Anda di halaman 1dari 28

UPAYA PENDEKATAN KELUARGA TERHADAP NY.

R
DALAM MENANGANI PERMASALAHAN PENDERITA
DIABETES MELLITUS
Presentasi Kasus
Dalam Rangka Penugasan Stase Ilmu Kesehatan Masyarakat



Disusun Oleh :
1. Bethari Pusponing Fadli J500090012
2. Betti Widias Pradani J500080061
3. Budiwan Putri Ediningtyas J500090038
4. Daru Kristiyono T.A. J500090094

Penguji :
dr. Yusuf Alam R., M.Kes


STASE ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PUSKESMAS BENDOSARI
SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
TAHAP I : KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA
Nama Kepala Keluarga : Tn.N
Umur : 59 th
Alamat lengkap : Dukuh Ngesong 2/2, Sukoharjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family



No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan
Pasien
Puskesmas
Keterangan
1 Tn.N Suami L 59th
Belum tamat
SD
Wiraswasta Tidak -
2 Ny. R Istri P 53 th
Belum tamat
SD
Wiraswasta Ya DM
3 Ny. N Anak P 38 th SD Swasta Tidak -
4. Tn. S Anak L 36 th SMP Swasta Tidak -
5 Ny. S Anak P 35 th SMP Swasta Tidak -
6 Tn. G Anak L 31 th SMA Swasta Tidak -
7 An. S Anak P 18 th SMK Swasta Tidak -
8 An. H Anak L 17 th
Belum tamat
SMP
- Tidak -

Kesimpulan
Keluarga Tn. N berbentuk nuclear family, didapatkan Ny. R, 53 tahun,
dengan diagnosis klinis DM.

TAHAP II : STATUS PASIEN
A. Anamnesis
1) Identitas penderita
Nama : Ny. R
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan : belum tamat SD
Agama : Islam
Alamat : Dukuh Ngesong 2/2, Sukoharjo
Suku : Jawa
2) Tanggal periksa: 22 September 2014
3) Keluhan Utama: Kaki kanan terasa sering kesemutan dan tebal
4) Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh kaki terasa kesemutan
dan tebal sejak kurang lebih 1 tahun ini. Keluhan semakin dirasakan
memberat sejak 2 hari ini. Untuk berjalan, kesemutan terasa
bertambah. Selain itu pasien juga mengeluhkan bahwa pandangannya
kabur. Untuk melihat sudah tidak cukup jelas. Pasien mengatakan
bahwa dirinya mempunyai penyakit kencing manis sejak 4 tahun
sebelumnya. Dahulu pasien merasakan bahwa dirinya sering kencing
dan sering merasa haus serta lapar meskipun sudah makan dan minum
banyak. Pasien juga mengaku pernah mondok beberapa kali di rumah
sakit dengan sakit vertigo dan gula darah tinggi. Pasien juga
mengatakan bahwa ibu dan kakak pasien mempunyai penyakit yang
sama dengan pasien. Namun ibu dan kakak pasien dulu tidak berobat.
Pasien juga mengatakan bahwa dirinya tidak berobat rutin.

5) Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
Riwayat kejang demam : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat mondok : diakui dengan sakit vertigo dan DM
6) Riwayat Penyakit pada Anggota Keluarga
Riwayat serupa : disangkal
Riwayat Asma : disangkal
7) Riwayat Gizi
Penderita sehari-harinya makan sebanyak 3x, dengan nasi, sayur dan
lauk pauk seperti bandeng, tahu, tempe, jarang dilengkapi daging, buah
dan susu. Status gizi pasien cukup.
8) Riwayat Psiko Sosio Ekonomi
Penderita adalah seorang istri dengan 6 orang anak. Pasien tinggal
bersama seorang suami dan seorang anak. Pasien mempunyai 2 kamar
tidur berkelambu dan tidak bersekat tembok. Penghasilan keluarga
sekitar Rp. 100.000/bulan. Hubungan Ny. R dengan anggota keluarga
yang lain saling mendukung dan saling memperhatikan kondisi
kesehatan. Pasien berobat dengan menggunakan BPJS kelas 3.
B. Anamnesis Sistem
Keluhan utama : kaki nyeri kesemutan
Kepala : pusing (-), rambut kepala tidak rontok, luka pada
kepala (-), benjolan / borok di kepala (-), penglihatan pada kedua mata
bertambah kabur.
Leher : tidak ada keluhan
Sistem genito urinaria : sering kencing
Hidung, telinga, mulut, tenggorokan, sistem respirasi, sistem
kardiovaskuler, sistem gastrointestinal, sistem muskuloskeletal, dan
neuropsikiatri : tidak ada keluhan.
C. Pemeriksaan Fisik (22 September 2014)
1. Keadaan umum : tampak baik, compos mentis.
2. Status gizi:
BB = 40 kg
TB = 145 cm
Kesan : baik
3. Tanda Vital:
TD : 130/80
N : 88 x/m
RR : 20x/m
T : 36,5
0
C
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksan Laboratorium
GDS : 557
Kolesterol : 324
5. Pemeriksaan Psikiatri
Penampilan : Wanita sesuai umur, perawatan diri cukup
Kesadaran : compos mentis GCS E4V5M6
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
Insight : baik
6. Pemeriksaan Neurologis
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
Kekuatan 5 5 Tonus 2 2
5 5 2 2
Refleks Fisiologis N N
N N
7. Refleks Patologis - -
- -
D. Diagnosis Holistik
1. Biologis : DM
2. Psikologis : cukup stres akibat penyakit yang dideritanya, namun tetap
semangat dalam menghadapi hidup
3. Sosial : Kondisi lingkungan dan rumah kurang sehat dengan ruang
dapur bersamaan dengan ruang keluarga dan ruang tamu,
Rumah hanya memiliki 2 pintu dan tidak ada jendela.
hubungan dengan tetangga berlangsung baik, pasien
kurang mengerti akan penyakitnya. Untuk tingkat
kesejahteraan pasien cukup baik. Pasien berobat dengan
menggunakan BPJS kelas 3.
E. Penatalaksanaan
1. Nonmedikamentosa
Olahraga min 30 menit/hari
Cukup istirahat sekitar 8 jam/hari.
Makan teratur sesuai dengan diit penyakit yang telah dijelaskan
oleh ahli gizi.
Mengurangi konsumsi manis.
Diit rendah lemak
2. Medikamentosa
Glibenclamid 2x1
simvastatin 0-0-1
vitamin B1 3x1





F. Flow sheet
No Tanggal Keluhan Dan
Pemeriksaan
Fisik
Terapi
Medikamentosa
Terapi Non
Medikamentosa
Target Planning
1 22
September
2014
Kaki kanan
terasa sering
kesemutan
dan tebal,
penglihatan
pada kedua
mata
bertambah
kabur
GDS:557
Kolesterol:324
Glibenklamid 2x1
Simvastatin 0-0-1
Vitamin B1 3x1
Olahraga cukup,
istirahat cukup,
makan teratur
sesuai diit
penyakit,
mengurangi
konsumsi
manis, diit
rendah lemak
Menurunkan
gula darah dan
kolesterol
-Cek GDS,
Cholesterol



TAHAP III : IDENTIFIKASI FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI HOLISTIK
Fungsi Biologis : Merupakan nuclear family yg terdiri dari : Tn. N,
Ny. R, dan An. H
Fungsi Psikologis: Hubungan keluarga terjalin akrab dan harmonis
dengan kemampuan menyelesaikan masalah secara musyawarah
Fungsi Sosial: Mengikuti kegiatan masyarakat dan komunikasi
cukup baik.
Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan : penghasilan keluarga
sekitar Rp. 100.000,- / bulan. Penderita sehari-harinya makan
sebanyak 3x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti bandeng,
tahu, tempe, jarang dilengkapi daging, buah dan susu.
Kesimpulan : Keluarga Ny. R yang berbentuk nuclear family,
didapatkan Tn. N dan Ny. R, dan An. H, dengan perilaku kesehatan
kurang.
B. FUNGSI FISIOLOGIS
Tn. N Ny. R An. H
Adaptasion 2 2 2
Partnership 2 2 1
Growth 2 2 2
Affection 2 2 1
Resolve 2 2 2
TOTAL 10 10 8

