Anda di halaman 1dari 44

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Sub sektor peternakan yang sangat berperan dalam hal pemenuhan
kebutuhan pangan dan gizi masyarakat, terutama dalam penyediaan protein
hewani adalah bidang perunggasan, sebab sektor inilah yang paling efisien dalam
menyediakan zat-zat makanan, salah satunya produk unggas yaitu telur, karena
telur merupakan hasil ternak yang mempunyai andil besar dalam mengatasi
masalah gizi yang terjadi di masyarakat. Hal ini dimungkinkan karena telur sarat
akan zat gizi yang diperlukan untuk kehidupan yang sehat. Zat-zat gizi yang ada
pada telur sangat mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh.
Telur yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia umumnya berasal dari
unggas yang diternakkan. Jenis yang paling banyak dikonsumsi adalah telur ayam,
itik (bebek), dan puyuh. Telur penyu, kalkun, angsa, merpati, dan telur unggas
peliharaan lainnya belum maksimal dimanfaatkan karena produksinya sedikit.
Telur olahan merupakan telur yang mudah mengalami kerusakan sehingga
perlu diawetkan untuk mempertahankan kualitasnya. Telur yang diolah menjadi
telur asin, umumnya dari telur itik karena cangkangnya lebih tebal dan rasa telur
asinnya lebih enak dibanding telur ayam. Telur itik mengandung protein 13,1%
dan lemak 14,3-17,0% (Sulaiman, 2008).
Telur itik asin adalah telur itik utuh yang diawetkan dengan adonan yang
dibubuhi garam. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 14,3-17,0%., serta vitamin,
dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur

2

mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi,
fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan
semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya
sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit
karbohidrat
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang ditujukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial (Stanton W . J , 1985:4).
UD. Jaya merupakan salah satu perusahaan distributor terbesar yang
berada di kota makassar yang memproduksi telur itik asin. Perusahaan tersebut
terbentuk pada tanggal 5 Februari 2003 yang masih berbentuk industri rumah
tangga yang memproduksi telur itik asin. Seiring bertambahnya waktu perusahaan
ini resmi berbadan usaha pada tanggal 28 Januari dengan nama perusahaan yakni
UD. Jaya hingga saat ini. UD Jaya memproduksi telur itik asin skala 3000 butir
telur itik asin per hari dan per tahunnya 1.080.000 butir (Data Produksi UD Jaya,
2012) dengan produksi tersebut perusahaan UD Jaya telah mampu bersaing
dengan perusahaan lain dalam memasarkan telur itik asin ke berbagai wilayah di
kota Makassar.
Saluran pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya dalam memasarkan telur
itik asin yang dihasilkan menggunakan lebih dari satu saluran pemasaran. Dari
data saluran pemasaran UD Jaya dapat dilihat dibawah, bahwa ada tiga jenis

3

saluran pemasaran telur itik.yang di operasionalkan UD Jaya, Adapun beberapa
jenis saluran pemasaran yang di pakai oleh UD Jaya adalah sebagai berikut:
Produsen pedagang pengumpul pedagang besar pengecer konsumen
akhir
Produsen pedagang besar pengecer konsumen akhir
Produsen pedagang pengumpul pedagang besar pengecer konsumen
akhir (Data Saluran Pemasaran Telur Itik Asin UD Jaya, 2012)
Adapun data penjualan telur itik asin pada UD. Jaya proses penjualan
dan distribusi pemasaran empat tahun terakhir, dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai
berikut :
Tabel 1. Jumlah Penjualan Telur Itik Asin Pada UD. Jaya tahun 2012.

Penjualan Telur Itik Asin (Tahun) Jumlah (Butir)
2009
2010
2011
2012
1.080.000
1.055.900
1.045.000
1.031.000
Jumlah + 265000
Sumber : Data Sekunder dari UD. Jaya, Di Kota Makassar, 2012.

Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa penjualan telur itik asin Pada Tahun
tahun 2009 1.080.000 butir/tahun , 2010 mengalami penurunan penjualan yang
sangat drastis yaitu 1.055.900 butir/tahun dan berlanjut ketahun 2011, 2012. Dari
uraian di atas dapat dilihat bahwa terjadi penurunan produksi / penjualan telur itik,
dari penurunan penjualan tersebut perlu di sikapi dalam proses saluran pemasaran
dan juga untuk memperoleh pendapatan yang maksimal, menutupi biaya produksi

4

yang cukup besar dalam sehari, produsen atau peternak harus menjual produk
telurnya secara maksimal dan efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Danfar
(2009 : 1) yang menyatakan Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang
dinilai dari segi besarnya sumber / biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang
dijalankan.

Dengan mengetahui sistem saluran emasaran telur itik asin pada UD. Jaya
diharapkan agar perusahaan dan lembaga pemasaran yang terlibat dapat
meningkatkan keuntungan, margin dan efisiensi pemasarannya.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka dilakukanlah penelitian
mengenai Analisis Saluran Pemasaran Telur I tik Asin Pada UD. J aya, Di Kota
Makassar












5


Rumusan Masalah
Meskipun UD Jaya adalah perusahaan Penjual Telur itik asin yang terbesar
di Kota Makassar, tetapi perusahaan ini masih menghadapi beberapa
permasalahan, yaitu Dari uraian penjelasan diatas, dapat dilihat persoalan
mendasar dalam pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya yaitu kurang efisiennya
saluran pemasaran yang digunakan sehingga terjadi penurunan penjualan yang
mempengaruhi keuntungan yang diperoleh oleh produsen. Ini disebabkan kurang
telitinya produsen melihat saluran yang digunakan yang dapat membuat biaya
pemasaran produsen membesar sehingga keuntungan yang diperoleh sedikit. Hal
ini juga disebabkan dari spekulasi pedagang-pedagang besar dalam menawar
harga telur pada pihak produsen sehingga terjadi penurunan penjualan pada
produsen telur itik asin yang mengakibatkan produsen telur itik asin kurang
memperoleh keuntungan, yang dimana jika pedagang besar ataupun pengecer
menaikkan harga telur, keuntungan yang diperoleh produsen sedikit sehingga
biaya saluran pemasaran meningkat.
Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Penurunan keuntungan yang diperoleh pada penjualan telur itik asin pada
UD. Jaya, di Kota Makassar
2. Peningkatan Margin pemasaran pada lembaga dan saluran pemasaran telur
itik asin pada UD. Jaya, di Kota Makassar.
3. Tidak terjadi tingkat efisiensi tiap saluran pemasaran telur itik asin UD.
Jaya, di Kota Makassar

