Anda di halaman 1dari 3

18

th
Asia Construct Conference

Berdasarkan laporan yang dipublikasikan di 18
th
Asia Construct Conference, terdapat beberapa poin-
poin penting yang dapat diketahui, yaitu:
1. Infrastruktur di Indonesia masih belum merata di seluruh daerah
2. Infrastruktur Indonesia masiah minum karena alokasi APBN Indonesia untuk pembangunan
infrastruktur masih kecil.
3. Peningkatan APBN di bidang konstruksi pada tiap tahunnya masih belum dirasa cukup.
4. Kebijakan-kebijakan baru yang dibuat oleh pemerintah memihak kepada peningkatan
infrastruktur.
5. Dibutuhkan tenaga ahli untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean.
Infrastruktur pendukung kegiatan perekonomian di Indonesia seperti jalan raya, pelabuhan, dan lainnya
masih belum merata di seluruh daerah serta masih jauh tertinggal dari negara-negara tetangga di Asia
seperti Jepang dan Singapura. Pada laporan yang telah dipublikasikan dapat diketahui bahwa masih
terdapat ketimpangan harga barang dan jasa secara signifikan antar masing-masing daerah.
Ketimpangan harga tersebut dapat mencerminkan buruknya sistem distribusi jasa dan logistik di
Indonesia ssebagai akibat dari jaringan infrastruktur yang belum memadai. Hal ini dikemukakan pada
poin 3.4 pada laporan 18
th
Asia Construct Conference yang diadakan di Singapura.
Ketimpangan harga ini disebabkan oleh aksesibilitas tiap daerah di Indonesia masih sangat kurang,
sehingga setiap barang yang diambil dari suatu daerah akan menjadi mahal apabila barang tersebut
dijual ke daerah lain di Indonesia. Hal ini merupakan penyebab gaji/upah pekerja di Indonesia tidak
merata akibat biaya hidup di tiap kota yang juga tidak seragam. Pada laporan 18
th
Asia Construct
Conference dikatakan bahwa upah harian pekerja di Jakarta adalah sebesar Rp100.000,00 sedangkan di
Yogyakarta hanya Rp40.000.000,00. Kondisi ini berbeda dengan kondisi di Singapura. Di Singapura, gaji
bulanan pegawai di bidang konstruksi merata di tiap daerahnya. Mereka juga mengalami kenaikan gaji
yang rutin tiap tahunnya sebesar 5%. Berikut ini adalah tabel gaji pegawai bidang konstruksi di negara
Singapura.

Gambar 1. Gaji Pegawai Bidang Konstruksi di Singapura
Singapura mempunyai sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik, sehingga Singapura tidak akan
mengalami kesusahan dalam melakukan pendistribusian barang dan jasa pada wilayahnya. Sistem
transportasi yang baik dapat mengurangi biaya produksi secara signifikan, oleh karena itu diperlukan
sistem transportasi yang terintegrasi dengan baik di Indonesia agar terjadi kesamaan gaji dan biaya
hidup di tiap daerahnya.
Minimnya infrastruktur di Indonesia merupakan dampak dari alokasi APBN Indonesia untuk
pembangunan infrastruktur yang masih tergolong kecil dibandingkan dengan negara maju seperti
Jepang dan Singapura. Selama ini, alokasi APBN Indonesia cenderung didominasi oleh belanja rutin
seperti gaji pegawai dan subsidi yang tidak tepat sasaran seperti subsidi BBM. Berdasarkan website
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2012/12/05/14102269/Kualitas.Infrastruktur.Indonesia.Teren
dah.Se-Asia , terdapat sebuah pembahasan dari World Economic Forum mengenai kualitas infrastruktur
pada 2012-2013. Dari laporan ini diketahui bahwa indonesia berada pada peringkat 92. Dari skor
tertinggi 7 poin, Indonesia hanya memperoleh nilai 3,4 untuk jalan; 3,2, untuk rel kereta api; pelabuhan
(3,6), bandara (4,2), dan listrik (3,9). Rata-rata nilai tersebut hanya 3,7. Di atas Indonesia, kualitas
infrastruktur India, China, Thailand, Malaysia, dan Singapura memiliki peringkat yang tinggi. India
memiliki peringkat ke-87, China ke-69, Thailand ke-49, Malaysia ke-29, dan Singapura ke-2.
Walaupun setiap tahun telah terjadi peningkatan alokasi APBN untuk pembangunan infrastruktur,
peningkatan tersebut masih terasa kurang untuk menutupi kekurangan dan mengejar ketertinggalan
Indonesia dalam bidang infrastruktur dari negara lain. Program peningkatan sektor konstruksi di
Indonesia harus digalakkan untuk mengejar ketinggalan yang ada. Berikut ini adalah tabel mengenai
rencana investasi pemerintah di sektor konstruksi.

Gambar 2. Public Works Investment Plan
Seiring kebijakan yang semakin berpihak pada peningkatan infrastruktur, potensi di bidang konstruksi di
Indonesia masih sangat besar karena Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang meniti
karirnya untuk menjadi negara maju. Hal ini dapat diperhatikan dari kecenderungan peningkatan jumlah
tenaga kerja yang terlibat di bidang konstruksi dan jumlah investasi yang direalisasikan dalam
pembangunan infrastruktur per tahunnya. Pada gambar 3 dapat dilihat besarnya jumlah pekerja di
bidang konstruksi yang terus meningkat di tiap tahunnya.

Gambar 3. Jumlah Pekerja di Bidang Konstruksi di Indonesia
Berdasarkan gambar 3 yang menampilkan kenaikan jumlah pekerja di bidang konstruksi di indonesia,
diperoleh rata-rata kenaikan jumlah tenaga kerja adalah sebesar 5,6% pada rentang 2007-2011. Negara
Singapura juga mengalami kenaikan jumlah tenaga kerja, hanya saja tidak sebanyak di Indonesia.
Berdasarkan laporan dari 18
th
Asia Construct Conference, diketahui bahwa jumlah pegawai di bidang
konstruksi bertambah sebanyak 18.400 sehingga jumlah total pekerja di bidang konstruksi menjadi
421.000.Terjadi kenaikan sebesar 4,5% di Singapura. Kenaikan jumlah pegawai bidang konstruksi di
Indonesia lebih tinggi daripada di Singapura karena Indonesia memiliki peluang yang sangat besar di
bidang konstruksi, ketimbang Singapura yang pembangunannya sudah hampir mencapai tahap final.
Untuk mendukung usaha peningkatan pembangunan infrastruktur tersebut, dibutuhkan tenaga ahli
yang berkompeten di bidang konstruksi dalam jumlah yang sangat besar. Pada saat ini, jumlah tenaga
ahli bidang konstruksi di Indonesia masih belum cukup sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan
jumlah tenaga ahli tersebut. Selain itu, peningkatan mutu dan kualitas tenaga ahli bidang konstruksi
tersebut juga perlu dilakukan secepatnya mengingat bahwa Indonesia akan menghadapi Masyarakat
Ekonomi ASEAN pada tahun 2015, agar potensi jasa di bidang konstruksi tetap dapat dimanfaatkan oleh
tenaga ahli dalam negeri. Hal ini penting untuk diperhatikan karena sebelum Masyarakat Ekonomi
ASEAN ini terbentuk telah terjadi peningkatan jumlah tenaga ahli dan perusahaan asing yang bergerak di
bidang konstruksi di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai