Anda di halaman 1dari 11

Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan petunjuk yang telah diberikan-Nya,sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik.
Pertumbuhan ekonomi dan kependudukan yang relati pesat telah berhubungan
dengan kepemilikan dan pemanaatan tanah secara optimal. !ondisi tersebut telah
menuntut sistem pelayanan prima dalam pemberdayaan masyarakat untuk
menopyimalkan pemanaatan setiap jengkal tanah untuk kesejahteraan masyarakat yang
ber"a"asan lingkungan secara berkelanjutan.
Dalam makalah ini kami menyajikan uraian tentang #pemberdayaan masyarakat
melalui penataan penguasaan tanah$.%al ini merupakan suatu pokok kajian yang penting
mengingat bah"a aspek pertanahan merupakan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
dan mempengaruhi nilai sosial ekonomi terutama yang miskin tanah.
!ami menyadari bah"a dalam penulisan ini banyak terdapat kekurangan-
kekurangan sehingga makalah ini jauh dari kata sempurna.&leh karena itu segala kritik
dan saran yang bersiat membangun akan kami terima dengan tangan terbuka.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua
pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini.!ami berharap makalah ini dapat
bermanaat bagi semua kalangan.
DAFTAR ISI
!ATA P'N(ANTA)*************************.. i
DA+TA) ,S, *..............................................................................................................
ii
-A- , P'NDA%./.AN........................................................................................ 0
,.1 /atar -elakang................................................................................... 0
,.2 Tujuan................................................................................................. 0
,.0 3etode................................................................................................ 4
-A- ,, P'3-')DA5AAN 3AS5A)A!AT 3'/A/., P'NATAAN
P'N(.ASAAN TANA%
,,.1 Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan keterkaitan usaha
masyarakat.......................................................................................... 6
,,.0 Pemberdayaan masyarakat melalui pembukaan akses masyarakat
miskin atas tanah................................................................................ 7
............................................................................................................
-A- ,,, P'N.T.P
,,,.1 !esimpulan......................................................................................... 18
,,,.2 Saran................................................................................................... 18
DA+TA) P.STA!A************************.... 11
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pada saat ini aspek pertanahan merupakan kebutuhan seluruh lapisan masyarakat
dan sering muncul masalah pertanahan dalam bentuk sengketa pemilikan, penguasaan,
pemanaatan dan ketimpangan penguasaan tanah. !ondisi tersebut telah meningkatkan
keterpurukan sosial ekonomi terutama bagi mereka yang miskin tanah.
-eberapa permasalahan pertanahan yaitu terbatasnya akses masyarakat terhadap
tanah dan sering muncul sengketa tanah. Permasalahan keterbatasan akses masyarakat
terhadap tanah telah berkembang dalam bentuk ketimpangan penguasaan tanah, sering
muncul tanah absente, inkonsistensi peraturan dan penurunan dinamika institusi lokal
serta ditambah lagi kasus sengketa tanah sering muncul yang berkaitan dengan
penguasaan maupun dengan hak guna usaha 9 %(. : terutama pada lahan perkebunan,
kehutanan, dan cagar alam.
Solusi permasalahan di atas, perlu dilaksanakan penataan penguasaan tanah dalam
optimalisasi pemberdayaan masyarakat. Penataan penguasaan tanah tersebut akan
memba"a dampak positi kepada penciptaan kesempatan kerja, meningkatkan nilai tanah
aset produkti, menjamin rasa aman, meningkatkan eisiensi penguasaan aset produkti
dan mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan. 3engenai penyelesaian sengketa
tanah peru dioptimalkan melalui pendekatan partisipati masyarakat.
-entuk pemberdayaan masyarakat melalui penataan penguasaan tanah dapat
dikembangkan melalui pendekatan keterkaitan usaha, peningkatan peraturan pertanahan
secara konsisten. -erdasarkan hal tersebut maka pemberdayaan masyarakat dalam
pengelolaan tanah sangat strategis untuk dikembangkan dan ditingkatkan.
I.2 Maksud dan Tuuan
3aksud dibuatnya makalah ini untuk bisa digunakan studi atas bagaimana upaya-
upaya pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan da n tujuan umum yang ingin dicapai
adalah untuk merumuskan alternati strategi pemecahan masalah pertanahan yang
menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat baik melalui gagasan-gagasan penataan
0
penguasaan tanah yang sudah ada maupun gagasan-gagasan baru pemberdayaan
masyarakat lainnya.