Rata-rata = (10+10+8)/3
= 9
Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga Ny. R baik
C. FUNGSI PATOLOGIS
SUMBER PATOLOGI
Sosial Interaksi sosial cukup
Kultur Ada beberapa tradisi budaya yang masih diikuti
Religius Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama,
ketaatan ibadah cukup baik.
Ekonomi Ekonomi keluarga ini tergolong sangat kurang menurut UMR
(Rp.100.000,00)
Edukasi Pendidikan ayah dan ibu belum menamatkan pendidikan
wajib belajar 9 tahun.
Medikal Ketika sakit, penderita dan keluarga biasa berobat ke
Puskesmas.



D. GENOGRAM





Ny.R, 53th



Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
/ : Laki-laki/perempuan meninggal
: tinggal satu rumah
: pasien

E. POLA INTERAKSI KELUARGA







Tn. N
59 TH
An. H
17TH
Ny. R
53 TH
F. FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU

G. FAKTOR INDOOR DAN OUTDOOR
INDOOR OUTDOOR
Ruangan di dalam rumah
menyatu dengan ruangan
lainnya, yaitu ruang keluarga,
ruang tamu, dapur, ruang
untuk menonton TV, dua
kamar tidur, serta satu kamar
mandi
Penerangan rumah cukup.
Atap rumah tersusun dari
genteng dan tidak ditutup
asbes
Rumah berdinding kayu tanpa
ventilasi dan jendela
Rumah belum cukup
memenuhi standar rumah sehat
Rumah penderita tidak
memiliki pagar namun
pekarangan cukup luas
Di depan rumah selokan yang
kering. Jalanan di depan
rumah sudah diaspal
Di sekitar rumah masih
banyak terdapat pepohonan
yang besar.

Keluarga Ny. R
Faktor perilaku
Pengetahuan: keluarga
tidak memahami
penyakit penderita
Sikap:
keluarga membawa
penderita ke puskesmas
atau rumah sakit
Tindakan :
Keluarga Ny. R cukup
Faktor non perilaku
Keturunan :
Ada keluarga
Yang menunjukkan
penyakit serupa, yaitu
ibu dan kakak pasien
Lingkungan : rumah
keluarga Ny.R tidak
memenuhi syarat
kesehatan
Pelayanan kesehatan
:Jika sakit Ny.R berobat
Puskesmas dan rumah
sakit

SIMPULAN FUNGSI KELUARGA
FUNGSI KETERANGAN
Holistik Kurang
Fisiologis Baik
Patologis Kurang
Genogram Baik
Pola interaksi Baik
Faktor perilaku Cukup
Faktor non perilaku Kurang
Faktor indoor Kurang
Faktor outdoor Cukup

PRIORITAS MASALAH

No
Daftar
Masalah
I
T
R Jumlah
IxTxR P S SB Mn Mo Ma
1. Faktor perilaku
(Pola hidup
yang kurang
baik)
5 5 5 3 4 4 4 24000
2. Lingkungan
yang kurang
memenuhi
syarat
kesehatan
3 3 3 2 2 2 2 216
3. Genogram
(adanya faktor
keturunan)
4 4 4 2 2 3 3 2304

Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya
masalah)
T : Technology (tehnologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Dari indikator di atas, terdapat beberapa kriteria, antara lain :
1 = tidak penting
2 = agak penting
3 = cukup penting
4 = penting
5 = sangat penting
Kesimpulan :Prioritas masalah yang diambil dari keluarga Ny.R adalah
pola hidup yang kurang baik.