6

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini ialah
1. Untuk mengetahui bagaimana margin pemasaran pada lembaga (pedagang)
dan saluran pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya, di Kota Makassar..
2. Untuk Mengetahui keuntungan yang diperoleh pada lembaga (pedagang) dan
saluran pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya, di Kota Makassar.
3. Untuk Mengetahui tingkat efisiensi pada masing-masing saluran pemasaran.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :
1. Supaya dapat mengetahui sistem pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya, di
Kota Makassar, yang meliputi rantai saluran distribusi, margin pemasaran,
keuntungan pemasaran dan tingkat efisiensi pemasarannya.
2. Sebagai bahan informasi bagi para pelaku pemasaran atau lembaga pemasaran
dalam memilih dan menentukan saluran pemasaran yang dapat meningkatkan
efisiensi pemasaran dan memberikan keuntungan kepada semua pihak yang
terlibat baik perusahaan, pedagang maupun konsumen di Makassar







7








TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Telur Itik Asin
Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang
lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan
harganya murah. Selanjutnya dikatakan Tri Margono, Dkk,1993, bahwa Telur
dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung
telur, obat, dan lain sebagainya.
Telur asin adalah istilah umum masakan berbahan dasar telur yang
diawetkan dengan cara diasinkan (diberikan garam berlebih untuk menonaktifkan
enzim perombak). Kebanyakan telur yang diasinkan adalah telur itik, meski tidak
menutup kemungkinan untuk telur-telur yang lain. Masa kadaluwarsa telur asin
bisa mencapai satu bulan (Tri Margono, dkk,1993).
Telur itik asin adalah telur itik utuh yang diawetkan dengan adonan yang
dibubuhi garam. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan
mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur

8

mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi,
fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan
semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya
sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit
karbohidrat. (Sulaiman, 2008).
Telur asin umumnya diolah dari telur itik karena cangkangnya lebih tebal
dan rasa telur asinnya lebih enak dibanding telur ayam. Telur itik mengandung
protein 13,1%dan lemak 14,3-17,0%. Telur mudah rusak sehingga perlu
diawetkan untuk mempertahankan kualitasnya.Salah satu cara pengawetan telur
itik yang lazim dilakukan adalah dengan penggaraman.Pengawetan telur
hendaknya tidak merusak lemak maupun komponen lainnya. Lemak merupakan
salah satu unsur gizi yang terdapat dalam makanan. Lemak dalam telurberfungsi
meningkatkan cita rasa,memperbaiki tekstur, sebagai pembawaflavor, dan sebagai
sumber energi bagi tubuh. Namun, mengkonsumsi lemak atau minyak yangsudah
mengalami oksidasi dapat mengganggu kesehatan, sepertipenyakit jantung dan
kolesterol.Kuning telur banyak mengandungasam lemak, termasuk omega-3
(Sulaiman, 2008).
Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami,
kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori
telur. Oleh sebabitu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan
kualitas telur (Tri Margono,dkk,1993).
Kualitas telur ditentukan oleh :

9

1) kualitas bagian dalam (kekentalan putih dankuning telur, posisi kuning
telur,
2) dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada
putih atau kuning telur) dan
3) kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit,permukaan telur, keutuhan,
dan kebersihan kulit telur), (Tri Margono, dkk,1993)


B. Definisi Pemasaran
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis
yang ditujukkan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada
pembeli yang ada maupun pembeli yang potensial (Stanton W . J , 1985:4).
Selanjutnya Kotler (1995 : 29) menambahkan bahwa pemasaran adalah proses
sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan
mempetukarkan produk dengan pihak lain.. Konsep inti dalam studi pemasaran
adalah kebutuhan, keinginan, permintaan, produk, pertukaran, transaksi dan pasar.
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan
pemasaran. Menurut Kotler (2000 : 15) pemasaran adalah analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangakan

10

manajemen adalah proses perencanaan (Planning), pengorganisasian (organizing)
penggerakan (Actuating) dan pengawasan. Jadi dapat diartikan bahwa Manajemen
Pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, penerapan, dan pengendalian
program yang dirancang untuk menciptakan, membangun, dan mempertahankan
pertukaran yang menguntungkan dengan pasar sasaran dengan maksud untuk
mencapai tujuan tujuan organisasi.


C. Saluran Pemasaran ( Distribusi )
Saluran distribusi adalah organisasi organisasi yang saling tergantung
yang tercakup dalam proses yang membuat produk dan jasa menjadi tersedia
untuk digunakan atau dikonsumsi oleh konsumen (Kotler. 2002 : 5). Hal ini sesuai
dengan pendapat (Stanton W . J, 1985:4). pemasaran adalah suatu sistem
keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukkan untuk merencanakan,
menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli yang
potensial
Keputusan memilih saluran pemasaran adalah salah satu keputusan
penting dalam pemasaran. Saluran pemasaran salah satu yang mementukan
keputusan pemasaran yang lainnya seperti dalam hal penetapan harga produk
(pricing) sangat ditentukan keputusan ini. Ketika perusahaan memilih
memasarkan di toko terbatas pasti harganya pun tinggi karena ada nilai

11

eksklusifitas. Berbeda ketika perusahaan memasarkan di toko secara massal pasti
harganya pun lebih murah Perlu diingat juga saluran pemasaran tidak hanya
melayani pasar tetapi juga menciptakan pasar (Kotle. 2002 : 34)
Menurut Kamaluddin (2008) Arus pemasaran (saluran pemasaran) yang
terbentuk dalam proses pemasaran ini beragam sekali, misalnya:
Produsen berhubungan langsung dengan konsumen akhir
Produsen tengkulak pedagang pengumpul pedagang besar pengecer
konsumen akhir
Produsen tengkulak pedagang besar pengecer konsumen akhir
Produsen pedagang pengumpul pedagang besar pengecer konsumen
akhir
Panjang pendeknya saluran tataniaga yang dilalui tergantung beberapa
faktor, antara lain:
1. Jarak antara produsen ke konsumen. Makin jauh jarak antara produsen dan
konsumen biasanya makin panjang saluran yang ditempuh oleh produk.
2. Cepat tidaknya produk rusak. Produk yang cepat atau mudah rusak harus
segera diterima konsumen dan dengan demikian menghendaki saluran yang
pendek dan cepat.
3. Skala produksi. Bila produksi langsung dalam ukuran-ukuran kecil maka
jumlah produk yang dihasilkan berukuran kecil pula, hal ini tidak
menguntungkan bila produsen langsung menjualnya ke pasar. Dalam keadaan
demikian kehadiran pedagang perantara diharapkan dan dengan demikian
saluran yang akan dilalui produk cenderung panjang.