I.! Met"de
Dalam mendapatkan data kami melakukan metode studi pustaka dan mencari
sumber inormasi melalui alam maya dengan menggunakan media internet.
4
BAB II
PEMBERDA#AAN MAS#ARAKAT MELALUI
PENATAAN PEN$UASAAN TANAH
II.1 Pe%&erda'aan %as'arakat %elalu( )enge%&angan keterka(tan usa*a
%as'arakat.
Dalam banyak kasus sengketa ditemui bah"a luas tanah yang dikuasai
penduduk lokal sangat kecil dibandingkan dengan luas %(. yang dikuasai oleh sebuah
perusahaan. &leh karena itu, upaya penyelesaian sengketa tanah dapat dilakukan dengan
cara mengeluarkan tanah %(. yang sudah dikuasai penduduk lokal dari %(. yang
dikuasai suatu perusahaan menjadi %(. yang dikuasai oleh penduduk lokal. Sementara
itu, pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan cara mengembangkan pola kemitraan di
antara perusahaan perkebunan dengan penduduk lokal yang sudah menguasai %(.
tersebut.
Pola kemitraan kini menjadi salah satu cara mengatasi konlik tanah
perkebunan sebagai contoh adalah bentuk kemitraan antara perkebunan s"asta dengan
masyarakat lokal yang tinggall di sekitar perkebunan dimana kemitraan ini tidak hanya
disepakati oleh kedua belah pihak yang bersengketa tetapi juga disahkan oleh
pemerintahan setempat. Salah satu perkebunan s"asta yang memiliki masalah dengan
masyarakat lokal adalah PT. Telaga !encana pengelola perkebunan ;ikasintu yang
mempunyai areal perkebunan karet di kecamatan Sagaranten, Sukabumi. Di areal %(.
seluas 1.620, 27 %a yang dikuasai oleh PT. Telaga !encana tersebut terdapat sekitar 188
%a di antaranya digarap oleh penduduk setempat. Penggunaan tanah oleh masyarakat
lokal tersebut telah berlangsung lama dan belum ada upaya pemecahan masalah yang
komprehensi. Terlebih lagi pada masa reormasi upaya penyelesaian dengan
menggunakan pola lama menjadi semakin tertutup. -ahkan, protes masyarakat 9dalam
bentuk pengrusakan tanaman dan perluasan kegiatan perambahan: bermunculan berkaitan
dengan kurang pedulinya pihak perkebunan terhadap masyarakat lokal.
6
3elihat kondisi tersebut PT. Telaga !encana mulai menggulirkan kembali ide
kemitraan, melalui pertemuan-pertemuan dengan aparat desa di sekitar kebun. Dalam
pertemuan tersebut dibahas tentang pola kemitraan yang ingin dibangun antara perusahan
dan masyarakat lokal. Pertemuan demi pertemuan terus dilakukan dengan jumlah peserta
bertambah dan melibatkan unsur-unsur terkait dalam penyelesaian masalah seperti tokoh
masyarakat, aparat desa, dan kecamatan. Dibahas pula bentuk kemitraan yang bisa
diterima kedua belah pihak, menampung usulan dan keinginan masyarakat setempat,
pembentukan kelompok-kelompok masyarakat, pendataan luas tanah yang dikuasai oleh
setiap kelompokyang diketahui oleh kepala desa, dan lain-lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan pola kemitraan.
Setelah disepakati maka masyarakat diminta untuk membentuk kelompok,
mendata luas penguasaan lahan setiap kelompoknya, serta meminta persetujuan hasil
pendataan penguasaan lahan tersebut ke kepala desa untuk kemudian diserahkan ke pihak
perkebunan. Setelah pembentukan kelompok dan pendataan penguasaan tanah selesai,
maka dilakukan pertemuan berikutnya yang dihadiri oleh pihak perkebuanan,
masyarakat, tokoh masyarakat, anggota kelompok, aparat desa, aparat kecamatan,
kapolsek serta kepala kantor cabang dinas perkebunan. Dalam pertemuan tersebut
disosialisasikan drat surat perjanjian antara masyarakat dan pihak perkebunan serta
memantapkan rencana kemitraan tersebut. Setelah drat surat perjanjian disetujui,
kegiatan dilanjutkan dengan penandatangan surat perjanjian di hadapan -upati
Sukabumi.