TAHAP IV : HUBUNGAN PRIORITAS MASALAH DENGAN DM YANG
DIDERITA Ny. R
A. Masalah Medis: Diabetes Mellitus
B. Masalah Non Medis
1. Faktor perilaku:
a. Gaya hidup kurang baik

2. Faktor non perilaku:
a. Adanya keluarga yang menurunkan penyakit
C. Hubungan Prioritas Masalah dengan Diabetes Mellitus yang Diderita Ny.R
Pengetahuan dan sikapNy. R kurang mengerti akan penyakit yang
dideritanya
Adanya faktor keturunan yang tidak diimbangi dengan gaya hidup
yang baik

TAHAP VA : SIMPULAN (DIAGNOSIS HOLISTIK)
Diagnosis Klnis: Diabetes Mellitus
Diagnosis Psikologis: Stres berhubungan dengan penyakit
Diagnosis Sosial: pasien kurang mengerti akan penyakitnya.
TAHAP VB :SARAN (KOMPREHENSIF)
1. Promotif :
Edukasi pasien dan keluarga tentang penyakit DM, mengenalkan pola
makan dan perilaku kesehatan yang benar untuk penderita dan keluarga.
2. Preventif : olahraga cukup, istirahat cukup, makan teratur sesuai diit
penyakit, mengurangi konsumsi manis, diit rendah lemak.
3. Kuratif :
a. Glibenklamid 2x1
b. Simvastatin 0-0-1
c. Vitamin B1 3x1
4. Rehabilitatif :
istirahat yang cukup dan pembenahan gaya hidup sehat.







TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELITUS

A. DEFINISI
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang disebabkan karena
kurangnya insulin efektif baik oleh karena disfungsi sel beta pankreas atau
ambilan glukosa di jaringan perifer, atau keduanya, atau kurangnya insulin
absolut. Menurut American Diabetes Association (ADA) diabetes melitus
adalah suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh kadar glukosa
darah melebihi nilai normal (hiperglikemia) dengan diagnosa kadar gula
darah sewaktu > 200 mg/dl atau kadar gula darah puasa > 120 mg/dl, yang
terjadi oleh karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Gangguan metabolik ini mempengaruhi metabolisme dari karbohidrat,
protein, lemak, air dan elektrolit.
1,7,8,12

B. KLASIFIKASI
Secara umum, diabetes melitus dibagi menjadi 3 macam, yaitu :
1. Diabetes Mellitus yang tergantung pada insulin (IDDM atau DM Tipe-1)
Pada DM tipe-1, kelainannya pada sel beta yang terjadi karena reaksi
autoimunitas maupun idiopati sehingga pancreas (sel beta) tidak mampu
mensintesis dan sekresi insulin dalam jumlah dan kualitas yang cukup,
bahkan sekresi insulin tidak ada sama sekali.
2

2. Diabetes Mellitus Tipe-2 atau Tidak Tergantung Insulin (NIDDM)
Diabetes melitus tipe 2 ini disebabkan oleh kurang sensitifnya
jaringan tubuh terhadap insulin yang terjadi karena kombinasi dari
kecacatan dalam produksi insulin dan resistensi terhadap insulin atau
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin yang melibatkan reseptor
insulin di membran sel.
2
3. Diabetes Melitus Gestasional


Menurut ADA tahun 2009, DM diklasifikasikan menjadi
1. DM tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya mengarah ke defisiensi
insulin absolut)
a. Akibat proses imunologik
b. Idiopati
2. DM tipe 2 (berawal dari predominan resistensi insulin dengan
defisiensi insulin relatif sampai ke defek sekresi insulin yang
predominan dengan resistensi insulin)
3. DM tipe lain:
a. Defek Genetik fungsi sel beta
b. Defek genetik kerja insulin
c. Penyakit Eksokrin Pankreas
d. Endokrinopati
e. Karena Obat atau Zat Kimia
f. Infeksi
g. Imunologi
h. Sindroma genetik lain
4. DM Gestasional
7,8

C. PATOFISIOLOGI
Tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan mengganti sel
yang rusak. Tubuh juga memerlukan energi supaya sel tubuh dapat berkoordinasi
dengan baik. Energi tersebut berasal dari bahan makanan yang dimakan sehari-
hari, yang terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak.
4
Di dalam sel, zat makanan
tersebut dibakar melalui proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah
timbulnya energi. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses tersebut insulin
memegang peranan penting untuk memasukkan glukosa ke dalam sel. Insulin
merupakan suatu hormon yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas .
4