12

4. Posisi keuangan pengusaha. Produsen yang posisi keuangannya kuat
cenderung untuk memperpendek saluran tataniaga. Pedagang yang posisi
keuangan (modalnya) kuat akan dapat melakukan fungsi tataniaga lebih
banyak dibandingkan dengan pedagang yang posisi modalnya lemah. Dengan
kata lain, pedagang yang memiliki modal kuat cenderung memperpendek
saluran tataniaga (Hanafia dan Saefuddin, 1986).
Kotler (1995), menyatakan bahwa saluran pemasaran bertugas
menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran itu dapat
berbentuk sederhana dan dapat pula rumit. Ada tiga macam jenis jenjang yaitu
ruang, pemilikan dan waktu yang menjauhkan barang dan jasa dari konsumen
pemakai. Selanjutnya ditambahkan bahwa ada empat saluran pemasaran yaitu :
1. Saluran nol tingkat yaitu saluran pemasaran dimana produsen langsung menjual
barangnya ke konsumen, dan biasanya disebut saluran pemasaran langsung
2. Saluran satu tingkat. Pada tipe saluran ini produsen menggunakan hanya satu
perantara yaitu lembaga pengecer
3. Saluran dua tingkat. Dimana menunjukkan adanya dua perantara yang
digunakan untuk menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Biasanya
yang digunakan pedagang besar dan pengecer.
4. Saluran tiga tingkat. Pada saluran ini terdapat tiga tingkatan atau perantara
yaitu agen, pedagang besar dan pengecer antara produsen dan konsumen.
D. Biaya, Margin dan Keuntungan Pemasaran
Biaya tataniaga (marketing cost) adalah biaya yang dikeluarkan dalam
proses pergerakan barang dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen.

13

Sedangkan pembiayaan tata niaga (market finance) adalah penyediaan akan
investasi modal terhadap barang dan fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam
proses tata niaga (Hanafiah dan Saefuddin, 1986 : 98).
Menurut Daniel (2002 : 158) besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama
lainnya, tergantung pada hal berikut :
a. Macam komoditas yang dipasarkan
Ada komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga
membutuhkan biaya tata niaga yang besar. Sebalikya ada komoditas yang
kecil dan ringan, tetapi mempunyai nilai yang tinggi, dalam hal ini biaya tata
niaganya lebih rendah, dan lain sebagainya.
b. Lokasi/daerah produsen
Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen, maka biaya
transportasi menjadi besar pula. Biasanya lokasi yang terpencil menjadi salah
satu penyebab rendahnya harga di tingkat produsen.
c. Macam dan peranan lembaga niaga
Semakin banyak lembaga niaga yang terlibat, semakin panjang rantai tata
niaga dan semakin besar biaya tata niaga komoditas tersebut.
Menurut (Hanafiah dan Saefuddin, 1986 : 9) margin tata niaga adalah
suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar
kepada penjual pertama (H
P
) dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (H
e
),
yang jika dituliskan dalam rumus sebagai berikut :

M = Hp Hb

14


Dimana :
M = Margin pemasaran (tata niaga)
Hp = Harga penjualan (Rp/rak)
Hb = Harga pembelian (Rp/rak)
Margin tataniaga (Pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan
oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima
oleh lembaga niaga yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut, makin panjang
tata niaga (semakin banyak lembaga niaga yang terlibat) maka semakin besar
margin tata niaga (Daniel, 2002 : 159).
Keuntungan adalah selisih antara harga yang dibayarkan kepada penjual
pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (margin) setelah dikurangi
dengan biaya pemasaran (Soekartawi, 2002:71).
Laba merupakan sisa lebih dari hasil penjualan dikurangi dengan harga
pokok barang yang dijual dan biaya-biaya lainnya. Untuk mencapai laba yang
besar, maka manajemen dapat melakukan langkah-langkah seperti menekan biaya
penjualan yang ada, menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba
yang dikehendaki dan meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin
(Daniel,2002).
E. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber / biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan
(Danfar, 2009 : 1).

15

Pengertian efisiensi tataniaga (pemasaran) yang dimaksudkan oleh
pengusaha swasta berbeda dengan yang dimaksud oleh konsumen. Perbedaan ini
timbul karena adanya perbedaan kepentingan antara pengusaha dan konsumen.
Pengusaha menganggap suatu sistem tata niaga efisien apabila penjualan
produknya dapat mendatangkan keuntungan tinggi baginya. Sebaliknya konsumen
mengangap sistem pemasaran efisien apabila konsumen mudah mendapatkan
barang yang diinginkan dengan harga rendah (Hanafiah dan Saefuddin, 1986).
Penekanan efisiensi adalah perbandingan yang terbaik antara input
(masukan) dan output (hasil antara keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah
diselesaikan.
Menurut Hanafiah dan Saefuddin (1986:100-101) ditinjau dari sudut
pandangan pengusaha swasta, efisiensi pemasaran dapat dibedakan atas :
Efisiensi tehnis berarti pengendalian fisik daripada produk dan dalam hal ini
mencakup hal prosedur, tehnis dan besarnya (skala) dengan tujuan
penghematan fisik seperti mengurangi kerusakan (waste) mencegah
merosotnya mutu produk dan menghemat tenaga kerja. Penghematan fisik
mengakibatkan pengurangan ongkos berupa uang.
Efisiensi ekonomis berarti bahwa perusahaan atau industri dengan tehnik,
skill dan pengetahuan yang ada dapat bekerja atas dasar biaya rendah dan
memperoleh profit.

16

Efisiensi sosial dari pemasaran ialah efisiensi pemasaran yang bertujuan
untuk memenuhi kepuasan konsumen (masyarakat). Efisiensi sosial ini
berhubungan input dan output dari sistem pemasaran.
Daniel (2002:59) mengemukakan bahwa, efisiensi pemasaran adalah ukuran
dari perbandingan antara kegunaan pemasaran dengan biaya pemasaran. Beberapa
faktor yang dapat dipakai sebagai ukuran efisiensi pemasaran yaitu :
- keuntungan pemasaran
- harga yang diterima oleh konsumen
- tersedianya fasilitas fisik pemasaran
- kompetisi pasar
Menurut Soekartawi (2002) untuk menghitung efisiensi pemasaran dapat
digunakan rumus sebagai berikut :

EP = BP x 100 %
NP

Jika : Ep yang nilainya terkecil = paling efisien
Dimana:
EP

= Efisiensi pemasaran(%)
BP

= Total biaya pemasaran ( Rp/rak)
NP

= Total nilai produk yang dipasarkan(Rp/rak)




17








METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu dari tanggal 12 April
sampai dengan tanggal 12 Juni 2010, bertempat di UD, Jaya, Di Kota Makassar.
Dipilihnya tempat tersebut karena UD. Jaya merupakan salah satu perusahaan
yang bergerak dalam bidang produksi telur itik asin, di kota Makassar.
Jenis Penelitian
. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu jenis
penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan saluran distribusi, margin
pemasaran, keuntungan pada lembaga dan saluran pemasaran, serta tingkat
efisiensi pada masing-masing lembaga dan saluran pemasaran telur itik asin pada
UD. Jaya, di Kota Makassar.
Jenis dan Sumber Data

