Seraya Bermain
Bermain merupakan pendekatan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran pada
anak-anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal. Untuk itu dalam
memberikan pendidikan pada anak usia Taman Kanak-kanak dan Raudlatul Athfal
harus dilakukan dalam situasi yang menyenangkan sehingga ia tidak merasa bosan
dalam mengikuti pelajaran. Selain menyenangkan, metode, materi dan media yang
digunakan harus menarik perhatian serta mudah diikuti sehingga anak akan
termotivasi untuk belajar. Melalui kegiatan bermain anak diajak untuk
bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan objek-objek yang dekat dengannya,
sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.
c. Kreatif dan Inovatif
Proses pembelajaran dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang menarik,
membangkitkan rasa ingin tahu, memotivasi anak untuk berpikir kritis dan
menemukan hal-hal baru. Pengelolaan pembelajaran hendaknya juga dilakukan
secara dinamis. Artinya anak tidak hanya dijadikan sebagai objek, tetapi juga
dijadikan subyek dalam proses pembelajaran.
2. Peran Guru Dalam Proses Pembelajaran di Taman Kanak-kanak
Menurut Sudono, A. (2000: 63) guru adalah pemegang kendali dalam proses
pendidikan anak usia dini. Karena memegang peranan penting dalam proses pendidikan,
maka dalam upaya mengembangkan seluruh potensi anak seorang guru harus bisa
merencanakan, mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan belajar yang disesuaikan
dengan karakteristik anak Taman Kanak-kanak misal anak diajak untuk mengamati
fenomena alam yang terjadi di sekitarnya atau anak diajak untuk menggolongkan benda-
benda sesuai kategori masing-masing.
3. Pengenalan Sains Sederhana

Menurut Juwita, K (2000: 327), sains adalah produk dan proses. Sebagai produk,
sains merupakan sebuah batang tubuh pengetahuan yang terorganisir dengan baik
mengenai dunia fisik dan alami. Sebagai proses, sains merupakan kegiatan menelusuri,
mengamati dan melakukan percobaan. Keterampilan-keterampilan ini mencakup
keterampilan untuk mengamati, membandingkan, menjelaskan, memperkirakan,
mengkomunikasikan, mengklasifikasikan dan mengukur.

4. Kemampuan Berpikir
Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan (Poerwadarminta, 2000:
707). Berpikir berarti menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan, memutuskan
segala sesuatu (Poerwadarminta, 2000: 872). Selain itu, berpikir juga merupakan
kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan
referensi atau pertimbangan yang seksama.

5. Tinjauan Tentang Materi Pengukuran
Menurut Foster, B. (2004: 2) pengukuran adalah membandingkan sesuatu (besaran)
dengan sesuatu yang lain yang dipakai sebagai patokan. Untuk melakukan pengukuran,
bisa digunakan patokan apa saja misal dengan pensil, pita, lidi dan sedotan. Bila
menggunakan patokan pengukuran yang berbeda-beda dapat menimbulkan penafsiran
yang berbeda-beda pula. Untuk itu para ilmuwan telah menetapkan suatu sistem satuan
internasional (sistem SI) yang bisa digunakan oleh semua orang dengan tujuan untuk
menghindari perbedaan penafsiran terhadap hasil pengukuran dengan berbagai patokan
tersebut.

B. Kerangka Berpikir

Gambar 2.1. Desain kerangka Berpikir penelitian
C. Hipotesis tindakan
Hipotesis yang penulis ajukan adalah melalui pembelajaran pengenalan
pengukuran sederhana dengan bermain sambil belajar dapat melatih kemampuan
berpikir dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa RA Al Masyhur tahun pelajaran
2008/2009.

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester satu sejak bulan September
sampai Nopember 2008 kegiatan penelitian ini mulai perencanaan hingga pembuatan
laporan hasil penelitian khususnya pada siswa kelompok B5, dengan jumlah 32 anak
didik. Alasan sehingga peneliti menggunakan kelas ini sebagai subyek penelitian adalah
karena kelas B5 ini bila dipandang secara umum dari jumlah seluruh anak didik yang
ada di RA Al Masyhur ini dianggap kelas yang mempunyai kecepatan belajar
rendah/lamban untuk kelompok B.

B. Desain Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan model penelitian tindakan kelas (classroom action
reseach). Sebelum Pelaksanaan penelitian atau sebelum tindakan pada siklus I terlebih
dahulu melakukan pengamatan dan tes awal kemudian diadakan penerapan Tindakan
yang direncanakann sampai dua siklus. Dalam Penelitian Tindakan Kelas ini setiap
siklus terdiri dari empat tahap kegiatan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi.