Diabetes Melitus (DM) tipe 1 disebabkan karena adanya reaksi autoimun
terhadap sel beta. Hal tersebut menyebabkan timbulnya antibodi terhadap sel beta
yang disebut Islet Cell Antibody (ICA). Reaksi antigen (sel beta) dengan antibodi
(ICA) menyebabkan hancurnya sel beta .
4

Pada Diabetes Melitus (DM) tipe 2 jumlah insulin normal, malah mungkin
lebih banyak tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang. Akibatnya glukosa yang masuk ke dalam sel akan sedikit, sehingga
sel akan kekurangan glukosa dan akan terjadi peningkatan glukosa dalam
pembuluh darah. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin .
4

Faktor-faktor yang menyebabkan resistensi insulin pada DM type-2:
Obesitas terutama yang berbentuk sentral
Diet tinggi lemak dan rendah karbohidrat
Kurang gerak badan
Faktor keturunan (herediter)
6

D. MANIFESTASI KLINIS
Penderita kencing manis umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah
ini:
1. Jumlah urine banyak (Polyuria)
2. Cepat merasa haus (Polydipsia)
3. Sering merasa lapar atau banyak makan (Polyphagia)
4. Urine mengandung gula (Glycosuria)
5. Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya
6. Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki
7. Cepat lelah dan lemah setiap waktu
8. Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba
9. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya
10. Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
3

Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit diabetes melitus terdiri dari:
1. Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Genetik
b. Ras dan etnis

c. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau
riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG)
d. Riwayat lahir dengan berat badan rendah

e. Usia
6

2. Faktor resiko yang dapat diubah
a. Umur
b. Berat badan lebih (IMT > 23 kg/m2).
c. Kurangnya aktivitas fisik.
d. Hipertensi (> 140/90 mmHg)
e. Dislipidemia (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250
mg/dL)
f. Diet tak sehat (unhealthy diet).
6

E. DIAGNOSIS
Kecurigaan DM dipikirkan jika ada keluhan berupa:
1. Keluhan klasik DM berupa: poliuria, polidipsia, polifagia, dan
penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya
2. Keluhan lain dapat berupa: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur,
dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita
Diagnosis DM ditegakkan berdasarkan pemeriksaan kadar glukosa
darah dan keluhan klasik DM. Jika ditemukan gejala khas DM ditambah
pemeriksaan gula darah abnormal satu kali saja sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Namun apabila tidak ditemukan gejala khas
DM, maka diperlukan pemeriksaan ulang gula darah abnormal.
2,8

Kriteria diagnosis DM
8

1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma
sewaktu >200 mg/dL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM
2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa 126 mg/dL dengan adanya
keluhan klasik.
3. Tes toleransi glukosa oral (TTGO). Meskipun TTGO dengan beban 75
g glukosa lebih sensitif dan spesifik dibanding dengan pemeriksaan
glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan
tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam
praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan
khusus.









Tabel. Kriteria Diagnosis DM
Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM,
bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam
kelompok toleransi glukosa terganggu (TGT) atau glukosa darah puasa
terganggu (GDPT).
1. TGT: Diagnosis TGT ditegakkan bila setelah pemeriksaan TTGO
didapatkan glukosa plasma 2 jam setelah beban antara 140 199 mg/dL
(7,8-11,0 mmol/L).
2. GDPT:Diagnosis GDPT ditegakkan bila setelah pemeriksaan glukosa
plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL (5,6 6,9 mmol/L) dan
pemeriksaan TTGO gula darah 2 jam < 140 mg/dL.