18

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu :
1) Data Kuantitatif, yaitu data yang berupa angka-angka meliputi harga
penjualan dan biaya pemasaran pada semua lembaga pemasaran yang terlibat.
2) Data Kualitatif, yaitu data yang berupa kalimat atau keterangan yang diambil
dari UD. Jaya, di Kota Makassar tentang bagaimana jalur rantai distribusi
yang diterapkan pada semua lembaga pemasaran yang terlibat.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu :
a). Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden
produsen dan responden lembaga pemasaran berdasarkan kuisioner yang akan
diberikan nantinya, meliputi identitas responden, penentuan harga jual dan
harga beli, pola saluran pemasaran, dan biaya pemasaran.
b). Data sekunder yaitu data yang diambil dari lembaga / instansi yang terkait
dengan masalah penelitian.
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi yakni dengan melakukan pengamatan langsung terhadap lokasi
penelitian.
b. Wawancara yaitu dengan melakukan wawancara langsung kepada peternak
dan lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran telur itik asin di UD.
Jaya, di Kota makassar dengan menggunakan alat bantu berupa daftar
pertanyaan (kuesioner).
Populasi dan Sampel Penelitian

19

Penentuan populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik sampling jenuh (sensus) yaitu teknik penentuan sampel bila
semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, dengan mengambil seluruh
lembaga pemasaran yang terlibat dalam distribusi pemasaran telur itik asin di UD.
Jaya, Di Kota Makassar. Hal ini disebabkan jumlah populasi pada penelitian ini
sebanyak 22 orang, yang terdiri dari Produsen 1 orang dan Pedagang besar 2
orang dan Pedagang pengecer 19 orang.



Analisa Data
Adapun analisa data yang digunakan adalah dalam penelitian ini adalah :
a. Untuk mengetahui model saluran distribusi digunakan analisa deskriptif
yaitu menerangkan atau menjelaskan setiap saluran distribusi pemasaran
dengan mengelompokkan setiap bentuk dan saluran yang ada, dimana alat
analisis yang digunakan berupa gambar (skema).
b. Untuk mengetahui besarnya margin pemasaran pada masing-masing
lembaga pemasaran yang terlibat digunakan rumus sebagai berikut :
M = H
p
H
b
(Swastha, 1991)
Dimana :
M = Margin lembaga Pemasaran
H
p
= Harga Penjualan (Rp/rak)
H
b
= Harga Pembelian (Rp/rak)

20

Untuk mengetahui margin pada setiap model lembaga pemasaran
digunakan rumus :
M
t
= M
1
+ M
2
+ + M
n
Dimana :
M
t
= Margin lembaga pemasaran
M
1
= Margin pemasaran saluran pemasaran ke-1
M
2
= Margin pemasaran saluran pemasaran ke-2
M
n
= Margin pemasaran saluran pemasaran ke-n


c. Untuk mengetahui besarnya keuntungan pemasaran dari masing-masing
lembaga pemasaran, digunakan rumus :
= M TC
Dimana :
= keuntungan lembaga pemasaran (Rp /rak)
M = Margin lembaga Pemasaran (Rp/rak)
TC = Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh lembaga
pemasaran Total (Rp/rak)
Untuk mengetahui keuntungan pemasaran dari tiap lembaga pemasaran,
digunakan rumus :
t =
1
+
2
+ ..+
n

Dimana :
t = keuntungan lembaga pemasaran

21


1
= keuntungan saluran pemasaran I

2
= keuntungan saluran pemasaran 2

n
= keuntungan saluran pemasaran n
d. Untuk menghitung efisiensi saluran pemasaran digunakan rumus :
EP = BP X 100 % (Soekartawi, 2002)
NP
Jika : EP yang nilainya < 1 = paling efisien
EP yang nilainya 1 > = Tidak Efesien

dimana :
EP

= efisiensi pemasaran(%)
BP

= Total biaya pemasaran ( Rp/rak )
NP

= Total nilai produk yang dipasarkan (Rp/rak)
Konsep Operasional
1. Telur itik asin adalah telur utuh yang diawetkan dengan adonan yang
dibubuhi garam.
2. Saluran pemasaran adalah jalur kegiatan distribusi yang membawa telur itik
asin dari produsen ke konsumen
3. Analisis saluran pemasaran telur itik asin adalah analisis yang digunakan
pada penelitian untuk mengetahui saluran-saluran pemasaran telur itik asin
yang terlibat, mengetahui margin dari setiap lembaga pemasaran, keuntungan
serta efisiensi lembaga pemasaran telur itik asin.
4. Margin lembaga pemasaran adalah selisih antara harga jual dengan harga beli
tiap lembaga pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya, Makassar (Rp/rak).
5. Lembaga pemasaran adalah semua pedagang yang terlibat dalam pemasaran
telur itik asin pada UD. Jaya, Makassar.

22

6. Harga Penjualan adalah harga jual telur itik asin pada tiap tingkat lembaga
pemasaran yang terlibat pada UD. Jaya, Makassar (Rp/rak).
7. Harga pembelian adalah harga beli telur itik asin pada tiap tingkat lembaga
pemasaran yang terlibat pada UD. Jaya, Makassar (Rp/rak).
8. Biaya Pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan selama proses pemasaran
(Rp/rak)
9. Keuntungan lembaga pemasaran adalah selisih antara margin pemasaran
dengan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam memasarkan telur yang
dinyatakan dalam Rupiah.
10. Efisiensi pemasaran adalah indikator yang digunakan untuk mengetahui
kinerja pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya, Makassar.
11. Pedagang besar adalah orang yang membeli telur itik asin dari produsen dan
menjualnya ke pedagang berikutnya (Rp/rak)
12. Pedagang pengecer adalah pedagang yang menjual telur ke konsumen akhir
yang telurnya berasal dari UD. Jaya, Makassar.









23







GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


A. Sejarah Singkat Perusahaan
UD. Jaya merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang
yang memproduksi telur itik asin yang berada di kota Makassar. UD. Jaya berdiri
Pada Tahun 2003 tepatnya dikelurahan Biringkanayya, Kodam 4 Rudal 2, dimana
usahanya memproduksi telur itik asin sudah berjalan selam 7 tahun.
Dalam pendirian dan pengembangan usahanya, pemilik dari UD. Jaya
menggunakan modal sendiri. Dalam melaksanakan usaha ini, pemilik ditunjang
oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Sebelum perusahaan bergerak
dalam bidang produksi telur itik asin, perusahan sebelumnya bergerak dalam
bidang pemasaran telur ayam ras. Dari waktu ke waktu usaha tersebut semakin
maju. Setelah usaha itu maju maka pemilik mengembangkan usahanya dengan

24

membuat sebuah tempat usaha yang lebih besar untuk menunjang berlansungnya
usaha produksi telur itik asin dan telur ayam ras.
Dalam perjalanan usahanya UD. Jaya banyak mengalami hambatan dan
tantangan. Namun tantangan yang paling berat dihadapi oleh perusahaan tersebut
adalah persaingan. Hal tersebut dikarenakan banyaknya perusahaan peternakan
yang bergerak dalam bidang produksi telur itik asin yang ada di Ujung Pandang
(saat ini menjadi Makassar) maka setidaknya dalam hal berproduksi terjadi
persaingan.



