Anda di halaman 1dari 3

Sengketa dengan Negara Lain

KONVENSI PBB tentang Hukum Laut Internasional ditandatangani oleh 119 negara
peserta pada tahun 1982 di Teluk Montego dan resmi menjadi Konvensi PBB yang disebut
United Nation Convention on Law of the Sea atau disingkat "Unclos 1982". konvensi ini telah
mewadahi Azas Negara Kepulauan yang pernah dilemparkan delegasi Indonesia dalam
Konferensi Hukum Laut I tahun 1958 di Jenewa. Gagasan asas /Negara Kepulauan ini
sebelumnya telah diumumkan oleh Indonesia pada 13 Desember 1957, dikenal dengan
Deklarasi Juanda. Tatkala itu Indonesia mengumumkan ketentuan tentang perairan Indonesia.
Unclos 1982 berlaku efektif sejak tanggal 16 Nopember 1994 ketika lebih dari 60 negara
meratifikasinya.
Dalam Unclos 1982, penentuan laut wilayah ditetapkan tidak melebihi 12 mil dari
garis dasar (baseline). Bagi negara kepulauan dapat menarik garis dasar berdasarkan straight
baseline yang menghubungkan titik terluar pulau-pulau dan karang-karang kering terluar dan
perairan kepulauan berupa laut dan selat yang terletak di sebelah dalam garis pangkal
merupakan wilayah negara kepulauan. Sedang negara yang bukan negara kepulauan seperti
Malaysia, Australia, Thailand, Vietnam adalah negara kontinental, berarti lebar laut
teritorialnya tidak lebih 12 mil dari normal baseline yaitu garis pantai saat air terendah.
Negara yang berbatasan dengan laut dapat menetapkan Zona Ekonomi Eksklusif
(ZEE) selebar 200 mil dari garis dasar dan menentukan landas kontinen (continental shelf)
yang merupakan kelanjutan daratan. Wilayahnya sampai jarak 200 mil dari garis pangkal
bahkan dalam hal tertentu dapat sampai 350 mil tergantung kelanjutan daratannya, sampai
jarak tepian kontinennya (continental margin).
Berdasarkan Unclos 1982, negara pantai yang berdekatan dengan Indonesia seperti
India, Australia, Thailand, Vietnam, Filipina, Malaysia dan Republik Palau juga mengukur
lebar laut teritorial, ZEE dan landas kontinen dari garis pangkal masing-masing dan pasti
mengklaim laut dan dasar laut di bawah penguasaan dan kontrol masing-masing negara.
Tentu saja terjadi overlapping yang harus diselesaikan melalui perjanjian-perjanjian
antarnegara baik secara bilateral maupun multilateral.
Perjanjian Selesai
Perjanjian antara RI-Malaysia tentang penetapan garis batas laut wilayah kedua
negara di Selat Malaka sudah ditandatangani di Kualalumpur 17 Maret 1970. Indonesia telah
meratifikasi dengan UU No 2 Th 1972. Demikian juga perjanjian antara RI-Australia tentang
batas tertentu antara wilayah Indonesia dengan Papua New Guinea telah ditandatangani di
Jakarta 12 Februari 1973. Indonesia telah meratifikasi dengan UU No 6 Th 1973, dan yang
terakhir adalah batas laut di Selat Singapura dengan perjanjian Indonesia dan Singapura
ditandatangani di Jakarta pada 25 Mei 1973. Indonesia meratifikasi dengan UU No 7 Th
1973.