C. Instrumen Penelitian
1. Lembar Observasi
Aspek yang dinilai dengan lembar observasi afektif adalah menghargai alat bermain,
mengikuti perintah guru dan bekerjasama dalam kelompok. Aspek yang dinilai
dengan lembar observasi psikomotorik adalah mengukur dengan langkah, mengukur
dengan alat, menakar dengan sendok takar, menimbang dengan timbangan buatan dan
merapikan alat.
2. Lembar Evaluasi Bermain Sambil Belajar
Lembar evaluasi bermain sambil belajar, berisi pertanyaan-pertanyaan dengan
jawaban yang berbentuk gambar-gambar dan siswa diminta untuk menjawab dengan
cara memilih, mewarnai dan menghubungkan gambar yang sesuai. Lembar ini
mencakup kemampuan kognitif yang berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif.
D. Teknik Pengumpulan Data

1. Data hasil belajar kognitif yang berupa kemampuan berpikir kritis dan kreatif
diperoleh dari hasil observasi pada lembar evaluasi bermain sambil belajar.
2. Data hasil belajar afektif dan psikomotorik serta respon siswa terhadap pembelajaran
pengenalan sains sederhana pada materi pengukuran dengan bermain sambil belajar
diperoleh melalui metode observasi.

E. Analisis Data
Analisis data dilakukan untuk melihat ketuntasan belajar siswa dan peningkatan
hasil belajar.
1. Data tentang nilai hasil belajar kognitif yang berupa kemampuan berpikir kritis dan
kreatif, afektif, psikomotorik serta tanggapan atau respon siswa terhadap
pembelajaran pengenalan sains sederhana pada materi pengukuran dengan bermain
sambil belajar dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = n X 100 % ( Ali M, 1984:184)
N

Keterangan:
P : persentase
n : jumlah skor yang diperoleh dari data
N : jumlah skor maksimal
2. Untuk memperoleh perbedaan hasil belajar antara siklus I dan siklus II digunakan
prosentase peningkatan tiap siklus.
F. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini, untuk aspek kognitif
dapat dilihat dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai 65% secara individu dan
85% secara klasikal, aspek penilaian afektif bila telah mencapai 60% dengan ketentuan
klasikal 75% , aspek psikomotorik, seorang siswa dikatakan tuntas bila telah mencapai
75% dengan ketuntasan klasikal 75% .




HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Siklus I
Ketika pembelajaran berlangsung, guru mengajar sesuai dengan satuan kegiatan harian
(SKH) yang telah dibuat yaitu membuka pelajaran, menjelaskan cara melakukan percobaan
dengan demontrasi, meminta siswa melakukan percobaan, menyimpulkan hasil percobaan
dan mengadakan evaluasi di akhir siklus. Pada siklus I, materi yang diajarkan adalah
mengukur panjang.

a. Hasil Belajar Kognitif
Hasil belajar kognitif berhubungan dengan kemampuan berpikir siswa, baik
kemampuan berpikir kritis maupun kemampuan berpikir kreatif. Hasil kemampuan berpikir
kritis siswa dapat disajikan tabel 4.1a berikut:
Kemampuan Berpikir kritis Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor
Rata-rata
Ketuntasan
klasikal ( % )
Siklus I
1. Membedakan Fakta
dan opini
2. Menemukan
kemungkinan
100
100

100
50
25

25
78,62
80,83

86,46
75 %
Kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I meliputi kemampuan dalam
membuat kombinasi baru dan membandingkan benda. Hasil kemampuan berpikir kreatif
dapat disajikan dalam tabel tabel 4.2a berikut.
No Kemampuan Berpikir kreatif Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor
Rata-rata
Ketuntasan
klasikal ( %
)
1 Siklus I
1. Membuat kombinasi
baru
2. Membandingkan
100
100

100
50
25

75
78,65
75

82,29
83,33 %



b. Hasil Belajar Afektif
Penilaian hasil belajar afektif meliputi penilaian terhadap sikap siswa dalam
menghargai alat, mengikuti perintah guru dan kerjasama dalam kelompok. Hasil belajar
afektif yang diperoleh siswa pada sikllus I dapat disajikan dalam tabel 4.3a berikut.
No Siklus Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor Rata-
rata
Ketuntasan
klasikal ( % )
1 Siklus I 100