B. Fasilitas Usaha
Salah satu yang mendukung perkembangan suatu usaha adalah tersedianya
fasilitas-fasilitas dalam suatu perusahaan. Dalam menjalankan aktivitas usahanya,
UD. Jaya, menyiapkan beberapa jenis sarana dan prasarana sebagai berikut :
Tabel 2. Jenis dan Jumlah Sarana dan Prasarana yang Dimiliki UD. Jaya
Makassar, 2010.

No Jenis Jumlah (Unit)

1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kantor
Gudang produksi
Gudang Telur
Motor
Mobil (Pick up)
Kulkas
Televisi
Timbangan
Handphone

1
1
1
2
1
1
1
1
1

25

Sumber : Data Sekunder dari UD. Jaya Makassar, 2010.

Dari Tabel 2, terlihat bahwa fasilitas yang dimiliki UD. Jaya cukup
memudahkan untuk melakukan aktifitas usahanya dengan didukung 2 unit sarana
transportasi yang sangat membantu dalam pengangkutan telur dari UD. Jaya ke
tempat pemasaran. Dengan demikian fungsi pengangkutan yang merupakan
bagian fungsi-fungsi pemasaran dapat terlaksana dengan baik. Untuk menyimpan
produksi telur, maka UD. Jaya menyiapkan 1 unit gudang telur. Untuk aktifitas
administrasi, UD. Jaya mempunyai 1 unit kantor yang sekaligus berfungsi sebagai
kios. Di dalam kantor tersedia 1 unit handphon yang dapat memperlancar arus
informasi dari dan ke pelanggan.

KEADAAN UMUM RESPONDEN

Umur
Umur merupakan salah satu faktor penentu kemampuan kerja seseorang,
dimana pengaruh tersebut akan nampak pada kemampuan fisik seseorang untuk
menyelesaikan pekerjaannya. Usia sangat mempengaruhi kematangan seseorang
dalam berfikir dan bertindak. Adapun komposisi responden berdasarkan tingkat
umur di UD. Jaya, Kota Makassar dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 3. Kompisisi Umur Responden Di UD. Jaya, Makassar, 2010.
No Umur (Thn) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 28-40 18 90
2 41-55 4 10
Jumlah
22 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2010.

26

Berdasarkan Tabel 3, terlihat bahwa Kompisisi umur responden berbeda-
beda, dimana jumlah responden terbanyak yaitu dengan komposisi umur 28 - 40
sebanyak 18 orang atau 90%, sedangkan jumlah responden terkecil pada
klasifikasi umur 41 55 yaitu 4 orang atau sekitar 10%.Dimana hal tersebut
menunjukkan bahwa pada umumnya responden berada pada usia produktif untuk
melakukan suatu pekerjaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Zainal dan Chris
(1999), bahwa kisaran umur yang produktif adalah umur 15-59 tahun. Kelompok
umur ini sangat produktif dan potensial untuk beraktifitas dalam rangka
mengembangkan usaha.


Jenis Kelamin
Komposisi responden berdasarkan jenis kelamin di UD. Jaya, Makassar
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Pemasaran
Telur Itik Asin di UD. Jaya, Makassar, 2010
No Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1 Laki-laki 14 63,63
2 Perempuan 8 36,36
Jumlah
22 100
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2010
Pada Tabel 4, terlihat bahwa diantara 22 responden terdapat sebanyak 14
orang (63,63%) yang berjenis kelamin laki-laki dan 8 orang (36,36%) responden
berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan hal tersebut maka dapat dikatakan

27

bahwa dalam usaha peternakan/produsen dan pemasaran telur itik asin di UD.
Jaya, Makassar sudah tidak adanya bias gender, artinya bahwa tidak ada
perbedaan jenis kelamin dalam usaha tersebut.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden merupakan jenjang pendidikan yang formal
yang telah dilalui oleh responden yang dimana digunakan untuk mengelola usaha
ternaknya. Pengalaman beternak atau usaha pemasaran telur yang semakin lama
diharapkan dapat lebih mengetahui dan mendalami tentang manajemen usaha
yang dilakukan sehingga mampu mengantisipasi persoalan yang ada, hal ini
sesuai dengan pendapat Nitisemito dan Burhan (2004) bahwa pendidikan
merupakan syarat pendukung kemampuan manejemen seseorang. Karena dalam
batas-batas tertentu kemampuan manajemen dapat ditingkatkan dengan jalan
mempelajari fungsi dan prinsip manajemen. Untuk mempelajari fungsi dan
prinsip-prinsip tersebut pada umumnya dapat dilakukan melalui pendidikan.
Adapun komposisi responden berdasarkan tingkat pendidikan di UD. Jaya, Kota
Makassar dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Identitas Responden Pada UD. Jaya, Makassar Menurut Tingkat
Pendidikan, 2010.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang ) Persentase (%)
1
2
3
SD
SMP
SMA
3
8
11
13,63
36,36
50
Jumlah 22 100
Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2010.

28

Tabel 5, Terlihat bahwa klasifikasi responden berdasarkan tingkat
pendidikan di Saluran pemasaran UD. Jaya sangat beragam yaitu terdiri atas SD,
SLTP, dan SMA. Adapun jumlah responden terbanyak yaitu untuk tingkat
pendidikan SMA sebanyak 11 orang atau sekitar 50%, sedangkan jumlah
responden terkecil yaitu pada tingkat pendidikan SD sebanyak 3 orang atau
sekitar 13,63%.. Dengan Tingginya persentase responden yang tamat SMA dan
didukung dengan pengalaman berdagang menunjukkan bahwa pedagang telur itik
asin akan mampu mengatasi perubahan-perubahan keadaan yang akan menimpa
usahanya. Tetapi pada dasarnya setiap responden telah mengenyam pendidikan
walaupun dalam tingkat yang berbeda-beda.


Lama Berusaha Dagang Telur
Pengalaman berusaha baik itu beternak dan berdagang telur itik asin
menunjukkan lamanya responden menggeluti usahanya. Pengalaman berusaha
sangat berpengaruh terhadap kemampuan seorang produsen dan pedagang
perantara dalam menjaga sinergis usahanya terhadap perubahan yang terjadi.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Lama Berusaha Dagang Responden Pada UD. Jaya, Makassar,
2010.
No Lama Berusaha dagang
(tahun)
Jumlah (Orang ) Persentase (%)
1
2
1-3
4-7
14
8
63,63
36,36
Jumlah 22 100

29

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2010.
Tabel 7, Dapat dilhat bahwa jumlah responden terbanyak adalah yang
memiliki lama berusaha dagang telur 1-3 tahun sebanyak 14 orang (63,63%),
sedangkan responden terendah yang lama usaha dagang telurnya 4-7 tahun
sebanyak 8 orang (36,36%). Secara umum responden telah memiliki pengalaman
yang cukup dalam mengolah usahanya sehingga dengan pengalaman tersebut,
responden mampu mengatasi masalah yang terjadi dalam perusahaan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Handoko (1999) yang menyatakan bahwa pengalaman
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
menjalankan usahanya.


HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Saluran Pemasaran Telur Itik Asin Pada UD. Jaya, Di Kota Makassar

Saluran pemasaran merupakan jalur yang dilalui komoditi telur itik asin
dari UD. Jaya sampai ke konsumen akhir. Sistem saluran yang dilakukan UD.
Jaya yaitu secara langsung dan tidak lansung. Yang dimana saluran pemasaran
langsung itu tidak menggunakan perantara sedangkan aistem saluran tidak
langsung itu menggunakan perantara dalam salurannya.
Berdasarkan informasi dari produsen dan pedagang perantara, saluran
pemasaran telur itik asin di UD. Jaya terdiri dari 3 Tipe. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada gambar 2.
1. Produsen Konsumen akhir

30


2.

3.
Gambar 2. Saluran Pemasaran Telur Itik Asin di UD. Jaya, Makassar,
2010.

Dari Gambar 2, terlihat bahwa terdapat 3 bentuk saluran pemasaran telur
itik asin dari UD. Jaya yaitu:
a) Saluran pemasaran 1, produsen memasarkan produksinya kepada konsumen
akhir yang pada umumnya adalah masyarakat atau tetangga yang berdomisili
dekat perusahaan dengan cara masyarakat yang datang ke perusahaan tersebut
sehingga dapat menghemat biaya transportasi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hanafiah dan Saefuddin (1986) bahwa tambah jauh daerah konsumen
terhadap daerah produksi, tambah besar biaya tataniaga.
b) Saluran pemasaran 2, produsen menjual produknya ke pedagang besar satu
kali seminggu, dimana produsen mengantarkan langsung ke pedagang besar
dengan jumlah yang disepakati. Pedagang besar ini tersebar di kota Makassar,
antara lain di Perumahan Gubernur Daya, dan di BTP. Pedagang besar ini
kemudian menjualnya ke pengecer dengan cara mengantarkannya atau
pengecer yang datang langsung ke pedagang besar tersebut.
c) Saluran pemasaran 3, produsen langsung menjual ke pengecer dengan cara
mengantarkan telur ke tempat-tempat pengecer pada daerah tertentu seperti
pasar-pasar dan kios dan kembali ke konsumen akhir. Pedagang pengecer ini
terletak di beberapa daerah di makassar misalnya pasar Daya baru/lama dan
Produsen Pedagang Pengecer Konsumen akhir
Produsen
Pedagang Besar

Konsumen Akhir Pedagang Pengecer

31

area daya. Produsen mengantarkan telur ke pedagang pengecer setelah datang
secara langsung memesan atau pun pemesanan dilakukan melalui telepon
dengan jumlah yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Mursid
(1997) yang mengemukakan bahwa secara fisik dikenal 3 (tiga) macam
penyaluran suatu barang hasil produksi yaitu : 1) Penyaluran lansung, yaitu
penyaluran yang dilakukan langsung dari produsen ke konsumen. 2)
Penyaluran semi langsung, yaitu penyaluran dari produsen melalui satu
perantara misalnya pengecer baru ke konsumen. 3) Penyaluran tidak
langsung, yaitu penyaluran tidak langsung menggunakan dua atau lebih
perantara baru ke konsumen.

B. Margin Pemasaran Telur Itik Asin
Margin tataniaga (Pemasaran) adalah selisih antara harga yang dibayarkan
oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Untuk mengetahui
besarnya margin untuk setiap lembaga pemasaran telur itik asin pada UD. Jaya
yang terlibat maka dapat dilihat pada Tabel 8 :
Tabel 8. Analisis Margin Pemasaran Pada Saluran Pemasaran Telur Itik
Asin Pada UD. Jaya, Makassar, 2010.

Saluran
Pemasaran
Lembaga
Pemasaran
Harga Jual
(Rp/Rak)
Harga Beli
(Rp/Rak)
Margin
(Rp/Rak)
I Produsen 54.000 37.500 16.500
Total 54.000 37.500 16.500
II
Produsen 42.000 37.500 4.500
Pedagang Besar 45.000 42.000 3.000
Pengecer 56.125 45.000 11.125
Total 143.125 124.500 18.625
III
Produsen 45.000 37.500 7.500
Pengecer 55.928 45.000 10.928

32

Total 100.928 82.500 18.428
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010.
Pada Tabel 8. terlihat bahwa margin yang diperoleh pada setiap lembaga
pemasaran bervariasi. Untuk lembaga pemasaran yang memiliki margin
pemasaran tertinggi adalah produsen pada saluran pemasaran I (Rp. 16.500/rak),
sedangkan lembaga pemasaran yang memiliki margin pemasaran terkecil adalah
pedagang besar pada saluran pemasaran II (Rp.3.000/rak). Hal ini terjadi karena
produsen pada saluran I memperoleh harga beli yang rendah dan memasarkan
dengan harga jual yang tinggi kepada konsumen akhir, sebaliknya pedagang besar
pada saluran pemasaran kedua memperoleh harga beli yang rendah dan
memasarkan dengan harga jual yang rendah kepada pedagang pengecer.
Dari Tabel 8, Juga terlihat margin lembaga pemasaran tertinggi adalah
saluran pemasaran II (Rp 18.625), sedangkan saluran pemasaran yang memiliki
margin terkecil adalah saluran pemasaran I (Rp. 16.500). Tingginya margin yang
diperoleh pada saluran pemasaran II disebabkan karena tiap lembaga pemasaran
yang terlibat didalamnya memiliki margin yang tinggi, sebaliknya rendahnya
margin yang dimiliki oleh saluran pemasaran I dikarenakan lembaga pemasaran
yang terlibat didalamnya hanya 1 dan margin yang dimiliki lembaga pemasaran
tersebut rendah.
Biaya Pemasaran Telur Itik Asin
Biaya pemasaran telur itik asin merupakan biaya yang dikeluarkan selama
proses pemasaran berlangsung atau biaya yang dikeluarkan oleh tiap-tiap lembaga
pemasaran tergantung dari panjang pendeknya jalur pemasaran, mulai dari produk

33

lepas dari tangan produsen hingga diterima oleh konsumen akhir. Biaya
pemasaran tersebut ditanggung oleh lembaga pemasaran yang terlibat berupa
biaya transportasi, retrribusi, gaji karyawan, dan penyusutan. Untuk lebih jelas
besar biaya pemasaran tiap lembaga atau saluran dapat dilihat pada tabel 9.