Persetujuan perbatasan landas kontinen (LK) dengan berbagai negara tetangga
ditandatangani dan diratifikasi dengan Keppres. Persetujuan tersebut meliputi (satu),
Persetujuan dengan Malaysia tentang penetapan garis batas LK di Selat Malaka dan Laut
Cina Selatan-1969.
Dua, persetujuan dengan Australia tentang penetapan batas laut tertentu di Laut
Arfuru-1971. Tiga, persetujuan dengan Malaysia dan Thailand tentang batas LK bagian utara
Selat Malaka-1971. Empat, Persetujuan dengan Thailand tentang garis batas LK di bagian
utara Selat Malaka dan Laut Andaman-1971. Lima, persetujuan dengan Australia tentang
penetapan garis batas dasar laut tertentu di Laut Timor dan Laut Arafuru-1972. Enam,
persetujuan dengan India tentang batas LK di antara P. Sumatra dan Kepulauan Nikobar-
1974. Tujuh, persetujuan dengan Thailand tentang penetapan garis batas LK di Laut
Andaman-1977. Delapan, persetujuan dengan India tentang perpanjangan LK di Andaman-
1977. Sembilan, persetujuan dengan Thailand dan India tentang pertemuan tiga garis batas
dan penentuan batas ketiga negara di Laut Andaman-1978
Sengketa Perbatasan.
Sengketa perbatasan yang belum diselesaikan adalah dengan Malaysia, Vietnam,
Filipina, Republik Palau dan Australia. Dari sengketa perbatasan ini yang terberat adalah
dengan Malaysia. Negara jiran itu merupakan negara yang licin dalam berdiplomasi,
kelihatannya tenang seperti yang terjadi pada sengketa Ambalat pascakemenangan atas
Sipadan dan Ligitan, tetapi di balik itu kita patut waspada terhadap jurus-jurus yang
mematikan.
Sengketa dengan Malaysia bermula dari peta yang diterbitkan Malaysia tanggal 21
Desember 1979. Dalam peta tersebut tergambar wilayah Malaysia dan yurisdiksi nasionalnya
yang terjadi tumpang tindih dengan negara lain termasuk Indonesia. Tumpang tindih di Selat
Malaka disebabkan dalam menetapkan garis pangkal yang menghubungkan Pulau Perak dan
Pulau Jarak ( jarak 123 mil, melebihi jarak yang ditentukan Unclos 1982, 100 mil), ZEE
Indonesia ditumpangi laut teritorial Malaysia.
Menurut Unclos 1982 Pasal 7, seharusnya dirundingkan terlebih dahulu, menumpangi
perairan negara lain tidak diperkenankan. Pada kasus Pulau Karang Horsburg di utara P.
Bintan, di sana ada tiga pulau karang dengan nama Horsburg (sebelah utara), Middle Rock
(sebelah tengah) dan South Rock (sebelah selatan). Dahulu pemerintah koloni Inggris
menempatkan mercusuar di Horsburg (untuk menjamin pelayaran internasional). Horsburg,
sesuai namanya milik Hindia Belanda. Pemerintah koloni Inggris menyerahkan pemeliharaan
mercu suar ini kepada Singapura.
Posisi Horsburg jaraknya 40 mil dari Singapura, 14 mil dari Johor dan 14 mil dari
pantai utara P. Bintan. Malaysia dengan peta tahun 1979 menamakannya Batu Putih sebagai
wilayahnya dengan alasan geographically closed to the coast of Johor dan perbatasan dengan
wilayah Indonesia di bawah Karang Selatan. Sedang Singapura menyebutnya Pedra Branca,
berdasarkan bukti kepemilikan (occupation) sejak tahun 1840 mengklaim mejadi miliknya.


Indonesia yang berjarak 14 mil dari P. Bintan menyebutnya Horsburg, menyatakan di
selatan P. Horsburg tidak bisa dilayari (sangat erat keberadaannya dengan daratan P. Bintan),
menjadi miliknya.
Pulau Sipadan dan Pulau Ligitan pada tanggal 18 Desember 2002 diputus oleh
Mahkamah Internasional menjadi milik Malaysia. Malaysia langsung mengklaim laut
teritorial dan ZEE yang menumpangi laut teritorial, ZEE dan landas kontinen Indonesia
termasuk karang Unarang dan blok Ambalat. Malaysia tidak memperhatikan Konvensi
London 1891 dan Protokol London 1915 serta Unclos 1982, secara pasti Mahkamah
Internasional tidak memutuskan mencabut konvensi dan protokol London tersebut dan tidak
mengatur batas wilayah Indonesia dan Malaysia.
Batas wilayah yang kita pegang adalah lintang 410U ke timur dari perbatasan P.
Sebatik. Batas LK Indonesia-Malaysia di utara P. Natuna dan bagian timur Semenanjung
Malaysia sudah ada, yang belum ada adalah batas LK di utara (P. Separatly dan P. Amboina
Cay) yang masih dalam sengketa antara Malaysia, RRC, Filipina dan Brunei Darussalam.
Apabila sengketa itu dimenangkan oleh Malaysia akan terjadi sengketa baru perbatasan LK
dengan Indonesia.

Tanggapan: Sebetulnya Sengketa antar negara itu tidak akan terjadi apabila ada kesadaran
dari negara itu sendiri. Batas-batas wilayah suatu negara sudah di tentukan
sejak lama dan sudah dituliskan dalam UU internasional jadi semua negara
sudah mengetahui mana batas wilayah negara mereka, dan juga sebetulnya
apabila ada hukum yang tegas dari pemilik wilayah maka tidak akan
terjadi sengketa antar negara-negara lagi. Baik Indonesia maupun negara
lainnya.

Anda mungkin juga menyukai

  • ADi TV
    ADi TV
    Dokumen2 halaman
    ADi TV
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Kepekan SA
    Kepekan SA
    Dokumen3 halaman
    Kepekan SA
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Kepekan SA
    Kepekan SA
    Dokumen3 halaman
    Kepekan SA
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Kepekan SA
    Kepekan SA
    Dokumen3 halaman
    Kepekan SA
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • SKPL
    SKPL
    Dokumen11 halaman
    SKPL
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • SKPL
    SKPL
    Dokumen11 halaman
    SKPL
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Filsafat Ketuhanan
    Filsafat Ketuhanan
    Dokumen2 halaman
    Filsafat Ketuhanan
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • WALISONGO
    WALISONGO
    Dokumen51 halaman
    WALISONGO
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Pancasila Sebaga Isumber Nilai
    Pancasila Sebaga Isumber Nilai
    Dokumen13 halaman
    Pancasila Sebaga Isumber Nilai
    Arsya Amirul Mukmin
    Belum ada peringkat
  • Pida To Nar Koba
    Pida To Nar Koba
    Dokumen1 halaman
    Pida To Nar Koba
    Ahmad Al-bazuri
    Belum ada peringkat