Via kosmologis ini pertama kali dicetuskan oleh Plato dengan melakukan pembuktian adanya
tuhan berdasarkan dua macam gerakan yang ada di dunia ini. Yaitu gerakan asli dan gerakan yang
digerakan. Gerakan asli hanya bisa dilakukan oleh wujud yang hidup, sedangkan gerakan yang
digerakan tergantung pada gerakan dari wujud yang hidup. Plato menyatakan bahwa seluruh gerak alam
semesta ini secara mutlak disebabkan oleh aktivitas sesuatu yang berjiwa. Wujud yang berjiwa inilah
yang mengatur dan memelihara, sehingga disebut Maha pemelihara dan bersifat Maha bijaksana. Wujud
yang hidup itu adalah Tuhan.
Pembuktian Aristoteles secara Kosmologis tentang adanya Tuhan, sebagaimana dalam
karyanya Metaphysics adalah bahwa Tuhan dipandang sebagai penggerak pertama. Teori ini pada
dasarnya berpangkal dari pemikirannya mengenai Hylemorphism, yaitu materi (hyle) dan bentuk
(Morphe). Materi bersifat potensial, yakni mempunyai kemungkinan untuk berubah-ubah. Sedangkan
bentuk bersifat aktual, tetap, tidak berubah-ubah dan yang memberi gerak pada materi.
Keduanya dihubungkan dengan gerak. Adanya gerak karena adanya penggerak pertama yang tidak
bergerak dan merupakan wujud yang tidak digerakkan. Semua tergantung dari diri-Nya, maka ia pastilah
Tuhan.
c. Via Teleologi
Pembuktian teolologis merupakan pembuktian yang lebih spesifik dari pembuktian kosmologis.
Pembuktian ini pada dasarnya berangkat dari kenyataan tentang adanya aturan-aturan yang terdapat
dalam alam semesta yang tertib, rapi dan bertujuan. Dengan demikian, secara sederhana, pembuktian ini
beranggapan adalah: 1). Serba teraturnya alam memiliki tujuan, 2). Serba teraturnya dan keharmonisan
alam ini tidaklah oleh kemampuan alam itu sendiri, 3) Di balik alam ini ada sebab yang maha bijak.
Apa yang bisa dicapai oleh pembuktian ini hanyalah adanya arsitek alam yang dibatasi pada
adanya persediaan materi alam, dan bukan adanya pencipta alam dimana segala sesuatunya tunduk
kepadanya. Berangkat dari realitas tersebut di atas, maka dengan memperhatikan setiap susunan alam
semesta yang sangat tertib dan bertujuan dapat kita pastikan bahwa terdapat suatu zat yang Maha
pengatur dan Pemelihara, sekaligus menjadi tempat tujuan dari alam semesta. [3]Bukti teologis ini
dianggap oleh para teolog maupun filosof sebagai bukti yang cukup kuat diantara bukti-bukti klasik
lainnya