Tabel 9. Total Biaya dan Keuntungan Pemasaran Telur Itik Asin Dari UD.
Jaya, Makassar, 2010.
Saluran
Pemasaran
Lembaga
Pemasaran
Margin
(Rp/rak)
Biaya Pemasaran
(Rp/rak)
keuntungan
(Rp/rak)
I Produsen 16.500 540 15.960
Total 16.500 540 15.960
II
Produsen 4.500 1500 3.000
Pedagang Besar 3.000 673 2.327
Pengecer 11.125 1.134,16 9.991,16
Total 18.625 3.307.16 15.318
IIi
Produsen 7.500 1.348,67 6.152,33
Pengecer 10.928 962,28 9.966
Total 18.428 2.310.95 16.118,33
Sumber : Data Primer yang Telah Diolah, 2010
Pada Tabel 9, dapat terlihat bahwa biaya yang dikeluarkan pada setiap
lembaga pemasaran bervariasi. Untuk lembaga pemasaran yang memiliki biaya
pemasaran tertinggi adalah produsen pada saluran pemasaran III (Rp.
1.348,67/rak), sedangkan lembaga pemasaran yang memiliki biaya pemasaran

34

terkecil adalah produsen pada saluran pemasaran I (Rp.540/rak). Hal ini terjadi
karena produsen pada saluran III mengeluarkan biaya pengemasan, retribusi,
penyimpanan dan transportasi yang cukup besar sedangkan jumlah penjualan
telur itik asin kecil. Sebaliknya, produsen pada saluran pemasaran I memiliki
biaya yang rendah karena pada proses pemasaran telur itik asin pedagang ini tidak
mengeluarkan biaya pengemasan dan retribusi, dan hanya mengeluarkan biaya
penyimpanan itu pun tidak terlalu besar.
Pada Tabel 9. Juga terlihat bahwa saluran pemasaran yang memiliki biaya
tertinggi adalah saluran pemasaran II (Rp. 3.307.16/rak), sedangkan saluran
pemasaran yang memiliki biaya terendah adalah saluran pemasaran I sebesar
(Rp.540/rak). Tingginya biaya yang dimiliki oleh saluran pemasaran II
dikarenakan lembaga pemasaran yang terlibat di dalamnya cukup banyak.
Sedangkan saluran pemasaran I memiliki biaya rendah karena lembaga pemasaran
yang terlibat hanya satu.
C. Keuntungan Pemasaran
Keuntungan adalah selisih antara harga yang dibayarkan kepada penjual
pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir (margin) setelah dikurangi
dengan biaya pemasaran. Yang dimana dapat dapat dilihat pada Tabel 8.
Dari Tabel 8, dapat dilihat bahwa keuntungan lembaga pemasaran
tertinggi adalah produsen pada saluran pemasaran pertama yakni sebesar Rp
15,960/rak, dan yang paling terendah adalah pedagang besar pada saluran kedua
yakni sebesar Rp 2.327/rak. Hal ini dikarenakan pedagang besar pada saluran

35

kedua margin yang diperoleh rendah dan sebaliknya produsen pada saluran
pemasaran pertama margin yang diperoleh tinggi.
Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran tertinggi berada pada saluran
ketiga yakni sebesar Rp 16.118,33/rak. Hal ini disebabkan pada saluran
pemasaran yang terlibat hanya produsen dan pengecer sebagai lembaga
pemasaran. Dan saluran pemasaran yang memiliki keuntungan terendah adalah
saluran kedua yakni Rp 15.318/rak. Hal ini disebabkan pada saluran pemasaran
kedua memiliki lembaga pemasaran yang lebih banyak dibanding saluran
pemasaran lainnya



D. Efisiensi Pemasaran
Efisiensi merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi
besarnya sumber / biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Ada
2 faktor yang sangat menentukan efisien tidaknya sebuah saluran pemasaran,
yakni keuntungan pemasaran dan harga jual/eceran. Hal ini sesuai dengan
pendapat Downey, Dkk, (1989), bahwa efisiensi pemasaran terjadi bila biaya
pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi.
Adapun efisiensi pemasaran padalembaga di UD. Jaya dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Efisiensi Pemasaran Pada Lembaga Pemasaran Telur Itik Asin di
UD. Jaya Makassar, 2010.


36

Saluran
Pemasaran
Biaya Pemasaran
(Rp/rak)
Harga Jual
(Rp/rak)
Efisiensi pemasaran
(%)
I 540 54.000 1
II 3307.16 56.125 2.31
III 2310.95 45.642 2.28
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2010.
Dari Tabel 10, dapat dilihat bahwa saluran pemasaran telur itik asin yang
paling efisien yaitu pada saluran pemasaran I sebesar 1 %, sedangkan saluran
pemasaran yang paling tidak efisien adalah saluran pemasaran II sebesar 2.31%.
Hal ini terjadi karena biaya pemasaran pada saluran I lebih kecil serta lembaga
pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ini hanya satu. Sebaliknya tidak
efisiennya saluran pemasaran II disebabkan karena biaya pemasaran yang tinggi
dan banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat dalam saluran pemasaran ini. Hal
ini sesuai dengan pendapat Downey dan Erickson, (1992) bahwa semakin panjang
rantai pemasaran yang digunakan oleh suatu lembaga akan semakin tidak efisien.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Penyaluran produk telur itik asin dari UD. Jaya sebagai produsen ke
konsumen menggunakan beberapa macam saluran distribusi yakni :
I. Produsen Konsumen
II. Produsen Pedagang Besar Pengecer Konsumen

37

III. Produsen Pedagang Pengecer Konsumen
2. Untuk lembaga pemasaran yang memiliki margin pemasaran tertinggi adalah
produsen pada saluran pemasaran I (Rp. 16.500/rak), sedangkan lembaga
pemasaran yang memiliki margin pemasaran terkecil adalah pedagang besar
pada saluran pemasaran II (Rp.3.000/rak). Sedangkan margin lembaga
pemasaran tertinggi adalah saluran pemasaran II (Rp 18.625), sedangkan
saluran pemasaran yang memiliki margin terkecil adalah saluran pemasaran I
(Rp. 16.500).
3. Keuntungan lembaga pemasaran tertinggi adalah produsen pada saluran
pemasaran pertama yakni sebesar Rp 15,960/rak, dan yang paling terendah
adalah pedagang besar pada saluran kedua yakni sebesar Rp 2.327/rak.
Sedangkan keuntungan lembaga pemasaran tertinggi berada pada saluran
ketiga yakni sebesar Rp 16.118,33/rak dan yang terendah adalah saluran kedua
yakni Rp 15.318/rak.
4. Lembaga pemasaran dengan nilai tingkat efisiensi terendah atau yang paling
efisien adalah saluran pemasaran pertama (1%), dan yang tertinggi adalah
saluran pemasaran kedua (2.31%)
Saran
Berdasarkan analisis dan kesimpulan penelitian tersebut diatas,
disampaikan saran-saran sebagai berikut :
1. Sebaiknya produsen lebih cerdas dalam mengakomodir saluran pemasaran
telur agar memperoleh keuntungan yang maksimal.

38

2. Sebaiknya produsen lebih cermat dalam menentukan harga agar perbedaan
harga ditingkat pengecer dan konsumen tidak berbeda jauh.









DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2007. Arti, Definisi / Pengertian Pemasaran Menurut Para Ahli.
http://organisasi.org. Di akses pada tanggal 18 April 2009

----------, 2008
.
Definisi / Pengertian Saluran Distribusi dan J enis / Macam
J alur Distribusi Barang dan J asa. Diakses tanggal 18 April 2009.

Danfar, 2009. Definisi / Pengertian Efisiensi. Di akses pada tanggal 18 April
2009.

Daniel, M, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Downey, W.D. dan Erickson, S.P, 1989. Manajemen Agribisnis, Erlangga,
Jakarta.

39


, 1992. Manajemen Agribisnis, Erlangga, Jakarta.


Hanafiah, Saefuddin, 1986. Tata Niaga Hasil Perikanan. Penerbit UI- Press.
Jakarta.

Handoko, T.H. 1999. Manejemen Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta

Kamaluddin, 2008. Lembaga dan Saluran Pemasaran. www.Jurnalistik. co.id.
Di akses pada tanggal 12 Mei 2009.

Kotler, P, 1987. Dasar - Dasar Pemasaran. PT. Midas Surya Grafindo. Jakarta.

.1995. Manajemen Pemasaran. Analisis Perencanaan Implementasi dan
Pengendalian.Penerbit Erlanggaa. Jakarta.

------------,2000. MANAJ EMEN PEMASARAN, Analisis, Perencanaan,
I mplementasi dan Kontrol. PT. Prenhallindo. Jakarta

------------,2002. Manajemen Pemasaran. Penerbit ITB. Bandung.

Rasyaf, M. 1996. Memasarkan Hasil Peternakan. Penebar Swadaya. Jakarta.

. 2004. Beternak Ayam Petelur. Penebar Swadaya. Jakarta.


Majid, A, 2008. Pengertian, Konsep, Definisi Pemasaran dan Manajemen
Pemasaran. Diakses pada tanggal 18 April 2009.

Mursid, M. 1997. Manajemen Pemasaran. Aksara Bekerja sama antar
Universitas Studi Ekonomi UI, Jakarta.

Nitisemito dan Burhan, 2004.

Soekartawi, 2002. Agribisnis : Teori dan Aplikasinya. Penerbit PT. Raja
Grafindo. Jakarta.

Swasta, B. 1991. Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif Saluran Pemasaran.
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Sulaiman, 2008. Telur Asin Omega-3 Tinggi. Aneka resep bahan makanan.
Yogyakarta.

Tri Margono, Detty Suryati, Sri Hartinah,1993. Buku Panduan Teknologi
Pangan, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI

40


Zainal dan Chris, 1999.



























Lampiran 1. Kuisioner Produsen dan Lembaga Pemasaran Telur Itik Asin dari
UD. Jaya, Makassar


KUISIONER (PRODUSEN)
Analisis Saluran Pemasaran Telur Itik Asin Pada
UD. Jaya, Di Kota Makassar
Oleh : Muh. Erwin N

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Tingkat Pendidikan :
5. Pekerjaan :

41

6. Jumlah Tanggungan :
7. Lama Beternak :
8. Alamat :
9. Skala usaha :
10.No.Telp/HP :

B. Pertanyaan
11. Berapa biaya pemasaran yang anda keluarkan dalam pemasaran telur itik asin?

-Biaya transportasi : Rp / rak
-Biaya Tenaga Kerja/buruh : Rp / rak
-Biaya Retribusi : Rp / rak
-BiayaPenyimpanan : Rp / rak
-Jumlah telur yang rusak : Rp / rak

Nilai Investasi peralatan

No Jenis Peralatan Harga Beli Usia Ekonomis












Tabel 1. Data Penjualan Untuk 1 bulan
No Frekuensi
Penjualan
Telur
(rak)
Harga Jual
(Rp/ rak)
Biaya Pemasaran
(Rp/ rak)















42

12. Di jual kemana saja telur tersebut ?
13. Fungsi Pemasaran apa saja yang dilakukan ?
- Fungsi Penjualan
- Fungsi Pengangkutan
- Fungsi Penyimpanan
- Fungsi .
- Fungsi
14 .Letak lokasi Penjualan?
15. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana umum dilokasi tersebut?
16. Alat transportasi apa yang digunakan untuk mengangkut telur ?
17. Bagaimana persaingan pasar di lokasi tersebut?


TTD






TERIMA KASIH BANYAK ATAS BANTUAN DAN KERJA
SAMANYA

KUISIONER (LEMBAGA PEMASARAN)
Analisis Saluran Pemasaran Telur Itik Asin Pada
UD. Jaya, Di Kota Makassar
Oleh : Muh. Erwin N

A. Identitas Responden
1. Nama :
2. Jenis Kelamin :
3. Umur :
4. Tingkat Pendidikan :
5. Pekerjaan :
6. Jumlah Tanggungan :
7. Lama Menjual/berdagang :

43

8. Alamat :
9. No.Telp/HP :
10. Status :
a. Pedagang Besar
b. Pedagang Pengecer
c. Pedagang Pengumpul
d. Pedagang..
B. Pertanyaan
1. Jenis biaya yang dikeluarkan dalam proses pemasaran telur itik asin?
A. Biaya Pembelian :
- Biaya transportasi : Rp / rak
- Biaya Tenaga Kerja : Rp / rak
- Biaya Retribusi : Rp / rak
- Biaya. : Rp / rak
- Biaya. : Rp / rak
B. Biaya Penjualan :
- Biaya transportasi : Rp / rak
- Biaya Tenaga Kerja : Rp / rak
- Biaya Penyimpanan : Rp / rak
- Biaya Retribusi : Rp / rak
- Biaya.. : Rp / rak
C. Nilai Investasi peralatan

No Jenis Peralatan Harga Beli Usia Ekonomis








Tabel 1. Data Penjualan Untuk 1 bulan
No Frekuensi
Penjualan
Telur
(rak)
Harga Beli
(Rp/ rak)
Harga Jual
(Rp/ rak)
Biaya Pemasaran
(Rp/ rak)






2. Jumlah Telur yang rusak?
3. Dibeli dari mana saja telur-telur tersebut?
4. Dijual kemana saja telur tersebut ?
5. Fungsi Pemasaran apa saja yang dilakukan ?
- Fungsi Penjualan

44

- Fungsi Pembelian
- Fungsi Pengangkutan
- Fungsi Penyimpanan
- Fungsi Penyaluran
- Fungsi
6. Letak lokasi pembelian?
7. Letak lokasi Penjualan?
8. Bagaimana kondisi sarana dan prasarana umum dilokasi tersebut?
9. Alat transportasi apa yang digunakan untuk mengangkut telur ?
10.Bagaimana persaingan pasar dilokasi tersebut?

TTD



TERIMA KASIH BANYAK ATAS BANTUAN DAN KERJA
SAMANYA





RIWAYAT HIDUP

Anda mungkin juga menyukai