Skema. Langkah-langkah diagnosis DM dan gangguan toleransi glukosa
Cara pelaksanaan TTGO (WHO, 1994)
1. Tiga hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti kebiasaan sehari-
hari (dengan karbohidrat yang cukup) dan tetap melakukan kegiatan
jasmani seperti Biasa
2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum
pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3. Diperiksa kadar glukosa darah puasa
4. Diberikan glukosa 75 g (orang dewasa), Atau 1,75 g/Kg BB (anak-
anak), dilarutkan dalam 250 ml air dan diminum dalam waktu 5 menit
5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk
pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai
6. Diperiksa kadar glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7. Selama proses pemeriksaan, subyek yang diperiksa tetap istirahat dan
tidak merokok.
4,8

F. PENATALAKSANAAN
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatnya kualitas
hidup penyandang DM .
4

Tujuan penatalaksanaan
1. Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM, mempertahankan
rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah.
2. Jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati, dan neuropati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa
darah, tekanan darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan
pasien secara holistik dengan mengajarkan perawatan mandiri dan
perubahan perilaku
7,9

Pilar penatalaksanaan Diabetes Melitus
1. Edukasi
Diabetes tipe 2 umumnya terjadi pada saat pola gaya hidup dan
perilaku telah terbentuk dengan mapan. Pemberdayaan penyandang
diabetes memerlukan partisipasi aktif pasien, keluarga dan masyarakat.
Tim kesehatan mendampingi pasien dalam menuju perubahan perilaku
sehat. Untuk mencapai keberhasilan perubahan perilaku, dibutuhkan
edukasi yang komprehensif dan upaya peningkatan motivasi.
Pengetahuan tentang pemantauan glukosa darah mandiri, tanda dan
gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya harus diberikan kepada
pasien. Pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri,
setelah mendapat pelatihan khusus.
8,11

2. Terapi gizi medis (TGM)
Setiap diabetisi sebaiknya mendapat TGM sesuai dengan
kebutuhannya guna mencapai target terapi
Prinsip pengaturan makan pada diabetisi hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan
sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu.
Pada diabetes perlu ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam
hal jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada mereka
yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
8,11

3. Latihan jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + 30
menit yang sifatnya CRIPE ( Continous Rhytmical I nterval Progressive
Endurace training ).
Continous
Latihan harus berkesinambungan dan dilakukan terus-menerus tanpa henti.
Contoh : bila dipilih jogging 30 menit, maka selama 30 menit pasien melakukan
jogging tanpa istirahat.
Rytmical
Latihan olah raga harus dipilih yang berirama, yaitu otot-otot berkontraksi dan
berelaksasi secara teratur.
Interval
Latihan dilakukan selang-seling antara gerak cepat dan lambat. Contoh : jalan
cepat diselingi dengan jalan lambat, dsb.
Progressive
Latihan dilakukan secara bertahap sesuai kemampuan dari intensitas ringan
sampai hingga mencapai 30-60 menit.
Sasaran Heart Rate = 75-85 % dari Maksimum Heart Rate
Maksimum Heart Rate = 220-umur
Endurance
Latihan daya tahan untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi, seperti jalan
(jalan santai/cepat, sesuai umur), jogging, berenang dan bersepeda.
7, 8,11

4. Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan
latihan jasmani (gaya hidup sehat).
Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan..
3

a. Obat Hipoglikemik Oral ( OHO )
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 5 golongan
3
:
1) Pemicu sekresi insulin (insuline secretagogue): sulfonilurea dan glinid
2) Penambah sensitifitas terhadap insulin : metformin, tiazolidindion
3) Penghambat glukoneogenesis : metformin
4) Pengambat absorpsi glukosa : penghambat glukosidase
5) DPP-IV Inhibitor
Cara pemberian OHO terdiri dari:
OHO dimulai dengan dosis kecil dan ditingkatkan secara bertahap sesuai respons
kadar glukosa darah, dapat diberikan sampai dosis optimal
Sulfonilurea : 15 30 menit sebelum makan
Repaglinid, Nateglinid : sesaat sebelum makan
Metformin : sebelum /pada saat / sesudah makan
Penghambat glukosidase (Acarbose): bersama makan suapan pertama
Tiazolidindion : tidak bergantung pada jadwal makan.
DPP-IV inhibitor dapat diberikan bersama makan dan atau sebelum
makan.
8,11

















