50

79,51

75 %
c. Hasil Belajar Psikomotorik
Penilaian hasil belajar psikomotorik pada siklus I meliputi penilaian terhadap
kemampuan siswa dalam mengukur dengan langkah, mengukur dengan alat dan merapikan
alat. Hasil belajar psikomotorik yang diperoleh siswa pada siklus I dapat disajikan dalam
Tabel 4.4a
No Siklus Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor Rata-
rata
Ketuntasan
klasikal ( % )
1 Siklus I 100

41,67

77,78

58,33 %

2. Siklus II
a. Hasil Belajar Kognitif
Pada siklus II meliputi membedakan fakta dan opini dan menemukan kesalahan Hasil
kemampuan berpikir kritis siswa dapat disajikan dalam Tabel 4.1.
No Kemampuan Berpikir kritis Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor
Rata-rata
Ketuntasan
klasikal ( % )
1 Siklus I
3. Membedakan Fakta
dan opini
4. Menemukan
kemungkinan
100
100

100
50
25

25
78,62
80,83

86,46
75 %
2 Siklus II 100
100
62,5
50
88,54
85,42
95,58 %
1. Membedakan Fakta
dan opini
2. Menemukan
kesalahan

100

75

91,67
Data kemampuan berpikir kritis siswa di atas dapat disajikan dalam bentuk diagram
batang seperti tertera pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Grafik kemampuan berpikir kritis siswa pada siklus I
dan siklus II
Dari Gambar 4.1. dapat diperoleh informasi bahwa skor rata-rata siswa pada siklus I
adalah 78,65 dengan ketuntasan klasikal 75%. Pada siklus II, skor rata-rata siswa adalah
88,54 dengan ketuntasan klasikal 95,83%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa telah terjadi
peningkatan yang signifikan untuk kemampuan berpikir kritis siswa dari siklus I ke siklus
II.
Pada siklus II meliputi menemukan alternatif lain dan membuat kombinasi baru.
Hasil kemampuan berpikir kreatif dapat disajikan dalam Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I dan siklus II
No Kemampuan Berpikir kreatif Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor
Rata-rata
Ketuntasan
klasikal ( %
)
1 Siklus I
3. Membuat kombinasi
baru
4. Membandingkan
100
100

100
50
25

75
78,65
75

82,29
83,33 %
2 Siklus II
1. Menemukan alternatif
2. Membuat kombinasi
baru
100
100

100
50
50

50
82,29
70,83

93,75
83,33%
Data tersebet di atas dapatdisajikan dalam bentuk diagram batang seperti gambar berikut:

Gambar 4.2. Grafik kemampuan berpikir kreatif siswa pada siklus I
dan siklus II
Dari Gambar 4.2. diperoleh informasi bahwa skor rata-rata siswa pada siklus I sebesar
78,65 dengan ketuntasan klasikal 83,33%. Pada siklus II, terjadi peningkatan skor rata-rata
siswa dari 78,65 menjadi 82,29 dengan ketuntasan klasikal 83,33%, Ini berarti ada
peningkatan yang signifikan untuk kemampuan berpikir kreatif dari siklus I ke siklus II.
b. Hasil Belajar Afektif
Penilaian hasil belajar afektif meliputi penilaian terhadap sikap siswa dalam menghargai
alat, mengikuti perintah guru dan kerjasama dalam kelompok
Tabel 4.3. Hasil belajar afektif siswa pada siklus I dan siklus II
No Siklus Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor Rata-
rata
Ketuntasan
klasikal ( % )
1 Siklus I 100

50

79,51

75 %
2 Siklus II

100

50

81,94

87,50%

Data tersebut diatas dapat disajikan dalam diagram batang seperti gambar 4.3
Gambar 4.3. Grafik hasil belajar afektif siswa pada siklus I dan siklus II
Dari Gambar 4.3. diperoleh informasi bahwa skor rata-rata pada siklus I adalah
79,51 dengan ketuntasan klasikal 75%. Pada siklus II, diperoleh skor rata-rata sebesar 81,94
dengan ketuntasan klasikal 87,5%, maka dapat dikatakan bahwa ada peningkatan yang
signifikan dari siklus I ke siklus II untuk hasil belajar afektif.
c. Hasil Belajar Psikomotorik
Aspek psikomotorik yang dilakukan pada siklus II meliputi menakar dengan sendok
takar, menimbang dengan timbangan buatan dan merapikan alat
Tabel 4.4. Hasil belajar psikomotorik siswa pada siklus I dan siklus II
No Siklus Skor
Tertinggi
Skor
Terendah
Skor Rata-
rata
Ketuntasan
klasikal ( % )
1 Siklus I 100

41,67

77,78

58,33 %
2 Siklus II

100

58,33

83,68

91,66 %
Data hasil belajar psikomotorik siswa dapat digambarkan dalam bentuk diagram
batang seperti tertera pada gambar 4.

Gambar 4.4. Grafik hasil belajar psikomotorik siswa siklus I dan II
Dari Gambar 4.4. diperoleh informasi bahwa skor rata-rata siswa pada siklus I
adalah 77,78 dengan ketuntasan klasikal 58,33%. Pada siklus II skor rata-rata siswa
meningkat menjadi 83,68 dengan ketuntasan klasikal meningkat menjadi 91,66%., Ini
berarti telah terjadi peningkatan yang signifikan untuk hasil belajar psikomotorik siswa dari
siklus I ke siklus II.
4. Peningkatan Hasil Belajar Tiap siklus
Hasil analisis uji peningkatan hasil belajar kognitif, afektif dan psikomotorik dapat
dilihat pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil uji peningkatan hasil belajar
No Aspek yang dinilai Skor rata-rata T tabel T
hitung
peningkatan
Silus I Siklus II
1 Hasil Belajar Kognitif
1. Kemampuan
berpikir kritis
2. Kemampuan
berpikir kreeatif


78,65

78,65


88,54

82,29


2,02

0,851


2,58

0,94


Signifikan

Signifikan
2. Hasil belajar efektif 79,51 81,94 0,851 1,23 Signifikan
3 Hasil belajar psikomotorik 77,78 83,68 2,02 2,07 Signifikan










PENUTUP
A. Simpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pengenalan sains
sederhana pada materi pengukuran dengan bermain sambil belajar dapat melatih
kemampuan berpikir siswa RA Al Masyhur. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya
hasil tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa. Berdasarkan uji signifikansi,
diketahui bahwa hasil tes kemampuan berpikir kritis dan kreatif meningkat secara
signifikan dari siklus I ke siklus II.
Model pembelajaran pengenalan sains sederhana dengan metode bermain
melalui pendekatan bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, lebih tepat
digunakan untuk meningkatkan hasil belajar kognitif yang berupa kemampuan berpikir
kritis dan kreatif, hasil belajar afektif dan hasil belajar psikomotorik.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat diberikan
adalah sebagai berikut:
- Bagi guru RA Al Masyhur hendaknya menambah jumlah alat yang sejenis, sehingga dalam
pelaksanaan pembelajaran siswa tidak harus saling bergantian.
- Bagi sekolah hendaknya menyediakan sarana dan alat percobaan yang dapat menunjang
pelaksanaan proses belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memacu
kreativitas guru untuk membuat alat peraga sederhana sendiri.

















DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Depdiknas. 2004. Kurikulum 2006 Standar Kompetensi TK dan RA. Jakarta: Depdiknas.
Harsanto, R. 2005. Melatih Anak Berpikir Analistis, Kritis dan Kreatif. Jakarta: Grasindo.
Mardiyanto. 2003. Menyoal Academic Oriented Pendidikan Prasekolah. http://
www.indomedia.com/bpost/ 062003/2/opini/opini1.htm;(17/07/2007).
Reid, J.C. 2006. Mengajari Anak berpikir Kreatif, Mandiri, Mental dan Analitis. Jakarta:
Prestasi Pustakaraya.
Sudono, A. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo.
Takwin, B. 2006. Pendidikan Usia Dini (Mengajar Anak Berpikir Kritis). http://
www.kompas.com/kesehatan/news/0605/05/093521.htm; (23/04/2007).
Yulianti, D. 2005. Mengenalkan Sains Pada Anak Usia Dini. http://www.
suaramerdeka.com/harian/0511/07/ragam03.htm; (23/04/2007).
Yulianti, D. 2005. Pengembangan Model Pengajaran Sains Sederhana untuk
Menumbuhkan Minat Sains Siswa Taman Kanak-Kanak. Makalah dalam Seminar Nasional
FMIPA Unnes, Desember 2005.
-------. 2004. Bermain Sambil Belajar. http://http://www.sabda.org/sabdaweb/?p
=Zakharia+8:5; (29/06/2007).

Anda mungkin juga menyukai