Dengan pola kemitraan tersebut masyarakat mendapatkan hak menempati dan
menggarap lahan di tanah %(. yang dikuasai PT. Telaga !encana dengan status
penggunaan tanah yang beraneka ragam yaitu pemukiman, sa"ah, dan tanah darat
dengan luas sesuai kesepakatan dalam surat perjanjian tersebut. /ahan tersebut dilarang
untuk diperjualbelikan kepada pihak lain, diperluas garapannya, tidak digunakan untuk
membangun pemukiman baru. Dengan demikian, pihak perusahaan perkebunan tidak
dapat mengganggu gugat hak garap masyarakat lokal yang sudah disepakati bersama
dengan jangka "aktu hingga masa berlaku %(. berakhir.
-agi lahan garapan yang kurang produkti, masyarakat penggarap akan
mendapatkan bibit karet, pupuk, obat-obatan serta melaksanakan penanaman dan
<
pemeliharaan sampai tanaman tersebut menghasilkan sesuai dengan teknik anjuran pihak
perkebunan. Tanaman karet ini sepenuhnya milik masyarakat penggarap tetapi
masyarakat penggarap berke"ajiban untuk mengembalikan seluruh biaya yang
dikeluarkan pihak berupa bibit karet, pupuk dan obat-obatan yang dicicil setelah tanaman
karet tersebut dapat menghasilkan. Dalam hal ini masyarakat penggarap di"ajibkan
menjual hasil panen karetnya ke koperasi karya"an perkebunan. Penentuan harga jual
karet juga akan dilakukan secara musya"arah antara pihak perkebunan, pemerintah desa
dan masyarakat penggarap.
Dengan pola kemitraan ini pihak perkebunan memperoleh manaat berupa
keamanan tanaman dan lahan perkebunan dari penjarahan dan pengrusakan oleh
masyarakat sekitar karena dalam salah satu perjanjiannya masyarakat tidak akan
memperluas garapan dan berke"ajiban menjaga tanaman perkebunan. Selain itu, pihak
perkebunan tidak perlu mengeluarkan biaya tenaga kerja serta mendapatkan harga beli
hasil produksi karet dengan harga yang tidak merugikan petani penggarap dan pihak
perkebunan. Pihak perkebunan juga bisa mendapatkan produk dengan kualitas yang
seragam dan pemerintah desa mendapatkan 6 !g padi untuk setiap patok sa"ah yang
digarap petani. Pendapatan ini dikumpulkan oleh koperasi karya"an perkebunan dan
diserahkan kepada pemerintah desa untuk keperluan pembangunan sarana peribadatan,
pendidikan, orang jompo, yatim piatu, kebutuhan masyarakat yang siatnya mendesak,
dan kepentingan-kepentingan lainnya.
II.2 Pe%&erda'aan %as'arakat %elalu( )e%&ukaan akses %as'arakat
%(sk(n atas tana*.
Sebagaimana telah dijelaskan diatas bah"a ketidakberdayaan masyarakat
dapat disebabkan oleh tidak adanya akses terhadap penguasaan tanah. %al ini disebabkan
adanya ketimpangan penguasaan tanah, banyaknya tanah di pedesaan yang dikuasai
secara absentee, pola penyadapan yang kurang menguntungkan petani penyadap, dan
perubahan land management di tingkat rumah tangga pertanian
3erujuk pada masalah pertanahan yang umum, ketimpangan penguasaan
tanah dapat dipecahkan dengan cara menyeimbangkan struktur penguasaan tanah. %al ini
dapat dilakukan dengan cara meninjau kembali batas maksimum tanah yang dapat
7
dikuasai oleh sebuah rumah tangga pertanian. Sebagai contoh saja, jika kebutuhan
pangan untuk sebah rumah tangga pertanian di suatu daerah dapat dipenuhi dengan tanah
seluas 2 %a, maka perlu ditetapkan suatu peraturan bah"a sebuah rumah tangga pertanian
hanya boleh menguasai tanah maksimum seluas 2 %a. -ila rumah tangga pertanian yang
memiliki tanah di atas batas maksimum penguasaan tanah maka rumah tangga tersebut
harus mengalihkan 9 menjualnya : kepada petanilain yang belum memiliki tanah. -ila
tidak ada petani setempat yang mau atau mampu membelinya maka pemerintah daerah
dapat enerbitkan obligasi untuk pemilik tanah yang bersangkutan dan jika rumah tangga
tersebut ingin menggarapnya sendiri, maka dikenakan pajak progresi 9 daerah : atas
kelebihan penguasaan tanahnya.