INSULIN
2,3,8,11

Insulin diperlukan pada keadaan :
Penurunan berat badan yang cepat
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
Ketoasidosis diabetik
Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
Hiperglikemia dengan asidosis laktat
Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan
Gangguan fungsi ginjal atau hati yang berat
Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO
Efek samping terapi insulin :
Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia.
Efek samping yang lain berupa reaksi imunologi terhadap insulin yang
dapat menimbulkan alergi insulin atau resistensi insulin.
8

Berdasar lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni:
Insulin kerja cepat (rapid acting insulin)
Insulin kerja pendek (short acting insulin)
Insulin kerja menengah (intermediate actinginsulin)
Insulin kerja panjang (long acting insulin)
Insulin campuran tetap, kerja pendek dan menengah (premixed insulin).







G. KOMPLIKASI
Dalam perjalanan penyakit DM, dapat terjadi penyulit akut dan menahun.
I. Penyulit akut
Ketoasidosis diabetic
Komplikasi akut diabetes, ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah
yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan gejala asidosis
dan plasma keton(+) kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320 mOs/ mL)
dan terjadi peningkatan anion gap.
8,9

Status Hiperglikemi Hiperosmolar
Adanya peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dL), tanpa
tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380
mOs/mL), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat.
8

Catatan: kedua keadaan (KAD dan SHH) tersebut mempunyai angka morbiditas
dan mortalitas yang tinggi. Memerlukan perawatan di rumah sakit guna
mendapatkan penatalaksanaan yang memadai.
8,10

Hipoglikemia
II. Penyulit Kronis
a. Makroangiopati, yang melibatkan :
Pembuluh darah jantung
Penyakit jantung koroner yang diawali dari bentuk dislipidemia,
hipertrigliseridimia,dan penurunan kadar HDL. Pada DM sendiri tidak
meningkatkan kadar LDL, namun sedikit kadar LDL pada DM Tipe II sangat
bersifat aterogenik karena mudah mengalami glikalisasi dan oksidasi.
8,10
Pembuluh darah tepi
Biasanya terjadi dengan gejala tipikal claudicatio intermittent, meskipun
sering tanpa gejala. Ulkus iskemik / kaki diabetic terkadang muncul sebagai
kelainan yang pertama muncul.
Terdapat 4 faktor utama terjadinya kaki diabetik :
1) Kelainan vaskuler : angiopati, contoh arterosklerosis.
2) Kelainan saraf : Neuropati otonom dan perifer
3) Infeksi
4) Perubahan beomikanika kaki
9

Pembuluh darah otak
b. Mikroangiopati:
Retinopati diabetik
Nefropati diabetic
Neuropati


























DAFTAR PUSTAKA

1. American Diabetes Association. 1994. Standards of medical care for
patients with diabetes mellitus. Diabetes Care : pp. 616-623.

2. Basuki, 2002. Penyuluhan Diabetes Melitus. Jakarta: FKUI.

3. Daniel W. Foster. 1994. Diabetes Mellitus in Harrison Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13, EGC. Jakarta. Hal 2212-2213

4. Daniel W. Foster. 1994. Diabetes Mellitus in Harrison Prinsip-Prinsip
Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13, EGC. Jakarta. Hal 2212-2213.

5. Hendromartono., 2007. Nefropati Diabetik: dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 1898-
1901.

6. Lubis H R., 2007. Penyakit Ginjal Diabetik: dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 534-536.

7. Tjokoprawiro, Prof. Dr. Askandar. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Rumah Sakit
Pendidikan Dr. Sutomo Surabaya. Surabaya: Airlangga University Press

8. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2011. Konsensus Pengelelolaan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. PB Perkeni, Jakarta

9. Powers C Alvin. 2005. Harrisons Principle of Internal Medicine 16
th
.

10. Prodjosudjadji P., 2007. Sindroma Nefrotik: dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 547-549.

11. Subekti I. Penatalaksanaan diabetes mellitus terpadu. Balai Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 2004: 217-23.

12. Sudoyo Aru.W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed IV, jl III.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.\2006

Anda mungkin juga menyukai