Anda di halaman 1dari 9

1

PERTEMUAN 5
Gambar potongan
5.1. Penyajian potongan
Sering ditemui benda-benda dengan rongga-rongga di dalamnya. Untuk menggambarkan
bagian-bagian ini dipergunakan garis gores (garis putus-putus) yang menyatakan garis-garis
tersembunyi. Bila gambar tersebut sederhana, garis yanq tidak tampak itu tidak
membingungkan, tetapi bila gambar tersebut rumit maka garis yang tidak tampak akan
menyulitkan bagi pembaca gambar. Hal ini akan menimbulkan kesalahan pengertian pada saat
membaca gambar tersebut. Untuk menghindari hal ini maka dalam gambar teknik diadakan
suatu pemotongan. Teknik pemotongan pada prinsipnya ada dua macam, yaitu pemotongan
seluruh dan pemotongan separo. Namun kadang-kadang ada suatu pemotongan tertentu yang
dinamakan pemotongan lokal.
Maksud pemotongan ini untuk mempermudah pengertian pada suatu gambar yang
agak sulit, terutama intuk melihat bentuk bagian dalam benda tersebut. Adakalanya juru
gambar harus membuat pemotongan lebih dari sekali, hal ini dilakukan bila pemotongan yang
pertama belum menjelaskan gambar sehingga perlu memotong lebih dari satu kali.
Pemotongan lebih dari sekali tersebut dilakukan terutama pada benda-benda yang panjang dan
agak rumit. Pemotongan berganda dimaksudkan untuk mempejelas penunjukan dalam objek
tersebut sehingga dapat melihat dengan jelas bagian dalam maupun bagian luar.
Pemotongan gambar sebuah objek pada depan benda. Sehingga akan menampakkan
bagian dalam benda tersebut. Hal ini untuk mempermudah pengertian pada objek itu. Perlu
dImengerti bahwa bagian depan yang dipotong hanya boleh dilakukan dalam penampang
potongan saja. Oleh karena itu, pada saat menggambar, juru gambar membayangkan bahwa
bagian yang dikerjakan digergaji, kemudian bagian depannya diambil.


Gb. 5.1 Penjelasan mengenai potongan

2

Pada umumnya bidang potong dibuat melalui sumbu dasar (Gb. 5.1), dan
pemotongannya disebut potongan utama. Jika perlu, maka bidang potong dapat dibuat di luar
sumbu dasar. Dalam hal ini bidang potongan harus dibesi tanda, dan arah penglihatannya
dinyatakan dengan anak panah seperti yang diperlihatkan oleh Gb. 5.2.
Peraturan-peraturan umum yang berlaku untuk gambar-gambar proyeksi berlaku juga
untuk gambar potongan.



Gb. 5.2 Potongan tidak melalui garis sumbu dasar

5.2. Cara-cara membuat potongan
Jika letak bidang potong sudah tampak jelas pada gambar, tidak diperlukan penjelasan lebih
lanjut. Jika letak bidang potong tidak tidak jelas, atau ada beberapa bidang potong, maka
bidang potongnya harus diterangkan dalam gambar. Pada gambar proyeksi bidang potong
dinyatakan oleh sebuah garis potong, yang digambar dengan dengan garis sumbu dan pada
ujung-ujungnya dipertebal, dan pada tempat-tempat dimana garis potongnya berubah arah.
Pada ujung-ujung garis potong diberi tanda dengan huruf besar, dan diberi anak panah yang
menunjukkan arah penglihatan.


Gb. 5.3 Potongan melalui garis sumbu dan dengan bidang potong
3

1) Potongan dalam satu bidang
Potongan dalam satu bidang bisa disebut juga dengan potongan penuh.

Gb. 5.4 Potongan penuh
Catatan:
Apabila digambar dengan pandangan lain, maka gambar pandangan tersebut tetap utuh
(proyeksi yang tidak dipotong), seperti diperlihatkan pada Gb. 5.5.


Gb. 5.5 Potongan penuh dengan pandangannya
2) Potongan oleh lebih dari satu bidang
Potongan dalam lebih dari satu bidang adalah menggambar potongan benda dengan
menyederhanakan gambar dan penghematan waktu dalam beberapa bidang sejajar yang tidak
dalam satu bidang.