3engatasi pemilikan tanah secara absente saat ini bukan merupakan hal yang
mudah dilakukan. &leh karena itu, pemecahan hanya dapat dilakukan dengan cara
memberikan disinsensi bagi pemiliknya dengan cara penerapan pajak progresi yang
tinggi. Pada sisi lain perlu dikembangkan sistem insenti bagi pemerintah desa misalnya
pendapatan dari pajak atas tanah absente sebagian besar diserahkan kepada desa. %al ini
dimaksudkan agar masyarakat desa memiliki perhatian terhadap hal tersebut sehingga
penga"asan terhadap pemilikan tanah secara absente tidak harus dilakukan oleh
pemerintah, sedangkan upaya membangun kembali sistem land management pengelolaan
tanah dapat dilakukan dengan memberikan insenti-insenti kepada pemerintah daerah
9desa: yang memiliki ino=asi dalam membnagun ketahanan pangan di daerahnya.
Dalam jangka panjang harus adanya upaya membuka akses kelompok
masyarakat miskin terhadap tanah pertanian yang dilakukan secara komprehesi dan terus
menerus meliputi >
1. Perlu dilakukan sensus pertanian yang dapat menjangkau data pemilikan dan
penguasaan tanah.
2. -atas maksimum penguasaan tanah ditinjau kembali sesuai dengan hasil produksi
minimum yang dapat dihasilkan dan luas penguasaan tanah minimum yang menjamin
kecukupan pangan sebuah rumah tangga pertanian misalnya 2 %a tanah sa"ah.
0. Peraturan tentang penguasaan tanah secara absente ditinjau ulang, batas maksimum
jangkauan penguasaan tanah dan kemungkinan rumah tangga seperti apa yang
dianggap menguasai tanah absente serta apa syaratnya.
?
4. !ia ada kebijakan pemerintah yang mempengaruhi masyarakat maka diperlukan
sosialisasi yang cukup "aktu agar pemilik tanah di atas batas maksimum dan absente
dapat melakukan pengalihan hak atas tanah kepada pihak yang diinginkannya.
Dengan demikian tidak terjadi pemaksaan yang kuat dari pemerintah
@
BAB III
PENUTUP
III.1 Kes(%)ulan
Dalam upaya memberdayakan masyarakat khususnya kelompok miskin,
maka prgram penataan penguasaan tanah merupakan kebutuhan mendesak dan perlu
dilakukan segera. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan unuk memberdayakan
masyarakat melalui pengembangan keterkaitan usaha masyarakat dan pembukaan akses
atas tanah bagi kelompok miskin. 3elalui beberapa cara tersebut di atas, diharapkan
dapat diupayakan pemberdayaan masyarakat khususnya kelompok miskin.
III.2 Saran
.paya memberdayakan masyarakat melalui penanganan bidang
pertanahan merupakan suatu kebutuhan mendesak. Walaupun demikian, penanganan
bidang pertanahan bukanlah suatu program yang mudah untuk dilaksanakan. &leh karena
itu, diperlukan suatu rencana jangka panjang yang komprehensi yang mampu
menjangkau pemecahan berbagai masalah pertanahan dan program jangka pendek yang
dapat dilakukan dengan segera dalam upaya penanganan sengketa-sengketa tanah
khususnya yang melibatkan masyarakat dalam jumlah besar meskipun upaya penanganan
masalah tersebut harus dikaitkan dengan program penanganan pertanahan secara
keseluruhan.
18
DAFTAR PUSTAKA
"""."ikipedia.com,situs 'nsiklopedia ,ndonesia
11

Anda mungkin juga menyukai