Gb. 5.6 Potongan dengan dua bidang menyudut
4



Gb. 5.7 Potongan meloncat

3) Potongan Setengah/Separuh
Bagian-bagian simetrik dapat digambar setengahnya sebagai gambar potongan dan
setengahnya lagi sebagai pandangan (Gb. 5.8). Dalam gambar ini garis-garis yang tersembunyi
tidak perlu digambar garis gores lagi karena sudah jelas pada gambar potongan.


Gb. 5.8 Potongan setengah

4) Potongan yang Diputar di Tempat atau Dipindahkan
Bagian-bagian benda tertentu seperti misalnya ruji-ruji roda, tugas, peleg, rusuk penguat, kait
dsb, penampangnya dapat digambarkan setempat (Gb. 5.9), atau setelah potongannya diputar
kemudian dipindahkan ke tempat lain (Gambar 2.40). Ada perbedaan sedikit antara kedua
gambar tersebut yaitu yang pertama digambar dengan garis tipis, sedangkan yang kedua
dengan garis tebal biasa.

5


Gb. 5.9 Potongan yang diputar ditempat




Gb. 5.10 Potongan diputar dan dipindahkan


5) Susunan Potongan-potongan Berurutan
Potongan-potongan berurutan dapat disusun pada Gb. 5.11. Hal ini diperlukan untuk memberi
ukuran atau alasan lain. Potongan-potongan pada gambar semuanya terletak pada sumbu
utama dan pada gambar masing-masing terletak di bawah garis potongnya.

6


Gb. 5.11 Potongan berurutan

6) Penampang-penampang Tipis
Penampang-penampang tipis, seperti misalnya benda-benda yang terbuat dari plat, baja profil,
dsb atau paking dapat digambar dengan garis tebal, atau seluruhnya dihitamkan. Jika bagian-
bagian demikian terletak berdampingan, bagian yang berbatasan dibiarkan putih.




Gb. 5.12 potongan benda tipis

5.3. Bagian-bagian yang tak boleh dipotong
Bagian-bagian benda seperti rusuk penguat tidak boleh dipotong dalam arah memanjang.
Begitu pula benda-benda seperti baut, paku keling, poros dsb, tidak boleh dipotong dalam arah
memanjang. Gambar 2.43 memperlihatkan sebuah benda yang dipotong, tetapi terdapat
7

beberapa bagian benda, yaitu sirip dan beberapa benda lain, yaitu poros, pasak, baut dsb yang
tidak dipotong.


Gb. 5.13 bagian-bagian yang tak dapat diperlihatkan oleh potongan

5.4. Cara mengarsir dan beberapa catatan tentang potongan
Untuk membedakan gambar potongan dari gambar pandangan, dipergunakan arsir, yaitu
garis-garis tipis miring.
Kemiringan garis arsir adalah 45 terhadap suatu sumbu atau terhadap garis gambar (Gb.
5.14). Jarak garis-garis arsir disesuaikan dengan besarnya gambar. Bagian-bagian potongan yang
terpisah diarsir dengan sudut yang sama.
Arsiran dari bagian-bagian yang berdampingan harus dibedakan sudutnya, agar jelas (Gb.
5.15).
Penampang-penampang yang luas dapat diarsir secara terbatas, yaitu hanya pada
kelilingnya saja (Gb. 5.16).
Potongan-potongan sejajar dari benda yang sama yang terdapat pada potongan meloncat
diarsir serupa, tetapi dapat juga digeser jika dipandang perlu (Gb. 5.17).
Garis-garis arsir dapat dihilangkan untuk menulis huruf atau angka, jika hal ini tidak dapat
dilakukan di luar daerah arsir (Gb. 5.18).


Gb. 5.14 Arsir

8





(a)
Gb. 5.15 arsir dari bagian-bagian yang
berdampingan


Gb. 5.16 Arsir bidang yang luas


Gb. 5.17 arsir pada potongan sejajar (melompat)



Gb. 5.18 Arsir dan angka



9

Soal
1. Pada kondisi apakah suatu potongan diperlukan?
2. Jelaskan perbedaan jenis-jenis pandangan potongan, jelaskan masing-masing dengan
contohnya!
3. Apa yang dimaksud potongan penuh dan potongan sebagian?
4. Gambarlah proyeksi lengkapilah dengan gambar potongan yang sesuai




5. Buatlah gambar potongan dari gambar berikut

Anda mungkin juga menyukai